HIDROKARBON
MEGAWATI
H031171016
PENDAHULUAN
Pada masa permulaan kimia organik, setiap senyawa baru diberi nama
berdasar pada sumber atau guna dari senyawa tersebut. Kebanyakan struktur diberi
nama dengan cara ini. Misalnya, limonena (dari limau) α-piriena (dari pohon pinus),
kumarin (dar kacang tonka, di Amerika Selatan dikenal dengan nama kumarin), dan
cara penamaaan ini masih digunakan untuk memberi nama yang pendek dan mudah
pada struktur yang rumit. Nama-nama lain diberikan tanpa dasar yang berarti. Asam
(Adolph Von Baeyer) memberikan nama temannya barbara. Kubana dan prismana
bersistem dalam penamaan perlu dibuat. Yang terbaik, adalah bahwa sistem ini
harus mengarah pada nama khas untuk setiap senyawa. Dengan mengetahui
Akhirnya, sistem tatanama dibuat dan sekarang dikenal oleh ahli kimia
organik diseluruh dunia. Sistem ini dibuat oleh Internasional Union of Pure and
Applied Chemistry atau dikenal dengan sistem IUPAC. Apabila ahli kimia hanya
menggunakan nama IUPAC, kita hanya perlu mempelajari sistem ini saja sayangnya
beberapa nama biasa (umum) masih terus digunakan (Hart dkk, 1990).
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
pelarut non-polar.
hidrokarbon yang bersifat nonpolar dengan pelarut polar (air) dan pelarut nonpolar
serta mengamati ada atau tidak adanya reaksi yang terjadi antara senyawa
dibandingkan unsur lain, karena atom karbon tidak hanya dapat membentuk ikatan
karbon-karbon tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga, tetapi juga bisa terkait
satu sama lain membentuk struktur rantai dan cincin. Adapun cabang ilmu kimia
organik itu sendiri dapat dibedakan menurut gugus fungsi yang dikandungnya (Hart
dkk, 2003).
dikenal sebagai hidrokarbon. Hal ini disebabkan karena senyawa tersebut hanya
menjadi dua golongan utama, yaitu alifatik dan aromatik. Hidrokarbon alifatik
merupakan hidrokarbon yang tidak mengandung gugus benzena, atau cincin benzena.
Suatu golongan senyawa dengan rumus umum yang sama dan sifat-sifatnya
merupakan hidrokarbon tak jenuh dan mengandung ikatan rangkap dua. Alkuna
merupakan hidrokarbon tak jenuh dan mengandung ikatan rangkap tiga. Sumber
utama alkana adalah gas alam dan minyak bumi. Alkena dibuat dari alkana melalui
Titik leleh dan titik didih hidrokarbon meningkat seiring dengan peningkatan
massa molekul relatifnya. Titik leleh dan titik didih senyawa-senyawa yang
merupakan isomer berkurang seiring dengan pertambahan jumlah cabang dalam
dan perengkahan. Alkena dan alkuna mempunyai ikatan rangkap, reaksi yang penting
dari hidrokarbon alkana yaitu hanya terdapat ikatan kovalen tunggal. Alkana dikenal
yang dapat berikatan dengan sejumlah atom karbon yang ada. Alkana yang paling
sedernaha (yaitu n = 1) adalah metana CH4, yang merupakan hasil alami penguraian
bakteri anaerob dari tanaman-tanaman dalam air. Karena senyawa ini pertama
kali dikumpulkan dari rawa, oleh karena itu metana dikenal juga sebagai “gas
dengan n = 3, 4, dst. Sikloalkana yang paling sederhana yaitu C3H6 (Hart dkk, 2003).
sedikitnya satu ikatan rangkap dua karbon-karbon. Alkena mempunyai rumus umum
CnH2n, dengan n = 2, 3, dst. Alkena yang paling sederhana yaitu etilena, C2H4. Alkena
digolongkan dalam hidrokarbon tak jenuh, karena merupakan senyawa dengan ikatan
rangkap dua atau ikatan rangkap tiga karbon-karbon. Hidrokarbon tak jenuh
umumnya mengalami reaksi adisi, yaitu dimana satu molekul ditambahkan pada
molekul yang lain untuk membentuk produk tunggal. Salah satu contoh reaksi adisi
sedikitnya satu ikatan rangkap tiga karbon-karbon. Alkuna mempunyai rumus umum
CnH2n-2, dengan n= 2, 3, dst. Alkuna yang paling sederhana yaitu etuna (C2H2), yang
lebih dikenal sebagai asetilena. Benzena (C6H6) adalah senyawa induk dari
hidrokarbon aromatik. Benzena berupa molekul segi enam datar dengan atom-atom
karbon yang terketak pada keenam sudutnya. Semua ikatan karbon-kabon sama
Pada umumnya pencemaran laut yang terjadi baik secara fisika, kimiawi
maupun biologis, banyak menghasilkan racun bagi biota laut dan manusia. Salah satu
dari bahan pencemar itu adalah hidrokarbon minyak bumi. Minyak bumi adalah
campuran hidrokarbon yang terbentuk berjuta-juta tahun yang lalu di masa lampau
Minyak bumi berupa cairan kental berwarna kehitaman yang terdapat dalam
hidrokarbon minyak bumi di perairan laut dapat berasal dari berbagai sumber.
yang berakibat pada keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke
alam dan kecelakaan pada unit pengolahan dan pengangkutan minyak dapat
dan fungsi tanah sehingga produktivitas tanah menurun. Oleh karena itu untuk
mengembalikan produktivitas tanah tersebut, perlu dilakukan remediasi atau
biomass pengolahan kelapa sawit, termasuk fraksi minyak POME telah dilakukan
pada zeolit dilaporkan dapat merubah fraksi minyak menjadi hidrokarbon cair atau
Salah satu polutan gas buang kendaraan bermotor yang ikut berpartisipasi
dalam pencemaran udara adalah hidrokarbon. Bensin yang digunakan sebagai bahan
hidrokarbon bersifat sangat volatil yang sangat mudah menguap dan mengemisikan
primer karena dilepaskan ke udara secara langsung oleh kendaraan bermotor baik
pada saat pengisian bahan bakar maupun karena tidak sempurnanya pembakaran
(Nitrogen dioksida) yang disebut dengan smog fotochemical berupa gabungan antara
asap dan kabut, tentunya hal ini akan sangat mengganggu sarana transportasi baik
darat, laut dan udara karena terbatasnya jarak pandang, karena dampak yang
BAB III
METODE PERCOBAAN
sikloheksana, benzena, etil asetoasetat, toluen, dietil eter, parafin, KMnO 4 0,1 M,
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu tabung reaksi,
rak tabung reaksi, pipet tetes, dan gelas piala, dan sikat tabung.
Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang bersih dan kering, diisi tabung reaksi (1)
dengan 0,5 mL air, dan tabung reaksi (2) dengan 0,5 mL dietil éter. Ditambahkan ke
dalam tabung reaksi (1) dan (2), setetes demi setetes n-heksana (10 tetes), dikocok
KMnO4 0,1 M, dikocok dan bila perlu panaskan, diamati dan dicatat perubahan yang
terjadi. Diulangi percobaan di atas dan mengganti KMnO4 0,1 M dengan 1-2 tetes
Br2/CCl4 5%.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelarutan Kelarutan
Hidrokarbon Keterangan
(Air) (Dietil eter)
Terjadi perubahan
Tidak terjadi
Etilasetoasetat warna yaitu putih Bereaksi
perubahan warna
keruh
4.2 Reaksi
A. Senyawa hidrokarbon direaksikan dengan KMnO4
H2 H2 H2 H2
H 3C C C C C CH3 KMnO4
KMnO4
KMnO4
CH3
KMnO4
O O
H2
H3C C C C OC2H5 + KMnO4
Br2
Br2
Br2
CH3 CH3
Br
Br2 HBr
Br
FeCl3
Br2 HBr
O O O O
hidrokarbon dalam air dan dietil eter. Hidrokarbon tersebut diantaranya adalah
n-heksana, sikloheksana, benzena, toluen, dan parafin. Seperti yang diketahui, air
merupakan senyawa polar, sedangkan dietil eter merupakan senyawa non polar.
digunakan dapat larut dalam larutan dietil eter, tetapi tidak larut dalam air
(membentuk 2 fase). Data percobaan ini dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil ini
non polar sehingga hanya dapat larut terhadap dietil eter. Hal ini telah sesuai dengan
teori yang ada bahwa senyawa polar hanya dapat larut dalam pelarut polar, bagitupun
dengan senyawa non polar yang hanya dapat larut dalam pelarut non polar.
Br2/ CCl4 5%. Beberapa hidrokarbon yang digunakan yaitu n-heksana, sikloheksana,
KMnO4 0,1 M, tidak terjadi reaksi dan terjadi 2 fase. Begitu pun ketika n-heksana
direaksikan dengan Br2/ CCl4 5%, tidak terjadi reaksi dan tidak terjadi perubahan
warna. Hal yang sama terjadi pada sikloheksana, dimana ketika direaksikan dengan
KMnO4 0,1 M maupun Br2/ CCl4, tidak terjadi reaksi dan tidak terjadi perubahan
warna. Hal ini disebabkan karena n-heksana dan sikloheksana termasuk hidrokarbon
jenuh dan juga tidak mengandung rantai cabang sehingga tidak terdapat atom karbon
tertier. Rantai cabang juga merupakan salah satu hal yang sangat mempengaruhi
Benzena ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak terjadi reaksi dan
tidak terjadi perubahan warna (larutan tetap berwarna ungu). Ketika direaksikan
dengan Br2/ CCl4 5%, juga tidak bereaksi dan tidak mengalami perubahan warna. Hal
pindah Selain itu benzen juga bersifat stabil sehingga sukar sekali bereaksi dengan
Ketika toluena direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak terjadi reaksi dan
terbentuk 2 fase. Demikian juga ketika direaksikan dengan Br2/ CCl4 5% tidak
terjadi reaksi dan larutan tetap berwarna orange. Hal yang sama terjadi dengan
parafin, ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak terjadi reaksi dan larutan
tetap berwarna ungu. Ketika direaksikan dengan Br2/ CCl4 5% juga tidak terjadi
reaksi dan tidak terjadi perubahan warna. Hal ini disebabkan karena parafin
merupakan suatu senuyawa yang afinitasnya kecil sehingga sukar sekali bereaksi dan
hidrokarbon dalam percobaan ini yang dapat bereaksi, baik bereaksi dengan KMnO4
0,1 M maupun bereaksi dengan Br2/ CCl4 5%. Ketika etilasetoasetat direaksikan
dengan KMnO4 0,1 M terjadi perubahan warna larutan yang tadinya berwarna ungu,
berubah menjadi putih keruh. Sedangkan ketika direaksikan dengan Br2/ CCl4 5%,
reaksi yang terjadi ditandai dengan perubahan warna larutan dari warna orange
menjadi bening.
BAB V
5.1 Kesimpulan
benzena, toluen, dan parafin, tidak larut dalam pelarut polar (air) tetapi dapat
5.2 Saran
Saran untuk laboratorium yaitu alat dan bahan yang akan digunakan pada saat
praktikum telah disediakan pada masing-masing meja praktikum agar praktikan tidak
membahas dan membandingkan antara teori dengan praktek yang kita lakukan.
mengajar kami di dalam maupun di luar laboratorium agar kami dapat melakukan
laboratorium agar kami tidak membuat kesalahan yang dapat berakibat fatal dan
Hart, H., Craine, E.L., dan Hart, J.D., 2003, Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat
Edisi Kesebelas, Erlangga, Jakarta.
Dadari, D.W., dan Dian, N., 2012, Analisis Tes Hasil Belajar Siswa Melalui Media
Pembelajaran Blog Pada Materi Alkana, Alkena, dan Alkuna, Unesa Journal of
Chemical Education, 1(1):70-75.
Kristanto, P., 1999, Sistem Injeksi Hidrogen untuk Mengurangi Emisi Hidrokarbon,
Jurnal Teknik Mesin, 1(2):122-126.
Marsaoli, M., 2004, Kandungan Bahan Organik, n-Alkana, Aromatik dan Total
Hidrokarbon dalam Sedimen Di Perairan Raha Kabupaten Muna, Sulawesi
Tenggara, Makara Sains, 8(3):116-122.
Sandaryono, A., dan Budiyanto, 2010, Pembuatan Bahan Bakar Hidrokarbon Cair
Melalui Reaksi Cracking Minyak Pada Limbah Cair Pengolahan Kelapa Sawit,
Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 20(1):14-19.
Lampiran 1. Bagan Kerja
Hasil
Hasil
Lampiran 2. Dokumentasi