Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Reaksi asam-basa adalah reaksi kimia yang terjadi antara asam dan basa.

Asam adalah zat yang ketika dilarutkan dalam air, memiliki aktivitas ion hidrogen

lebih besar daripada yang dilakukan air murni, sedangkan basa adalah zat yang,

ketika dilarutkan dalam air, dapat menerima ion hidrogen. Keasaman larutan

diukur berdasarkan skala pH, zat dengan pH kurang dari tujuh adalah asam

sementara larutan dengan pH lebih dari tujuh adalah basa. Ada banyak penjelasan

yang berbeda dan bentuk-bentuk reaksi asam-basa, karena mereka dapat terjadi

dalam berbagai cara dan telah dipelajari oleh sejumlah ahli kimia yang berbeda.

Ada beberapa sifat yang berbeda yang mendefinisikan asam dan basa

selain apakah mereka dapat memberikan atau menerima ion hidrogen. Asam

mengubah kertas lakmus biru menjadi merah, memiliki rasa asam, dan bereaksi

dengan beberapa logam untuk membebaskan oksigen. Basa, di sisi lain,

mengubah kertas lakmus merah menjadi biru, memiliki rasa pahit, dan sering

memiliki perasaan licin. Kedua asam dan basa menghantarkan listrik.

Biasanya, ketika asam dan basa direaksikan bersama-sama, mereka

menghasilkan garam. Garam adalah produk netral reaksi asam-basa. Misalnya,

ketika asam klorida direaksikan dengan natrium hidroksida, basa kuat, produk dari

reaksi adalah NaCl, atau natrium klorida, yang merupakan garam meja biasa dan

tidak asam atau basa, memiliki pH sekitar tujuh. Ketika garam dilarutkan dalam

air, mereka dikenal sebagai elektrolit dan mereka menghantarkan listrik. Ada

1
beberapa klasifikasi yang berbeda dari garam, karena beberapa pelepasan ion

hidroksida bila dilarutkan, beberapa pelepasan ion hidronium, dan beberapa tidak

ada pelepasan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Apabila asam kuat direaksikan dengan basa kuat maka akan menghasilkan

garam netral, dengan pH = 7. Apabila asam kuat direaksikan dengan basa lemah

maka akan menghasilkan garam dengan sifat asam. Apabila asam lemah

direaksikan dengan basa kuat maka akan menghasilkan garam dengan sifat basa.

Apabila asam lemah direaksikan dengan basa lemah maka akan menghasilkan

garam dengan sifat yang tergantung pada nilai ka maupun kb.

Asam sering dikenali sebagai zat berbahaya dan korosif. Hal ini benar

untuk beberapa jenis asam yang digunakan di laboratorium, seperti asam sulfat

dan asam klorida. Tetapi asam yang tidak berbahaya juga banyak ditemui dalam

kehidupan sehari – hari. Misalnya pada cuka dan buah – buahan. Seperti halnya

asam, basa juga sering digunakan dalam kehidupan sehari – hari. Misalnya dalam

pasta gigi, deterjen, atau cairan pembersih. Secara umum, asam dapat dikenali dari

bau dan rasanya yang tajam / asam. Sedangkan basa bersifat licin dan rasanya

pahit. Bila diteteskan pada kertas litmus, asam akan memberikan warna merah dan

basa akan memberikan warna biru.

2.1 Teori – teori Asam Basa

a. Teori Arrhenius

Menurut Arrhenius (1884), asam adalah zat yang melepaskan ion H + atau

H3O+ dalam air. Sedangkan basa adalah senyawa yang melepas ion OH- dalam

air.

3
HA + aq  H+(aq) + A-(aq)

BOH + aq  B+(aq) + OH-(aq)

Di dalam air, ion H+ tidak berdiri sendiri, melainkan membentuk ion dengan H2O.

H+ + H2O  H3O+ (ion hidronium)

Berdasarkan jumlah ion H+ yang dapat dilepaskan, asam dapat terbagi menjadi

1. Asam monoprotik  melepaskan 1 ion H+

Contoh : asam klorida (HCl)

HCl  H+(aq) + Cl-(aq)

2. Asam diprotik  melepaskan 2 ion H+

Contoh : asam sulfat (H2SO4)

H2SO4  H+(aq) + HSO4-(aq)

HSO4-  H+(aq) + SO42-(aq)

3. Asam triprotik  melepaskan 3 ion H+

Contoh : asam fosfat (H3PO4)

H3PO4  H+(aq) + H2PO4-(aq)

H2PO4-  H+(aq) + HPO42-(aq)

HPO42-  H+(aq) + PO43-(aq)

4
Bila asam dan basa direaksikan, maka produk yang akan terbentuk adalah

senyawa netral (yang disebut garam) dan air. Reaksi ini disebut sebagai reaksi

pembentukan garam atau reaksi penetralan, yang akan mengurangi ion H + dan

OH- serta menghilangkan sifat asam dan basa dalam larutan secara bersamaan.

Jika asam yang bereaksi dengan basa adalah asam poliprotik, maka akan

dihasilkan lebih dari satu jenis garam. Misalnya pada rekasi antara NaOH dengan

H2SO4.

NaOH + H2SO4  NaHSO4 + H2O

NaHSO4 + NaOH  Na2SO4 + H2O

Senyawa NaHSO4 disebut sebagai garam asam, yaitu garam yang tebentuk

dari penetralan parsial asam poliprotik. Garam asam bersifat asam, sehingga dapat

bereaksi dengan basa membentuk produk garam lain yang netral dan air.

b. Teori Brönsted – Lowry

Teori Arrhenius ternyata hanya berlaku pada larutan dalam air. Teori ini

tidak dapat menjelaskan fenoena pada reaksi tenpa pelarut atau dengan pelarut

bukan air. Pada tahun 1923, Brönsted – Lowry mengungkapkan bahwa sifat asam

– basa ditentukan oleh kemempuan senyawa untuk melepas / menerima proton

(H+). Menurut Brönsted – Lowry, asam adalah senyawa yang memberi proton

(H+) kepada senyawa lain.

Contoh : HCl + H2O  H3O+ + Cl-

Sedangkan basa adalah senyawa yang menerima proton (H+) dari senyawa lain.

5
Contoh : NH3 + H2O  NH4+ + OH-

Dalam larutan, asam / basa lemah akan membentuk kesetimbangan dengan

pelarutnya. Misalnya HF dalam pelarut air dan NH3 dalam air.

HF + H2O  H3O+ + F-

a1 b2
b1 a2

NH3 + H2O  NH4+ + OH-

Pasangan a1 – b2 dan a2 – b1 merupakan pasangan asam – basa konjugasi.

 Asam konjugasi : asam yang terbentuk dari basa yang menerima

proton

 Basa konjugasi : basa yang terbentuk dari asam yang melepas

proton

Teori Brönsted – Lowry memperkenalkan adanya zat yang dapat bersifat

asam maupun basa, yang disebut sebagai zat amfoter. Contohnya adalah air. Di

dalam larutan basa, air akan bersifat asam dan mengeluarkan ion positif (H 3O+).

Sedangkan dalam larutan asam, air akan bersifat basa dan mengeluarkan ion

negatif (OH-).

c. Teori Lewis

Lewis mengelompokkan senyawa sebagai asam dan basa menurut

kemampuannya melepaskan / menerima elektron. Menurut Lewis :

6
 Asam : - senyawa yang menerima pasangan elektron

- senyawa dengan elektron valensi < 8

 Basa : - senyawa yang mendonorkan pasangan elektron

- mempunyai pasangan elektron bebas

Contoh : Reaksi antara NH3 dan BF3

H3N : + BF3  H3NBF3

Nitrogen mendonorkan pasangan elektron bebas kepada boron. Pasangan

elektron bebas yang didonorkan ditandai dengan tanda panah antara atom nitrogen

dan boron.

Kelebihan teori Lewis ini adalah dapat menjelaskan reaksi penetralan yang

dilakukan tanpa air. Misalnya pada reaksi antara Na2O dan SO3. Menurut

Arrhenius, reaksi penetralan ini harus dilakukan dalam air.

Na2O + H2O  2 NaOH

SO3 + H2O  H2SO4

2 NaOH + H2SO4  2 H2O + Na2SO4

Teori Lewis memberikan penjelasan lain untuk menjelaskan reaksi ini.

Na2O(s) + SO3(g)  Na2SO4(s)

2 Na+ + O2-  2 Na+ + [ OSO3 ]2-

7
2.2 Konsep pH

Air memiliki sedikit sifat elektrolit. Bila terurai, air akan membentuk ion

H+ dan OH-. Kehadiran asam atau basa dalam air akan mengubah konsentrasi ion

– ion tersebut. Untuk suatu larutan dalam air, didefinisikan pH dan pOH larutan

untuk menunjukkan tingkat keasaman.

a. Derajat keasaman (pH) Asam / Basa Kuat

Penentuan pH asam / basa kuat dihitung dengan persamaan

pH = - log [H+]

pOH = - log [OH-]

Dalam satu liter air murni, terdapat ion H + dan OH- dengan konsentrasi masing –

masing 10-7 M. Sehingga, pH air murni adalah

pH = - log [10-7]

pH = 7

Hasil kali ion [H+] dan [OH-] dalam air selalu konstan, dan disebut tetapan air

(Kw).

Kw = [H+] [OH-] = 10-14

pH + pOH = 14

b. Derajat keasaman (pH) Asam / Basa Lemah

Asam dan basa lemah hanya terurai sebagian dalam air.

Bila asam lemah terurai dalam air :

HA + H2O = H3O+ + A-

8
Tetapan kesetimbangan untuk asam lemah (Ka) dinyatakan sebagai :

[ H 3 O+ ].[ A− ]
Ka = [ HA ]

Nilai pH asam lemah dinyatakan sebagai:

pH = √ Ka. M
M adalah nilai konsentrasi larutan yang akan ditentukan derajat keasamannya.

Basa lemah terurai dalam air dengan reaksi

NH3 + H2O = NH4+ + OH-

Tetapan kesetimbangan untuk asam lemah (Ka) dinyatakan sebagai :



[ NH + ].[OH ]
4

Kb = [ NH 3 ]

Nilai pOH basa lemah dinyatakan sebagai :

pOH = √ Kb. M

2.3 Larutan Penyangga (Buffer)

Bila suatu larutan mengandung asam dan basa lemah, larutan tersebut

dapat menyerap penambahan sedikit asam / basa kuat. Penambahan asam kuat

akan dinetralkan oleh basa lemah, sedangkan penambahan basa kuat akan

dinetralkan oleh asam lemah. Larutan seperti ini disebut sebagai larutan

penyangga atau larutan buffer. Pada umumnya, larutan penyangga merupakan

pasangan asam – basa konjugasi yang dibuat dari asam / basa lemah dan

garamnya. Contohnya asam asetat (CH3COOH) dan natrium asetat (CH3COONa).

9
Ion asetat (CH3COO-) merupakan basa konjugat dari asam asetat. Untuk larutan

penyangga, nilai pH dan pOH dinyatakan sebagai

[ garam ]
pH = pKa + log [ asam ]

[ garam ]
pOH = pKb + log [ basa]

2.4 Hidrolisa

Bila garam bereaksi dengan air, maka akan terurai dan melepaskan asam

atau basa bebas.

BA + H2O = BOH + HA

Proses ini disebut sebagai hidrolisa. Salah satu produk reaksi ini (HA atau

BOH) akan terurai kembali bila asam atau basa tersebut merupakan elektrolit

kuat. Tetapan kesetimbangan reaksi hidrolisa (Kh) dinyatakan sebagai

Kw
Kh = Ka ( bila garam terbentuk dari basa kuat dan asam lemah )

atau

Kw
Kh = Kb ( bila garam terbentuk dari asam kuat dan basa lemah )

Perbandingan antara bagian yang terhidrolisa dengan kadar garam semula disebut

derajat hidrolisa ().

10
BAB III

KESIMPULAN

Asam dalam pelajaran kimia adalah senyawa kimia yang bila dilarutkan

dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi

modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat

lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu

basa.

Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika

dilarutkan dalam air. Basa memiliki pH lebih besar dari 7. Seperti hal-nya asam,

basa juga terbagi dua macam yaitu basa kuat dan basa lemah.

Basa mempunyai rasa pahit dan merusak kulit, terasa licin seperti sabun

bila terkena kulit. Dan dapat menetralkan asam.Jika pH = 7, maka larutan bersifat

netral. Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam. Jika pH > 7, maka larutan bersifat

basa.

Biasanya, ketika asam dan basa direaksikan bersama-sama, mereka

menghasilkan garam. Garam adalah produk netral reaksi asam-basa. Misalnya,

ketika asam klorida direaksikan dengan natrium hidroksida, basa kuat, produk dari

reaksi adalah NaCl, atau natrium klorida, yang merupakan garam meja biasa dan

tidak asam atau basa, memiliki pH sekitar tujuh. Ketika garam dilarutkan dalam

air, mereka dikenal sebagai elektrolit dan mereka menghantarkan listrik.

11

Anda mungkin juga menyukai