Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia untuk
mempertahankan hidup dan kehidupannya. Pangan sebagai sumber zat gizi
(karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air) menjadi landasan utama
manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus
kehidupan. Melalui penganekaragaman pangan, dapat dipenuhi kebutuhan zat gizi
yang dibutuhkan oleh manusia. Tubuh kita mengandung lebih banyak kalsium
dari pada mineral lain, diperkirakan 2% berat badan orang dewasa atau sekitar
1,0-1,4 kg terdiri dari kalsium, meskipun pada bayi kalsium sedikit (25-30 g).
Sebagian besar kalsium terkonsentrasi dalam tulang rawan dan gigi, sisanya
terdapat dalam cairan tubuh dan jaringan lunak (Winarno, 2004).
Peranan kalsium dalam tubuh manusia pada umumnya dapat dibagi 2,
yaitu membantu membentuk tulang dan gigi dan mengukur proses biologis dalam
tubuh. Selain itu kalsium juga memegang peranan penting berbagai proses
fisiologik dan biokemik dalam tubuh, seperti pada pembekuan darah, eksitabilitas
syaraf otot, kerekatan seluler, tranmisi impuls syaraf, memelihara dan
meningkatkan fungsi membran sel, mengaktifkan reaksi enzim dan sekresi
hormon. Keperluan kalsium dalam tubuh biasanya dihitung dengan keseimbangan
nitrogen. Orang dewasa memerlukan 700 mg (0,7 g) kalsium/hari. Konsumsi
yang dianjurkan untuk anak dibawah 10 tahun sebanyak 0,5 g per orang/hari
(Rahmadani, 2011).
Untuk memenuhi kalsium pada tubuh setiap hari untuk memenuhi
kalsium pada tubuh setiap hari, tubuh harus mengkonsumsi bahan makanan
yang mengandung kalsium seperti susu, sereal, keju dan lauk seperti
tahu dan tempe. Tahu merupakan salah satu bahan pangan yang terbuat
dari kedelai dan mengandung mineral kalsium. Tahu mempunyai nilai
gizi yang tinggi. Tahu dapat diperhitungkan sebagai sumber makanan yang
baik gizinya, karena memiliki kandungan protein, karbohidrat, asam lemak
esensial, vitamin dan mineral. Selain produksinya yang mudah dan juga
merupakan makanan yang khas di Indonesia, bahan makanan ini cukup
memenuhi kebutuhan tubuh. Namun masyarakat masih banyak yang belum
mengetahui kadar kalsium yang terkandung dalam tahu yang mereka
konsumsi, yang sebenarnya manfaatnya lebih banyak untuk tubuh
(Sriwahyuni, 2015).
Beberapa penelitian sebelumnya seperti Indrayani (2016),
melaporkan bahwa terdapat kandungan kalsium sebesar 27,156 % pada
air tahu yang dijual di Makassar. Penelitian Sriwahyuni dkk (2015),
untuk peningkatan kadar kalsium dengan penambahan tepung wijen pada
cake ampas tahu memperoleh kadar kalsium 415,54 mg atau 41,5%.
Berbeda pula dengan penelitian Suyanto dkk (2012), pada penetapan kadar
kalsium dan organoleptik pada susu tahu memperoleh kadar kalsium
paling tinggi adalah 549,120 mg/100g. Adapun menurut Badan
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi DIY (2014) kadar kalsium
pada tahu adalah sebesar 124 mg/100 g.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini dilakukan untuk
melihat berapakah kadar kalsium pada tahu putih dan tahu Sumedang yang
dijual di pasar Peunayong kota Banda Aceh. Tahu putih dan tahu Sumedang
dipilih karena kedua tahu tersebut adalah tahu yang paling banyak dijual
dan diminati pembeli dipasar Peunayong Kota Banda Aceh. Selain itu, ada
perbedaan pada bagian tekstur, rasa dan cara pengolahannya, pada tahu
putih teksturnya tidak terlalu padat dengan pori-pori agak besar dan tahu
sumedang mempunyai tesktur yang lunak dan kenyal.
B. Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini yaitu agar mahasiswa mampu menentukan
kadar suatu logam dalam campuran.
C. Tujuan Percobaan
1. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mahasiswa mampu menentukan kadar
suatu logam dalam campuran
2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kalsium yang
terkandung pada tahu putih dan tahu Sumedang yang dijual di pasar
Peunayong Kota Banda Aceh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, sehingga dapat membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-
reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali
dan penerapannya yang cukup luas tentang kompleks (Ditjen POM, 2008).
Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam
titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamida tetra asetat
(dinatrium EDTA). Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang
meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul
netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya
kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi kompleks
biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi
kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat
pada ion pusat, disebut ligan dan dalam larutan air. Selektivitas kompleks
dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr dan Ba dapat dititrasi
pada pH = 11 EDTA (Vivin, 2019).
Titrasi kompleksometri adalah penetapan kadar zat yang berdasarkan
atas pembentukan senyawa kompleks yang larut, yang berawal dari reaksi
antara ion logam/kation (komponen zat uji) dengan zat pembentuk kompleks
sebagai ligan (fentiker). EBT merupakan asam lemah tidak stabil dalam air
karena senyawa organik ini merupakan gugus sulfonat yang mudah
terdisosiasi sempurna dalam air dan mempunyai 2 gugus fenol yang
terdisosiasi lambat dalam air (Basset, 2014).
Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang
juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya
mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator
demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah
Eriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-
piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue
(Khopkar, 2002).
Kelebihan titrasi kompleksometri adalah EDTA stabil, mudah larut dan
menunjukkan komposisi kimiawi yang tertentu. Selektivitas kompleks dapat
diatur dengan pengendalian pH misal pada magnesium, krom, kalsium dapat
di titrasi pada pH = 11. Etilen diamin asetat (EDTA) sebagai garam natrium
merupakan standar primer sehingga tidak perlu standarisasi lebih lanjut.
Kompleks yang mudah larut dalam air ditemukan (Endang, 2018).
Kestabilan kompleks-kompleks logam EDTA dapat diubah dengan
mengubah pH dan adanya zat-zat pengompleks lain. Maka tetapan kestabilan
kompleks EDTA akan berbeda dari nilai yang dicatat pada suatu pH tertentu.
Larutan air EDTA akan memiliki nilai yang berbeda dari nilai yang dicatat.
Kondisi baru ini dinamakan tetapan kestabilan nampak atau tetapan kestabilan
menurut kondisi (Arkie, 2018).
Kalsium adalah mineral penting yang paling banyak di butuhkan oleh
manusia yang berfungsi untuk metabolisme tubuh dalam pembentukkan tulang
dan gigi. Orang dewasa memerlukan 700 mg (0,7 g) kalsium/hari dan
konsumsi yang dianjurkan untuk anak dibawah 10 tahun sebanyak 500 mg
(0,5 g) kalsium/hari (Mustafa, 2018).
Analisa kadar kalsium dapat dilakukan dengan metode
kompleksometri. Titrasi kompleksometri merupakan titrasi berdasarkan
pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentukan
kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam
dinatrium etilen diamin tetrasetat (dinatrium EDTA) (Hidayanti, 2010).
Titrasi ini digunakan dalam estimasi garam logam. Etilen diamin asam
tetra asetat (EDTA) adalah titran yang biasa digunakan membentuk stabel 1:1
kompleks dengan semua logam efektif. Logam alkali seperti natrium dan
kalium. Logam alkali tanah seperti kalsium dan magnesium bentuk kompleks
yang stabil pada nilai pH rendah dan titrasi dalam ammomium klorida
penyangga di pH = 10 (Frans, 2012).
Titrasi kompleksometri berguna untuk menentukan sejumlah besar
logam. Selektivitas dapat dicapai dengan penggunaan yang tepat dari agen
(penambah agar pengompleks lainnya adalah asam lemah dan basa lemah
yang kesetimbangan dan pengaruh pH pada kesetimbangan ini. Titrasi ion
logam dengan zat pengompleks sangat berguna yaitu EDTA, faktor-faktor
yang mempengaruhi mereka dan indikator untuk titrasi. Titrasi EDTA pada
kalsium ditambah magnesium umumnya digunakan untuk memerlukan
kesadahan air (Andriani, 2019).
Hampir semua logam lainnya dapat secara akurat ditentukan oleh
titrasi kompleksometri. Kompleksometri memainkan peran penting dalam
banyak kimia dan biokimia. Banyak kation akan membentuk kompleks dalam
larutan dengan berbagai zat yang memiliki pasangan elektron baik terbagi
(misalnya pada N,O,S atom dalam molekul) mampu memuaskan bilang
koordinasi pada logam. Ion logam adalah asam lewis (elektron pasangan
akseptor), komplexer adalah basalewis (donor pasangan elektron). Jumlah
molekul zat pengompleks disebut ligan, akan tergantung pada jumlah
koordinasi logam dan pada jumlah kelompok pengompleks pada molekul
ligan. Asam yang paling banyak digunakan dalam titrasi adalah EDTA
(Christian, 2014).
B. Uraian Bahan
1. Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Air suling
Rumus Molekul : H₂O
Berat Molekul : 18,02 gram/mol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa.
Penyimpanan : Dalam waktu tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
2. Asam Klorida (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam klorida
Rumus Molekul : HCl
Berat Molekul : 36,46
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang,
jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau
hilang
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan
3. Natrium Karbonat (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : NATRII CARBONAS
Nama Lain : Natrium karbonat
Rumus Molekul : Na₂CO₃. H₂O
Berat Molekul : 124,00 gram/mol
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
mendidih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan, keratolitikum
BAB III
METODE KERJA
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan
analitik, pipet volum, erlenmeyer 250 mL, buret, krem, corong, gelas ukur,
beaker glass, labu ukur 100 mL, waterbath, spatula, bola hisap, kertas
saring, cawan porselin, alat pemijar (furmace 500-550⁰C) dan bunsen.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CaCO3
0,01 M, larutan penyangga pH 10, indikator Eriochrome Black T (EBT),
HCl: aquadest (1:4), buffer hingga pH 10, indikator murekside dan aquadest.
C. Metode Penelitian
Penetapan kadar kalsium pada tahu putih dan tahu Sumedang
dilakukan secara deskriptif analitik menggunakan metode kompleksometri.
1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah tahu putih dan tahu Sumedang
yang di jual dipasar Peunayong kota Banda Aceh.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahu putih dan
tahu Sumedang. Pengambilan sampel dilakukan secara Purposive
Sampling yaitu pengambilan sampel secara sengaja dikarenakan kedua
tahu tersebut merupakan tahu yang paling banyak dijual dan diminati di
pasar Peunayong Kota Banda Aceh.
2. Pembuatan Reagensia
a. Pembuatan larutan Na₂EDTA 0,01 M
Di-Natrium Etylene Diamin Tetra Asetat diperoleh dengan cara
menimbang Na₂EDTA sebanyak 0,93 gram, kemudian dimasukkan
kedalam labu ukur 250 mL, selanjutnya ditambahkan aquadest
sampai tanda batas.
b. Pembuatan Larutan CaCO₃ 0,01 M
Kalsium karbonat dapat diperoleh dengan cara, menimbang
CaCO₃ sebanyak 0,025 gram, kemudian dimasukkan kedalam labu
ukur 25 mL, lalu diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas.
c. Pembuatan Larutan Penyangga
Sebanyak 0,86 mL NaOH 0,1 M, dimasukkan kedalam 100
mL larutan Na₃PO₄ 0,1 M, lalu dikocok hingga homogen.
3. Prosedur Kerja
a. Pembakuan larutan Na₂EDTA 0,01 M
Adapun pembakuan larutan Na₂EDTA 0,01 M dilakukan
dengan cara di pipet 10 mL larutan CaCO₃ 0,01 M, lalu dimasukan
kedalam erlenmeyer 250 mL, kemudian ditambahkan 40 mL
aquadest dan 10 mL larutan penyangga pH 10 dan ditambahkan
indikator EBT seujung spatula, selanjutnya dititrasi dengan larutan
Na₂EDTA 0,01 M, sampai terjadi perubahan warna dari merah
keunguan menjadi biru. Catat volume titrasi Na₂EDTA yang
digunakan. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali (Miefthawati, dkk,
2016). Konsentrasi larutan Na₂EDTA yang digunakan dihitung
menggunakan Persamaan I.
MNa₂EDTA =

( M × V)CaC
………..
……………..Pers. (1)
V Na2ED
Keterangan:
M Na₂EDTA : Molaritas larutan baku Na₂EDTA

V Na₂EDTA : Volume larutan baku Na₂EDTA (mL)

V CaCO₃ : Volume larutan baku CaCO₃ yang digunakan


(mL)
M CaCO₃ : Molaritas larutan baku CaCO₃ yang digunakan
b. Prosedur preparasi sampel
Masing-masing sampel tahu putih dan tahu Sumedang digiling
sampai halus, lalu ditimbang sebanyak 100 gram, kemudian
dimasukkan kedalam cawan porselin, selanjutnya dipanaskan
menggunakan oven sampai menjadi arang, setelah menjadi arang
kemudian dipijarkan dalam furnace pada suhu 500-550°C selama ± 4-
5 jam sampei terbentuknya abu (Miefthawati, dkk, 2013).
c. Prosedur penetapan kadar kalsium
Adapun untuk menentukan kadar kalsium pada penelitian ini dapat
dilakukan dengan cara menimbang masing-masing 0,5 gram abu tahu
putih dan tahu Sumedang, lalu dilarutkan dalam 10 mL HCL : H₂O
(1:4), dimasukkan ke dalam beaker glass dan diuapkan airnya sampai
mendidih menggunakan waterbath, kemudian disaring dengan kertas
saring, filtrat ditampung dalam labu ukur 100 mL, setelah filtrat
ditampung lalu diencerkan sampai tanda batas. Diambil 10 mL
sampel uji, dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL dan
ditambahkan sebanyak 10 mL larutan buffer pH 10. Sebelum dititrasi
dengan Na₂EDTA 0,01 M ditambahkan terlebih dahulu indikator
murekside hingga larutan berwarna merah, setelah itu dititrasi
sampai terjadinya perubahan warna merah muda menjadi ungu,
dan catat volume titrasi larutan baku Na₂EDTA (Miefthawati, dkk.,
2013).
Kadar kalsium sampel dihitung menggunakan Persamaan 2.

% Ca = (M X V) Na₂ -ED x BM Ca ²+x D

Berat sampel (mg) x 100%


…………….Pers (2)
Keterangan:
V Na₂EDTA : Volume larutan baku Na₂EDTA (mL)

M Na₂EDTA : Molaritas larutan baku Na₂EDTA (M)

BM Ca : 40,08
D : Volume larutan uji yang dipakai waktu titrasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil perhitungan kadar kalsium pada tahu Putih


Kadar Kadar
Berat M V Kadar Ca
Perc.
Rata-rata (mg) Sampel Na2EDTA Na2EDTA
(%)
(%)
1 0,5 gram 0,01 M 9,8 mL 7,85%

2 0,5 gram 0,01 M 9,7 mL 7,77 %


7,82 % 39,11mg
Tabel 2. Hasil Perhitungan kadar kalsium pada tahu Sumedang
Kadar Kadar
Berat M V Kadar Ca
Perc.
1 Rata-rata
0,5 gram (mg)
0,01 Sampel
M 10,6 Na
mL2EDTA8,49 Na % 2EDTA
2 0,5 gram 0,01 M 10,8 mL 8,65%
8,57 % 42,85 mg
3 0,5 gram 0,01 M 10,7 mL 8,57%

Gambar 2. Perbandingan kadar kalsium tahu putih dan tahu Sumedang

B. Pembahasan
Penetapan kadar kalsium pada tahu putih dan tahu Sumedang
dilakukan secara kuantitatif menggunakan metode kompleksometri. Penelitian
ini dilakukan di Laboratorium Akafarma Banda Aceh dan Laboratorium
Biologi Dasar FMIPA Universitas Syiah. Data hasil penelitian dapat dilihat
pada tabel 1 dan tabel 2.
Tahu putih dan tahu Sumedang merupakan bahan makanan yang
mengandung mineral kalsium dan memiliki gizi tinggi. Selain produksinya
yang mudah dan juga merupakan makanan khas di Indonesia. Penelitian ini
dilakukan dengan metode kompleksometri yang mempunyai prinsip
pembentukkan senyawa komplek dimana titran yang digunakan adalah Na2-
EDTA.
Sebelum proses penetapan kadar dilakukan mula-mula sampel
tahu Putih tahu Sumedang ditimbang sebanyak 100 gram, setelah proses
penimbangan selesai dilanjutkan dengan proses pemanasan dengan
menggunakan oven menjadi arang, hal ini dilakukan agar kadar air yang
terkandung didalam sampel berkurang, kemudian arang tersebut dijadikan
abu. Dalam analisis makanan, mineral akan tertinggal sebagai kadar abu
jika sampel tersebut dibakar sempurna (Rohman, 2010). Setelah menjadi
abu, sebanyak 0,5 gram abu selanjutnya ditambahkan 10 mL HCl:H ₂O
(1:4) yang berfungsi untuk menarik kalsium pada sampel, kemudian
diuapkan dan disaring, fungsi penguapan untuk menguap kelebihan HCl
yang masih tertinggal didalam larutan sampel (Susanti, dkk., 2016).
Selanjutnya filtrat ditampung didalam labu ukur 100 mL dan sampai tanda
batas sebagai larutan uji. Larutan uji tersebut ditetapkan kadarnya dengan
titrasi kompleksometri secara langsung dengan adanya perubahan dari
warna merah muda menjadi warna keunguan. Perubahan warna ini
dikarenakan adanya penambahan indikator murekside yang bereaksi dengan
ion kalsium, titik akhir titrasi indikator akan lepas kembali dan larutan
menjadi warna keunguan.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kadar kalsium dalam
tahu Putih sebesar 7,82% atau 39,11mg dalam 0,5 g abu sampel yang setara
dengan 100 g, sedangkan kadar kalsium pada tahu Sumedang sebesar
8,57% atau 42,85 dalam 0,5 g abu sampel yang setara dengan 100 g tahu.
Adapun perbandingan kadar kalsium pada tahu putih dan tahu Sumedang
dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat bahwa kadar kalsium pada
tahu sumedang lebih tinggi dibandingkan tahu putih. Kadar kalsium pada
tahu dapat disebabkan beberapa faktor seperti kualitas dan kuantitaf bahan
penggumpal yang digunakan, proses fermentasi dan kacang kedelai yang
digunakan. Pada proses pembuatan tahu putih, kacang kedelai yang
digunakan sedikit, sedangkan tahu Sumedang kacangkedelai yang
digunakan lebih banyak. Hal ini dapat mempengaruhui kadar kalsium yang
diperoleh pada tahu. Tingginya kadar kalsium pada tahu tidak harus
mempngaruhi masyarakat untuk mengkonsumsi tahu setiap hari, masih
banyak bahan makanan yang mengandung kalsium lebih tinggi lagi dari
pada tahu. Tetapi dianjurkan bagi masyarakat agar lebih memilih makanan
yang kandungan gizinya sesuai takaran yang dibutuhkan oleh tubuh.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar
kalsium pada tahu Sumedang lebih tinggi dibandingkan tahu putih. Kadar
kalsium tahu putih sebesar 7,82% dan 39,11 mg, sedangkan tahu Sumedang
sebesar 8,57 % atau 42,85 mg.
B. Saran
Sebaiknya pengadaan alat di laboratorium lebih diperhatikan lagi dan
lebih di lengkapi lagi terutama jumlahnya, sehingga pada saat praktikum bisa
terlaksana dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani. 2019. Analisis kalsium (Ca) Pada Ikan Petek dan Mujair Dengan
Metode Kompleksometri. J. Pendidikan Kimia. Vol. 2(2) Hal: 91-100.

Arkie. 2012. Potensi Jus Jeruk (CITRUS AURANTIFOLIA) Sebagai Bahan


Pengkelet Dalam Proses Permunian Minyak Nilam (PATCHOULI)
Dengan Metode Kompleksometri. J. Teknologi Kimia dan Industri. Vol.
1(1) Hal: 21-28.

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.


2014. Permenkes No. 75 Tentang Angka Cakupan Gizi Yang Dianjurkan
Bagi Bangsa Indonesia.

Basset. 2014. Penetapan Kadar Kalsium Pada Bedak Tabur Dari Bahan Baku
Cangkang Kerang Bulu (Anadaraantiquata) Secara Kompleksometri. J.
Farmanesia. Vol. 4(2) Hal: 95-98.

Christian. 2014. Analisis Kesadahan Total Air Bersih Dengan Metode


Kompleksometri Dari Kecamatan Simanindo. J. Sosial Sains. Vol. 1(1)
Hal: 17-20.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.

Ditjen POM. 2008. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.

Endang. 2018. Penggunaan Metode Kompleksometri Pada Penetapan Kadar Seng


Sulfat Dalam Campuran Seng Sulfat Dengan Vitamin C. J. Unismu. Vol.
4(1) Hal: 335.

Frans. 2012. Uji Kadar Disolusi Tablet Kalsium Laktat Menggunakan Titrasi
Kompleksometri. J. kimia Sains Dan Terapan. Vol. 2(2) Hal: 11-13.

Hidayanti. 2010. Pengaruh Pemberian Asam Sitrat Terhadap kadar Kesadahan Air
Dengan Metode Kompleksometri Di Desa Sukamulyo Gresik. J. Sains.
Vol. 4(7) Hal: 16.

Indriyani, R.F. 2016. “Analisis Kandungan Logam Kalsium Air Tahu Dengan
Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom”.Journal of
Parmaceutical Science and Herbal Technology.Vol 1(1) Hal: 12.
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta.

Mieftawati. N.P. Gusrina, L. dan Axela, F. 2013. “Penetapan Kadar Kalsium Pada
Ikan Kembung Segar dan Ikan Kembung Asin Secara Kompleksometri”.
J. Analisa Kesehatan Klinikal Sains. Vol 1(1) Hal: 1-9.

Mustafa. 2018. Penetapan Kadar Kalsium Pada Susu Bubuk Bermerek “H” Secara
Titrasi Kompleksometri. J. Ilmiah Kohesi. Vol. 2(4) Hal: 35-36.

Rahmadani, S. 2011. “Penentuan Kadar Kalsium Dengan Metode


Permanganometri Terhadap Tempe Yang Dibungkus Plastik Dan Daun
Di Pasar Angkera”. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN
Sultan Syarif Kasim. Riau.Pekan Baru.

Rohman, A. dan Sumantri. 2013. Analisis Komponen Makanan. Yogyakarta:


Penerbit Graha.
p
Sriwahyuni, S. Farina, A. dan Wani, Y.A. 2015. “Penetapan Kadar Kalsium
Dengan Penambahan Tepung Wijen Pada Cake Ampas Tahu”.Indonesia
Journal Of Human Nutrition, Vol2(2) Hal: 101-107.

Susanti, N.N., Sukmawardhani, Y. dan Musfiroh, I. 2016. “Analisis Kalium dan


Kalsium pada Ikan Kembung dan Ikan Gabus”.IJPST, Vol 3(1) Hal: 26-
30.

Vivin. 2019. Analisa Kesadahan Total (CaCO₃) Secara Kompleksometri Dalam


Air Sumur Di Desa Clering Kabupaten Jepara. J. Farmasi. Vol. 4(1) Hal:
16-17.

Winarno, 2004. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama W.

Anda mungkin juga menyukai