Anda di halaman 1dari 36

BAB 1

ASAM DAN BASA

KOMPETENSI DASAR :
3.10 Menjelaskan konsep asam dan basa serta kekuatannya dan kesetimbangan
pengionannya dalam larutan
4.10 Menganalisis trayek perubahan pH beberapa indikator yang diekstrak dari bahan alam
melalui percobaan

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI :


3.10.1 . Menjelaskan pengertian asam dan basa menurut Arrhenius, Lewis, dan Bronsted-
Lowry
3.10.2 Menuliskan persamaan reaksi asam basa menurut Bronstted-Lowry dan
menunjukkan pasangan asam basa konjugasinya
3.10.3 Menyebutkan contoh asam dan basa dalam kehidupan sehari-hari
3.10.4 Menjelaskan perbedaan asam dan basa
3.10.5 Menyebutkan indikator alam dan indikator kimia
3.10.6 Menjelaskan hubungan kekuatan asam dengan derajat ionisasi dan tetapan
kesetimbangan ionisasinya.
3.10.7  Menghitung konsentrasi H+ dan OH- pada asam kuat dan basa kuat
3.10.8 Menghitung konsentrasi H+ dan OH- pada asam lemah dan basa lemah
3.10.9  Menghitung konsentrasi H+ dan OH- pada asam lemah dan basa lemah jika
dikatahui a
3.10.10 Menghitung pH larutan asam/basa dari data konsentrasinya
3.10.11  Menentukan pH menggunakan indikator
3.10.12 Melakukan percobaan untuk memprediksi pH suatu larutan dengan menggunakan
beberapa indikator
3.10.13 Mengolah dan menyimpulkan data berdasarkan trayek perubahan warna
3.10.14 Mengkomunikasikan hasil percobaan tentang pH suatu larutan

1
A. Teori asam basa
Beberapa buah-buahan seperti jeruk, mangga, dan tomat rasanya masam. Rasa masam tersebut
berasal dari zat yang disebut asam, sedangkan jika kita sakit maag (karena kelebihan asam lambung)
maka kita minum obat maag yang mengandung senyawa basa. Asam dan basa saling menetralkan,
sehingga kelebihan asam lambung dapat dinetralkan dengan obat maag yang mengandung basa.
 Berdasarkan teori asam basa Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air dapat melepaskan ion
hydrogen (H+), sedangkan basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion hidroksida (OH -).
H+(aq) tidak berupa proton bebas tetapi terikat secara kimia pada molekul air, membentuk H 3O+
(aq). Spesi ini dinamakan ion hidronium. Adanya ion hidronium dan ion hidroksida dalam larutan

air akibat ionisasi air


H2O(l) + H2O(l) ⇄ H3O+(aq) + OH-(aq)
Dengan demikian , pelarutan asam atau basa ke dalam air akan menggeser reaksi ionisasi air.
Contoh asam :
HCl bila dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan ion H + dan ion Cl-
HCl(aq) ⇄ H+(aq) + Cl-(aq) atau HCl(aq) + H2O(aq) ⇄ H3O+(aq) + Cl-(aq)
Contoh basa :
KOH bila dilarutkan kedalam air akan menghasilkan ion K + dan ion OH-
KOH(s) ⇄ K+(aq) + OH-(aq)
 Berdasarkan teori asam basa Brownsted-Lowry, asam adalah pemberi /donor proton (H +),
sedangkan basa adalah penerima/akseptor proton (H +).
Contoh :

Pada reaksi tersebut terlihat bahwa H 2O dapat bersifat sebagai asam dan basa. Zat yang
demikian disebut zat amfoter. Zat amfoter artinya zat yang memiliki kemampuan untuk
bertindak sebagai asam atau basa. Contoh lain yang termasuk amfoter adalah HCO 3-

CATATAN :
Cara mudah untuk mengingat asam basa konjugasi Bronsted-Lowry

1. Untuk membuat asam konjugasi : tambahkan 1 H +


Contoh : PO43- asam konjugasinya HPO42-
2. Untuk membuat basa konjugasi : ambil 1 H +
Contoh : H2SO4 basa konjugasinya HSO4-

2
 Berdasarkan teori asam basa Lewis, asam adalah spesi yang menerima pasangan electron
(akseptor proton), sedangkan basa adalah spesi yang memberikan electron (donor proton)

H H +
I I
H+ + N H N H
●● I
/ \ H
H H
asam basa

 Sifat-sifat asam dan basa


Sifat Asam Sifat Basa
 Rasanya asam dan bersifat korosif  Rasanya pahit,terasa licin seperti
 Mengubah warna lakmus biru menjadi sabun,dapatmerusak kulit
merah  Mengubah warna lakmus merah menjadi
 Merupakan larutan elektrolit karena biru
dapat terurai menjadi ion-ionnya  Merupakan larutan elektrolit karena
dapat terurai menjadi ion-ionnya

 Indikator adalah zat warna yang warnanya bergantung pada keasaman suatu larutan
 Jenis indikator :
 Indikator alami : kunyit,kol merah,bunga mawar, air the, lumut kerak
 Indikator kimia : lakmus merah,lakmus biru, metil jingga, metil merah, fenolftalin
Ada dua jenis kertas lakmus, yaitu
1) Kertas lakmus merah
Kertas lakmus merah berubah menjadi berwarna biru dalam larutan basa dan pada
larutan asam warnanya tidak berubah (tetap merah).
2) Kertas lakmus biru
Kertas lakmus biru berubah menjadi berwarna merah dalam larutan asam dan pada
larutan basa warnanya tidak berubah (tetap biru).

LATIHAN 1.
1) Tentukan senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa dan pasangan asam-basa
konjugasinya!
a. H2CO3 + CN- ⇄ HCN + HCO3-
b. NO3- + H2SO4 ⇄ HNO3 + HSO4-
c. HClO4 + H2O ⇄ H3O+ + ClO3-
d. NH4 + + H2O ⇄ NH3 + H3O+
2) Gambarkan struktur lewis dari masing-masing senyawa, kemudian tentukan zat yang
bertindak sebagai asam atau basa
a. Zat yang bereaksi : AlCl3 + NH3 ⇄ Cl3AlNH3
b. Zat yang bereaksi : CO2 + O2- ⇄ CO32-

3
3) Lengkapilah tabel berikut!
Warna lakmus pada larutan
No Larutan Sifat larutan
Lakmus merah Lakmus biru
1 Air cuka …. merah merah
2 Air sabun …. biru biru
3 Air kapur basa … …
4 Air garam netral … …
5 Akuades … merah biru
6 Obat maag … … …
7 Air jeruk asam … …

B. Derajat Keasaman (pH)


Derajat keasaman suatu zat dapat dinyatakan dengan istilah pH. Harga pH berkisar antara 1-14
dan menunjukkan asam atau basa suatu larutan. Harga pH tergantung dari jumlah ion H + dan ion
OH- yang terkandung di dalam larutan.
Air merupakan elektrolit yang sangat lemah. Air murni akan mengalami ionisasi menghasilkan H +
dan OH- dengan jumlah sangat kecil. Persamaan reaksinya sebagai berikut.
H2O(l) ⇄ H+(aq) + OH-(aq)
Tetapan kesetimbangan air (Kw) dapat dinyatakan dengan penurunan rumus sebagai berikut.

K = [H+] [OH-] K [H2O] = [H+] [OH-] Kw = [10-7] [10-7]


[H2O] Untuk air murni Kw = 10- 14
[H+] = [OH-] = [10-7]

Diingat
pH = - log [H+] pOH = - log [OH-] pH + pOH = 14

Dari uraian di atas dapat simpulkan bahwa:


a. Larutan bersifat netral jika [H+] = [OH-] atau pH = pOH = 7.
b. Larutan bersifat asam jika [H+] > [OH-] atau pH < 7.
c. Larutan bersifat basa jika [H+] < [OH-] atau pH > 7.
 Kekuatan asam atau basa ditentukan oleh tingkat ionisasi/derajat ionisasinya, yakni banyak
sedikitnya ion H+ atau OH- yang dilepas oleh asam atau basa, yang dinyatakan oleh derajat
ionisasi (α)
jumlah mol zat yang terionisasi
α=
jumlah mol zat mula−mula

 Asam kuat atau basa kuat α=1


 Kekuatan asam dan basa dirumuskan :

Diingat

4
Asam Kuat Basa Kuat
[H+ ] = a x [HA] [OH-] = b x [BOH]
a = valensi asam b = valensi basa

Contoh soal 1 :
Tentukan konsentrasi ion H+ dalam masing-masing larutan berikut.
a. H2SO4 0,02 M
b. HNO3 0,1 M
jawab:
a. H2SO4 ⇄ 2H+ + SO42-
[H+ ] = a x [HA] [H+ ] = 2 x 0,02 [H+ ] = 0,04 M
+ -
b. HNO3 ⇄ H + NO3
[H+ ] = a x [HA] [H+] = 1 x 0,1 [H+] = 0,1 M
Contoh soal 2:
Tentukan konsentrasi ion OH– masing-masing larutan berikut.
a. Ca(OH)2 0,02 M
b. KOH 0,004 M
Jawab :
a. Ca(OH)2 ⇄ Ca2+ + 2OH-
[OH-] = b x [BOH] [OH-] = 2 x 0,02 [OH-] = 0,04 M
b. KOH ⇄ K+ + OH-

[OH-] = b x [BOH] [OH-] = 1 x 0,004 [OH-] = 0,004 = 4 x 10-3 M

LATIHAN 2.
1. Hitunglah konsentrasi H+ dalam larutan asam berikut.
a. H2SO4 0,005 M
b. HCl 0,005 M
2. Hitunglah konsentrasi OH– dalam larutan basa berikut:
a. Ba(OH)2 0,006 M
b. NaOH 0,006 M

a. Asam Lemah


Ka = [H+][A -] Ka Diingat
α=
[HA] [HA ] [H ] = √ Ka x [ HA ]
+

Jika diketahui derajat ionisasinya () maka [H+] = [HA] . 


Contoh soal :
Tentukan konsentrasi ion H+ dalam masing-masing larutan berikut.
a. CH3COOH 0,05 M jika derajat ionisasinya 1%
[H+] = [HA] .  [H+] = 0,05 x 0,01 [H+] = 5 x 10-4 M
-5
b. H2SO3 0,001 M jika Ka = 1 × 10

5
[H+] = √ Ka x [ HA ] [H+] =  1 × 10-5 x 0,001 =  10-8 = 10-4 M

c. Basa Lemah
Diingat


Kb = [B+][OH -] Kb
α=
[BOH] [BOH ] [OH-] = √ Kb x [BOH ]

Jika diketahui derajat ionisasinya () maka [OH-] = [BOH] . 

Contoh soal:
Tentukan konsentrasi OH- dalam masing-masing larutan berikut!
a. Al(OH)3 0,1 M jika Kb = 2,5 × 10–6
b. NH4OH 0,01 M jika terion sebanyak 5%
Jawab :
a. [OH-] = √ Kb x [BOH ] [OH-] =  2,5 × 10-6 x 0,1 = 25 x 10-8 = 5 x 10-4 M
b. [OH-] = [BOH] .  [OH-] = 0,01 x 0,05 = 5 x 10 -4 M

LATIHAN 3.
1. Hitunglah konsentrasi H+ dalam larutan asam berikut.
a. H2C2O4 0,004 M (Ka = 10–5)
b. HCN 0,1 M (α= 10%)
2. Hitunglah konsentrasi OH– dalam larutan basa berikut:
a. NH4OH 0,1 M (Kb = 10–5)
b. Al(OH)3 0,01 M (α= 20%)

C. Menghitung pH
1. Dari nilai konsentrasi H+ dan OH-
pH = - log [H+]
pOH = - log [OH-]
pKw = pH + pOH ⇛ pKw = 14 ⇛ pH = 14 – pOH

Contoh soal :
Hitunglah pH larutan berikut.
a. H2SO4 0,04 M
b. CH3COOH 0,1 M (Ka = 10–5)
c. Ca(OH)2 0,3 M
d. NH4OH 0,1 M (Kb = 10–5)
jawab :
a. H2SO4 ⇄ 2H+ + SO42-
[H+ ] = a x [HA] [H+ ] = 2 x 0,04 = 8 x 10-2
pH = - log 8 x 10-2

6
pH = 2 – log 8
b. CH3COOH ⇄ H+ + CH3COO-
[H+] = √ Ka x [ HA ]
[H+] =  10-5 x 0,1 = 10-3
pH = - log 10-3
pH = 3
c. Ca(OH)2 ⇄ Ca2+ + 2OH-
[OH-] = 2 x 0,3 = 6 x 10-1 M
pOH = - log 6 x 10-1 = 1- log 6
pH = 14 – (1- log 6) pH = 13 + log 6
+ -
d. NH4OH ⇄ NH4 + OH
[OH-] = √ Kb x [BOH ]
[OH-] = 10-5 x 0,1 =  10-6 = 10-3
pOH = - log 10-3 pOH = 3
pH = 14 – 3 = 11

2. Dari trayek indicator


Trayek perubahan warna adalah batasan pH dimana terjadi perubahan warna indikator
INDIKATOR TRAYEK PERUBAHAN WARNA PERUBAHAN WARNA
Metil Hijau 0,2 – 1,8 Kuning – biru
Timol hijau 1,2 – 2,8 Kuning – biru
Metil jingga 3,2 – 4,4 Merah – kuning
Metil merah 4,0 – 5,8 Tidak berwarna – merah
Metil ungu 4,8 – 5,4 Ungu – hijau
Bromokresol ungu 5,2 – 6,8 Kuning – ungu
Bromotimol biru 6,0 – 7,6 Kuning – biru
Lakmus 4,7 – 8,3 Merah – biru
Kresol merah 7,0 – 8,8 Kuning – merah
Timol biru 8,0 – 9,6 Kuning – biru
Fenolftalin 8,2 – 10,0 Tidak berwarna – merah
jambu
Timolftalein 9,4 – 10,6 Tidak berwarna – biru
Alizarin kuning R 10,3 - 12 Kuning – merah
Klayton kuning 12,2 – 13,2 Kuning – kuning gading

Contoh soal :
Diketahui trayek pH sebagai berikut:
Indicator Trayek Perubahan Perubahan Warna Warna larutan
Warna
Metal Orange (MO) 2,9 – 4,0 Merah – kuning Kuning
Bromtimol Biru (BTB) 6,0 – 7,6 Kuning – biru Biru
Fenolftalin (PP) 8,0 – 10,0 Tak berwarna - merah Tak berwarna

Jawab :

7
Jadi pH larutan tersebut adalah 7,6 < pH < 8

Latihan 4.
1. Hitunglah pH larutan berikut!
a. HNO3 0,01 M
b. 0,01 mol CH3COOH dalam 100 ml (Ka = 1 x 10-5)
c. Ba(OH)2 0,05 M
d. 0,05 mol NH3 (NH4OH) dalam 500 ml (Kb = 1 x 10-5)
2. Hasil pengujian air limbah suatu industri makanan dengan beberapa indikator
diperoleh hasil sebagai berikut:

Indikator Trayek pH Perubahan Warna Warna Warna


Limbah 1 Limbah 2
Metil Jingga (MJ) 3,1 – 4,4 Merah – Kuning Kuning Kuning
Brom Kresol Hijau (BKH) 3,8 – 5,4 Kuning – Biru Hijau Biru
Brom Timol Biru (BTB) 6,0 – 7,6 Kuning – Biru Kuning Biru

Tentukan pH air limbah 1 dan 2!

8
BAB 2
HIDROLISIS GARAM

KOMPETENSI DASAR :
3.11 Menganalisis kesetimbangan ion dalam larutan garam dan menghubungkan pH-nya
4.11 Melaporkan percobaan tentang sifat asam basa berbagai larutan garam

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI :


3.11.1 Menuliskan persamaan reaksi dari dari berbagai jenis reaksi dalam elektrolit
3.11.2 Menjelaskan pengertian dari hidrolisis larutan garam
3.11.3 Menjelaskan beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis
3.11.4 Menjelaskan hubungan antara tetapan hidrolisis (Kh), tetapan ionisasi air (Kw), dan
konsentrasi H+ atau OH- larutan garam dari asam kuat dengan basa lemah
3.11.5 Menghitung pH larutan garam terhidrolisis dari asam kuat dengan basa lemah
3.11.6 Menyebutkan sifat larutan garam terhidrolisis dari asam kuat dengan basa lemah
3.11.7 Menjelaskan hubungan antara tetapan hidrolisis (Kh), tetapan ionisasi air (Kw), dan
konsentrasi H+ atau OH- larutan garam dari asam lemah dengan basa kuat
3.11.8 Menghitung pH larutan garam terhidrolisis dari asam lemah dengan basa kuat
3.11.9 Menyebutkan sifat larutan garam terhidrolisis dari asam lemah dengan basa kuat
3.11.10 Menjelaskan hubungan antara tetapan hidrolisis (Kh), tetapan ionisasi air (Kw), dan
konsentrasi H+ atau OH- larutan garam dari asam lemah dengan basa lemah
3.11.11 Menghitung pH larutan garam terhidrolisis dari asam lemah dengan basa lemah
3.11.12 Menyebutkan sifat larutan garam terhidrolisis dari asam lemah dengan basa lemah
3.11.13 Menganalisis tentang sifat asam basa dari berbagai larutan garam

A. Berbagai Jenis Reaksi dalam Larutan


Pada bagian ini akan dibahas berbagai jenis reaksi dalam larutan, khususnya larutan elektrolit.
Kita dapat meramalkan zat-zat hasil reaksi berdasarkan pengetahuan tentang sifat zat-zat yang
direaksikan.
1. Reaksi asam basa
Reaksi asam dengan basa menghasilkan garam dan air. Reaksi ini disebut reaksi penetralan
atau reaksi penggaraman.
Asam + Basa  Garam + Air
Garam adalah senyawa ion yang terbentuk dari ion positif basa dengan ion negatif sisa
asam. Perhatikanlah contoh-contoh berikut.

9
2 NaOH(aq) + H2SO4(aq) → Na2SO4(aq) + 2 H2O(l)
2. Reaksi oksida basa dengan asam
Oksida basa adalah oksida logam yang denganair membentuk basa dan dengan asam
membentuk garamdan air. Oksida logam yang larut dalam air membentuk basa hanya
oksida dari logam golongan alkali dan alkalitanah (kecuali oksida dari berilium tidak larut
dalam air).
Oksida Basa + Asam  Garam + Air

Contoh:
a. Kalsium oksida larut dalam air membentuk kalsium hidroksida:
CaO(s) + H2O(l)  Ca(OH)2(aq)
b. Reaksi kalsium oksida dengan asam klorida encer Persamaan reaksinya:
CaO(s) + 2 HCI(aq)  CaCl2(aq) + H2O(l)
3. Reaksi oksida asam dengan basa
Oksida asam adalah oksida unsur nonlogam yang dengan air membentuk asam dan
dengan basa membentuk garam dan air.
Oksida Asam + Asam  Garam + Air
Contoh:
CO2(g) + Ca(OH)2(aq)  CaCO3(s) + H2O(l)
4. Reaksi Iogam dengan asam
Hampir semua logam larut dalam asam kuat (HCI atau H 2SO4) membentuk garam dan gas
hidrogen. Logam yang tidak larut dalam asam kuat encer yaitu Cu, Hg, Ag, Pt, dan Au.
Reaksi logam dengan asam merupakan reaksi redoks. Pada reaksi ini logam teroksidasi
membentuk ion logam dengan tingkat oksidasi terendah, sedangkan ion H+ mengalami
reduksi membentuk gas hidrogen. Logam yang lebih reaktif dapat mendesak logam yang
kurang reaktif dari larutannya. Urutan kereaktifan dari beberapa logam adalah sebagai
berikut:
Li–K–Ba–Ca–Na–Mg–AI–Zn–Cr–Fe–Ni–Sn–Pb–(H)–Cu–Hg–Ag–Pt–Au
Persamaan reaksi:
Zn(s) + CuSO4(aq)  ZnSO4(aq) + Cu(s)
5. Reaksi antara dua jenis garam
Garam 1 + Garam 2  Garam 3 + Garam 4
Garam 3 dan (atau) garam 4 sukar larut dalam air.
Persamaan reaksi:
Pb(NO3)2(aq) + 2 KI(aq)  PbI2(s) + 2 KNO3(aq)
6. Reaksi suatu larutan garam dengan suatu larutan basa
Garam 1 + Basa 1  Garam 2 + Basa 2
Garam 2 dan (atau) basa 2 sukar larut daIam air
Persamaan reaksi:
CuSO4(aq) + Ca(OH)2(aq)  Cu(OH)2(s) + CaSO4(aq)
7. Reaksi suatu larutan garam dengan suatu larutan asam
Garam 1 + Asam 1  Garam 2 + Asam 2
Garam 2 sukar larut dalam air.
Contoh:
Reaksi larutan perak nitrat dengan larutan asam klorida, membentuk endapan perak
klorida.
AgNO3(aq) + HCI(aq)  AgCI(s) + HNO3(aq)
8. Reaksi Pengendapan
Untuk mengetahui apakah suatu reaksi menghasilkan endapan atau tidak, harus diketahui
kelarutan zat yang akan terjadi. Berikut ini merupakan zat-zat yang sukar larut dan mudah
larut.

10
a. Hampir semua asam larut, kecuali H2S dan H2SiO3.
b. Sebagian besar basa sukar larut, kecuali basa golongan IA, yaitu NaOH,KOH, LiOH,
RbOH, dan CsOH.
a. Garam nitrat, asetat, klorat, dan perklorat mudah larut.
b. Garam klorida, bromida, dan iodida mudah larut, kecuali AgCl, AgBr, PbBr 2, Hg2Br2,
AgI, PbI2, Hg2I2, dan HgI2.
c. Garam fluorida mudah larut, kecuali MgF 2, CaF2, SrF2, dan BaF2.
d. Garam sulfat mudah larut, kecuali SrSO 4, BaSO4, PbSO4, dan HgSO4.
e. Garam sulfida sukar larut, kecuali sulfidagolongan IA, sulfida golongan IIA, dan
(NH4)2S.
B. PENGERTIAN HIDROLISIS
Sebagaimana kita ketahui bahwa jika larutan asam direaksikan dengan larutan basa akan
membentuk senyawa garam. Jika kita melarutkan suatu garam ke dalam air, maka akan ada
dua kemungkinan yang terjadi, yaitu:
1. Ion-ion yang berasal dari asam lemah (misalnya CH3COO–, CN–, dan S2–) atau ion-ion yang
berasal dari basa lemah (misalnya NH4+, Fe2+, dan Al3+) akan bereaksi dengan air. Reaksi
suatu ion dengan air inilah yang disebut hidrolisis. Berlangsungnya hidrolisis disebabkan
adanya kecenderungan ion-ion tersebut untuk membentuk asam atau basa asalnya.
Contoh:
CH3COO- + H2O ⇄ CH3COOH + OH-
NH4+ + H2O ⇄ NH4OH + H+
2. Ion-ion yang b erasal dari asam kuat (misalnya Cl –, NO3–, dan SO42–) atau ion ion yang
berasal dari basa kuat (misalnya Na+, K+, dan Ca2+) tidak bereaksi dengan air atau tidak
terjadi hidrolisis. Hal ini dikarenakan ion-ion tersebut tidak mempunyai kecenderungan
untuk membentuk asam atau basa asalnya. (Ingat kembali tentang kekuatan asam-basa!)
Na+ + H2O → tidak terjadi reaksi
SO42- + H2O → tidak terjadi reaksi
Hidrolisis hanya dapat terjadi pada pelarutan senyawa garam yang terbentuk dari ion-ion
asam lemah dan ion-ion basa lemah. Jadi, garam yang bersifat netral (dari asam kuat dan
basa kuat) tidak terjadi hidrolisis dan memiliki pH = 7

C. GARAM-GARAM YANG MENGALAMI HIDROLISIS


1. Garam dari asam kuat dengan basa lemah
Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian
(parsial) dalam air. Garam ini mengandung kation asam yang mengalami hidrolisis. Larutan
garam ini bersifat asam, pH < 7
NH4Cl ⇄ NH4+ + Cl–
NH4+ + H2O ⇄ NH4OH + H+
Cl– + H2O  tidak terjadi reaksi
2. Garam dari asam lemah dengan basa kuat
Jika suatu garam dari asam lemah dan basa kuat dilarutkan dalam air, maka kation dari
basa kuat tidak terhidrolisis sedangkan anion dari asam lemah akan mengalami hidrolisis.
Jadi garam dari asam lemah dan basa kuat jika dilarutkan dalam air akan mengalami
hidrolisis parsial atau hidrolisis sebagian. Larutan garam ini bersifat basa, pH > 7
CH3COONa(aq) → CH3COO–(aq) + Na+(aq)
CH3COO– + H2O ⇄ CH3COOH + OH–
Na+ + H2O  tidak terjadi reaksi

3. Garam dari asam lemah dengan basa lemah

11
Berbeda dengan kedua jenis garam di atas, garam yang berasal dari asam lemah dan basa
lemah jika dilarutkan dalam air akan mengalami hidrolisis total. Hal ini terjadi karena
kation dari basa lemah maupun anion dari asam lemah dapat mengalami hidrolisis.
Larutan ini bisa bersifat asam, basa atau netral tergantung pada Ka dan Kb nya :
 Jika Ka < Kb, maka larutan bersifat basa
 Jika Ka > Kb, maka larutan bersifat asam
 Jika Ka = Kb, maka larutan bersifat netral

CH3COONH4  CH3COO- + NH4+


CH3COO– + H2O ⇄ CH3COOH + OH-
NH4+ + H2O ⇄ NH4OH + H+

D. MENGHITUNG pH LARUTAN GARAM YANG MENGALAMI HIDROLISIS


1. Garam dari asam kuat dengan basa lemah
pH larutan garam ini dapat ditentukan melalui persamaan:
M+ + H2O  MOH + H+
 Tetapan Hidrolisis
Kw
Kh =
Kb
dengan: Kw = tetapan kesetimbangan air
Kb = tetapan ionisasi basa lemah
 pH garam

[H+] =

Kw [M ]
Kb
[H ] = √ Kh x [ M ]
+
[M] = Konsentrasi kation dari garam

pH = - log [H+]
Contoh:
1. Hitunglah pH larutan NH4Cl 0,01 M (Kb NH4OH = 2 × 10-5).
Jawab :
NH4Cl  NH4+ + Cl-
NH4+ + H2O  NH4OH + H+

√ 5 x 10 ¯ ¹²
[H+] =
√ Kw [M ]
Kb
[H+] =
√ 10 ¯ ¹⁴ [0,01] +
2 x 10 ¯ ⁵
[H ] =
√10¯ ¹⁶
2 x 10 ¯ ⁵
[H+] =

[H+] = 2,24 x 10-6 pH = 6 – log 2,24 pH = 6 – 0,35 = 5,65

2. Hitunglah tetapan hidrolisis dan pH dari larutan NH 4Cl 0,001 M, jika diketahui Kb NH 3 = 1
x 10-5!
Jawab :
Kh = 10-14/ 10-5 = 10 -9

[H+] = √ 10 ¯ ⁹ x 10¯ ³ [H+] = √ 10 ¯ ¹² [H+] = 10-6

pH = - log 10-6 pH = 6

3. Sebanyak 400 mL larutan HCl 0,15 M dicampur dengan 200 mL larutan NH4OH 0,3 M

12
(Kb = 10–5). Berapakah pH larutan yang terjadi?
Mol HCl = 0,4 x 0,15 = 0,06
Mol NH4OH = 0,2 x 0,3 = 0,06
HCl + NH4OH  NH4Cl + H2O
Mula2 0,06 0,06 - -
Reaksi 0,06 0,06 0,06 0,06
- - 0,06 0,06

[NH4Cl] = 0,06/0,6 = 10-1

[H+] =
√ 10 ¯ ¹⁴ [0,1]
10 ¯ ⁵
[H+] =
√ 10 ¯ ¹ ⁵
10 ¯ ⁵
[H+] = √ 10 ¯ ¹ᴼ

[H+] = 10-5 pH = - log 10-5 pH = 5

Uji pemahaman :
1. Tentukan harga pH larutan ZnCl2 0,01 M, bila diketahui Kb Zn(OH)2 adalah 10–5!
2. Tentukan nilai tetapan hidrolisis (Kh) NH4Cl 0,1 M (Kb NH4OH = 1,8 × 10–5)!
3. Campuran 100 mL larutan NH4OH 0,4 M dengan 400 mL larutan HCl 0,1 M mempunyai
pH sebesar … .(Kb NH4OH = 2 × 10–5)
4. Berapa massa (NH4)2SO4 yang harus ditambahkan ke dalam 100 mL air, sehingga
diperoleh larutan dengan pH = 5? (Ar H = 1, N = 14, O = 16, S = 32; Kb NH3 = 10–5)

2. Garam dari asam lemah dengan basa kuat


pH larutan garam dapat ditentukan dari persamaan:
A- + H2O  HA + OH-
 Tetapan hidrolisis:
Kw
Kh =
Ka
dengan: Kw = tetapan kesetimbangan air
Ka= tetapan ionisasi asam lemah
 pH garam

[OH-] =

Kw [M ]
Ka
[OH ] = √ Kh x [ M ]
-
[M] = Konsentrasi anion dari garam

pOH = - log [OH-]

Contoh soal :
1. Hitunglah pH larutan Na2CO3 0,1 M (Ka H2CO3 = 4 × 10-7).

[OH-] =

10-5
√ 10 ¯ ¹⁴ X [10 ¯ ¹]
4 X 10 ¯ ⁷
[OH-] =
√ 10 ¯ ¹ ⁵
4 X 10 ¯ ⁷
[OH-] = ½ X 10-4 = 5 X

pOH = - log 5 X 10-5 = 5 – log 5

13
pH = 14 – (5 – log 5) pH = 9 + log 5

2. Hitunglah tetapan hidrolisis dan pH dari larutan CH 3COONa 0,001 M, jika


diketahui Ka CH3COOH = 1 x 10-5!
10¯ ¹⁴
Kh = = 1 x 10-9
10 ¯ ⁵
[OH-] = √ Kh x [ M ] [OH-] = √ 10 ¯ ⁹ x [10¯ ³] [OH-] = √ 10 ¯ 12

[OH-] = 10-6
pOH = - log 10-6 pOH = 6 pH = 14 – 6 = 8

3. Sebanyak 50 ml NaOH 0,1 M dicampur dengan 50 ml larutan CH 3COOH 0,1 M.


tentukan pH campuran tersebut ! (Ka CH 3COOH = 1 x 10-5)
CH3COOH + NaOH  CH3COONa + H2O
Mula2 5 5 - -
Reaksi 5 5 5 5
- - 5 5

[CH3COONa] = 5/100 = 5 x 10-2

[OH-] =
5,5
√ 10 ¯ ¹⁴ X [5 x 10 ¯ ² ]
1 x 10 ¯ ⁵
[OH-] = √ 5 x 10 ¯ ¹¹ [OH-] = 2,24 x 10-

pOH = - log 2,24 x 10-5,5 pOH = 5,5 – log 2,24


pH = 14 – (5,5 – log 2,24) pH = 8,5 + log 2,24

Uji Pemahaman
1. Jika diketahui Ka CH3COOH = 10–5, maka tentukan pH larutan Ca(CH3COO)2 0,1 M
2. Sebanyak 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M (Ka = 10–5) direaksikan dengan 50 mL larutan
KOH 0,1 M. tentukan pH campuran yang terjadi!
3. Jika dua liter larutan natrium asetat (Ka= 10–5) mempunyai pH = 9, maka massa natrium
asetat yang terdapat dalam larutan tersebut adalah … .(Ar C = 12, O = 16,
dan Na = 23)

3. Garam dari asam lemah dengan basa lemah


pH larutan garam ini dapat ditentukan melalui persamaan reaksi:
M+ + A- + H2O  HA + MOH
 Tetapan hidrolisis:
Kw
Kh =
Ka x Kb
 pH garam

[H+] =

Ka x Kw
Kb
[H ] = Ka √ Kh
+

14
Contoh soal :
1. Hitunglah pH larutan (NH4)2CO3 0,1 M, jika Ka H2CO3 = 10–4 dan Kb NH4OH = 10–6.
Jawab:

[H+] =
√ Kb
pH = - log 10-6 = 6

Ka x Kw [H+] = 10 ¯ ⁴ x 10 ¯ ¹⁴
10 ¯ ⁶
[H+] = 10-6

2. Hitunglah pH larutan CH3COONH4 0,1 M, jika diketahui Ka = 10–10 dan Kb NH3 = 10–5!

[H+] =
√ Kb
pH = - log 10-9,5 pH = 9,5

Ka x Kw [H+] = 10 ¯ ¯ ¹ ᴼ x 10¯ ¹⁴
10 ¯ ⁵
[H+] = √ 10 ¯ ¹ ⁹ [H+] = 10-9,5

3. Hitung tetapan hidrolisis dan pH larutan garam NH4CN 0,1 M (Ka HCN = 4,0 × 10–10 dan
Kb NH3 =1 × 10 –5).
10 ¯ ¹⁴
Kh = 1 Kh = 0,25 x 10
4 x 10¯ ᴼ x 1 x 10 ¯ ⁵

[H+] = Ka √ K h [H+] = 10-10 √ 2,5 [H+] = 5 x 10-10,5


pH = - log 5 x 10-10,5 pH = 10,5 – log 5

Uji Pemahaman :
1. Berapakah pH larutan yang mengandung NH4C2H3O2 0,01 M, apabila diketahui Ka
HC2H3O2 = 1,75 × 10–5 dan Kb NH3 = 1,75 × 10–5?
2. Hitunglah pH larutan 0,1 M NH4OCN, dengan harga Ka HOCN adalah 1,25 × 10–4 dan Kb
NH3 = 0,5 × 10–5!
3. Sebanyak 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M (Ka = 10–5) dicampur dengan 50 mL larutan
NH4OH dengan konsentrasi yang sama. Bila Kb NH4OH = 10–6, berapakah pH larutan
yang terjadi?

E. Hidrolisis Garam dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Konsep hidrolisis garam digunakan dalam produk pemutih pakaian untuk menghilangkan
noda. Pada produk ini digunakan garam NaOCl yang sangat reaktif. Adapun reaksi yang
terjadi dapat dituliskan sebagai berikut.
NaOCl(aq)  Na+(aq) + OCl-(aq)
OCl- merupakan basa konjugasi kuat (dari HOCl) yang akan terhidrolisis menurut
persamaan reaksi berikut.
OCl-(aq) + H2O(l)  HOCl(aq) + OH-(aq)
2. Konsep hidrolisis garam juga dipakai pada pupuk tanaman, yaitu (NH 4)2SO4. Larutan
(NH4)2SO4digunakan untuk menurunkan pH tanah. Persamaan reaksi yang terjadi adalah
(NH4)2SO4  2NH4+(aq) + SO4-2(aq)
NH4+ merupakan asam konjugasi kuat sehingga akan mengalami hidrolisis. Reaksinya adalah
NH4+(aq NH3(aq) + H+(aq)
3. Beberapa garam, seperti NH4NO3 juga digunakan sebagai bahan obat-obatan, misalnya
untuk kompres dingin bagi atlit.
4. Tubuh manusia dapat menghidrolisis gula tebu menjadi glukosa dan fruktosa, tetapi tidak
dapat menghidrolisis selulosa atau serat. Hewan dapat menghidrolisis selulosa atau serat
maka makanan hewan seperti sapi dan kambing adalah rumput.

15
BAB 3
LARUTAN PENYANGGA DAN Ksp

KOMPETENSI DASAR :
3.12 Menjelaskan prinsip kerja, perhitungan pH, dan peran larutan penyangga dalam tubuh
makhluk hidup
4.12 Membuat larutan penyangga dengan pH tertentu

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI :


3.12.1 Menjelaskan pengertian sifat larutan penyangga
3.12.2 Menghitung konsentrasi H+ suatu larutan penyangga asam
3.12.3Menentukan besarnya pH larutan penyangga asam
3.12.4Menghitung konsentrasi OH- suatu larutan penyangga basa
3.12.5 Menentukan besarnya pH larutan penyangga basa
3.12.6 Menjelaskan peran larutan penyangga dalam tubuh mahluk hidup
3.12.7 Menganalisis data hasil percobaan larutan penyangga
3.12.8 Menjelaskan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan
3.12.9 Menentukan harga kelarutan dan hasil kali kelarutan dari suatu senyawa
3.12.10 Menjelaskan pengaruh ion senama terhadap kelarutan
3.12.11 Menjelaskan pengaruh pH terhadap kelarutan
3.12.12 Menentukan terbentuknya endapan dari suatu reaksi kimia
3.12.13 Menganalisis data hasil percobaan kelarutan dan hasil kelarutan

A. Pengertian Larutan Buffer


Larutan buffer adalah larutan yang mengandung asam lemah dan basa konjugasinya
atau basa lemah dan asam konjugasinya. Larutan buffer mempunyai sifat menyangga usaha
untuk mengubah pH seperti penambahan asam, basa, atau pengenceran. Artinya, pH larutan
buffer praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat

16
atau bila larutan diencerkan. Nama lain larutan buffer adalah larutan dapar atau larutan
penyangga
Larutan penyangga dibedakan atas larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa.

a. Larutan penyangga asam mengandung suatu asam lemah (HA) dengan basa konjugasinya
(A–).
Contoh:
CH3COOH + NaCH3COO (komponen bufer: CH3COOH dan CH3COO–)
Larutan ini dapat mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Larutan ini dapat dibuat
dengan mencampurkan larutan asam lemah dan garamnya. Larutan ini juga dapat dibuat
dari campuran asam lemah dan basa kuat ,dengan catatan basa kuat harus habis bereaksi
sehingga pada akhir reaksi hanya terdapat asam lemah dan garamnya (basa konjugasinya)
Untuk menghitung pH larutan penyangga asam dirumuskan sebagai berikut :

[asam]
[H+] = Ka Keterangan :
[ basa konjugasinya ]
Ka = tetapan ionisasi asam
mol asa m
[H+] = Ka
mol basa konjugasi ( garam)

pH = - log [H+]

Prinsip kerja dari larutan penyangga asam adalah sebagai berikut:


1. Jika ditambah sedikit asam (H+)
Mol basa konjugasi (garam) akan berkurang sebesar mol asam yang ditambahkan
2. Jika ditambah sedikit basa
Mol asam asam lemah akan berkurang sebesar mol basa yang ditambahkan
3. Jika diencerkan
Penambahan air tidak mempengaruhi konsentrasi atau jumlah mol H + dan OH-

Contoh Soal :
1. Berapa pH campuran yang terdiri atas 50 mL larutan CH 3COOH 0,2 M dan 50 mL larutan
CH3COONa 0,1 M bila Ka = 10-5?
Jawab:

[asam]
[H+] = Ka [H+] = 2 x 10-5
[ basa konjugasinya ]

10 mmol
[H+] = 10-5 pH = 5 – log 2
5 mmol

2. Tentukan pH larutan bila 25 mL larutan CH3COOH 0,2 M dicampurkan dengan 25 mL


larutan KOH 0,1 M jika Ka = 10–5!
CH3COOH + KOH → CH3COOK + H2O
Mula2 5 mmol 2,5 mmol - -
Reaksi 2,5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol
Setelah reaksi 2,5 mmol - 2,5mmol

[asam]
[H+] = Ka [H+] = 10-5
[ basa konjugasinya ]

17
2,5 mmol
[H+] = 10-5 pH = 5
2,5 mmol

b. Larutan penyangga basa mengandung basa lemah (B) dengan asam konjugasinya (BH +).
Contoh:
NH3 + NH4Cl (komponen bufer: NH3 dan NH4+)
Larutan ini dapat mempertahankan pH pada daerah basa (pH >7). Larutan ini dapat dibuat
dengan mencampurkan larutan basa lemah dan garamnya. Larutan ini juga dapat dibuat
dari campuran basa lemah dan asam kuat ,dengan catatan asam kuat harus habis bereaksi
sehingga pada akhir reaksi hanya terdapat basa lemah dan garamnya (asam konjugasinya)

[basa ]
[OH-] = Kb Keterangan :
[asam konjugasinya]
Kb = tetapan ionisasi basa
mol basa
[OH-] = Kb
mol asam konjugasi(garam )

pOH = - log [OH-]

pH = 14 – pOH

Prinsip kerja dari larutan penyangga basa adalah sebagai berikut:


1. Jika ditambah sedikit asam (H+)
Mol basa lemah akan berkurang sebesar mol asam yang ditambahkan
2. Jika ditambah sedikit basa
Mol asam konjugasinya (garam) akan berkurang sebesar mol basa yang ditambahkan
3. Jika diencerkan
Penambahan air tidak mempengaruhi konsentrasi atau jumlah mol H + dan OH-

Contoh Soal :
1. Sebanyak 50 mL larutan NH4OH 0,1 M dicampur dengan 50 mL (NH 4)2SO4 0,1 M.
Hitung pH campuran yang terjadi jika Kb = 10-5!
Jawab:
Campuran berisi larutan NH4OH dan NH4+ maka bersifat buffer basa.

(NH4)2SO4 → 2NH4+ + SO4-2


5 mmol 10 mmol 5 mmol

[basa ]
[OH-] = Kb [OH-] = 5 10-6 pOH = 6 – log 5
[asam konjugasinya]

5 mmol
[OH-] = 10-5 pOH = - log 5 .10-6 pH = 8 + log
10 mmol
5

2. Bila 50 mL larutan NH4OH 0,2 M dicampurkan ke dalam 50 mL larutan HCl 0,1 M.


Hitung pH campuran yang terjadi jika Kb = 2 x 10-5!

Jawab :
Reaksi NH4OH + HCl → NH 4Cl + H2O
Mula2 10 mmol 5 mmol

18
Reaksi 5 mmol 5 mmol 5 mmol 5 mmol
Setelah reaksi 5 mmol - 5 mmol 5 mmol

[basa ]
[OH-] = Kb [OH-] = 2 . 10-5 pOH = 5 – log 2
[asam konjugasinya]

5 mmol
[OH-] = 2 .10-5 pOH = - log 2 .10-5 pH = 9 + log 2
5 mmol

B. Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)


1. Kelarutan (s)
Istilah kelarutan (solubility) digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang
dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Kelarutan (khususnya untuk zat yang sukar
larut) dinyatakan dalam satuan mol.L-1. Jadi, kelarutan (s) sama dengan molaritas (M).

2. Hasil Kali Kelarutan (Ksp)


Dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang sukar larut, terdapat kesetimbangan
antara zat padat yang tidak larut dan ion-ion zat itu yang larut.

MxAy(s) ⇄ x My+(aq) + y Ax-(aq)

Karena zat padat tidak mempunyai molaritas, maka tetapan kesetimbangan reaksi di atas
hanya melibatkan ion-ionnya saja, dan tetapan kesetimbangannya disebut tetapan hasil
kali kelarutan (Ksp)

Ksp = [ My+]x [ Ax-]y

Contoh :
Tentukan persamaan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) dari Mg(OH) 2

Jawab ;
Mg(OH)2(s) ↔ Mg2+ (aq) + 2 OH(aq) Ksp = [ Mg2+] [ OH-]2

3. Hubungan Kelarutan (s) dengan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)


Oleh karena s dan Ksp sama-sama dihitung pada larutan jenuh, maka antara s dan Ksp ada
hubungan yang sangat erat. Jadi, nilai Ksp ada keterkaitannya dengan nilai s. Secara umum
hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) untuk larutan
elektrolit AxBy dapat dinyatakan sebagai berikut.
AxBy(s) ⇄ x Ay+(aq) + y Bx-(aq)
s xs ys

Ksp = [ Ay+]x [ Bx-]y

= (xs)x (ys)y
Ksp = xx . yy . s(x+y) s =

x+ y Ksp
Xˣ . Yʸ

Rumus kelarutan untuk


a. Dua ion
AgCl  Ag+ + Cl Ksp = [Ag+] [Cl-] Ksp = s . s Ksp = s2
s s s

19
s = √ Ksp

b. Tiga ion
CaF2  Ca2+ + 2F-Ksp = [Ca2+] [F-]2 Ksp = s . (2s)2 Ksp = 4 s3
s s 2s

c. Empat ion
s=

3 Ksp
4

Cr(OH)3  Cr3+ + 3OH- Ksp = [Cr3+] [OH-]3 Ksp = s . (3s)3


s s 3s

Contoh :
s=

4 Ksp
27

1. Kelarutan Ca (OH)2 = 1 x 10-2 . tentukan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) Ca (OH) 2
Jawab :
Ca (OH)2 ⇄ Ca+2 + 2OH-
0,01 0,01 2x0,01
Ksp = ( 0,01) (0,02) = 4 x 10-6
2

2. Bila Ksp AgCl 10-10 mol L–1, maka tentukan kelarutan AgCl dalam air!
Jawab :
AgCl ⇄ Ag+ + Cl-
s s s

Ksp = s . s Ksp = s2 s = √ Ksp s = √ 10 ‾ ¹ ᴼ s = 10-5

4. Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan


Dalam larutan jenuh Ag2CrO4 terdapat kesetimbangan antara Ag2CrO4 padat dengan ion
Ag+ dan ion CrO42-.
Ag2CrO4(s)  2 Ag+(aq) + CrO42-(aq)
Apa yang terjadi jika ke dalam larutan jenuh tersebut ditambahkan larutan AgNO 3 atau
larutan K2CrO4? Penambahan larutan AgNO3 atau K2CrO4 akan memperbesar konsentrasi
ion Ag+ atau ion CrO42- dalam larutan.
AgNO3(aq)  Ag+(aq) + NO3-(aq)
K2CrO4(aq)  2 K+(aq) + CrO42-(aq)
Sesuai asas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, penambahan konsentrasi ion
Ag+ atau ion CrO42- akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Akibatnya jumlah Ag 2CrO4 yang
larut menjadi berkurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa ion senama memperkecil
kelarutan (Budi Utami 2009)
Contoh :
Kelarutan Ag2CrO4 dalam air adalah 10-4 M. Hitunglah kelarutan Ag2CrO4 dalam
larutan K2CrO4 0,01 M!
Jawab:
Ksp Ag2CrO4 = 4 s3 = 4(10-4)3 = 4 × 10-12
Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO42-]
4 × 10-12 = [Ag+]2 × 10-2
[Ag+] = 2 × 10-5 M

20
Ag2CrO4  2 Ag+ + CrO42-
? 2 x 10-5
Kelarutan Ag2CrO4 = ½ × 2 × 10-5 = 10-5 M
Jadi, kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan K2CrO4 adalah 10–5 M.

5. Hubungan Ksp dengan pH


Harga pH sering digunakan untuk menghitung Ksp suatu basa yang sukar larut. Sebaliknya,
harga Ksp suatu basa dapat digunakan untuk menentukan pH larutan . (Budi Utami 2009)
Contoh :
Jika larutan MgCl2 0,3 M ditetesi larutan NaOH, pada pH berapakah endapan Mg(OH) 2
mulai terbentuk? (Ksp Mg(OH)2 = 3 × 10-11)
Jawab:
Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+] [OH-]2
3 × 10–11 = 3 × 10-1 [OH-]2
[OH-]2 = 10-10
[OH-] = 10-2 M
pOH = 5
pH = 14 – pOH pH = 14 – 5 = 9

6. Reaksi Pengendapan
Harga Ksp suatu elektrolit dapat dipergunakan untuk memisahkan dua atau lebih larutan
yang bercampur dengan cara pengendapan. Proses pemisahan ini dengan menambahkan
suatu larutan elektrolit lain yang dapat berikatan dengan ion-ion dalam campuran larutan
yang akan dipisahkan. Karena setiap larutan mempunyai kelarutan yang berbeda-beda,
maka secara otomatis ada larutan yang mengendap lebih dulu dan ada yang mengendap
kemudian, sehingga masingmasing larutan dapat dipisahkan dalam bentuk endapannya.
Misalnya pada larutan jenuh MA berlaku persamaan: Ksp = [M+] [A-]
Jika larutan itu belum jenuh (MA yang terlarut masih sedikit), sudah tentu harga [M+] [A-]
lebih kecil daripada harga Ksp. Sebaliknya jika [M+] [A-] atau sering disebut Qc lebih besar
daripada Ksp, hal ini berarti larutan itu lewat jenuh, sehingga MA akan mengendap.
• Jika [M+] [A-] < Ksp, maka larutan belum jenuh (tidak terjadi endapan).
• Jika [M+] [A-] = Ksp, maka larutan tepat jenuh (tidak terjadi endapan).
• Jika [M+] [A-] > Ksp, maka larutan lewat jenuh (terjadi endapan).
Contoh :
Jika dalam suatu larutan terkandung Pb(NO 3)2 0,05 M dan HCl 0,05 M, dapatkah
terjadi endapan PbCl2? (Ksp PbCl2 = 6,25 × 10-5)
Jawab:
[Pb2+] = 0,05 M
[Cl-] = 0,05 M
[Pb2+] [Cl-]2 = 0,05 × (0,05)2 = 1,25 × 10-4
Oleh karena [Pb2+] [Cl-]2 > Ksp PbCl2, maka PbCl2 dalam larutan itu akan mengendap.

21
BAB 4
TITRASI ASAM – BASA

KOMPETENSI DASAR :
3.13 Menganalisis data hasil berbagai jenis titrasi asam-basa
4.13 Menyimpulkan hasil analisis data percobaan titrasi asam-basa

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI :


3.13.1 Menjelaskan pengertian titrasi asam basa
3.13.2 Mengklasifikasikan macam-macam titrasi dan menggambarkan dalam grafik titrasi asam
basa
3.13.3 Menjelaskan pengertian titik ekivalen dan titik akhir titrasi
3.13.4 Menghitung konsentrasi asam atau basa pada reaksi penetralan
3.13.5Membaca grafik titrasi asam basa dan dihubungkan dengan larutan hidrolisis dan larutan
penyangga

3.13.6 merancang dan melakukan percobaan titrasi asam basa

Reaksi penetralan dapat digunakan untuk menetapkan kadar atau konsentrasi suatu larutan
asam atau basa. Penetapan kadar suatu larutan ini disebut titrasi asam-basa. Titrasi adalah
penambahan larutan baku /standar (larutan yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya) ke
dalam larutan lain dengan bantuan indikator sampai tercapai titik ekuivalen. Titrasi dihentikan tepat
pada saat indikator menunjukkan perubahan warna. Saat perubahan warna indicator disebut titik

22
akhir titrasi (Budi Utami dkk, 2009). Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekivalen titrasi, yaitu
kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa.

Gambar titrasi

Perubahan pH pada reaksi asam–basa


Suatu asam yang mempunyai pH kurang dari 7 jika ditambah basa yang pH–nya lebih dari 7, maka pH
asam akan naik, sebaliknya suatu basa jika ditambah asam, maka pH basa akan turun. Apabila
penambahan zat dilakukan tetes demi tetes kemudian dihitung pH–nya akan diperoleh kurva titrasi,
yaitu
grafik yang menyatakan pH dan jumlah larutan standar yang ditambah.

A. Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat


Kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat, dalam hal ini titrasi larutan HCl dengan larutan NaOH
ditunjukkan oleh gambar berikut

23
Pada titrasi HCl dengan NaOH, mula-mula pH naik sangat lambat kemudian terjadi lonjakan pH
dan selanjutnya kenaikkan pH lambat lagi. Titik tengah bagian vertical grafik adalah titik ekivalen
titrasi. Pada titrasi asam kuat dan basa kuat titik ekivalen terjadi pada pH = 7. Pada pH ini asam
kuat tepat habis bereaksi dengan basa kuat sehingga larutan yang terbentuk adalah garam yang
bersifat netral. Indicator yang dapat digunakan titrasi ini adalah metil merah, bromtimol biru,
dan fenolftalin.

B. Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat


Penetralan asam lemah oleh basa kuat agak berbeda dengan penetralan asam kuat oleh basa
kuat. Sifat penting yang perlu diingat pada titrasi asam lemah oleh basa kuat adalah:
a. pH awal lebih tinggi daripada kurva titrasi asam kuat oleh basa kuat (karena asam lemah
hanya mengion sebagian).
b. Terdapat peningkatan pH yang agak tajam pada awal titrasi. Ion asetat yang dihasilkan
dalam reaksi penetralan bertindak sebagai ion senama dan menekan pengionan asam
asetat.
c. Sebelum titik ekuivalen tercapai, perubahan pH terjadi secara bertahap. Larutan yang
digambarkan dalam bagian kurva ini mengandung CH 3COOH dan CH3COO– yang cukup
banyak. Larutan ini disebut larutan penyangga.
d. pH pada titik di mana asam lemah setengah dinetralkan ialah pH = pKa. Pada setengah
penetralan, [CH3COOH] = [CH3COO–].
e. pH pada titik ekuivalen lebih besar dari 7, yaitu ± 8,9, sebagai akibat hidrolisis oleh CH 3COO–.
f. Setelah titik ekuivalen, kurva titrasi asam lemah oleh basa kuat identik dengan kurva asam
kuat oleh basa kuat. Pada keadaan ini, pH ditentukan oleh konsentrasi OH– bebas.
g. Bagian terjal dari kurva titrasi pada titik ekuivalen dalam selang pH yang sempit (dari sekitar
7 sampai 10).
h. Pemilihan indikator yang cocok untuk titrasi asam lemah oleh basa kuat lebih terbatas, yaitu
indikator yang mempunyai trayek pH antara 7 sampai 10. Indikator yang dipakai adalah
fenolftalein.

Kurva titrasi asam lemah oleh basa kuat dapat ditunjukkan pada gambar

24
C. Titrasi Basa Lemah oleh Asam Kuat
Jika 25 mL NH4OH 0,1 M (basa lemah) dititrasi dengan HCl 0,1 M (asam kuat), maka besarnya pH
semakin turun sedikit demi sedikit, kemudian mengalami penurunan drastis pada pH antara 4
sampai 7. Titik ekuivalen terjadi pada pH kurang 7. Oleh sebab itu, indikator yang paling cocok
adalah
indikator metil merah.

Rumus yang berlaku dalam titrasi adalah :


Na = a . Ma
Nb = b. Mb

Na . Va = Nb . Vb
a . Ma . Va = b . Mb . Vb

Keterangan :
Va = Volume asam
Vb = Volume basa

25
Ma = Molaritas asam (konsentrasi asam)
Mb = Molaritas basa (konsentrasi basa)
Na = Normalitas asam
Nb = Normalitasa basa
a = valensi asam
b = valensi basa

Contoh soal :
1. Sebanyak 20 mL asam sulfat tepat habis bereaksi dengan 30 mL larutan KOH 0,1 M.
Tentukan molaritas asam sulfat tersebut!
Diketahui :
Asam = H2SO4 (asam sulfat ) → a = 2
Basa = KOH → b = 1
Va = 20 ml
Vb = 30 ml
Mb = 0,1 M
Ditanya = Ma ….?
Jawab :
a . Ma . Va = b . Mb . Vb
2 . Ma . 20 = 1 . 0,1 . 30
Ma = 3/40 = 0,075 M
2. Pada larutan 20 mL larutan KOH dititrasi dengan HCI 0,1 M dengan menggunakan
indikator fenolftalein (pp). Ternyata dibutuhkan 25 mL HCl 0,1 M! Berapa molaritas
larutan KOH dan berapa [OH–]?
Penyelesaian:
Diketahui:
Vb (KOH) = 20 mL b=1
Va (HCl) = 25 mL a=1
Ma (HCl) = 0,1 M
Ditanyakan: a. Mb (KOH) = ...?
b. [OH–] = ...?
Jawab:
a. a. Va . Ma = b. Vb . Mb
1 . 20 . Ma = 1 . 25 . 0,1
Ma =2,5/20
Ma (KOH) = 0,125 M Jadi, molaritas KOH adalah 0,125 M.
b. KOH → K+ + OH–
[KOH] ~ [OH–]
Jadi, [OH–] = 0,125 M

BAB 5
KOLOID

KOMPETENSI DASAR :
3.14 Mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid, dan menjelaskan kegunaan koloid dalam
kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya
4.14 Membuat makanan atau produk lain yang berupa koloid atau melibatkan prinsip koloid
26

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI :


3.14.1 Membedakan larutan,koloid, dan suspensi
A. SISTEM KOLOID
Sistem koloid adalah campuran antara campuran homogen dan campuran heterogen. Diameter
partikel koloid lebih besar daripada partikel larutan sejati, tetapi lebih kecil daripada partikel
suspensi kasar. Partikel koloid mempunyai diameter lebih besar daripada 10–7 cm dan lebih kecil
daripada 10–5 cm atau antara 1–100 nm (1 nm = 10–9 m = 10–7 cm). Partikel koloid dapat
menembus pori-pori kertas saring tetapi tidak dapat menembus selaput semipermeabel.

Gelas I : larutan jernih, air dan gula tidak terpisah.


Gelas II : larutan keruh, ada endapan dan dapat dipisahkan
dengan disaring.
Gelas III : larutan keruh, tidak ada endapan, tidak dapat dipisahkan
dengan penyaringan.
Campuran air dan gula membentuk larutan homogen yang disebut larutan sejati. Air dan pasir
membentuk campuran heterogen yang disebut suspensi kasar. Sedangkan larutan sabun
mempunyai sifat antara homogen dan heterogen yang disebut sistem koloid atau dispersi koloid.
Dispersi koloid, yaitu suspensi dari partikel-partikel yang sangat halus yang tersebar
merata dalam suatu medium. Partikel-partikel yang tersebar dalam sistem dispersi koloid disebut
fase terdispersi dan mediumnya disebut medium pendispersi. Ukuran diameter partikel-partikel
koloid lebih besar daripada diameter partikel larutan sejati tetapi lebih kecil daripada partikel
suspensi kasar, yaitu sebesar 10–7 cm–10–5 cm.

Untuk lebih jelas melihat perbedaan antara sistem koloid dengan larutan dan suspensi, marilah
kita perhatikan tabel di bawah ini.

27
No. Larutan sejati Sistem koloid Suspensi
1 diameter partikel < 10–7 cm diameter partikel 10–7 cm–10–5 cm diameter partikel > 10–5 cm
2 satu fase dua fase dua fase
3 jernih agak keruh keruh
4 homogen antara homogen dan heterogen heterogen
5 tidak dapat disaring tidak dapat disaring dapat disaring
6 tidak mengendap stabil sukar mengendap ,relatif stabil mudah mengendap,tidak
7 amikron, dapat dilihat submikron, dapat dilihat stabil
dengan mikroskop elektron, dengan mikroskop ultra, mikron, dapat dilihat dengan
tetapi tidak dapat tetapi tidak dapat dilihat mikroskop biasa
dilihat dengan mikroskop dengan mikroskop biasa
ultra

B. JENIS-JENIS KOLOID
Telah kita ketahui bahwa sistem koloid terdiri atas dua fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa
pendispersi (medium dispersi). Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan jenis fasa
terdispersi dan fasa pendispersinya.
Koloid yang mengandung fasa terdispersi padat disebut sol. Jadi, ada tiga jenis sol, yaitu sol
padat (padat dalam padat), sol cair (padat dalam cair), dan sol gas (padat dalam gas). Istilah sol
biasa digunakan untuk menyatakan sol cair, sedangkan sol gas lebih dikenal sebagai aerosol
(aerosol padat). Koloid yang mengandung fasa terdispersi cair disebut emulsi. Emulsi juga ada tiga
jenis, yaitu emulsi padat (cair dalam padat), emulsi cair (cair dalam cair), dan emulsi gas (cair
dalam gas). Istilah emulsi biasa digunakan untuk menyatakan emulsi cair, sedangkan emulsi gas
juga dikenal dengan nama aerosol (aerosol cair). Koloid yang mengandung fasa terdispersi gas
disebut buih. Hanya ada dua jenis buih, yaitu buih padat dan buih cair. Mengapa tidak ada buih
gas? Istilah buih biasa digunakan untuk menyatakan buih cair. Dengan demikian ada 8 jenis
koloid, seperti yang tercantum pada tabel berikut.

No. Fasa Terdispers Fasa Pendispersi Nama Contoh


`1. padat gas Aerosol asap (smoke), debu di udara
padat
2. padat cair Sol sol emas, sol belerang, tinta, cat
3. padat padat Sol padat gelas berwarna, intan hitam
4. cair gas Aerosol kabut (fog), awan
cair
5. cair cair Emulsi susu, santan, minyak ikan
6. cair padat Emulsi jeli, mutiara, opal
padat
7. gas cair Buih (busa) buih sabun, krim kocok
8. gas padat Buih padat karet busa, batu apung
(busa
padat)
1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut
aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang
terdispersi berupa zat cair, disebut
aerosol cair.
 Contoh aerosol padat: asap dan debu dalam udara.
 Contoh aerosol cair: kabut dan awan.
Dewasa ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti semprot rambut (hair spray),
semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol

28
diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh bahan pendorong yang
banyak digunakan adalah senyawa klorofluorokarbon (CFC) dan
2. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid
jenis sol banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri. Contoh
sol: air sungai (sol dari lempung dalam air), sol sabun, sol detergen, sol kanji, tinta tulis, dan
cat.
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat
terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat
digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam
minyak (A/M). Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur
dengan air.
 Contoh emulsi minyak dalam air (M/A): santan, susu, kosmetik pembersih wajah (milk
cleanser) dan lateks.
 Contoh emulsi air dalam minyak (A/M): mentega, mayones, minyak bumi, dan minyak
ikan.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Contohnya adalah
sabun yang dapat mengemulsikan minyak ke dalam air. Jika campuran minyak dengan air
dikocok, maka akan diperoleh suatu campuran yang segera memisah jika didiamkan. Akan
tetapi, jika sebelum dikocok ditambahkan sabun atau detergen, maka diperoleh campuran
yang stabil yang kita sebut emulsi. Contoh lainnya adalah kasein dalam susu dan kuning telur
dalam mayones.
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya
dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, deterjen,
dan protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang
mengandung pembuih. Buih digunakan pada berbagai proses, misalnya buih sabun pada
pengolahan bijih logam, pada alat pemadam kebakaran, dan lain-lain. Adakalanya buih tidak
dikehendaki. Zat-zat yang dapat memecah atau mencegah buih, antara lain eter, isoamil
alkohol, dan lain-lain.
5. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Contoh: agar-agar,
lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel silika. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat
terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya, sehingga terjadi koloid yang agak padat.

C. Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan bahan-bahan kimia berbentuk
koloid. Bahan-bahan kimia tersebut dibuat oleh industri. Mengapa harus koloid? Oleh karena
koloid merupakan satu-satunya cara untuk menyajikan suatu campuran dari zat-zat yang tidak
saling melarutkan secara “homogen” dan stabil (pada tingkat makroskopis atau tidak mudah
rusak).
Industri Kosmetik
Bahan kosmetik, seperti foundation, pembersih wajah, sampo, pelembap badan, deodoran
umumnya berbentuk koloid yaitu emulsi.
Industri Tekstil
Pewarna tekstil berbentuk koloid karena mempunyai daya serap yang tinggi, sehingga dapat
melekat pada tekstil.
Industri Farmasi
Banyak obat-obatan yang dikemas dalam bentuk koloid agar stabil atau tidak mudah rusak.
Industri Sabun dan Detergen

29
Sabun dan detergen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran (minyak)
dengan air, sehingga sabun dan detergen dapat membersihkan kotoran, terutama kotoran dari
minyak.
Industri Makanan
Banyak makanan dikemas dalam bentuk koloid untuk kestabilan dalam jangka waktu cukup lama.
Dapatkah Anda menyebutkan contoh koloid dalam industri makanan?

D. SIFAT – SIFAT KOLOID


1. Efek Tyndall
Bagaimanakah cara mengenali sistem koloid? Salah satu cara yang sangat sederhana
adalah dengan menjatuhkan seberkas cahaya (transparan), sedangkan koloid
menghamburkannya. Oleh karena itu, berkas cahaya yang melalui koloid dapat diamati dari
arah samping, walaupun partikel koloidnya sendiri tidak tampak. Jika partikel terdispersinya
juga kelihatan, maka sistem itu bukan koloid melainkan suspensi. Dalam kehidupan sehari-
hari, kita sering
mengamati efek Tyndall ini, antara lain:
 Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut.
 Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap atau berdebu.
 Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut.
2. Gerak Brown
Telah disebutkan bahwa partikel koloid dapat menghamburkan cahaya. Jika diamati
dengan mikroskop ultra, di mana arah cahaya tegak lurus dengan sumbu mikroskop, akan
terlihat partikel koloid senantiasa bergerak terusmenerus dengan gerak patah-patah (gerak
zig-zag). Gerak zig-zag partikel koloid ini disebut gerak Brown, sesuai dengan nama
penemunya, seorang ahli biologi Robert Brown berkebangsaan Inggris. Dalam suspensi tidak
terjadi gerak Brown karena ukuran partikel cukup besar, sehingga tumbukan yang dialaminya
setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami gerak Brown, tetapi tidak dapat diamati.
Makin tinggi suhu makin cepat gerak Brown karena energi kinetik molekul medium
meningkat, sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat. Gerak Brown merupakan salah
satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena bergerak terus-menerus, maka partikel
koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi, sehingga tidak mengalami sedimentasi.

3. Muatan Koloid
a. Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik. Apabila ke
dalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode, kemudian dihubungkan dengan
sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektrode bergantung
pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif),
sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif). Dengan
demikian, elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.

b. Adsorpsi
Bagaimanakah partikel koloid mendapatkan muatan listrik? Partikel koloid memiliki
kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya. Oleh karena itu, partikel
koloid menjadi bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika
penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut absorpsi). Sebagai contoh, penyerapan air
oleh kapur tulis). Sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga bermuatan positif,
sedangkan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negatif Muatan koloid juga
merupakan faktor yang menstabilkan koloid, di samping gerak Brown. Oleh karena
bermuatan sejenis maka partikel-partikel koloid saling tolak-menolak, sehingga terhindar dari

30
pengelompokan antarsesama partikel koloid itu (jika partikel koloid itu saling bertumbukan
dan kemudian bersatu, maka lama-kelamaan dapat terbentuk partikel yang cukup besar dan
akhirnya mengendap). Sifat adsorpsi koloid ini telah dipergunakan dalam bidang lain,
misalnya pada proses pemurnian gula tebu, pembuatan obat norit, dan proses penjernihan
air minum.
4. Koagulasi
Apabila muatan suatu koloid dilucuti, maka kestabilan koloid tersebut akan berkurang
dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat
terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid.
Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut. Koloid yang
bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif
akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua.
Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat, maka selubung itu akan menetralkan
muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya
tarikmenariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi. Beberapa
contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri sebagai berikut:
a. Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat (lempung) dalam air
sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
b. Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
c. Lumpur koloidal dalam sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol
tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif, sehingga akan digumpalkan oleh
ion Al3+ dari tawas (aluminium sulfat).
d. Asap atau debu dari pabrik dan industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik
dariCottrel.
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung
logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt).
Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekulmolekul dalam udara. Ion-ion
tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya,
partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap
Cottrel ini banyak digunakan
dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun
dan memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam)

5. Pengolahan Air Bersih


Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan
adsorpsi. Air sungai atau air sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal dan barang kali
juga zat-zat warna, zat pencemar, seperti limbah detergen, dan pestisida. Bahan-bahan yang
diperlukan untuk pengolahan air adalah tawas (aluminium sulfat), pasir, klorin atau kaporit,
kapur tohor, dan karbon aktif. Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal
sehingga lebih mudah disaring. Tawas juga membentuk koloid Al(OH) 3 yang dapat
mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar, seperti detergen dan pestisida. Apabila
tingkat kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi, maka digunakan karbon aktif di samping
tawas. Pasir berfungsi sebagai penyaring. Klorin atau kaporit berfungsi sebagai pembasmi
hama (sebagai disinfektan), sedangkan kapur tohor berguna untuk menaikkan pH, yaitu untuk
menetralkan keasaman yang terjadi karena penggunaan tawas. Pengolahan air bersih di kota-
kota besar pada prinsipnya sama dengan pengolahan air sederhana yang dijelaskan di atas.
Mula-mula air sungai dipompakan ke dalam bak prasedimentasi. Di sini lumpur dibiarkan
mengendap karena pengaruh gravitasi. Lumpur dibuang dengan pompa, sedangkan air
selanjutnya dialirkan ke dalam bak ventury. Pada tahap ini dicampurkan tawas dan gas klorin
(preklorinasi). Pada air baku yang kekeruhan dan pencemarannya tinggi, perlu dibubuhkan
karbon aktif yang berguna untuk menghilangkan bau, warna, rasa, dan zat organik yang

31
terkandung dalam air baku. Dari bak ventury, air baku yang telah dicampur dengan bahan-
bahan kimia dialirkan ke dalam accelator. Di dalam bak accelator ini terjadi proses koagulasi,
lumpur dan kotoran lain menggumpal membentuk flok-flok yang akan mengalami
sedimentasi secara gravitasi. Selanjutnya, air yang sudah setengah bersih dialirkan ke dalam
bak saringan pasir. Pada saringan ini, sisa-sisa flok akan tertahan. Dari bak pasir diperoleh air
yang sudah hampir bersih. Air yang sudah cukup bersih ini ditampung dalam bak lain yang
disebut siphon, di mana ditambahkan kapur untuk menaikkan pH dan gas klorin(postklorinasi)
untuk mematikan hama. Dari bak siphon, air yang sudah memenuhi standar air bersih
selanjutnya dialirkan ke dalam reservoar, kemudian ke konsumen.

6. Koloid Pelindung
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi lateks. Di lain
pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid dapat distabilkan dengan
menambahkan koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan
membungkus partikel zat terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
Contoh:
a. Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar
es atau gula.
b. Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung.
c. Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan detergen, juga tergolong koloid pelindung.

7. Dialisis
Pada pembuatan suatu koloid, sering kali terdapat ion-ion yang dapat mengganggu kestabilan
koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses yang disebut
dialisis. Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu
kantong koloid itu dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong koloid
terbuat dari selaput semipermiabel, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikelpartikel
kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan koloid. Dengan demikian, ion-
ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air.

8. Koloid Liofil dan Koloid Liofob


Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar
antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (Yunani: lio = cairan, philia
= suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak
ada atau sangat lemah. Liofob berarti tidak suka cairan (Yunani: lio = cairan, phobia = takut
atau benci). Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid di atas
masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
Contoh:
 Koloid hidrofil: sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.
 Koloid hidrofob: sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam.

Koloid liofil/hidrofil lebih mantap dan lebih kental daripada koloid liofob/ hidrofob.
Butir-butir koloid liofil/hidrofil membungkus diri dengan cairan/air mediumnya. Hal ini
disebut solvatasi/hidratasi. Dengan cara itu butir-butir koloid tersebut terhindar dari
agregasi (pengelompokan). Hal demikian tidak terjadi pada koloid liofob/hidrofob. Koloid
liofob/hidrofob mendapat kestabilan karena mengadsorpsi ion atau muatan listrik.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa muatan koloid menstabilkan sistem koloid. Sol hidrofil
tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol hidrofil
dapat dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan. Apabila zat padat tersebut
dicampurkan kembali dengan air, maka dapat membentuk kembali sol hidrofil. Dengan

32
perkataan lain, sol hidrofil bersifat reversibel. Sebaliknya, sol hidrofob dapat mengalami
koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi telah dipisahkan, tidak
akan membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air. Perbedaan sol hidrofil dengan
sol hidrofob disimpulkan sebagai berikut.

No Sol Hidrofil Sol Hidrofob


1. Mengadsorpsi mediumnya Tidak mengadsorpsi mediumnya
2. Dapat dibuat dengan konsentrasi Hanya stabil pada konsentrasi kecil
yang relatif besar
3. Tidak mudah digumpalkan dengan Mudah menggumpal pada penambahan
penambahan elektrolit elektrolit
4. Viskositas lebih besar daripada Viskositas hampir sama dengan mediumnya
mediumnya
5. Bersifat reversibel Tidak reversibel
6. Efek Tyndall lemah Efek Tyndall lebih jelas

E. Pembuatan Sistem Koloid


Sistem koloid dapat dibuat dengan pengelompokan (agregasi) partikel larutan sejati atau
menghaluskan bahan dalam bentuk kasar, kemudian diaduk dengan medium pendispersi. Cara
yang pertama disebut cara kondensasi, sedangkan yang kedua disebut cara dispersi.
1. Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi, partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi
partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks,
hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.

a. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh 1:
Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H 2S) dengan belerang
dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.
2 H2S(g) + SO2(aq) → 2 H2O(l) + 3 S (koloid)
Contoh 2:
Pembuatan sol emas dari reaksi antara larutan HAuCl 4 dengan larutan K2CO3 dan HCHO
(formaldehida).
2 HAuCl4(aq)+6 K2CO3(aq) + 3 HCHO(aq) → 2 Au(koloid) + 5 CO2(g) + 8 KCl(aq) + KHCO3(aq) + 2 H2O(l)
b. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air mendidih ditambahkan
larutan FeCl3, maka akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3(aq) + 3 H2O(l) → Fe(OH)3 (koloid) + 3 HCl(aq)

c. Dekomposisi Rangkap
Contoh 1:
Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H 3AsO3 dengan larutan H2S.
2 H3AsO3(aq) + 3 H2S(aq) → As2S3(koloid) + 6 H2O(l)
Contoh 2:
Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer dengan larutan HCl
encer.
AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl(koloid) + HNO3(aq)
d. Penggantian Pelarut

33
Selain dengan cara-cara kimia seperti di atas, koloid juga dapat terjadi dengan penggantian
pelarut.
Contoh:
Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol, maka akan terbentuk suatu
koloid berupa gel.
2. Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat
dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).
a. Cara Mekanik
Menurut cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumping atau penggiling koloid sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.
Contoh:
Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersamasama dengan suatu
zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.
b. Cara Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan
bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar
menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses
pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim pepsin.
Contoh:
Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain.
Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
c. Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid
digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi
loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke
dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi, sehingga membentuk partikel
koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.

F. Koloid Asosiasi
Berbagai jenis zat, seperti sabun dan detergen, larut dalam air tetapi tidak membentuk
larutan, melainkan koloid. Molekul sabun atau detergen terdiri atas bagian yang polar (disebut
kepala) dan bagian yang nonpolar (disebut ekor).

Gambar Molekul sabun

Kepala sabun adalah gugus yang hidrofil (tertarik ke air), sedangkan gugus hidrokarbon bersifat
hidrofob (takut air). Jika sabun dilarutkan dalam air, maka molekul-molekul sabun akan
mengadakan asosiasi karena gugus nonpolarnya (ekor) saling tarik-menarik, sehingga terbentuk
partikel koloid (lihat gambar).
Daya pengemulsi dari sabun dan detergen juga disebabkan oleh aksi yang sama. Gugus
nonpolar dari sabun akan menarik partikel kotoran (lemak) dari bahan cucian, kemudian
mendispersikannya ke dalam air. Sebagian bahan pencuci, sabun, dan detergen bukan saja
berfungsi sebagai pengemulsi, tetapi juga sebagai pembasah atau penurun tegangan permukaan.
Air yang mengandung sabun atau detergen mempunyai tegangan permukaan yang lebih rendah,
sehingga lebih mudah meresap pada bahan cucian.

34
DAFTAR PUSTAKA

Fauziah, Nenden. 2009. Kimia 2 SMA dan MA Kelas XI IPA. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Harjani,Tarti , Muchammad Syafi’I, Sri Sumarsi, dan Anik Setyowati. 2007. Surakarta : Inti
Prima Aksara.

35
Harnanto, Ari dan Ruminten. 2009. Kimia 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Kalsum, Siti, Poppy K. Devi, Masmiani, dan Hasmiati Syahrul. 2009. Kimia 2 Kelas XI SMA dan
MA. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Marsuni dan Rahmatyah A. N. 2014. KIMIA untuk Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah
Kelas XI Kelompok Peminatan. Sidoarjo : Mas Media Buana Pustaka.
Partana, Cry Fajar, dan Antuni Wiyarsi. 2009. Mari Belajar Kimia 2 untuk SMA – MA Kelas XI
IPA. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Permana, Irvan. 2009. KIMIA 2 SMA/MA untuk Kelas XI Semester 1 dan 2 Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Premono, Shidiq, Aniswardani, dan Nur Hidayat. 2009. Kimia SMA/MA Kelas XI. Jakarta :
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sudarmo,Unggul. 2013. KIMIA untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Erlangga.
Sunarya, Yayan dan Agus Setia Budi. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk Kelas XI
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam.
Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Suwardi, Soebiyanto dan Th. Eka Widiasih. 2009. Panduan Pembelajaran Kimia XI untuk SMA
dan MA. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Taufiq, Agus dan Suryana Purawisastra. 2006. Kimia untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta :
Widya Utama.
Utami, Budi, Agung Nugroho CS, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah, dan Bakti Mulyani. 2009.
KIMIA untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.

36

Anda mungkin juga menyukai