Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada permulaan abad ke-19 ilmu kimia terbagi atas kimia anorganik
dan kimia organik. Pembagian tersebut didasarkan asalnya. Kimia organik
hanya mempelajari zat-zat yang berasal dari jasad-jasad hidup seperti
tumbuhan dan binatang. Kimia anorganik mempelajari zat-zat yang ada di
alam sebagai benda mati, seperti batu-batuan.
Dari beberapa analisis diketahui bahwa seluruh senyawa organik
mengandung unsur karbon (C), sehingga istilah kimia organik identik dengan
kimia karbon. Senyawa karbon umumnya tersusun dari karbon, hidrogen,
oksigen dan nitrogen. Senyawa yang paling sederhana adalah hidrokarbon
yaitu senyawa karbon yang hanya tersusun dari hidrogen dan karbon.
Ada 3 kelompok utama dari senyawa hidrokarbon yaitu hidrokarbon
jenuh, hidrokarbon tak jenuh dan hidrokarbon aromatik. Pembagian ini
berdasarkan atas jenis ikatan antara karbon-karbon, hidrogen jenuh hanya
mengandung ikatan tunggal karbon-karbon. Hidrokarbon tak jenuh
mengandung ikatan karbon-karbon ganda, sedangkan hidrokarbon aromatik
adalah kelompok senyawa siklik tak jenuh namun sifatnya berbeda dengan
alkena. Sifat dari kelompok senyawa ini secara umum dicirikan oleh benzena.
Senyawa-senyawa hidrokarbon ini meskipun hanya tersusun atas 2
elemen dasar yaitu hidrogen dan karbon namun memiliki banyak anggota
senyawa-senyawa yang mempunyai gugus ikatan tertentu. Setiap kelompok
senyawa-senyawa ini memiliki sifat dan karateristik tersendiri yang menarik
untuk di pelajari.
Sifat fisik yang dimiliki oleh hidrokarbon disebabkan oleh sifat non
polar dari senyawa tersebut. Umumnya hidrokarbon tidak dapat bercampur
dengan pelarut polar seperti air atau etanol. Sebaliknya hidrokarbon dapat
bercampur dengan pelarut yang relatif non polar seperti karbon tetraklorida
atau diklorometana. Reaktivitas kimia senyawa hidrokarbon ditentukan oleh
jenis ikatannya. Hidrokarbon jenuh (alkana) tidak reaktif terhadap sebagian
besar pereaksi. Hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna), dapat mengalami
reaksi adisi pada ikatan rangkap dua atau rangkap tiganya. Sedangkan
senyawa aromatik biasanya mengalami reaksi subtitusi.
Pada industri minyak bumi, hasil penyulingan minyak bumi
menghasilkan senyawa-senyawa hidrokarbon yang sangat penting bagi
kehidupan manusia, seperti bensin, gas elpiji, pelumas, aspal dan lain-lain.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan percobaan ini yaitu identifikasi
senyawa-senyawa hidrokarbon.
B. Maksud dan Tujuan Percobaan
1. Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini yaitu agar mahasiswa dapat
mengetahui dan mengidentifikasi senyawa hidrokarbon dan sifat-sifat
senyawa hidrokarbon berdasarkan uji arang.
2. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mahasiswa dapat
mengetahui dan mengidentifikasi senyawa hidrokarbon dan sifat-sifat
senyawa hidrokarbon berdasarkan uji arang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Potensi hidrokarbon di sebuah wilayah sangat ditentukan oleh
kepastian adanya sistem hidrokarbon, tiga komponen utama harus dapat
dipastikan hadir bersama-sama, yaitu potensi batuan induk, potensi batuan
reservoir dan potensi batuan penyekat. Selanjutnya kontrol perangkap dan
pola migrasi mendukung kelayakan cebakan hidrokarbon. Langkah awal
untuk memastikan hal tersebut adalah dengan mengetahui keberadaan
rembesan hidrokarbon di permukaan (Jaya, 2021).
Hidrokarbon adalah senyawa organik paling sederhana, terdiri dari
unsur karbon dan hidrogen saja. Berdasarkan bentuk rantai karbonnya,
hidrokarbon dapat di bagi ke dalam senyawa alifatik, alisiklik dan aromatic.
Hidrokarbon yang semua ikatan karbon-karbonnya merupakan ikatan kovalen
tunggal disebut hidrokarbon jenuh. Jika terdapat satu saja ikatan karbon-
karbon rangkap dua atau tiga, digolongkan sebagai hidrokarbon tak jenuh.
Suatu golongan senyawa dengan rumus umum yang sama dan sifat-sifatnya
bermiripan disebut satu homolog. Alkana merupakan hidrokarbon jenuh.
Alkena merupakan hidrokarbon tak jenuh dengan satu ikatan rangkap dua dan
alkuna merupakan hidrokarbon tak jenuh dengan satu ikatan rangkap tiga
(Dadari, 2012).
Hidrokarbon merupakan senyawa yang paling berperan dalam
menentukan sifat dari senyawa organik mahluk hidup, meskipun ada unsur
lain seperti oksigen dan nitrogen. Empat unsur inilah yang menyusun senyawa
makromolekul seperti karbohidrat, lemak, protein dan asam nukleat. Setiap
mahluk hidup yang ada baik manusia, hewan, tumbuhan bahkan yang paling
terkecil seperti bakteri, protozoa, jamur tersusun oleh makromolekul tersebut.
Karena keunikan unsur karbon dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya,
unsur ini menjadi penyusun mahluk hidup. Keunikan ini di dasari dari banyak
bentuk oleh karbon, otomatis memiliki banyak sifat, bahkan antar senyawa
sangat jauh sifatnya. Perbedaan inilah yang menjadi ciri khas dari senyawa
karbon sifat berbeda walaupun hanya dengan perbedaan sebuah ikatan saja
(Hadi, 2021).
Karbon aktif adalah senyawa karbon, yang dapat dihasilkan dari
bahan-bahan yang mengandung karbon yang diperlakukan secara khusus
untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Karbon aktif berwarna hitam,
tidak berbau, tidak berasa dan mempunyai daya serap yang lebih besar
dibandingkan dengan karbon yang belum menjalani proses aktivitas, serta
mempunyai permukaan yang luas. Karbon aktif dapat di produksi dari setiap
jenis bahan yang mengandung karbon (Yogaswara, 2017).
Kegunaan karbon aktif sangat luas dan penting untuk beragam
aplikasi. Arang-hidro dari biomassa yang dibuat melalui proses karbonisasi
hidrotermal merupakan prekursor alternative terhadap prekursor kovensiaonal
untuk pembuatan karbon aktif yang selama ini banyak menggunakan arang
dari proses pirolisis (prekursor konvesional) (Darmawan, 2015).
Polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) merupakan golongan senyawa
hidrokarbon terdiri dari banyak senyawa individu dengan dua atau lebih cincin
benzene yang tersebar di berbagai medium lingkungan. PAH yang masuk ke
berbagai medium lingkungan berasal dari alam maupun hasil dari aktivitas
manusia. Umumnya kontaminasi PAH lebih banyak yang berasal dari aktivitas
manusia. PAH hasil dari aktivitas manusia dapat berasal dari pembakaran
senyawa organik yang tidak sempurna seperti pembakaran hutan, sampah,
mesin dan kendaraan. Selain itu PAH juga dapat berasal dari tumpahan
minyak bumi, kebocoran bahan bakar dan minyak tanah (Wahyuni, 2017).
Mikroorganisme memerlukan nitrogen dan fosfor untuk mendukung
pertumbuhan sel dan menjalankan proses biodegradasi. Untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi mikroorganisme. Nutrien yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme bervariasi menurut jenis mikroorganismenya, namun secara
umum mikroorganisme memerlukan karbon, nitrogen dan fosfor disamping
beberapa mineral lain yang dibutuhkan dalam jumlah kecil seperti potassium,
mangan, kalsium, besi, tembaga, kobalt dan seng. Nitrogen dibutuhkan untuk
kepentingan metabolisme mikroorganisme. Nitrogen bisa dimanfaatkan
mikroorganisme dalam bentuk amino nitrogen, ion-ion ammonium dan ion
nitrat (Sumiardi, 2021).
Senyawa hidrokarbon aromatik adalah senyawa yang memiliki cincin
benzene dengan 6 atom karbon dan 1 atom hidrogen pada setiap karbon.
Keadaan ini menyebabkan satu elektron tersisa untuk membentuk ikatan
ganda. Senyawa ini banyak terdapat di alam sebagai polutan hasil pembakaran
bahan-bahan organik, baik dalam bentuk partikel padat ataupun gas.
Selanjutnya dinyatakan pula bahwa senyawa hidrokarbon aromatik diketahui
bersifat toksik dan karsinogen. Hidrokarbon aromatik di lingkungan terutama
ditemukan di dalam tanah, sedimen dan zat berminyak (Rachmawani, 2016).
B. Identifikasi Sampel
1. Aspal
Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat
tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika
dipanaskan sampai suhu temperatur tertentu aspal dapat menjadi lunak atau
cair sehingga dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan
Faspal beton atau dapat masuk ke dalam pori-pori yang ada pada
penyemprotan atau penyiraman pada perkerasan peleburan (Gunarto,
2019).
2. Bensin
Bensin atau petroleum adalah cairan campuran yang berasal dari
minyak bumi dan sebagian besar tersusun dari hidrokarbon serta digunakan
dalam mesin dan pembakaran lainnya (Mulyono, 2018).
3. Besi
Besi adalah elemen kimiawi yang dapat ditemukan hampir setiap
tempat di bumi pada semua lapisan-lapisan geologis dan badan air besi
dalam air tanah berbentuk Fe₂ dan Fe₃ terlarut, Fe₂ terlarut dapat
tergabung dengan zat organik membentuk senyawa kompleks pada kadar 1
sampai 2 PPM besi dapat menyebabkan air berwarna kuning terasa pahit
meninggalkan noda dan pakaian dan porselin (Soedjono, 2019).
4. Kaca
Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari berupa material bening yang
dihasikan dari campuran bahan silika pada zaman modernisasi ini kaca juga
digunakan pada bangunan-banguna sebagai interior maupun eksterior untuk
memberikan kesan indah, mewah, modern dan bersih (Nasution, 2015).
5. Kayu
Kayu merupakan bahan mentah yang sudah dimanfaatkan sejak
masa lampau oleh manusia. Kayu adalah salah satu hasil alam yang
melimpah di Indonesia. Kayu sebagai bahan alami akan mengalami proses
daur ulang alami setelah menunaikan fungsinya dan terdegradasi menjadi
unsur-unsur dasarnya (Gapsari, 2010).
6. Karet
Karet adalah senyawa hidrokarbon yang merupakan polimer alam
hasil pengumpulan lateks alam dan merupakan makromolekul polisoprena
C₅H₈ yang bergabung secara ikatan kepala ekor, head total karet telah
dimanfaatkan secara meluas pada pembuatan bahan selang sepatu, alat
rumah tangga, olahraga, peralatan militer dan kesehatan (Kusumo, 1978).
7. Kertas
Kertas telah menjadi kebutuhan utama bagi manusia ataupun
perusahan dalam bidang pengarsipan dan penyimpanan informasi serta
pembuatan alat pembersih. Peningkatan permintaan kertas menjadi bagian
dari peningkatan eksfolia si hutan dan pohon karena banyak bahan utama
dalam pembuatan kertas adalah kayu. Dengan demikian, mencari bahan-
bahan alternatif dan pembuatan kertas adalah jenis tanaman family poaceae
dengan kertas yang dihasilkan ini artpaper sedangkan yang didapat di
gunakan untuk kertas adalah menggunakan tanda tangan kosong kelapa
sawit (Rosmainar, 2017).
8. Korek gas
Korek api gas atau pematik. Korek api gas adalah korek api yang
menggunakan cairan seperti napthana atau butana sehingga gas semacam
ini bisa dideteksi oleh sensor MQ-6 (Hidayat, 2018).
9. Lilin
Lilin adalah sumber penerang yang terdiri dari sumbu yang
diselimuti oleh bahan bakar padat, dimana lilin yang digunakan adalah juga
merupakan bahan dari alam yaitu lilin lebah (Minah, 2017).
10. Plastik
Plastik merupakan polimer tinggi yang di bentuk dari proses
polimerisasi. Plastik didefinisikan sebagai materi yang bahan utamanya
adalah molekul organik yang terpolimerisasi dengan bobot molekul tinggi.
Produk akhirnya padat dan pada beberapa bagian tahap produksi dapat
dibentuk sesuai dengan yang diinginkan (Akbar, 2013).
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu handscoon,
masker dan pinset.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu korek api.
B. Sampel
1. Aspal
2. Bensin
3. Besi
4. Gas
5. Kaca
6. Karet
7. Kayu
8. Kertas
9. Lilin
10. Plastik
C. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan serta sampel yang akan digunakan
2. Diangkat sampel menggunakan pinset
3. Dibakar sampel (masing-masing)
4. Diamati perubahan sampel
5. Ditentukannya senyawa hidrokarbon pada masing-masing sampel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No Sampel Hidrokarbon Gambar Keterangan
+ -
1. Aspal +++ Mudah terbakar,
memanas,
mencair dan
menghasilkan uap
2. Bensin ++++ Mudah terbakar
dan menghasilkan
uap

3. Besi __ Tidak terbakar,


berwarna hitam
dan
menghantarkan
panas
4. Gas ++++ Mudah terbakar
dan menghasilkan
uap

5. Kaca __ Tidak terbakar


dan berwarna
hitam

6. Kayu ++++ Mudah terbakar,


+ menghasilkn uap,
menghasilkan
arang dan
memanas
7. Karet +++ Mudah terbakar,
memanas,
menghasilkan
uap, meleleh dan
menghasilkan
arang
8. kertas ++++ Mudah terbakar,
+ Menghasilkan
uap dan
menghasilkan
arang
9. Lilin +++ Memanas dan
meleleh

10. Plastik +++ Mudah terbakar,


memanas,
meleleh dan
menghasilkan
arang

B. Pembahasan
Metode kerja yang digunakan yaitu disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan. Lalu dibakar sampel menggunakan korek gas kemudian
diamati perubahan sampel yang sesuai ciri hidrokarbon. Setelah itu,
ditentukan apakah senyawa sampel termaksud hidrokarbon atau tidak
kemudian dicatat hasil pengamatan pada buku dalam kertas. Diulang metode
tersebut pada sampel lainnya.
Berdasarkan metode tersebut didapat bahwa aspal setelah
dilakukan pembakaran mengalami perubahan yaitu terbakar, meleleh dan
mengeluarkan uap atau asap. Oleh karena itu kami menyimpulkan bahwa
aspal termaksud senyawa dalam hidrokarbon karena memiliki semua ciri yang
hidrokarbon. Aspal meleleh karena memiliki titik didih yang cukup cepat.
Selain aspal, kami juga menyimpulkan bahwa bensin juga termaksud dalam
hidrokarbon karena bensin terbakar dan menghasilkan uap. Bensin tidak
menghasilkan arang karena bensin merupakan senyawa yang akan habis
terbakar oleh api.
Pada pengujian besi kami hanya mendapatkan bahwa besi menjadi
panas karena dapat menghantarkan panas, berwarna hitam dan juga tidak
terbakar. Namun saat besi mencapai titik didih yang sempurna, besi akan
mengalami perubahan yaitu mencair dan menjadi panas. Pada pembakaran
sampel gas, kami menyimpulkan bahwa gas termaksud dalam senyawa
hidrokarbon karena gas mudah terbakar, memanas dan menghasilkan sedikit
uap dari hasil pembakaran tersebut, sama seperti bensin, gas tidak memiliki
arang karena gas merupakan senyawa yang habis terbakar oleh api.
Pada pengujian pembakaran kaca kami tidak mendapatkan hasil
yaitu kaca hanya berwarna hitam dan juga tidak terbakar. Sedangkan pada
pengujian sampel kayu, kami menyimpulkan bahwa kayu merupakan senyawa
hidrokarbon karena pada percobaan tersebut memanas, mudah terbakar,
menghasilkan uap dan menghasilkan arang.
Sama seperti kayu, karet juga mendapatkan hasil yang sama
dengan kayu yaitu mengalami perubahan suhu (memanas), mudah terbakar,
menghasilkan uap dan menghasilkan arang sehingga kayu termaksud senyawa
hidrokarbon. Kertas juga mengalami hal yang sama yaitu memanas, mudah
terbakar, menghasilkan uap dan menghasilkan arang saat dibakar sehingga
kayu termaksud dalam senyawa hidrokarbon.
Pada percobaan lilin yang terjadi yaitu lilin memanas dan
kemudian meleleh karena memiliki titik didih sehingga dapat disimpulkan
bahwa lilin termaksud hidrokarbon. Pada pembakaran plastik yang terjadi
sama seperti kayu dan kertas yaitu memanas, mudah terbakar, menghasilkan
uap dan menghasilkan arang, sehingga dapat disimpulkan bahwa plastik
termaksud senyawa hidrokarbon.
Adapun faktor kesalahan yang terjadi adalah pada proses
pembakaran kami menggunakan korek api sehingga tidak menhasilkan panas
yang maksimal untuk pembakaran besi. Selain itu, karena kecepatan durasi
pembakaran sehingga kami hanya mendapat beerapa perubahan pada sampel
yang menunjukkan bahwa sampel termaksud senyawa hidrokarbon.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa aspal, bensin,
gas, kayu, karet, kertas, lilin dan plastik termaksud hidrokarbon sedangkan
besi dan kaca bukan hidrokarbon.
B. Saran
Saran saya untuk praktikum kali ini yaitu agar lebih di perjelas lagi
cara melakukan percobaannya dengan tujuan, agar kami lebih paham lagi
tujuan dan maksud dari percobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar F, Anita Z dan Harahap H. 2013. Pengaruh Simpan Film Plastik
Biodegradasi Dari Pati Kulit Singkong Terhadap Sifat Mekanikanya.
Jurnal Teknik Kimia USU. Vol: 2(2). Hal: 11-15.
Dadari W.D. 2012. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa Melalui Media Pembelajaran
Blog Pada Materi Alkana, Alkena Dan Alkuna. Unhesa Journal Of
Chemical Education. Vol: 1(1). Hal: 70-75.
Darmawan S. dkk. 2015. Kajian Struktur Arang-Pirolisis, Arang-Hidro Dan
Karbon Aktif Dari Kayu Acacia Mangium Willd. Menggunakan
Difraksi Sinar-X. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Vol: 33(2). Hal: 81-
92.
Gapsari F dan Setyarini PH. 2010. Pengaruh Reaksi Volume Terhadap Kekuatan
Tarik dan Lentur Komposit Resin Berpenguat serbuk Kayu. Jurnal
Rekayasa Mesin. Vol: 1(2). Hal: 59-64.
Gunarto A dan Candra Al. 2019. Penelitian Campuran Aspal Beton Dengan
Menggunakan Filer Bunga Pinus. Jurnal Universitas kadiri Kediri.
Vol: 2(2). Hal: 246-247.
Hadi K. 2021. Hidrokarbon Dan Minyak Bumi Dalam Prespektif Al Quran.
Journal Of Natural Sciences and Integration. Vol: 4(2). Hal: 246-247.
Hidayat. 2018. Sistem Pendeteksi Kebocoran Gas Menggunakan Sensor MQ-6
Berbasis Jaringan Sensor Wireless. Jurnal Techno. Vol: 17(4). Hal:
335-364.
Jaya A. dkk. Potensi Rembesan Hidrokarbon Dan Pola Struktur Geologi Di
Daerah Kabupaten Barru. Jurnal Geomine. Vol: 9(2). Hal: 130-140.
Kusumo. 1978. Penggunaan Karet. Penebar swadya: Jakarta.
Minah NF, Poespowati T. dkk. 2017. Pembuatan Lilin Aroma Terapi Berbasis
Bahan Alami. Jurnal Industri Inovatif. Vol: 7(1). Hal: 29-34.
Mulyono S, Gunawan dan Maryanti B. 2018. Pengaruh Penggunaan dan
perhitungan Efisiensi Bahan Bakar Premium Dan Pertamax Terhadap
Unjuk Kerja Motor Bakar Bensin. Jurnal Teknologi Terpadu. Vol:
2(1). Hal: 28-35.
Nasution N, Suprianto S dan Suciyati SW. 2015. Implementasi Sensor Fotodioda
Sebagai Pendeteksi Serapan Sinar Infra Merah Pada Kaca. Jurnal
Teori Dan Aplikasi Fisika. Vol: 3(2). Hal: 111-118.
Rachmawani D. ddk. 2016. Dampak Hidrokarbon Aromatik Terhadap Ekosistem
Mangrove Di Kawasan Binalatung Kota Tarakan Kalimantan Utara. J.
Manusia Dan Lingkungan. Vol: 23(3). Hal: 295-303.
Rosmaniar L. 2017. Analisis Bahan-Bahan Alternatif Pengolahan Dalam
Pembuatan Kertas. Jurnal Inkofar. Vol: 1(2). Hal: 62-66.
Soedjono. 2019. Kimia Organik Umum. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Sumiardi A. 2021. Laju Degradasi Senyawa Hidrokarbon Yang Mencemari Tanah
Oleh Alterieryhrobacter evoxidivorans (DQ 304436) Dengan Stimulasi
Fertilizer. Jurnal Lingkungan Dan Sumberdaya Alam. Vol: 4(2). Hal:
117-129.
Wahyuni D.A.Y. dkk. Identifikasi Hidrokarbon Polisiklik Aromatik (PAH) Di
Perairan Teluk Lampung. Analtycal Environmental Chemistry. Vol:
2(2). Hal: 57-58.
Yogaswara D. Adsorbsi Senyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) Oleh
Karbon Aktif. Jurnal Oseana. Vol: 22(1). Hal: 1-8.

Anda mungkin juga menyukai