Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum

Kimia Organik Dasar

HIDROKARBON

MEGAWATI
H031171016

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK DASAR


UNIT PELAKSANA TEKNIS MATA KULIAH UMUM
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 20 Maret 2018


Asisten Praktikan,

MUH AFDHAL MEGAWATI


H311 13 510 H031 17 1016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa permulaan kimia organik, setiap senyawa baru diberi nama

berdasar pada sumber atau guna dari senyawa tersebut. Kebanyakan struktur diberi

nama dengan cara ini. Misalnya, limonena (dari limau) α-piriena (dari pohon pinus),

kumarin (dar kacang tonka, di Amerika Selatan dikenal dengan nama kumarin), dan

penisilin (dari jamur yang menghasilkannya, penicillium notatum). Sekarang pun,

cara penamaaan ini masih digunakan untuk memberi nama yang pendek dan mudah

pada struktur yang rumit. Nama-nama lain diberikan tanpa dasar yang berarti. Asam

barbiturat, yang menurunkan obat penenang barbiturat, mungkin penemunya

(Adolph Von Baeyer) memberikan nama temannya barbara. Kubana dan prismana

dinamakan menurut bentuknya (Hart dkk, 1990).

Lama kelamaan cara penamaan ini sulit dipertahankan, sehingga metode

bersistem dalam penamaan perlu dibuat. Yang terbaik, adalah bahwa sistem ini

harus mengarah pada nama khas untuk setiap senyawa. Dengan mengetahui

aturannya dan melihat strukturnya, seorang dapat menuliskan namanya.

Dan dengan mengetahui namanya, seorang dapat menuliskan strukturnya dengan

benar (Hart dkk, 1990).

Akhirnya, sistem tatanama dibuat dan sekarang dikenal oleh ahli kimia

organik diseluruh dunia. Sistem ini dibuat oleh Internasional Union of Pure and

Applied Chemistry atau dikenal dengan sistem IUPAC. Apabila ahli kimia hanya

menggunakan nama IUPAC, kita hanya perlu mempelajari sistem ini saja sayangnya

beberapa nama biasa (umum) masih terus digunakan (Hart dkk, 1990).
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk membedakan antara

hidrokarbon jenuh, tidak jenuh dan senyawa aromatik.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dilakakukan dari percobaan ini adalah :

1. Menentukan kelarutan senyawa-senyawa hidrokarbon dalam pelarut polar dan

pelarut non-polar.

2. Untuk mengetahui reaksi senyawa-senyawa hidrokarbon yang terjadi pada

pereaksi-pereaksi KmnO4 0,1 M atau Br2/CCl4 5 %.

1.3 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip dari percobaan ini mereaksikan antara beberapa senyawa

hidrokarbon yang bersifat nonpolar dengan pelarut polar (air) dan pelarut nonpolar

serta mengamati ada atau tidak adanya reaksi yang terjadi antara senyawa

hidrokarbon oksidator KMnO4 0,1 M dan Br2/CCl4 5 %.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Karbon meruapakan atom yang dapat membentuk lebih banyak senyawa

dibandingkan unsur lain, karena atom karbon tidak hanya dapat membentuk ikatan

karbon-karbon tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga, tetapi juga bisa terkait

satu sama lain membentuk struktur rantai dan cincin. Adapun cabang ilmu kimia

yang mempelajari senyawa karbon adalah kimia organik. Penggolongan senyawa

organik itu sendiri dapat dibedakan menurut gugus fungsi yang dikandungnya (Hart

dkk, 2003).

Semua senyawa organik merupakan turunan dari golongan senyawa yang

dikenal sebagai hidrokarbon. Hal ini disebabkan karena senyawa tersebut hanya

tersusun dari hidrogen dan karbon. Berdasarkan strukturnya, hidrokarbon dibagi

menjadi dua golongan utama, yaitu alifatik dan aromatik. Hidrokarbon alifatik

merupakan hidrokarbon yang tidak mengandung gugus benzena, atau cincin benzena.

Sedangkan hidrokarbon aromatik merupakan hidrokarbon yang mengandung satu

atau lebih cincin benzena (Hart dkk, 2003).

Suatu golongan senyawa dengan rumus umum yang sama dan sifat-sifatnya

bermiripan disebut satu homolog. Alkana merupakan hidrokarbon jenuh.. Alkena

merupakan hidrokarbon tak jenuh dan mengandung ikatan rangkap dua. Alkuna

merupakan hidrokarbon tak jenuh dan mengandung ikatan rangkap tiga. Sumber

utama alkana adalah gas alam dan minyak bumi. Alkena dibuat dari alkana melalui

proses perengkahan (Dadari, 2012).

Titik leleh dan titik didih hidrokarbon meningkat seiring dengan peningkatan

massa molekul relatifnya. Titik leleh dan titik didih senyawa-senyawa yang
merupakan isomer berkurang seiring dengan pertambahan jumlah cabang dalam

molekulnya. Alkana mempunyai reaksi-reaksi penting yaitu pembakaran, substitusi,

dan perengkahan. Alkena dan alkuna mempunyai ikatan rangkap, reaksi yang penting

adalah adisi atau penjenuhan (Dadari, 2012).

Alkana mempunyai rumus umum CnH2n+2, dengan n = 1, 2, dst. Ciri terpenting

dari hidrokarbon alkana yaitu hanya terdapat ikatan kovalen tunggal. Alkana dikenal

sebagai hidrokarbon jenuh karena mengandung jumlah maksimum atom hidrogen

yang dapat berikatan dengan sejumlah atom karbon yang ada. Alkana yang paling

sedernaha (yaitu n = 1) adalah metana CH4, yang merupakan hasil alami penguraian

bakteri anaerob dari tanaman-tanaman dalam air. Karena senyawa ini pertama

kali dikumpulkan dari rawa, oleh karena itu metana dikenal juga sebagai “gas

rawa”. Adapula alkana yang atom-atom karbonnya bergabung dalam membentuk

cincin dikenal sebagai sikloalkana, yang mempunyai rumus umum C nH2n,

dengan n = 3, 4, dst. Sikloalkana yang paling sederhana yaitu C3H6 (Hart dkk, 2003).

Alkena (juga disebut olefin) merupakan hidrokarbon yang mengandung

sedikitnya satu ikatan rangkap dua karbon-karbon. Alkena mempunyai rumus umum

CnH2n, dengan n = 2, 3, dst. Alkena yang paling sederhana yaitu etilena, C2H4. Alkena

digolongkan dalam hidrokarbon tak jenuh, karena merupakan senyawa dengan ikatan

rangkap dua atau ikatan rangkap tiga karbon-karbon. Hidrokarbon tak jenuh

umumnya mengalami reaksi adisi, yaitu dimana satu molekul ditambahkan pada

molekul yang lain untuk membentuk produk tunggal. Salah satu contoh reaksi adisi

adalah hidrogenasi, yaitu penambahan molekul hidrogen ke senyawa yang

mengandung ikatan rangkap. Alkuna merupakan hidrokarbon yang mengandung

sedikitnya satu ikatan rangkap tiga karbon-karbon. Alkuna mempunyai rumus umum

CnH2n-2, dengan n= 2, 3, dst. Alkuna yang paling sederhana yaitu etuna (C2H2), yang
lebih dikenal sebagai asetilena. Benzena (C6H6) adalah senyawa induk dari

hidrokarbon aromatik. Benzena berupa molekul segi enam datar dengan atom-atom

karbon yang terketak pada keenam sudutnya. Semua ikatan karbon-kabon sama

panjang dan kuatnya (Hart dkk, 2003).

Pada umumnya pencemaran laut yang terjadi baik secara fisika, kimiawi

maupun biologis, banyak menghasilkan racun bagi biota laut dan manusia. Salah satu

dari bahan pencemar itu adalah hidrokarbon minyak bumi. Minyak bumi adalah

campuran hidrokarbon yang terbentuk berjuta-juta tahun yang lalu di masa lampau

sebagai hasil dekomposisi bahan-bahan organik dari tumbuhan-tumbuhan dan hewan.

Minyak bumi berupa cairan kental berwarna kehitaman yang terdapat dalam

cekungan-cekungan kerak bumi dan merupakan campuran sangat komplek dari

senyawa-senyawa hidrokarbon dan bukan hidrokarbon (Marsaoli, 2004).

Minyak bumi fraksi ringan, komponen utamanya adalah n-alkana dengan

atom C15-17, sedangkan minyak bumi fraksi berat komponen utamanya

adalah fraksi hidrokarbon dengan tidik didih tinggi. Keberadaan senyawa

hidrokarbon minyak bumi di perairan laut dapat berasal dari berbagai sumber.

Molekul-molekul hidrokarbon minyak bumi dapat merusak membran sel

yang berakibat pada keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke

dalam sel (Marsaoli, 2004).

Minyak mentah atau hidrokarbon yang tumpah baik di daratan maupun

perairan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dengan berbagai cara. Bencana

alam dan kecelakaan pada unit pengolahan dan pengangkutan minyak dapat

menyebabkan kontaminasi tanah dan pengurangan produktivitas lahan. Hidrokarbon

sebagai senyawa organik merupakan bahan pencemar lingkungan yang

umum. Keberadaan senyawa hidrokarbon sebagai polutan dapat merubah struktur

dan fungsi tanah sehingga produktivitas tanah menurun. Oleh karena itu untuk
mengembalikan produktivitas tanah tersebut, perlu dilakukan remediasi atau

perbaikan (Kamaruzzaman, 2013).

Kajian pembuatan hidrokarbon cair setara gasolin (biogasolin) dari minyak

biomass pengolahan kelapa sawit, termasuk fraksi minyak POME telah dilakukan

oleh beberapa peneliti. Penggunaan beberapa jenis logam yang diimpregnasikan

pada zeolit dilaporkan dapat merubah fraksi minyak menjadi hidrokarbon cair atau

gasolin (Undaryono, 2010).

Salah satu polutan gas buang kendaraan bermotor yang ikut berpartisipasi

dalam pencemaran udara adalah hidrokarbon. Bensin yang digunakan sebagai bahan

bakar untuk kendaraan bermotor merupakan suatu campuran komplek antara

hidrokarbon-hidrokarbon sederhana dengan sejumlah kecil bahan tambahan non-

hidrokarbon bersifat sangat volatil yang sangat mudah menguap dan mengemisikan

hidrokarbon ke udara. Hidrokarbon yang diemisikan tersebut merupakan polutan

primer karena dilepaskan ke udara secara langsung oleh kendaraan bermotor baik

pada saat pengisian bahan bakar maupun karena tidak sempurnanya pembakaran

yang terjadi di ruang bakar (Kristanto, 1999).

Hidrokarbon merupakan komponen yang berperan dalam produksi oksidan

fotokimia di mana berdasarkan struktur molekulnya dibedakan menjadi hidrokarbon

alifatik, aromatik dan alisiklis. Hidrokarbon aromatik lebih berbahaya dibandingkan

kedua jenis hidrokarbon yang lainnya. Campuran produk-produk sebagai akibat

pembebasan hidrokarbon ke atmosfir akan mengganggu siklus fotolitik NO2

(Nitrogen dioksida) yang disebut dengan smog fotochemical berupa gabungan antara

asap dan kabut, tentunya hal ini akan sangat mengganggu sarana transportasi baik

darat, laut dan udara karena terbatasnya jarak pandang, karena dampak yang

ditimbulkan akibat dibebaskannya hidrokarbon ke udara atmosfir (Kristanto, 1999).

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu n-heksana,

sikloheksana, benzena, etil asetoasetat, toluen, dietil eter, parafin, KMnO 4 0,1 M,

Br2/CCl4 5%, aquadest, tissue rol, dan sabun.

3.2 Alat Percobaan

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu tabung reaksi,

rak tabung reaksi, pipet tetes, dan gelas piala, dan sikat tabung.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Kelarutan senyawa hidrokarbon

Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang bersih dan kering, diisi tabung reaksi (1)

dengan 0,5 mL air, dan tabung reaksi (2) dengan 0,5 mL dietil éter. Ditambahkan ke

dalam tabung reaksi (1) dan (2), setetes demi setetes n-heksana (10 tetes), dikocok

dan diperhatikan kelarutannya. Dikerjakan seperti langkah sebelumnya dengan

menggunakan hidrokarbon yang lain.

3.3.2 Reaksi dengan KMnO4 dan Br2/CCl4

Disiapkan 6 buah tabung reaksi yang bersih dan kering, masing-masing

tabung reaksi diisi dengan 1 mL; n-heksana, sikloheksana, benzena, toluena,

parafin, etilasetoasetat (sebagai pembanding). Kemudian ditambahkan 1 tetes

KMnO4 0,1 M, dikocok dan bila perlu panaskan, diamati dan dicatat perubahan yang

terjadi. Diulangi percobaan di atas dan mengganti KMnO4 0,1 M dengan 1-2 tetes

Br2/CCl4 5%.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kelarutan Senyawa Hidrokarbon Organik

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kelarutan Senyawa Hidrokarbon Organik

Kelarutan Kelarutan
Hidrokarbon Keterangan
(Air) (Dietil eter)

n-Heksana 2 Fase 1 Fase Non polar


Sikloheksana 2 Fase 1 Fase Non polar
Benzena 2 Fase 1 Fase Non polar
Toluena 2 Fase 1 Fase Non polar
Parafin 2 Fase 1 Fase Non polar
Etil asetoasetat 2 Fase 1 Fase Non polar

4.2 Reaksi Senyawa Hidrokarbon Organik

Tabel 2. Hasil Pengamatan Reaksi Senyawa Hidrokarbon Organik


Perubahan yang terjadi
Hidrokarbon Keterangan
+KMnO4 0,1 M +Br2/CCl4 5%
Tidak terjadi Tidak terjadi
n-Heksana Tidak bereaksi
perubahan warna perubahan warna

terjadi perubahan Bereaksi


Tidak terjadi
Sikloheksana warna menjadi setelah
perubahan warna
orange dipanaskan

Tidak terjadi terjadi perubahan


Benzena Bereaksi
perubahan warna warna yaitu keruh
terjadi perubahan terjadi perubahan
Toluena Bereaksi
warna yaitu coklat warna yaitu keruh
terjadi perubahan terjadi perubahan
Parafin Bereaksi
warna yaitu biru warna keruh

Terjadi perubahan
Tidak terjadi
Etilasetoasetat warna yaitu putih Bereaksi
perubahan warna
keruh
4.2 Reaksi
A. Senyawa hidrokarbon direaksikan dengan KMnO4

H2 H2 H2 H2
H 3C C C C C CH3 KMnO4

KMnO4

KMnO4

CH3

KMnO4

O O
H2
H3C C C C OC2H5 + KMnO4

B. Senyawa hidrokarbon yang direaksikan dengan Br2


H2 H2 H2 H 2
H3C C C C C CH3 Br2 H 3C C4H6 CH2Br HBr

Br2

Br2

Br2

CH3 CH3

Br

Br2 HBr

Br
FeCl3
Br2 HBr

O O O O

H3C O CH3 Br2 H3 C O Br C2H5Br


4.3 Pembahasan

Pada percobaan kelarutan hidrokarbon ini, akan dilihat kelarutan beberapa

hidrokarbon dalam air dan dietil eter. Hidrokarbon tersebut diantaranya adalah

n-heksana, sikloheksana, benzena, toluen, dan parafin. Seperti yang diketahui, air

merupakan senyawa polar, sedangkan dietil eter merupakan senyawa non polar.

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, kelima hidrokarbon yang

digunakan dapat larut dalam larutan dietil eter, tetapi tidak larut dalam air

(membentuk 2 fase). Data percobaan ini dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil ini

menunjukkan bahwa semua hidrokarbon yang digunakan dalam percobaan bersifat

non polar sehingga hanya dapat larut terhadap dietil eter. Hal ini telah sesuai dengan

teori yang ada bahwa senyawa polar hanya dapat larut dalam pelarut polar, bagitupun

dengan senyawa non polar yang hanya dapat larut dalam pelarut non polar.

Percobaan kedua yaitu reaksi-reaksi hidrokarbon dengan KMnO4 0,1 M dan

Br2/ CCl4 5%. Beberapa hidrokarbon yang digunakan yaitu n-heksana, sikloheksana,

benzena, toluena, parafin, dan etilasetoasetat. Ketika n-heksana direaksikan dengan

KMnO4 0,1 M, tidak terjadi reaksi dan terjadi 2 fase. Begitu pun ketika n-heksana

direaksikan dengan Br2/ CCl4 5%, tidak terjadi reaksi dan tidak terjadi perubahan

warna. Hal yang sama terjadi pada sikloheksana, dimana ketika direaksikan dengan

KMnO4 0,1 M maupun Br2/ CCl4, tidak terjadi reaksi dan tidak terjadi perubahan

warna. Hal ini disebabkan karena n-heksana dan sikloheksana termasuk hidrokarbon

jenuh dan juga tidak mengandung rantai cabang sehingga tidak terdapat atom karbon

tertier. Rantai cabang juga merupakan salah satu hal yang sangat mempengaruhi

terjadinya suatu reaksi.

Benzena ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak terjadi reaksi dan

tidak terjadi perubahan warna (larutan tetap berwarna ungu). Ketika direaksikan
dengan Br2/ CCl4 5%, juga tidak bereaksi dan tidak mengalami perubahan warna. Hal

ini disebabkan karena benzen memiliki ikatan terkonjugasi sehingga dapat

beresonansi dan menyebabkan elektron pada senyawa benzena selalu berpindah-

pindah Selain itu benzen juga bersifat stabil sehingga sukar sekali bereaksi dengan

hidrokarbon lain kecuali dengan menggunakan katalisator.

Ketika toluena direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak terjadi reaksi dan

terbentuk 2 fase. Demikian juga ketika direaksikan dengan Br2/ CCl4 5% tidak

terjadi reaksi dan larutan tetap berwarna orange. Hal yang sama terjadi dengan

parafin, ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak terjadi reaksi dan larutan

tetap berwarna ungu. Ketika direaksikan dengan Br2/ CCl4 5% juga tidak terjadi

reaksi dan tidak terjadi perubahan warna. Hal ini disebabkan karena parafin

merupakan suatu senuyawa yang afinitasnya kecil sehingga sukar sekali bereaksi dan

merupakan senyawa yang stabil.

Hidrokarbon yang terakhir yaitu etilasetoasetat, yang merupakan satu-satunya

hidrokarbon dalam percobaan ini yang dapat bereaksi, baik bereaksi dengan KMnO4

0,1 M maupun bereaksi dengan Br2/ CCl4 5%. Ketika etilasetoasetat direaksikan

dengan KMnO4 0,1 M terjadi perubahan warna larutan yang tadinya berwarna ungu,

berubah menjadi putih keruh. Sedangkan ketika direaksikan dengan Br2/ CCl4 5%,

reaksi yang terjadi ditandai dengan perubahan warna larutan dari warna orange

menjadi bening.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa:

1. Senyawa hidrokarbon yang bersifat non polar seperti: n-heksana, sikloheksana,

benzena, toluen, dan parafin, tidak larut dalam pelarut polar (air) tetapi dapat

larut dalam pelarut non polar (dietil eter).

2. Hidrokarbon jenuh tidak dapat mengalami reaksi adisi maupun oksidasi.

Sedangkan sebaliknya pada hidrokarbon tak jenuh.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Saran untuk laboratorium yaitu alat dan bahan yang akan digunakan pada saat

praktikum telah disediakan pada masing-masing meja praktikum agar praktikan tidak

kemana-mana saat praktikum berlangsung

5.2.2 Saran Untuk Percobaan

Sebaiknya pada praktikum bahan yang ingin dipakai disediakan sebelumnya,

dan dibutuhkan penjelasan mendetail mengenai percobaan agar kami dapat

membahas dan membandingkan antara teori dengan praktek yang kita lakukan.

5.2.3 Saran Untuk Asisten

Menurut saya, kakak-kakak asisten sebaiknya terus membimbing dan

mengajar kami di dalam maupun di luar laboratorium agar kami dapat melakukan

percobaan seoptimal mungkin, juga tidak berhenti mengontrol kami di dalam

laboratorium agar kami tidak membuat kesalahan yang dapat berakibat fatal dan

dapat menyelesaikan praktikum dengan baik dan benar.


DAFTAR PUSTAKA

Hart, H., Craine, E.L., dan Hart, J.D., 2003, Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat
Edisi Kesebelas, Erlangga, Jakarta.

Dadari, D.W., dan Dian, N., 2012, Analisis Tes Hasil Belajar Siswa Melalui Media
Pembelajaran Blog Pada Materi Alkana, Alkena, dan Alkuna, Unesa Journal of
Chemical Education, 1(1):70-75.

Kamasuzzaman, Muyassir, Syafruddin., 2013, Pengaruh Nutrisi dan Bakteri


Pseudomonas Fluorescens Terhadap Mikroorganisme Pendegradasi
Hidrokarbon Pada Entisol, Jurnal Konservasi Sumber Daya Alam Pascasarjana
Universitas Syiah Kuala, 1(1):10-15.

Kristanto, P., 1999, Sistem Injeksi Hidrogen untuk Mengurangi Emisi Hidrokarbon,
Jurnal Teknik Mesin, 1(2):122-126.

Marsaoli, M., 2004, Kandungan Bahan Organik, n-Alkana, Aromatik dan Total
Hidrokarbon dalam Sedimen Di Perairan Raha Kabupaten Muna, Sulawesi
Tenggara, Makara Sains, 8(3):116-122.

Sandaryono, A., dan Budiyanto, 2010, Pembuatan Bahan Bakar Hidrokarbon Cair
Melalui Reaksi Cracking Minyak Pada Limbah Cair Pengolahan Kelapa Sawit,
Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 20(1):14-19.
Lampiran 1. Bagan Kerja

A. Kelarutan Senyawa Hidrokarbon Organik

0,5 mL Air dan


Dietil eter

- Dimasukkan masing-masing kedalam tabung reaksi sebanyak 0,5 mL.


- Kedalam masing-masing tabung ditambahkan setetes demi setetes
n-heksana (± 10 tetes).
- Kocok dan perhatikan kelarutannya (catat).
- Kerjakan seperti no1 s/d 4 menggunakan Hidrokarbon yang lain.

Hasil

B. Reaksi Senyawa Hidrokarbon Organik

KMnO4 0,1 M dan


Br2/CCl4 5%

- Dimasukkan masing-masing kedalam tabung reaksi sebanyak


0,1 mL.
- Kedalam masing-masing tabung ditambahkan 1 tetes larutan
KMnO4 0,1 M.
- Kocok dan bila perluh panaskan.
- Amati dan catat perubahan yang terjadi.
- Ulangi dengan mengganti KMnO4 0,1 M dengan1-2 tetes larutan
Br2/CCl4 5%.

Hasil
Lampiran 2. Dokumentasi

A. Kelarutan Senyawa Hidrokarbon Organik

B. Reaksi Senyawa Hidrokarbon Organik

Anda mungkin juga menyukai