Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

ASAM BASA

DISUSUN OLEH :
PANJI MUHAMAD NAUVAL
X IPA 3

SMA Negeri 10 Bandung


Jl. Cikutra No.77, Cikutra, Kec. Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat 40124
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Asam dan basa sudah dikenal sejak dulu, dan memiliki peran penting dalam proses
kimia di alam. Secara sederhana, asam dapat diartikan sebagai suatu senyawa yang memiliki
rasa asam dan memerahkan lakmus biru. Istilah asam berasal dari kata Latin acidus (asam),
yang berkaitan dengan kata acer (tajam) dan acetum (cuka). Cuka merupakan larutan
air dari asam asetat. Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum
merupakan senyawa kimia yang apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan
dengan pH lebih kecil dari 7. Sifat-sifat asam diantaranya yaitu memiliki rasa asam dan
bersifat korosif sehingga dapat bereaksi dengan logam, batu kapur, dan mineral terutama
pada jenis asam-asam kuat. Asam juga dapat menyebabkan warna kertas lakmus biru
berubah menjadi warna merah, sehingga hal tersebut dapat menjadi tanda untuk
mengetahui apakah senyawa tersebut bersifat asam atau basa. Asam-asam kuat dapat
menghantarkan arus listrik pada larutan elektrolit. Contoh, air aki mengandung asam sulfat
(H2SO4).
Basa dapat diartikan sebagai suatu senyawa yang memiliki rasa pahit dan
membirukan lakmus merah. Istilah alkali (basa) berasal dari bahasa Arab al-qali, yaitu abu
dari suatu tanaman yang berkaitan dengan daerah rawa garam dan padang pasir. Basa
dapat dikenali karena memiliki rasa yang pahit. Namun, tidak dianjurkan mengenali
suatu basa dengan cara mencicipinya. Karena banyak diantaranya yang bersifat korosif
bahkan beracun. Contoh, sabun yang terbuat dari natrium hidroksida (NaOH) atau
kalium permanganat (KMnO4).
Sudah lama diketahui bahwa asam dan basa saling menetralkan. Namun, tidak
semua senyawa bisa kita cicipi karena beberapa sifatnya yang berbahaya maka, suatu
larutan dapat diketahui sifat asam atau basanya dengan menggunakan indikator asam-basa,
yaitu zat yang mempunyai warna berbeda dalam larutan asam dan larutan basa. Salah satu
contohnya adalah kertas lakmus.

1.2. Dasar Teori


Terdapat 3 teori yang digunakan dalam menentukan Asam-Basa, yaitu :
a. Teori Asam Basa Arrhenius
Menurut Arrhenius, Asam adalah zat yang jika dimasukkan dalam air zat tersebut
dapat menghasilkan ion hydronium (H +). Senyawa asam pada umumnya merupakan
senyawa kovalen polar yang terlarut dalam air.
Jika HaX adalah asam, maka reaksi ionisasi senyawa HaX dalam air adalah sebagai
berikut:
HaX (aq) → aH+ (aq) + Xa- (aq)
Keterangan:
a: valensi asam/jumlah ion H+ yang dihasilkan jika 1 molekul senyawa asam
mengalami reaksi ionisasi.
Berikut adalah contoh senyawa yang termasuk asam dan reaksi ionisasinya dalam air.
Tabel 1.1. Beberapa contoh asam dan reaksi ionisasinya
N Rumus Kimia Nama Reaksi ionisasi
o.
1. HCl Asam klorida HCl (aq) →H+ (aq) + Cl- (aq)
2. HBr Asam bromida HBr (aq) →H+ (aq) + Br- (aq)
3. H2SO4 Asam sulfat H2SO4 (aq) →2H+ (aq) + SO42- (aq)
4. HNO3 Asam nitrat HNO3 (aq) →H+ (aq) + NO3- (aq)
3. H2S Asam sulfida H2S (aq) →2H+ (aq) + S2- (aq)
4. CH3COOH Asam asetat CH3COOH (aq) → H+ (aq) + CH3COO- (aq)

Menurut Arrhenius, Basa adalah zat yang jika dimasukkan dalam air zat tersebut
dapat menghasilkan ion hidroksida (OH-).
Jika L(OH)b adalah asam, maka reaksi ionisasi senyawa L(OH)b dalam air adalah sebagai
berikut:
L(OH)b (aq) →Lb+ (aq) + bOH- (aq)
Senyawa NH3 merupakan senyawa kovalen polar tetapi bersifat basa karena dalam air
dapat menghasilkan ion hidroksida.

Tabel 1.2. Beberapa contoh basa dan reaksi ionisasinya


N Rumus Kimia Na Reaksi ionisasi
o. ma
1. NaOH Natrium hidroksida NaOH (aq) → Na+ (aq) + OH- (aq)
2. KOH Kalium hidroksida KOH (aq) → K+ (aq) + OH- (aq)
3. Mg(OH)2 Magnesium hidroksida Mg(OH)2 (aq) → Mg2+ (aq) + 2OH- (aq)
4. Al(OH)3 Aluminum hidroksida Al(OH)3 (aq) → Al3+ (aq) + 3OH- (aq)
5. NH3 Amoniak NH3(aq)+ H2O(l) ⇌NH4+ (aq) + OH-(aq)

b. Teori Asam Basa Bronsted-Lowry


Teori asam basa Arrhenius tidak bisa menjelaskan sifat asam basa pada larutan
yang tidak mengandung air. Kelemahan ini diatasi menggunakan teori asam basa
bronsted-lowry. Teori ini bisa menjelaskan sifat asam basa larutan dengan jenis
pelarut yang bermacam-macam.
Bronsted-lowry menjelaskan basa adalah spesi (ion atau molekul) yang dapat
memberikan ion H+ (donor proton), sedangkan basa adalah spesi yang dapat
menerima ion H+(akseptor proton)
Asam = donor H+ Basa = akseptor H+

Berikut adalah contoh teori ini dalam menjelaskan sifat asam dan basa suatu larutan.
HCl (aq) + H2O (aq) ⇌ H3O+ (aq) + Cl-(aq)

Dari peristiwa transfer proton tersebut maka masing-masing larutan dapat dijelaskan
sifat asam dan basanya sebagai berikut:
HCl (aq) + H2O (aq) ⇌ H3O+ (aq) + Cl-(aq)
Asam 1 basa 2 asam 2 basa 1

HCl bersifat asam karena memberikan ion H+ pada molekul H2O, kemudian H2O bersifat
basa karena menerima ion H+ dari HCl.
Cl- adalah basa konjugasi dari HCl, berikut reaksi penjelasannya:
HCl ⇌ H+ + Cl-
Asam basa konjugasi

H3O+ adalah asam konjugasi dari H2O, berikut reaksi penjelasannya:

H2O + H+ ⇌ H3O+

Basa asam konjugasi


Asam dan basa konjugasi atau basa dan asam konjugasi disebut sebagai pasangan
asam basa konjugasi. Garis hubung berikut menunjukkan pasangan asam basa
konjugasi

c. Teori Asam Basa Lewis


Dalam kesempatan lain, G. N. Lewis mengemukakan teori asam basa yang lebih
luas dibanding kedua teori sebelumnya dengan menekankan pada pasangan elektron
yang berkaitan dengan struktur dan ikatan. Menurut definisi asam basa Lewis asam
adalah akseptor pasangan elektron, sedangkan basa adalah donor pasangan
elektron.

Asam = akseptor pasangan elektron = basa = donor pasangan elektron

Sebagai contoh, reaksi antara BF3 dan NH3 merupakan reaksi asam–basa, di mana BF3
sebagai asam Lewis dan NH3 sebagai basa Lewis. NH3 memberikan pasangan elektron
kepada BF3 sehingga membentuk ikatan kovalen koordinasi antara keduanya.

Kelebihan definisi asam basa Lewis adalah dapat menjelaskan reaksi-reaksi asam–
basa lain dalam fase padat, gas, dan medium pelarut selain air yang tidak melibatkan
transfer proton.

1.3. Tujuan
1. Mengetahui larutan asam dan basa menggunakan kertas lakmus
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Alat dan Bahan


1. Alat :
● Cuka
● Sabun cair
● Jeruk (lemon)
● Promag
● Minuman berkarbonasi
● HCL
● KOH
● NaOH
● H2SO4

2. Bahan :
● Aqua gelas bekas
● sendok
● plat tetes
● kertas lakmus merah dan biru
● Gelas ukur
● pipet
● Mortir stamper / alu dan mortar
● gunting

2.2. Langkah Kerja


1. potong pendek aqua gelas bekas menggunakan gunting
2. masukkan cuka, sabun cair, minuman berkarbonasi, perasan air jeruk, dan promag
yang sudah dilarutkan ke dalam masing-masing 5 buah aqua gelas bekas
3. masukkan HCL, KOH, H2SO4, dan NaOH ke dalam plat tetes secukupnya
menggunakan pipet
4. siapkan kertas lakmus merah dan biru kemudian bagi menjadi beberapa bagian
sesuai kebutuhan
5. celupkan kertas lakmus merah dan biru ke dalam masing-masing dari 5 cairan di
dalam aqua gelas dan 4 senyawa di dalam plat tetes
6. amati perubahannya

2.3. Hasil Percobaan


Cara kerja kertas lakmus adalah apabila kertas lakmus biru dicelupkan ke dalam
larutan yang memiliki sifat asam, maka kertas lakmus berubah warna menjadi merah. Lalu,
jika kertas lakmus biru dicelupkan ke dalam larutan air yang bersifat basa atau netral, maka
kertas lakmus tetap berwarna biru.
Dan apabila kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam larutan yang memiliki sifat basa,
maka kertas lakmus berubah menjadi warna biru. Lalu, jika kertas lakmus merah dicelupkan
ke dalam larutan basa atau netral, maka kertas lakmus tetap berwarna merah.

Hasil percobaan dapat dilihat pada dokumentasi di bawah ini :

Maka dapat disimpulkan bahwa :

Nama Bahan/Senyawa Lakmus Kesimpulan

Merah Biru

Promag B B Basa

Sabun Cair B B Basa

Jeruk Lemon M M Asam

Cuka M M Asam

Minuman Berkarbonasi M M Asam

KOH B B Basa

NaOH B B Basa

HCL M M Asam

H2SO4 M M Asam
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kertas Lakmus dapat dijadikan sebagai Indikator untuk menentukan apakah suatu
larutan bersifat asam atau basa. Cara kerjanya adalah apabila kertas lakmus biru dicelupkan
ke dalam larutan yang memiliki sifat asam, maka kertas lakmus berubah warna menjadi
merah. Lalu, jika kertas lakmus biru dicelupkan ke dalam larutan air yang bersifat basa atau
netral, maka kertas lakmus tetap berwarna biru.
Dan apabila kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam larutan yang memiliki sifat basa,
maka kertas lakmus berubah menjadi warna biru. Lalu, jika kertas lakmus merah dicelupkan
ke dalam larutan basa atau netral, maka kertas lakmus tetap berwarna merah.
Salah satu larutan yang bersifat netral adalah larutan garam, dimana ditandai
dengan tidak adanya perubahan warna pada kertas lakmus biru dan kertas lakmus merah.

3.2. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai