Anda di halaman 1dari 15

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Dasar yang berjudul “Netralisasi


Asam Basa” disusun oleh:
Nama : Nita Aryuni
NIM : 200105500013
Kelas/ Kelompok : Pendidikan Kimia A / VI
telah diperiksa dan dikonsultasikan dengan Asisten dan Koordinator Asisten maka
laporan ini dinyatakan diterima.

Makassar, November 2020


Kordinator Asisten Asisten

Nur Akasyah Purnamasari Darmawan Zamharri,S.Pd


NIM. 1613040002

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Munawwarah,S. Pd, M. Pd
NIP. 19930531 2019 03 2019
A. Judul Percobaan
Netralisasi Asam Basa
B. Tujuan Percobaan
Melakukan titrasi asam basa dengan menggunakan indikator
C. Landasan Teori
Satu-satunya asam yang diketahui alkimia di zaman dulu adalah asam
asetat yang tak murni, dan basa yang dapat mereka gunakan adalah kalium
karbonat kasar yang didapatkan dari abu tanaman. Baru pada abad
pertengahan, kimiawan Arab mengembangkan metode untuk menghasilkan
asam mineral semacam asam hidrokhlorat atau asam nitrat dan
menggunakannya. Demikian juga basa, bahkan, kata “alkali”, nama umum
untuk basa kuat, berasal dari bahasa Arab (Takeuchi, 2006:159).
Menurut James dkk (2002:40) sifat yang dimiliki semua asam adalah
bahwa di dalam larutan asam akan berdiosiasi untuk mendonorkan
(memberikan) ion hidrogen H+.Contohnya pada asam klorida :
HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq)
Asam klorida ion hidrogen ion klorida

Jadi suatu asam didefinisikan sebagai donor ion hidrogen.Ion hidrogen


juga dikenal sebagai proton.Terdapat beberapa cara untuk mengenali atau
menjelaskan suatu asam yaitu:
a. Memiliki rasa asam
b. Bersifat korosif – membakar jaringan
c. Membuat kertas lakmus menjadi merah
d. Bereaksi dengan basa membentuk garam dan air – netralisasi
e. Memiliki pH kurang dari 7
Menurut Marzuki (2010:83) seorang kimiawan Swedia pada abad ke-19
Svante Arrhenius,mendefinisikan asam adalah zat yang bila dilarutkan dalam
air akan mengalami disosiasi dengan pembentukan ino hidrogen sebagai satu-
satunya ion positif sehingga akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen
(H+) di atas nilainya dalam air murni.
HCl(aq) ←
⃗ H (aq) + Cl (aq)
+ -

Asam klorida ion klorida


Menurut James dkk (2002:41) basa merupakan zat kimia yang berlawanan
dengan asam.Basa merupakan akseptor ion hidrogen. Basa yang dapat larut
dalam air disebut alkali.Semua alkali adalah basa tidak semua basa adalah
alkali.
Alkali berdiosiasi dalam air untuk memberikan ion hidroksida (OH-) :
NaOH(aq) → Na+(aq) + OH-(aq)
Natrium ion ion
hidroksida natrium hidroksida
Ion hidroksida dapat menerim ion hidrogen untuk membentuk air.
OH-(aq) + H+(aq) → H2O(l)
ion hidroksida ion hidrogen air
Beberapa cara lain dapat digunakan untuk mengenali atau menjelaskan
suatu basa yaitu:
a. Memiliki rasa sedikit pahit atau raxa logam
b. Bersifat korosif – membakar jaringan
c. Membuat kertas lakmus menjadi biru
d. Bereaksi dengan asam membentuk garam dan air – netralissi
e. Memiliki pH lebih dari 7
Menurut Marzuki (2010:83-84) basa adalah zat yang bila dilarutan dalam
air akan mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidroksil (OH -)
sebagai satu-satunya ion negatif sehingga akan meningkatkan konsentrasi ion
hidroksil di atas nilainya dalam air murni.
NaOH ←
⃗ Na + OH
+ -

KOH ←
⃗ K + OH
+ -

Menurut Chang (2005:101-102) kekuatan basa dan asam dibedakan


menjadi asam kuat, asam lemah , basa kuat, dan basa lemah.Asam kuat ialah
elektrolit kuat yang untuk kebanyakan tujuan praktis, dianggap sempurna
dalam air. Kebanyakan asam kuat adalah asam anorganik; asam klorida
(HCl), asam nitrat (HNO3); asam perklorat (HclO4) ; dan asam sulfat (H2SO4).
HCl (aq) + H2O(l)→H3O+ (aq) + Cl-(aq)
Asam lemah ialah asam yang terionisasi hanya sedikit dalam air. Pada
kesetimbangan, larutan berair dari asam lemah megandung campuran antar
molekul asam yang tidak terionisasi ion H3O+ dan basa konjugat.Basa kuat
ialah semua elektrolit kuat yang terionisasi sempurna di air.

NaOH(s) H 2 O Na+(aq) + OH(aq)


Basa lemah,sama seperti asam lemah, adalah elektrolit lemah.Amonia adalah


basa lemah yang sangat sedikit terionisasi dalam air.
NH4(aq) + H2O(l) ←
⃗ NH 4(aq) + OH (aq)
+ -

Semua garam merupakan elektrolit kuat. Zat yang kita kenal sebagai
garam dapur, NaCl, merupakan contoh yang sudah dikenal baik. Senyawa ini
merupakan produk dari reaksi asam-basa berikut
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Walaupun demikian karena baik asam maupun basa merupakan elektrolit
kuat, senyawa ini terionisasi secara sempurna dalam larutan. Persamaan
ioniknya adalah
H+ (aq) + Cl- (aq) + Na+ (aq) + OH-(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq) + H2O(l)
Sehingga, reaksinya dapat ditampilkan melalui persamaan ionik total
H+ (aq) + OH-(aq) → H2O(l)
Jika kita memulai reaksi di atas dengan jumlah molar asam dan molar basa
yang sama, pada akhir reaksi kita hanya akan dihasilkan garam dan tidak ada
asam ataupun basa yang tersisa. Hal dapat kita katakan merupakan ciri dari
reaksi penetralan asam-basa (Chang, 2005:99).
Netralisasi dapat didefinisikan sebagai reaksi antara proton (atau ion
hironium) dan ion hidroksida membentuk air.
H+ + OH- → H2O
H2O+ + OH- → 2H2O
Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida).
Dengan stokiometri netralisasi yaitu :
nAMAVA= nBMBVB
dengan bantuan persamaan diatas, mungkin untuk menentukan konsentrasi
basa (atau asam) yang konsentrasinya belum diketahui dengan netralisasi
larutan asam (atau basa) yang konsentrasinya telah diketahui. Prosedur ini
disebut dengan titrasi netralisasi (Takeuchi, 2006:170).
Titrasi yaitu penambahan secara cermat volume suatu larutan yang
mengandung zat A yang konsentrasinya diketahui,kepada larutann kedua
yang mengandung zat B yang konsentrasinya tidak diketahui yang akan
mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif.Selesainya reaksi
yaitu pada titik akhir, ditandai dengan semacam perubahan fisik, misalnya
warna campuran yang berekasi. Titik akhir dapat dideteksi dalam campuran
reaksi yang tidak berawarna dengan menambahkan zat yang disebut
indikator, yang mempengaruhi warna pada titik akhir (Oxtoby dkk,2001:161).
Larutan asam dan basa akan memberikan warna tertentu apabila
direaksikan dengan indikator.Indikator adalah zat yang warnanya berbeda
dalam lingkungan asam dan lingkungan basa. Dengan indikator, kita dapat
mengetahui tingkat kekuatan suatu asam atau basa (Lestari,2016:69)
Berbagai macam indikator dapat digunakan sebagai penunjuk asam, basa,
dan garam.Macam-macam indikator tersebut adalah kertas lakmus, larutan
indikator, indikator universal, dan indikator alami.Contoh larutan indikator
salah satunya larutan phenolptalein (PP) yang memberikan warna pink dalam
lingkungan basa dan tidak berwarna dalam lingkungan asam. Indikator
universal kebanyakan berupa kertas, tetapi ada juga yang berupa larutan. Jika
kertas indikator dicelupkan ke dalam larutan, akan memberikan warna
tertentu yang kemudian dibandingkan dengan warna standar yang tertera
dalam wadahnya untuk mengetahui pH larutan yang sebenarnya. Indikator
universal mengalami perubahan warna pada berbagai pH (Lestari,2016:72).
Indikator merupakan suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan
asam maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai dengan
konsentrasi ion hidrogen melalui proses titrasi. Indikator yang digunakan
pada titrasi basa kuat-asam kuat biasanya berupa indikator sintetis, misalnya
indikator fenolftalein (pp). Indikatorini merupakan indikator sintetis yang
dijual di pasaran dengan harga yang relatif mahal, dapat menyebabkan polusi
kimia, ketersediaan yang terbatas dan biaya produksi yang tinggi (Apriani
dkk,2016:74)
Titik ekuivalen adalah suatu keadaan dimana jumlah mol ion OH - yang
ditambahkan ke larutan sama dengan jumlah mol ion H+ yang semula ada.
Jadi, untuk menentukan titik ekuivalen dalam suatu titrasi, kita harus
mengetahui dengan tepat berapa volume basa yang ditambahkan dari buret ke
larutan asam dalam labu erlenmeyer. Salah satu cara untuk mencapai tujuan
ini adalah meambahkan indikator asam basa saat awal titrasi. Indikator
biasanya adalah suatu asam atau basa organik lemah yang menunjukkan
warna yang sangat berbeda antara bentuk tidak terionisasi dan bentuk
terionisasinya. Kedua bentuk ini berkaitan dengan perubahan larutan yang
melarutkan indikator tersebut (Chang, 2005:142)
Titrasi asam basa bertujuan untuk mengetahui sifat asam suatu sampel
secara kualitatif. Dasar dari reaksi ini adalah reaksi netralisasi asam-
basa,yaitu reaksi ion H3O+dari asam dengan ion OH-dari basa menghasilkan
molekul air (H2O). Proses titrasi asam dengan bahan baku basa disebut
alkalimetri (Irwanda, dkk., 2017:35).
Skala pH (power of hydrogen) berkisar dari 1 sampai 14. Nilai 7
menunjukkansuatu zat bersifat netral Suatu asam memiliki nilai pH yang
lebih kecil dari 7. Semakin nilai pH mendekati nilai nol, maka tingkat
keasamannya semakin kuat, sedangkan jika nilai pH suatu zat mendekati 7,
maka tingkat keasamannya semakin lemah (berkurang). Senyawa bisa
memiliki nilai pH yang lebih besar dari 7 .Semakin nilai pH mendekati nilai
14 tingkat kebasaannya semakin kuat (Lestari,2016:71-72)
Pada titik ekivalen dari titrasi asam asam kuat dan basa kuat, pH larutan
pada temperatur 25°C sam dengan pH air yaitu sama dengan 7.Pada titik
ekivalen, jumlah asam yang dititrasi ekivalen sama dengan jumlah basa yang
dipakai.Untuk menentukan titik didih ekivalen biasanya dipakai indikator
asam basa yaitu suatu zat yang perubahan warnanya bergantung pada pH
larutan. Perubahan warna indikator tertentu timbul perubahan warna, maka
titik akhir tidak selalu berimpit dengan titik ekivalen dan selisihnya disebut
kesalahan titrasi (Tim dosen,2020:21)
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Buret 1 buah
b. Corong biasa 1 buah
c. Erlenmeyer 100 mL 2 buah
d. Pipet ukur 10 mL 1 buah
e. Pipet tetes 1 buah
f. Statif dan klem 1 buah
g. Gelas kimia 250 mL 1 buah
h. Lap kasar 1 buah
i. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Larutan Hidrogen Klorida 0,1M HCl
b. Larutan Natrium Klorida 0,2 M NaOH
c. Indikator Phenolftalein C20H16O4
d. Indikator Universal
E. Prosedur kerja
1. Diisi buret dengan larutan NaOH 0.2 M.
2. Dengan menggunakan pipet ukur 10 mL, dimasukkan 10 mL larutan HCl
0.1 M ke dalam labu erlenmeyer.
3. Diukur pH larutan dengan menggunakan indikator universal, ditambahkan
3 tetes indikator phenolftalein.
4. Dicatat keadaan awal (skala) dalam buret, diteteskan 1 mL larutan NaOH
0.2 M dari buret kedalam larutan HCl dengan hati-hati.
5. Diukur pH larutan menggunakan indikator universal.
6. Dilanjutkan titrasi sampai terjadi perubahan dari tidak berwarna menjadi
merah muda, diukur pH larutan.
7. Dicatat keadaan akhir buret dan volume NaOH yang dipakai.
8. Ditambahkan lagi 1 mL larutan NaOH dari buret dan diukur pH larutan
9. Diulangi titrasi paling sedikit dua kali.
F. Hasil Pengamatan

Titrasi (pH)
Perlakuan
I II
Sebelum penambahan NaOH 1 1
Setelah penambahan NaOH 1 1
Setelah mencapai titik ekuivalen 14 12
Setelah melewati titik ekuivalen 14 14

Titrasi
Perlakuan
I II
Volume NaOH 11,1 mL 2,1 mL

G. Analisis Data
a. pH larutan sebelum penambahan NaOH
Diketahui : MHCl = 0,1 M
Ditanyakan : pH …?
Penyelesaian : HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq)
[H+] = M × a
= 0,1 M × 1
= 0,1 M atau 10-1 M
pH = - log [H+]
= - log 10-1
=1
b. pH larutan setelah penambahan 1mL NaOH 0,2M
Diketahui :
MNaOH = 0,2 M
VNaOH = 1 mL
VHCl = 10 mL
MHCl= 0,1 M
Ditanyakan : pH… ?
Penyelesaian:
MNaOH = 0,2 M → 0,2 mmol/mL
MHCl= 0,1 M → 0,1 mmol/mL
mol HCl = MHCl × VHCl
= 0,1 mmol/ml × 10 mL
= 1 mmol
mol NaOH = MNaOH x VNaOH
= 0,2 mmol/mL x 1 mL
= 0,2 mmol
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
n mula-mula = 1 mmol 0,2 mmol - -
n reaksi = 0,2 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol
n sisa = 0,8 mmol - 0,2 mmol 0,2 mmol
n sisa
[HCl] =
v total
0,8 mmol
=
11mL
= 0,0727 mmol/mL
[H+] = 727 x 10-4 mmol/mL
pH = -log [H+]
= -log [727 x 10-4]
= 4 - log 727
= 1,14
c. pH larutan saat mencapai titik ekuivalen
Diketahui :
MHCl = 0,1 M = 0,1 mmol/mL
MNaOH = 0,2 M = 0,2 mmol/mL
VHCl = 10 mL
VNaOH = 11,1 mL
Ditanyakan : pH . . . . . ?
Penyelesaian :
n HCl =M×V
= 0,1 mmol/mL x 10 mL
= 1 mmol
n NaOH =M×V
= 0,2 mmol/mL x 11,1 mL
= 2,22 mmol
HCl (aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
n mula-mula = 1 mmol 2,22 mmol - -
n reaksi = 1 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol
n sisa = - 1,22 mmol 1 mmol 1 mmol
0,00122 mol
M NaOH sisa =
( 0,01+0,0111 ) L
0,00122mol
=
0,0211 L
= 0,058 M
= 58 x 10-3 M
pOH = - log ¿
= - log 58 x 10-3
= 3 – log 58
= 3 – 1,76
= 1,24
Maka pH = 14 – pOH
= 14 – 1,24
= 12,76
d. pH saat melewati titik ekuivalen
Diketahui:
MNaOH = 0,2 M = 0,2 mmol/mL
VNaOH= 12,1 mL
MHCl = 0,1 M = 0,1 mmol/mL
VHCl = 10 mL
Ditanyakan : pH…?
Penyelesaian:
n HCl = M×V
= 0,1 mmol/mL x 10 mL
= 1 mmol
n NaOH = M.V
= 0,2 mmol/mL x 12,1 mL
= 2,42 mmol
HCl (aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
n mula-mula = 1 mmol 2,42 mmol - -
n reaksi = 1 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol
n sisa = - 1,42 mmol 1 mmol 1 mmol
0,00142 mol
M NaOH sisa =
( 0,01+0,0121 ) L
0,00142mol
=
0,0221 L
= 0,064 M
= 64 x 10-3 M
pOH = - log ¿
= - log 64 x 10-3
= 3– log 64
= 2 – 1,8
= 0,2
Maka pH = 14 – pOH
= 14 – 0,2
= 13,8
e. Grafik
1. Kurva titrasi 1
Volume sebelum penambahan NaOH = 0 mL, pH = 1
Volume setelah penambahan 1 ml NaOH = 1 ml, pH = 1
Volume saat mencapai titik akhir titrasi = 11,1 ml, pH = 14
Volume setelah melewati titik akhir titrasi = 12,1 ml, pH = 14

Titrasi I
15
pH larutan

10 pH
5 volume
0
1 2 3 4
Volume NaOH
2. Kurva titrasi 1
Volume sebelum penambahan NaOH = 0 mL, pH = 1
Volume setelah penambahan 1 ml NaOH = 1 ml, pH = 1
Volume saat mencapai titik akhir titrasi = 2 ml, pH = 12
Volume setelah melewati titik akhir titrasi = 4 ml, pH = 14

Titrasi II
16
14
12
pH larutan

10 pH
8
6 Volume
4
2
0
1 2 3 4
Volume NaOH

H. Pembahasan
Dalam percobaan ini telah dilakukan titrasi asam basa dengan
menggunakan indikator. Indikator yang digunakan ada dua, yakni indikator
universal yang memiliki rentang 1-14 dan indikator phenolftalein Bahan yang
digunakan ialah larutan HCl (Asam klorida) 0,1 M berfungsi sebagai titrat/
bahan yang akan dititrasi, larutan NaOH (Natrium hidroksida) 0,2 M yang
berfungsi sebagai titran.
Percobaan kali ini menggunakan larutan NaOH yang bersifat basa kuat
dan larutan HCl yang bersifat asam kuat untuk dinetralisasi dengan cara titrasi
asam-basa. Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali agar mendapatkan hasil yang
akurat. Hal pertama yang dilakukan adalah mengisi buret dengan larutan
NaOH 0,2 M hingga mencapapai skala nol. Kemudian memasukkan larutan
HCl 0,1 M ke dalam labu erlenmeyer menggunakan pipet ukur 10 mL, pH
larutannya diukur menggunakan indikator universal. Adapun pH larutan yang
diperoleh dari ketiga percobaan masing- masing adalah pH 1 dan pH 1.
Langkah selanjutnya adalah memasukkan 1mL NaOH ke dalam larutan
HCl yang sebelumnya ditambahkan 3 tetes indikator phenolftalein. Fungsi
dari penetesan indikator phenolftalein ini adalah untuk mengetahui kapan
reaksi akan terjadi setelah mencapai titik akhir titrasi dan salah satu alasan
phenolftalein yang digunakan adalah karena indikator ini tidak akan berubah
warna pada suasana asam atau netral. Dari kedua percobaan titrasi tersebut
dihasilkan pH = 1.
Langkah selanjutnya adalah melanjutkan titrasi dengan cara penambahan
NaOH ke dalam larutan HCl sampai terjadi perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi warna merah muda,tetapi pada saat praktikum terjadi
kesalahan sambil menggoyang-goyangkan erlenmeyer agar larutan cepat
merata dan bereaksi. Titrasi dilanjutkan hingga mencapai titik ekuivalen dan
pada saat itu volume NaOH yang dipakai 11,1mL untuk percobaan I dan 1,1
mL untuk percobaan II. Ketika larutan telah berubah, maka titrasi dihentikan
karena telah mencapai titik akhir titrasi (keadaan dimana terjadi perubahan
warna pada indikator), kemudian larutan tersebut di ukur pHnya. Dari ketiga
percobaan didapatkan pH berturut-turut pH 14 dan pH 12. Hal ini tidak sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa pH pada titik ekuivalen adalah pH = 7
atau netral.Hal terjadi karena terlalu banyak NaOH yang ditetesi tanpa
memperhatikan perubahan warna pada indikator.
Langkah selanjutnya yaitu pada larutan yang telah mencapai titik
ekuivalen ditambahkan lagi 1 mL NaOH dengan tujuan mengetahui berapa
pH setelah titrasi sehingga dari ketiga percobaan titrasi ini kami mendapatkan
pH 14 dari kedua titrasi. Hal ini tidak sesuai dengan teori karena bahwa pH
yang dihasilkan setelah melewati titik ekuivalen adalah 12,09.Hal tersebut
juga terjadi dari kesalahan praktikan sendiri yang terlalu banyak
menambahkan NaOH.
I. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa proses titrasi yang
kami lakukan tidak sesuai dengan teori, hal ini disebabkan oleh kelalaian
praktikan dalam menitrasi Secara teori, proses titrasi akan terjadi apabila
larutan HCl dengan NaOH terionisasi secara sempurna, dengan titik
ekuivalen pada pH 7 dan harus ditambahkan indikator phenolftalein agar
dapat diketahui apakah larutan tersebut telah mencapai titik ekuivalen atau
belum. Apabila telah ditambahkan indikator phenolftalein, titik ekuivalen
ditandai dengan berubahnya larutan menjadi merah muda. pH larutan
diukur menggunakan indikator universal. Pada percobaan ini pengukuran
pH dilakukan sebanyak 4 kali yaitu sebelum titrasi, setelah titrasi 1 mL
larutan NaOH 0,2 M, saat mencapai titik ekuivalen dan setelah melewati
titik ekuivalen. pH larutan meningkat seiring dengan semakin banyak
larutan NaOH yang digunakan.
2. Saran
a. Praktikan
Untuk praktikum selanjutnya harus lebih teliti dalam meneteskan
NaOH kedalam larutan HCl.
b. Asisten
Tetap memperhatikan praktikan dalam penggunaan alat, pemakaian
bahan,ataupun pengambilan data.
c. Laboran
Indikator universal yang digunakan tidak sesuai dengan botolnya,
untuk itu alat dan bahan telah diperiksa sebelum praktikum dimulai.
DAFTAR PUSTAKA

Apriani, Idiawati, Destiarti. 2016. Ekstrak Methanol Buah Lakum (Cayratia


Trifolia (L. Domin) sebagai Indikator Alami pada Titrasi Basa Kuat Asam
Kuat. JKK. Vol.5 (4): ISSN 2303-1077

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I.
Jakarta: Erlangga.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep Konsep Inti Edisi Ketiga.Jilid II
Jakarta: Erlangga.

Irwanda, Winsen; Andi Hairil Alimuddin dan Rudiyansyah. 2017. Sintesis Asam
Oksalat Dari Getah Batang Tanaman Sri Rejeki (Dieffenbachia Seguine
(Jacq.)Schott) Menggunakan Metode Hidrolisis Asam Fosfat. JKK.Vol 6
No.2 : ISSN 2303-1077.

James,Joyce; Colin Baker; dan helen Swain.2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk


Keperawatan. Jakarta : Erlangga

Lestari,Puji. 2016. Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh (Averhoa Bilimbi)


untuk Uji Larutan Asam-basa. Jurnal Pendidikan Madrasah. Vol
1(1):ISSN 2527-6794

Marzuki Ismail, Amirullah dan Fitriana. 2010. Kimia Dalam Keperawatan.


Takalar: Pustaka As Salam.

Oxtoby, David W ; H.P Gillis ; dan Normah H.Nachtrieb. Kimia Modern Edisi
Keempat Jilid I. 2001. Jakarta: Erlangga

Takeuchi, Yashito. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta: Erlangga

Tim Dosen Kimia. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Dasar Untuk Jurusan Kimia.
Makassar: Universitas Negeri Makassar

Anda mungkin juga menyukai