Kimia Dasar II
SENYAWA HALOGEN ORGANIK
H031221046
KELOMPOK V
H031221046
Asisten, praktikan,
PENDAHULUAN
Kimia organik merupakan bagian dari ilmu kimia yang memiliki peran
memiliki kandungan senyawa organik. Mulai dari bahan bakar, polimer, bahan
makanan, kosmetika, bahkan sesuatu yang tidak terduga seperti bau roti setelah
dioven, dan bau kambing maupun hewan setelah dimandikan pun mengandung
senyawa organik. Peran kimia organik di bidang farmasi juga sangat penting,
terutama di bidang pencarian senyawa aktif baru sebagai obat. Oleh karena itu,
urgensi mata kuliah dan praktikum kimia organik seharusnya sangat mudah
mahasiswa masih memiliki pandangan bahwa kimia organik sulit, banyak hafalan,
motivasi mahasiswa untuk belajar kimia organik baik ketika belajar teori maupun
mengandung atom karbon (C), hidrogen (H), dan halogen. Senyawa halogen
Organohalogen pertama yaitu alkil halida dimana halogen terikat pada suatu
gugus alkil, kedua yaitu aril halida dimana halogen terikat pada karbon dari cincin
rangkap (Roni, 2021). Senyawa organik halogenasi banyak dicari dalam berbagai
bidang, misalnya kimia sintesis, medis dan ilmu material. Sama dengan senyawa
alkil halida paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pelarut
dibandingkan dengan dua jenis lainnya yaitu aromatik dan vinilik (Hart, 2003).
untuk mengetahui fungsi dan kelarutan serta reaktifitas beberapa senyawa halogen
organik.
TINJAUAN PUSTAKA
organik yang mengadung fluor (F), klor (Cl), brom (Br), dan iodin (I) yang terikat
secara kovalen. Senyawa ini memiliki rumus umum R-X. Walaupun sangat
sedikit halokarbon dijumpai alam, senyawa ini mudah dibuat dan banyak
Dengan berkembangnya teknik pemisahan dan identifikasi, lebih dari 5000 jenis
organik, 44,8% adalah bromida organik dan 4,6% adalah iodida atau fluorida
organik. Senyawa yang mengandung hanya karbon (C), hidrogen (H) dan satu
atom. Dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu alkil halida, aril halide dan halida
vinilik Senyawa halogen organik tidak cukup polar untuk larut dalam air, tetapi
dapat larut dalam pelarut organik yang sedikit polar seperti etanol dan
Unsur-unsur fluor (F), klor (Cl), brom (Br), iodin (I), dan astatin secara
kolektif disebut halogen. Pada 25°C fluor (F) dan klor (Cl) adalah gas, brom (Br)
adalah cairan, dan iodin adalah padatan. Tidak ada isotop astatin yang stabil (non
radioaktif). Nonlogam ini, yang terdapat dalam Golongan 17 dari tabel periodik,
semuanya adalah molekul diatomik yang sangat reaktif yang tidak ditemukan
bebas di alam. Mereka terjadi terutama sebagai garam halida (F, Cl, Br, I-)
(McQuarrie, 2011).
2.2 Kelarutan Senyawa Halogen Organik
dalam pelarut pada suhu tertentu. Sebutan “yang sejenis melarutkan yang sejenis”
bahwa dua zat dengan jenis dan besar gaya antar molekul yang sama akan
maupun benzena (C6H6) adalah cairan non polar. Bila kedua cairan ini
molekul CCl4 dan C6H6 setara besarnya dengan tarik-menarik antara sesama
molekul CCl4 dan C6H6. Bila dua cairan saling melarutkan dengan sempurna
tertentu dalam air. Bila natrium klorida dilarutkan dalam air, ion-ionnya
ion dipol (Roni dan Herawati, 2020). Secara umum, memberikan acuan awal
bahwa senyawa ionik akan lebih larut dalam pelarut polar, seperti air, cairan
amonia, dan cairan hidrogen florida, dibandingkan dalam pelarut nonpolar, seperti
benzena dan karbon tetraklorida. Karena molekul pelarut non polar tidak memiliki
momen dipol. Yang dinamakan hidrasi. Interaksi antar molekul yang menonjol
antara ion-ion dan senyawa nonpolar ialah interaksi ion dipol terinduksi, yang
jauh lebih lemah dibandingkan interaksi ion dipol (Junwoo dkk., 2020).
2.3 Hubungan Kelarutan dan Kepolaran
Larutan terdiri atas cairan yang melarutkan zat (pelarut) dan zat yang larut
di dalamnya (zat terlarut). Pelarut selalu memiliki jumlah yang lebih banyak
dibandingkan dengan zat terlarut. Pelarut tidak harus cairan, tetapi dapat berupa
padatan atau gas. Sistem semacam ini disebut sistem dispersi. Untuk sistem
dispersi, zat yang berfungsi seperti pelarut disebut medium pendispersi, sementara
zat yang berperan seperti zat terlarut disebut dengan zat terdispersi. Kelarutan
lain. Istilah ikatan polar sering digunakan untuk menggambarkan penggunaan atau
Teori like dissolves like menyatakan bahwa senyawa yang polar akan larut
dalam pelarut polar dan senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar.
Hal ini dikarenakan gaya antar molekul yang terbentuk. Pada molekul yang terdiri
atas dua atom yang berlainan daya tarik kedua atom terhadap elektron tidak sama
besar, sehingga elektron-elektron ikatan akan bergeser ke arah atom yang lebih
nilai indeks bias 1,45 dan merupakan pelarut yang efektif untuk senyawa organik,
seperti minyak. Kloroform mudah larut dalam alkohol dan eter. Sifat kloroform
Reaktivitas Fluor yang besar sebagian besar berasal dari energi asosiasi
yang relatif rendah, ukuran standar untuk energi ikatan, dari ikatan F―F (37,7
kilokalori per mol) dan kemampuannya untuk membentuk ikatan kuat yang stabil
dengan semua elemen lainnya. Fluor (F2) dan klorin (Cl2) adalah gas pada suhu
kamar. Brom (Br2) adalah cairan berwarna cokelat kemerahan pada suhu kamar,
selain merkuri satu-satunya unsur yang berwujud cair pada 20°C (68°F) dan
tekanan atmosfer. Yodium (I2) membentuk kristal ungu tua pada kondisi ini.
Dalam keadaan padat unsur-unsur halogen terbentuk kisi-kisi molekul, dan energi
untuk mempertahankan keadaan relatif stabil dalam waktu yang lama, sedangkan
lain dan mengalami reaksi kimia. Jangka energi yang dimaksud adalah perbedaan
antara energi orbital teratas yang diisi (HOMO) dan orbital terbawah yang kosong
kemungkinan reaksi terjadi pada molekul tersebut, dan semakin stabil molekul
tersebut bereaksi dan semakin reaktif molekul tersebut. Maka, jangka energi
Namun, harus diingat bahwa sifat-sifat kimia molekul sangat kompleks dan
tidak selalu dapat dijelaskan hanya dengan melihat energi gap. Faktor-faktor lain
METODELOGI PERCOBAAN
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah minyak, kloro
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah rak tabung, pipet tetes,
tabung reaksi, gegep, gelas kimia, kaki tiga, Bunsen, spatula, dan
pematik api
CHCl3. Tabung reaksi (1) diberi beberapa tetes akuades, lalu dikocok dan
cair, lalu dikocok dan diperhatikan kelarutannya. Tabung reaksi (3) diberi
yang terjadi. Tabung (3) ditambahkan 1-2 tetes kloro benzena, kemudian
dihomogenkan dan diperhatikan perubahan yang terjadi. Tabung (4) ditambahkan
dengan NaI/aseton.
BAB IV
CCl4 CHCl3
organohalogen tidak dapat larut dalam air dengan membentuk dua fasa dan dapat
larut dalam minyak maupun mentega cair dengan membentuk satu fasa. Oleh
karena itu, senyawa halogen organik bersifat non polar yang hanya dapat larut
dengan senyawa non polar juga dan merupakan pelarut yang baik untuk senyawa
akuades, hasilnya adalah tidak larut tidak dapat larut dengan membentuk dua fasa
karena CHCl3 dan CCl4 merupakan senyawa organik yang bersifat non polar,
pada percobaan CHCl3 dan CCl4 yang direaksikan dengan minyak dan mentega
yang dapat larut dengan membentuk satu fasa, dikarenakan minyak dan mentega
merupakan senyawa yang bersifat non polar serta CHCl3 dan CCl4 juga
Hal ini sesuai dengan prinsip like dissolves like yaitu pelarut akan
senyawa polar akan larut dalam senyawa polar begitupun senyawa non polar akan
Pada percobaan kedua yaitu uji reakitifitas, diperoleh hasil bahwa saat
kloro benzena, kloroform, dan diklorometan tidak terjadi perubahan apapun yang
menandakan tidak ada reaksi yang terjadi. Reaksi yang terjadi pada benzil klorida
sudah sesuai dengan teori yang ada, sedangkan pada kloro benzena, kloroform,
Secara teori reaksi antara AgNO3 dengan benzil klorida, kloro benzena,
substitusi alkil halida, ion iodida adalah halida yang paling mudah digantikan,
baru ion bromida dan kemudian klorida. Sedangkan F bukan gugus pergi yang
baik karena F merupakan basa yang lebih kuat dari pada ion halida lain, dan
karena ikatan C-F lebih kuat daripada ikatan C- X lain (Wardiyah, 2016).
terjadi reaksi yang ditandai dengan terbentuknya endapan putih, hal ini tidak
yang menandakan tidak ada reaksi yang terjadi, hal ini sesuai dengan teori. Secara
Beberapa hasil yang diperoleh tidak sesuai, hal ini bisa disebabkan salah
satunya karena bahan yang sudah rusak ataupun terjadi kontaminasi saat
pengerjaan.
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. senyawa halogen organik yaitu CHCl3 dan CCl4 yang terbukti sebagai
senyawa non polar tidak dapat larut dalam akuades yang merupakan pelarut
polar, namun dapat larut dalam mentega dan minyak yang merupakan pelarut
nonpolar.
semua bahan dan alat sudah tersedia dimeja, karena jika bahan maupun alat yang
hal yang tidak diinginkan terjadi, karena praktikan maupun asisten lab kesusahan
Fessenden R. J., dan Fessenden J. S., 1990, Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1,
Erlangga, Jakarta.
Junwoo, L., Sang, A, P., Seung, U. R., Dasol, C., Taiho, P dkk., 2020, Green-
Solvent-Processable Organic Semiconductors and Future Directions For
Advanced Organic Electronics, Journal of Materials Chemistry, 8
(41): 22.
Mariana, E., Cahyono, E., Rahayu, E., & Nurcahyo, B., 2018., Validasi Metode
Penetapan Kuantitatif Metanol dalam Urin Menggunakan Gas
Chromatography Flame Ionization Detector, Indonesian Journal of
Chemical Science, 7(3), 277-284.
McQuarrie, Donald A., Peter A. Rock., dan Ethan B. Gallogly. (2011). General
Chemistry. California: University Science Books.
Roni, K. A. dan Legiso., 2021, Kimia Organik, NoerFikri Offset, Palembang.
Willbraham, A. C., dan Matta, M. S., 1992, Pengantar Kimia Organik dan
Hayati, Penerbit ITB, Bandung.
Wolf, J., Huber, F., Erochok, N., Heinen, F., dan Guerin, F., 2020, Activation of
Metal-Halogen Bond by Halogen Bonding, Halogen Bonding
International Journal, 59(1): 16496-16500.
Xu, R., Xie, Y., Tian, J. dan Chen, L., 2021, Adsorbable Organic Halogens in
Contaminated Water Enviroment: A Review of Sources and Removal
Technologies, Journal of Cleaner Production, 12 (5): 283.