NIM : 200105501023
Kelompok : IV
telah diperiksa oleh asisten dan koordinator asisten dan dinyatakan diterima.
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Sifat-sifat larutan secara kasat mata tidak dapat diketahui begitu saja. Akan
tetapi, untuk mengetahui sifat asam basa atau netral pada suatu larutan harus
diidentifikasi. Berdasarkan sifat asam dan basa larutan dibedakan menjadi tiga
golongan yaitu: bersifat asam, basa, dan netral. Adapun identifikasi tersebut dengan
menggunakan indikator asam-basa. indikator asam basa yaitu saat-saat warna yang
menghasilkan warna berbeda dalam larutan asam dan basa. Indikator asam basa ada
dua jenis, yaitu indikator buatan dan indikator alam. Indikator buatan antara lain
kertas lakmus, indikator universal, dan indikator asam basa seperti fenolftalin dan
metil jingga. alat yang di kantor ini selain untuk menentukan sifat asam basa juga
dapat digunakan untuk menentukan derajat keasaman atau pH larutan. ( Yusnita,
2019: 18).
Indikator buatan adalah indikator yang sudah dibuat di laboratorium atau
pabrik-pabrik kimia sehingga kita tinggal menggunakannya. Untuk mengidentifikasi
sifat asam, basa, dan garam pada umumnya digunakan kertas lakmus. Kertas lakmus
(azolithmin) yaitu zat yang warnanya berbeda bila dalam larutan asam dan larutan
basa. ( Yusnita, 2019: 18).
Arrhenius mengajukan bahwa dalam larutan berair, elektrolit kuat hanya
berada dalam bentuk ion, sedangkan elektrolit lemah berada sebagian sebagai ion
dan sebagian lagi sebagai molekul. Ketika asam HCl larut dalam air, molekul HCl
mengion sempurna, menghasilkan ion hidrogen, H+, sebagai salah satu produk.
H2O
−¿(aq) ¿
HCl ( g ) → H +¿(aq)+Cl ¿
Ketika basa NaOH larut dalam air, ion Na+¿¿ dan OH −¿¿dalam padatan
menjadi terdisosiasi satu sama lain melalui kerja molekul H 2O.
H +¿ ( aq)+Cl ¿
NH 3 + H 2O → N H 4+ +OH −¿¿
Basa asam
Dalam reaksi, H 2O bertindak sebagai asam dan memberikan satu Proton H +¿¿
yang diambil oleh NH 3suatu basa. Sebagai hasil transfer ini, ion poliatomik NH 4+
dan OH −¿¿ terbentuk ion yang sama yang dihasilkan oleh ionisasi NH 4 OH hipotesis
dari teori arrhenius. Berhubung NH 3 adalah asam lemah, kita juga perlu
mempertimbangkan reaksi balik.
NH 3 + H 2O → NH 4+ +OH −¿¿
Asam dan basa yang saling mengait sebagai pasangan NH 3 /NH 4 + atau
pasangan H 2O/OH −¿¿ dalam reaksi tersebut pasangan konjugasi. Jadi, ketika melihat
molekul NH 3sebagai basa, ion NH 4+ merupakan asam konjugasi dari NH 3 Demikian
juga dalam reaksi H 2O adalah asam danOH −¿¿ merupakan basa konjugasi dari H 2O.
( petrucci dkk, 2011: 287-288).
Asam lewis ( Lewis acid) adalah spesies (atom, ion, atau. Molekul) yang
merupakan akseptor pasangan-elektron, dan basa Lewis (Lewis base) adalah spesies
yang merupakan donor pasangan-elektron. reaksi antara asam lewis dan basa Lewis
menghasilkan pembentukan suatu ikatan kovalen di antara keduanya. Produk reaksi
asam-basa Lewis dinamakan produk adisi (adduct) atau senyawa adisi (addition
compound). Reaksi ini dapat digambarkan sebagai
B + A→ B:A
Dengan B:A adalah produk adisi. pembentukan ikatan kimia kovalen melalui
donasi sepasang elektron dari suatu spesies ke spesies lain dinamakan koordinasi dan
ikatan yang menghubungkan asam lewis dan basa Lewis dinamakan ikatan kovalen
koordinat. Asam lewis adalah spesies dengan orbital kosong yang dapat
mengakomodasi pasangan elektron; basa Lewis adalah spesies yang mempunyai
elektron elektron pasangan-bebas untuk digunakan bersama.
Dengan definisi ini, OH −¿¿, basa Bronsted-Lowry, adalah juga basa Lewis
sebab elektron pasangan-bebas juga ada pada atom O. Demikian juga, NH 3adalah
suatu basa Lewis. Sebaliknya HCl bukan asam lewis: HCl bukan akseptor pasangan
elektron. Namun kita dapat memikirkan HCl sebagai penghasilH +¿¿ dan H +¿¿ adalah
suatu asam lewis. H +¿¿ membentuk ikatan kovalen koordinat dengan pasangan
elektron yang tersedia. ( petrucci dkk, 2011: 318).
sifat asam adalah berasa masam titik selain itu, asam dapat menghantarkan
arus listrik dan bersifat korosif, serta memiliki ph<7. Sifat basa adalah berasa pahit
(getir), bersifat licin, memiliki ph>7, dapat menghantarkan arus listrik, dan dapat
menetralkan asam.(Melani, 2019: 3).
Berdasarkan daya ionisasinya, larutan asam dibedakan atas asam kuat dan
asam lemah.
Pada tahun 1909, biokimiawan Denmark Soren Sorensen mengajukan istilah
pH untuk mengacu ke "potensial ion hidrogen". Ia mendefinisikan PH sebagai
negatif dari logaritma [H +¿¿ ]. ( petrucci dkk, 2011: 293).
pH = -log[H +¿¿ ]
Dalam sebagian kasus, logaritma negatif menghasilkan angka positif untuk
PH, di mana logaritma positif sebaliknya akan menghasilkan angka negatif karena
kecilnya nilai [H +¿¿ ]. Selain itu suku [H +¿¿ ] dalam persamaan berlaku hanya untuk
bagian numerik pada persamaan konsentrasi ion hidrogen, sebab kita tidak dapat
melogaritmakan satuan. Jadi, seperti halnya konstanta keseimbangan pH larutan tak
berdimensi. Karena PH pada dasarnya hanyalah suatu cara untuk menyatakan
konsentrasi ion hidrogen, larutan asam dan larutan basa pada 25°C dapat
didefinisikan berdasarkan nilai pH-nya seperti berikut:
Larutan asam [H +¿¿ ]>1.0×10- 7 M. pH<7.00
Larutan basa [H +¿¿ ]<1.0×10- 7 M. pH>7.00
Larutan netral [H +¿¿ ]=1.0×10- 7 M. pH=7.00
Perhatikan bahwa pH meningkat dengan menurunnya [H +¿¿ ].(Chang, 2005:
99)
skala PH dibuat berdasarkan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan titik
semakin banyak ion hidrogen dalam larutan maka PH akan semakin rendah begitu
juga jika konsentrasi ion hidroksida semakin tinggi maka PH semakin tinggi. Skala
PH berkisar dari 0 sampai 14.
Berdasarkan banyaknya ion yang dihasilkan pada ionisasi asam dan basa
dalam larutan, kekuatan asam dan basa dikelompokkan menjadi asam kuat dan asam
lemah serta basa kuat dan basa lemah. Kekuatan asam dan basa tersebut dapat
dinyatakan dengan derajat ionisasi.derajat ionisasi merupakan perbandingan antara
jumlah molekul zat yang terionisasi dengan jumlah molekul zat mula-mula. Derajat
ionisasi dilambangkan α. Untuk menentukan besarnya derajat ionisasi dirumuskan:
jumla h mol zat yang terionisasi
α=
jumla h mol zat mula−mula .
Salah satu titik paling penting dalam Kimia analitik ialah titrasi, yaitu
penambahan secara cermat volume suatu larutan yang mengandung zat A yang
konsentrasinya diketahui, kepada larutan kedua yang mengandung zat B yang
konsentrasinya tidak diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya
secara kuantitatif. Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir, ditandai dengan semacam
perubahan sifat fisis, misalnya warna campuran yang bereaksi. Titik akhirdapat
dideteksi dalam campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan zat
yang disebut indikator, yang mengubah warna pada titik akhir. Pada titik akhir,
jumlah zat kimia A yang telah ditambahkansejarah unik berkaitan dengan bahan
kimia B yang tidak diketahui yang semula ada, berdasarkan persamaan reaksi titrasi.
Titrasi memungkinkan kimiawan menentukan jumlah zat yang ada dalam sampel. 2
penerapan titrasi yang paling langsing melibatkan reaksi netralisasi asam basa dan
reaksi oksidasi reduksi (atau redoks). (Oxtoby dkk, 2001: 161)
Jika asam bereaksi dengan basa, maka akan terbentuk garam dan air. Ini
disebut netralisasi. Sengat atau racun dari banyak tumbuhan dan binatang
mengandung asam atau basa, jadi diduga bahwa hal-hal tersebut dapat ditangani
dengan netralisasi. Contohnya, jika seseorang tersengat semut atau terkena
tumbuhan gatal yang mengandung asam metanoat (asam format), maka hal ini dapat
dinetralisasi dengan pemberian amonia yang bersifat basa seperti pada salep-salep
untuk gigitan serangga, misalnya afterbite. ( James dkk, 2008: 42).
Reaksi kimia yang mungkin dipergunakan sebagai basis dari penentuan
titrimetri telah dikelompokkan menjadi empat tipe:
1. Asam basa. ada sejumlah besar asam dan basa yang dapat ditentukan oleh
titrimetri. Jika HA mewakili asam yang akan ditentukan dan B mewakili basa
reaksinya adalah sebagai berikut
HA + OH −¿→ ¿ A- + H2O
Titran pada umumnya adalah larutan standar dari elektrolit kuat, seperti
natrium hidroksida dan asam klorida.
2. Oksidasi-reduksi (redoks).reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi
dipergunakan secara luas dalam analisis titrimetrik. Sebagai contoh, besi
dengan tingkat oksidasi +2 dapat dititrasi dengan sebuah larutan standar dari
serium (IV) sulfat:
Fe2+ + Ce4+ → Fe3+ + Ce3+
3. Pengendapan titik pengendapan dari kation perak dengan anion halogen
dipergunakan secara luas dalam proses titrimetrik. Reaksinya adalah sebagai
berikut:
Ag+ + X- →AgX(s)
Di mana X- berupa klorida, bromida, iodida, atau pun tiosianat (SCN-).
4. Pembentukan kompleks. Contoh dari reaksi di mana terbentuk suatu kompleks
stabil antara ion perak dan sianida:
Ag+ + 2CN-→ Ag(CN)2-
Reaksi ini adalah dasar dari metode liebig untuk penetapan sianida. pereaksi
organik tertentu, seperti asam etilenadiaminatetraasetat (EDTA), membentuk
kompleks stabil dengan sejumlah ion logam dan digunakan secara luas untuk
penentuan titrimetrik dari logam-logam ini. ( Day dkk, 2002: 44).
Dalam menguji suatu reaksi untuk menentukan bisa atau tidaknya reaksi
tersebut digunakan untuk titrasi, kita perlu membuat suatu kurva titrasi titik untuk
reaksi asam-basa, suatu kurva titrasi terdiri dari suatu plot pH atau pOH vs mililiter
titran. kurva tersebut berguna dalam menentukan kelayakan suatu titrasi dan dalam
memilih indikator yang sesuai. ( Day dkk, 2002: 129).
Titrasi asam basa pada prinsipnya merupakan reaksi netralisasi titik sehingga
bisa disebut titrasi netralisasi. Larutan analit pada titrasi netralisasi bisa berupa asam
lemah, asam kuat, basa lemah, basa kuat, maupun garam yang bersifat asam maupun
basa (pursirasari, 2014).
Reaksi penetralan adalah reaksi yang dihasilkan apabila terjadi reaksi antara
asam dan basa titik reaksi penetralan dapat menghasilkan garam dan air sehingga
reaksi penetralan sering disebut juga reaksi penggaraman garam yang terbentuk
dalam reaksi penetralan ini biasanya berupa senyawa ion dari ion positif dan ion
negatif sisa asam.( Melani, 2019: 13).
Menentukan titik ekuivalen dalam suatu titrasi harus mengetahui dengan tepat
berapa volume basa yang ditambahkan dari buret ke asam dalam labu erlenmeyer.
Salah satu cara untuk mengetahui tujuan tersebut ialah dengan menambahkan berapa
tetes indikator asam basakelarutan asam saat awal titrasi. Indikator biasanya adalah
suatu asam atau basa organik lemah dengan warna yang sangat berbeda antara
bentuk tidak terionisasi dan terionisasinya (Chang,2003).
Titrasi yang melibatkan asam dan basa dipergunakan secara luas dalam
pengawasan analisis banyak produk dalam perdagangan, dan disosiasi asam dan basa
menunjukkan pengaruh yang penting terhadap proses metabolik dalam sel hidup.
(Day dkk, 1999: 141).
A. ANALISIS DATA
a. pH larutan sebelum larutan HCL 0,1 M ditambahkan NaOH 0,2M
Dik = M HCl = 0,1 M
V HCl = 10 mL = 0,01 L
Dit = pH....?
Peny =
−¿ ¿
+ ¿+ Cl ¿
HCl−¿ → H ¿
¿
pH=−log ¿ ¿
mol
Mol HCl=M HCl× V HCl=0,1 ×0,01 L=0,001 mol
L
mol
Mol NaOH=M NaOH × V NaOH =0,2 × 0,001 L=0,0002mol
L
pOH = −log ¿ ¿
G. PEMBAHASAN
Prinsip titrasi ini adalah reaksi yang terjadi antara larutan asam dengan
larutan basa. Titrasi asam-basa pada prinsipnya merupakan reaksi netralisasi. Oleh
karena itu, titrasi asam basa biasa disebut titrasi netralisasi. Reaksi netralisasi
merupakan reaksi antara asam dengan basa yang membentuk garam dan air. Metode
analisis titrimetri didasarkan pada reaksi kimia antara larutan analit dengan larutan
titran. Larutan analit pada titrasi netralisasi bisa berupa asam lemah, asam kuat, basa
lemah, basa kuat, ataupun garam yang bersifat asam atau basa. Adapun larutan yang
bertindak sebagai titran (larutan standar) adalah asam kuat atau basa kuat. Jika
larutan standarnya adalah asam kuat maka larutan tersebut disebut netralisasi
asidimetri dan jika larutan standarnya adalah basa kuat maka disebut titrasi
alkalimetri.
Titrasi asam kuat dengan basa kuat merupakan reaksi antara asam kuat
dan basa kuat. Titran yang dipakai dalam titrasi asam basa selalu asam kuat atau
basa kuat. Titik akhir titrasi dapat diketahui dengan membuat kurva titrasi yaitu plot
antara pH larutan sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan. Sebagai
contoh asam kuat dan basa kuat adalah HCl dan NaOH. Reaksi yang terjadi adalah :
H+ + OH- → H2O
(Kation) (Anion) (Air)
Reaksi umum yang terjadi pada titrasi asam basa dapat ditulis sesuai dengan
kedua reaksi diatas. Ion H+ bereaksi dengan OH- membentuk H2O sehingga hasil akhir
titrasi pada titik ekuivalen pH larutan adalah netral. Pada saat melakukan titrasi asam-
basa, kita perlu memperhatikan kemungkinan terjadinya larutan buffer maupun
hidrolisis. Selain itu, kita harus memilih indikator yang sesuai untuk menentukan titik
akhir titrasi. Titik akhir titrasi sama dengan titik ekuivalen. Titik ekuivalen tercapai
ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan sempurna. Pada saat melakukan
titrasi asam basa akan terjadi perubahan derajat keasaman atau pH. Derajat keasaman
pada titrasi asam basa dipengaruhi oleh kekuatan asam dan basa yang bereaksi.
Pada percobaan ini, dilakukan titrasi antara asam kuat dan basa kuat yaitu
HCl 0,1 M dan NaOH 0,2 M. NaOH adalah titrannya dan yang dititrasi adalah HCl.
Tujuan dari titrasi yaitu untuk mengetahui kadar suatu larutan. Prinsip dari proses
titrasi asam-basa ini yaitu dengan mereaksikan kedua macam larutan tersebut.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengisi buret dengan larutan NaOH
0,2 M. Kemudian masukkan 10 ml HCl 0,1 M kedalam labu Erlenmeyer dengan
menggunakan pipet ukur 10 ml, ukur pH larutan dengan indikator universal.
Indikator ini digunakan untuk menentukan titik ekivalen suatu larutan. Setelah pH
larutan diukur, kemudian tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein. Penambahan
indikator PP ini, bertujuan untuk mengetahui tingkat keasaman atau kebasaan suatu
larutan. Sebelum penambahan NaOH, pH yang diperoleh yaitu 1 karena larutan HCl
merupakan larutan asam. Setelah itu, larutan HCl ditetesi dengan indikator PP, tetapi
larutan tidak berubah warna (bening). Tidak terjadinya perubahan warna tersebut
disebabkan karena larutan HCl belum dicampur dengan larutan NaOH. Hal ini
menunjukkan bahwa larutan masih bersifat asam, indikator PP akan bening jika
larutan bersifat asam dan akan berubah warna menjadi merah muda jika larutan
bersifat basa. Ketika larutan HCl ditambahkan lagi dengan larutan NaOH 1 ml,
terjadi perubahan warna merah muda pada larutan. Hal ini menunjukkan bahwa
larutan bersifat basa dan telah mencapai titik ekuivalen. Hal tersebut ditunjukkan
dengan pH larutan pada percobaan I yaitu 7.
H. KESIMPULAN
1. SIMPULAN
Titrasi pada umunya merupakan reaksi penetralan antara larutan asam
dengan larutan basa. Titrasi yang kami gunakan dalam praktikum ialah titrasi asam
kuat dengan basa kuat dengan menggunakan indikator phenolftalein (pp) sebagai
indikator pH yang akan berubah warna larutan menjadi merah muda pada saat telah
mencapai titik akhir pada suasana basa. Dalam titrasi yang dilakukan, ada dua hal
yang perlu diamati yaitu titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekivalen
merupakan suatu keadaan di mana mol larutan HCl sama dengan mol larutan NaOH
sehingga pH yang diperoleh sama dengan 7 sedangkan titik akhir titrasi ialah saat
indikator sudah mengalami perubahan warna sehingga titrasi harus dihentikan saat
sudah terjadi perubahan warna.
2. SARAN
a. Untuk Praktikan : Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih
menguasai konsep tentang materi yang akan di praktikumkan.
b. Untuk Asisten : Sewaktu membimbing praktikan dalam melakukan
praktikum sudah baik tetapi masih butuh di tingkatkan.
c. Untuk Laboran : Kiranya memperhatikan sarana dan prasarana yang ada di
laboratorium dalam hal kelengkapan alat dan bahan.
DAFTAR PUSTAKA
Oxtoby. Gillis. Nachtried. Suminar. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid
1.Jakarta: Erlangga.
James, Joyce. Colin Baker. Helen swain. 2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk
Keperawatan.Indonesia: Erlangga.
Petrucci,Ralph H. 2011. Kimia Dasar Prinsip-Prinsip & Aplikasi modern Edisi Kesembilan Jilid
2. Jakarta: Erlangga.
Afandy, Moh. Azhar.Siti Nuryanti. Anang Wahid M. Diah.2017. Ekstraksi Jalar Ungu (Ipomoea
Batatas L). Menggunakan Variasi Pelarut Serta Pemanfaatannya sebagai IndikatorAsam-
Basa. Vol. 6.No 2: 2302-6030.
Irwanda, Winsen. Andi Hairil Alimuddin. Rudiyansyah.2017. Sistensis Asam oksalat Dari
Getah Tanaman Sri Rejeki(Diefferenbanchiaseguine (jacq) schott) Menggunakan Metode
Hidrolisis Asam Fosfat. Vol. 6(1). 2303-1077.