Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Ke 1 Hari, Tanggal : Senin, 2 September 2019

Aplikasi Teknologi Nutrisi dan Tempat : Laboratorium Biokimia


Pakan Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi
Asisten : Ima Imaniati
Ima Nurul Afifah (D24150058)
Zahrotul Aini (D24150065)
Al Asmaul Husna (D24150078)

BUFFER MINERAL
Rezeki Sirait
D24160075
Kelompok 5/Senin Siang

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mineral merupakan unsur yang dibutuhan oleh tubuh makhluk hidup yang
mempunyai peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat
sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Unsur ini
digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah
mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, misalnya
natrium, klor, kalsium, kalium, magnesium, sulfur dan fosfor, sedangkan mineral
mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari, misalnya besi, iodium, mangan,
tembaga, zink, kobalt dan fluor (Almatsier 2009). Selain itu ada sebuah istilah lain
yang disebut trace element’s, yaitu mineral yang dalam keadaan alami berjumlah
sangat sedikit, misalnya barium, brom, stronsium, emas, perak, nikel, aluminium,
timah, bismuth, gallium, silikon dan arsen.
Mineral berperan penting dalam proses fisiologis ternak, baik untuk
pertumbuhan maupun pemeliharaan kesehatan. Mineral merupakan suatu zat
organik yang terdapat dalam kehidupan alam maupun dalam makhluk hidup. Di
alam, mineral merupakan unsur penting pada tanah, bebatuan, air, dan udara.
Sedangkan pada tubuh makhluk hidup sendiri mineral merupakan salah satu
komponen penyusun tubuh. 4-5% berat badan kita terdiri atas mineral, sekitar
50% mineral tubuh terdiri atas kalsium, 25% fosfor, dan 25% lainnya terdiri atas
mineral lain. Tubuh memerlukan mineral dari luar karena fungsinya yang penting
untuk kelangsungan proses metabolisme. Mineral tidak dapat dibuat di dalam
tubuh hewan, sehingga harus disediakan dalam ransum baik dalam hijauan,
konsentrat, maupun pakan suplemen.
Buffer merupakan sistem cairan yang cenderung dapat mempertahankan
pH walaupun terjadi sedikit penambahan larutan asam atau basa.Larutan buffer
biasnya terbuat dari asam lemah dengan basa konjugasinya.Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan ketika memilih buffer, yaitu pH optimum serta sifat-sifat
biologisnya. Banyak jenis buffer yang mempunyai dampak terhadap sistem
biologis, aktivitas enzim, substrate, atau kofaktor (Almatsier 2009). Mineral
dibutuhkan ternak untuk berbagai fungsi, seperti pembentukan tulang dan gigi,
pembekuan protein darah atau susu, bagian dari enzim dan protein, regulasi asam
basa dan tekanan osmosis cairan di dalam tubuh, permeabilitas membran, kontrol
replikasi dan diferensiasi sel, dan lain sebagainya. Pemberian ransum atau pakan
pada ternak harus memperhatikan kandungan dan kualitas mineralnya. Kurangnya
konsumsi mineral secara terus menerus dapat menyebabkan penyakit defisiensi
mineral yang dapat berakibat fatal bagi kesehatan ternak, begitu juga konsumsi
yang berlebih dapat menyebabkan ternak terkena penyakit.
Ruminansia memiliki empat bagian pada peurt, yaitu rumen, reticulum,
omasum, dan abomasum.Pada ruminansia terdapat sistem buffer yaitu pada rumen
untuk menjaga agar pH tetap stabil ketika terjadi fermentasi dan menghasilkan
asam.Sistem buffer tersebut digunakan untuk menjaga mikroorganisme rumen
agar tetap hidup.Pakan yang berkualitas kurang baik seperti rumput lapang dan
jerami, harus menjadi produk daging.Hal ini tidak lepas dari kondisi dan peran
mikroba rumen yang sangat penting dalam pencernaan pakan.Informasi tentang
karakteristik cairan rumen sangat bermanfaat dalam manajemen pemberian pakan.
Pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, akan memberikan
jaminan terhadap kelangsungan hidup ternak, khususnya apabila ternak tersebut
dipelihara di luar habitat aslinya.

Tujuan

Praktikum bertujuan untuk mempelajari perhitungan dan pembuatan buffer


mineral untuk dapat dibentuk menjadi produk buffer mineral.

TINJAUAN PUSTAKA

Mineral

Menurut Arifin (2008) unsur mineral adalah salah satu komponen yang
sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein dan
vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Berbagai unsur
anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi, tetapi tidak atau belum semua
mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineral esensial dan nonesensial.
Mineral esensial adalah mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis
makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-
unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro
dan mineral mikro.Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ
di dalam tubuh.Mineral mikro, yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah
sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat
kecil.Mineral nonesensial adalah mineral yang peranannya dalam tubuh makhluk
hidup belum diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat kecil.Bila
kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh makhluk hidup yang
bersangkutan, disamping mengakibatkan keracunan, mineral juga dapat
menyebabkan penyakit defisiensi.

Buffer

Buffer (larutan penyangga) adalah larutan yang dapat menjaga atau


mempertahankan pH-nya dari penambahan asam, basa, maupun pengenceran
dengan air.Setelah penambahan sejumlah asam, basa, maupun air larutan buffer
tidak terjadi perubahan dan cenderung menetralkan larutan.Larutan buffer terbagi
menjadi dua yaitu buffer asam dan buffer basa.Cairan rumen termasuk ke dalam
buffer asam, dan buffer posphat termasuk ke dalam buffer basa. Buffer pada
hewan ternak sangat penting karena proses metabolisme terjadi pada kisaran pH
tertentu. Perubahan pH akan mempengaruhi metabolisme nutrien didalam sel
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, metabolisme asam aminodan
energi,metabolisme vitamin,nafsu makan, penggunaan mineral, dan penyerapan
zat makanan (Almatsier 2001).
Pada ternak ruminansia buffer akan mempertahankan pH rumen sekitar
6,5-7,5. Kisaran pH tersebut merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan
dan aktivitas mikroba.Sementara untuk ternak non ruminansia, buffer sangat
penting dalam mempertahankan pH tubuh, pH darah maupun pH pada lambung.

Besi (Fe)

Menurut King (2006) zat besi dalam tubuh berperan penting dalam
berbagai reaksi biokimia, antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Sel ini
sangat diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh.Menurut
Arifin (2008) besi di dalam tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu hasil perusakan
sel-sel darah merah (hemolisis), dari penyimpanan di dalam tubuh, dan hasil
penyerapan pada saluran pencernaan.Defisiensi besi dikaitkan dengan anemia gizi
besi.Anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia, sebagian
anemia gizi ini adalah anemia gizi besi.Penyebab anemia gizi besi terutama
karena makanan yang dimakan kurang mengandung besi, disamping itu pada
wanita karena kehilangan darah saat haid maupun persalinan (Almatsier 2001).

Tembaga (Cu)

Tembaga dianggap sebagai zat gizi esensial pada tahun 1928, ketika
ditemukan bahwa anemia hanya dapat dicegah bila tembaga dan besi keduanya
ada di dalam tubuh dalam jumlah cukup. Tembaga memegang peranan dalam
mencegah anemia dengan cara (a) membantu absorpsi besi; (b) merangsang
sintesis hemoglobin; (c) melepas simpanan besi dari feritin dalam hati. Fungsi
utama tembaga di dalam tubuh adalah sebagai bagian dari enzim.Enzim-enzim
mengandung tembaga mempunyai berbagai macam peranan berkaitan dengan
reaksi yang menggunakan oksigen atau radikal oksigen (Almatsier 2001).

NaOH (Natrium Hidroksida)

Natrium hidroksida merupakan senyawa basa yang mengandung unsur


+
dari golongan alkali, yaitu natrium (Na ). NaOH biasanya digunakan sebagai
pelarut karena sifat keefektifitasannya untuk menetralkan asam. NaOH sangat
bereaksi aktif dengan larutan asam, ekses yang melebihi keperluan netralisasi
akan bereaksi dengan material fospatida (Linggih 1988). Natrium hidroksida
merupakan basa kuat dan dapat berdisosiasi sempurna dalam larutan.Natrium
hidroksida juga berfungsi sebagai zat pembersih kuat terutama untuk kotoran
berminyak seperti pembersih oven (Almatsier 2001).

Kalsium

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh,


yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg.
Berdasarkan jumlah tersebut 99% berada di dalam jaringan keras, yaitu tulang dan
gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit. Peranan kalsium di dalam cairan
ekstraseluler dan intraseluler memegang peranan penting dalam mengatur fungsi
sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah, dan
menjaga permeabilitas membran sel serta mengatur pekerjaan hormon-hormon
dan faktor pertumbuhan, selain itu juga fungsi dari kalsium, yaitu pembentukan
dan perkembangan tulang dan gigi (Almatsier 2001).

HCl (Asam Klorida)

Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida.Asam


klorida merupakan asam kuat karena dapat berdisosiasi sempurna dalam larutan,
serta merupakan komponen utama dalam asam lambungyangterlibat dalam proses
pencernaan protein dan menurunkan jumlah bakteri dari makanan yang telah
masuk ke dalam lambung. Selain itu asam klorida juga digunakan dalam berbagai
industri.Asam klorida merupakan gas yang tidak berwarna yang dilarutkan dalam
air.Asapyang ditimbulkan dari HCl dan ion-ion yang terbentuk dalam larutan,
dapat membahayakan tubuh manusia (Almatsier 2001).

Mg

Magnesium didapat dengan berbagai cara. Dua buah sumber terpenting


tersedianya magnesium adalah batuan dolomit dan air laut. Reduksi MgO atau
dolomit mendapatkan magnesium. Magnesium berwarna putih keabu-abuan
dengan permukaan terlindungi oleh lapisan tipis oksida. Magnesium mudah larut
dalam asam. Kekurangan magnesium dapat mengakibatkan kekejangan otot, yang
biasanya dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular, diabetis,tekanan darah tinggi,
dan osteoporosis. Kekurangan zat magnesium sangat jarang terjadi.Magnesium
organik penting bagi hewan dan tumbuhan. Klorofilmerupakan porifrin berpusat
magnesium. Banyak enzim memerlukan kehadiran ion magnesium, terutamanya
enzim yang mempergunakanATP. Mg dibutuhkan oleh sebagian besar sistem
enzim, berperan dalam metabolisme karbohidrat dan dibutuhkan untuk
mempernaiki fungsi sistem saraf (Almatsier 2001)

Klor (Cl)

Klor diperoleh dari garam dapur, daging, susu, dan telur. Fungsi Cl adalah
memelihara keseimbangan elektrolit dalam sel, menyusun enzim HCl dalam
lambung memelihara tekanan osmosis dalam darah dan sel tubuh> kekurangan Cl
akan mengakibatkan pertumbuhan rambut terganggu serta menimbulkan kelelahan
dikarenakan terjadinya hambatan metabolisme pada lambung (Almatsier 2001).

MATERI DAN METODE


Materi
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum adalah plastik sampel tahan panas
(wadah), timbangan, mortal, autoclave, sendok atau pengaduk, wadah untuk
menghomogenkan bahan, oven, marker (spidol).

Bahan
Bahan yang digunakan adalah DCP 25%, NaOHCO3 (Soda Kue) 15%,
CaCo3 12%, Mgo 28%, mineral makro (CaCo3, CaHPo4, NaHCO3, CaHPO4,
Nacl, dan Mgo), mineral mikro (Feso4, Mnso4, Cuso4, ZnSo4, KIo3, Coso4, dan
Nacl).

Metode
Pembuatan mineral mikro
Premixing 1 yaitu FeSo4 ditimbang sebanyak 2.49 gr dan dicampurkan
dengan ½ garam dari kebutuhan mikro sebanyak 12.7 gr. Setelah itu premixing 2
yaitu masukkan 25 ml aquades dan tambahakan mineral mikro yang belum
dicampur (Mnso4 1.23 gr, CuSo4 0.39 gr, ZnSo4 0.45 gr, KIO3 0.009 gr, CoSo4
0.003 gr) dan ditambahkan sisa garam sebelumnya sebanyak 25.428 gr kemudian
masukkan ke dalam oven selama 72 jam. Lalu premixing 3 dicampurkan
premixing 1 dan premixing 2.

Pembuatan buffer mineral


Premixng 1 yaitu mineral mikro pada premixing 3 dicampurkan dengan
MgO dan CaCo3. Setelah itu premixing 2 campurkan DCP dengan soda kue, lalu
lakukan premixing 3 dengan mencampurkan premixing 1 dan 2 serta ditambahkan
garam. Selanjutnya dihaluskan dan dimasukkan ke dalam plastik tahan panas.
Tahapan pembuatan mineral buffer mineral dimulai dengan perhitungan
masing-masing komponen mineral mikro dan mineral makro pada bahan yang
tersedia untuk mengetahui kadar dalam buffer mineral. Tahapan selanjutnya dalah
dengan mencampurkan bahan-bahan mineral mikro di atas wadah yang datar
sampai homogen dan dimasukkan ke dalam oven. Ditunggu selama 48-72 jam
proses pengovenan. Bahan mineral mikro yang telah dioven dikeluarkan dari oven
dan dilarutkan dengan aquades untuk melarutkan komponennya. Tahap
selanjutnya adalah melakukan penimbangan terhadapa mineral makro yang telah
dihitung terlebih dahulu, sesuai dengan bahan-bahan yang telah ditentukan dan
dihitung. Tahapan terakhir adalah dengan melakukan pencampuran mineral mikro
yang telah dihomogenkan dan selanjutnya dicampur dengan mineral makro yang
telah dihitung kadarnya sampai homogen. Setelah semua bahan sesuai dengan
ketentuan dan telah tercampur secara homogen, tahap selanjutnya adalah dengan
memasukkan semua komponen buffer mineral ke dalam wadah atau plastik setiap
kelompok dan dilakukan dokumentasi untuk produk tersebut dan dilampirkan
dilaporan praktikum.

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL

No Mineral Makro Kadar dalam Buffer Mineral


1 Ca 12.5
2 P 5.7
3 Na 19.243
4 Mg 2.3
No Mineral Makro Kadar dalam Buffer Mineral (ppm)
1 Fe 440
2 Mn 212
3 Cu 75.58
4 Zn 87.20
5 K 2.56
6 Co 0.548

PEMBAHASAN

Buffer (larutan penyangga) adalah larutan yang dapat menjaga atau


mempertahankan pH-nya dari penambahan asam, basa, maupun pengenceran
dengan air.Prinsip kerja dari buffer, yaitu setiap penambahan H +akan dinetralisasi
oleh basa konjugasi, penambahan OH- akan dinetralisasi oleh asam lemah. Setiap
pengenceran dengan H2O berarti memperbesar jumlah ion H+ dan basa konjugasi
dari ionisasi asam lemah namun penambahan konsentrasi H+ menjadi tidak berarti
karena volume larutan juga bertambah.
Mineral adalah salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk
hidup di samping karbohidrat, lemak, protein dan vitamin, juga dikenal sebagai
zat anorganik atau kadar abu. Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam
bahan biologi, tetapi tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial,
sehingga ada mineral esensial dan nonesensial. Mineral esensial adalah mineral
yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu
kerja enzim atau pembentukan organ (Arifin 2008).
Mineral dibutuhkan ternak untuk berbagai fungsi, seperti pembentukan
tulang dan gigi, pembekuan protein darah atau susu, bagian dari enzim dan
protein, regulasi asam basa dan tekanan osmosis cairan di dalam tubuh,
permeabilitas membran, kontrol replikasi dan diferensiasi sel, dan lain sebagainya.
Pemberian ransum atau pakan pada ternak harus memperhatikan kandungan dan
kualitas mineralnya. Kurangnya konsumsi mineral secara terus menerus dapat
menyebabkan penyakit defisiensi mineral yang dapat berakibat fatal bagi
kesehatan ternak, begitu juga konsumsi yang berlebih dapat menyebabkan ternak
terkena penyakit.
Kondisi rumen sangat penting agar proses pencernaan pakan di dalam
rumen dapat optimal. Hal ini karena proses pencernaan ruminansia tidak terlepas
dari peran mikrobia rumen yang sangat membantu dalam proses pencernaan dan
penyediaan zat makanan dan energi bagi ternak ruminansia tersebut.Seluruh
protein yang berasal dari pakan, pertama kali dihidrolisis oleh mikroba rumen
(Almatsier 2001).Sistem buffer pada ternak ruminansia adalah sistem yang
mengontrol atau mempertahankan pH rumen.Pemberian konsentrat yang
berlebihan dapat mengakibatkan menurunnya pH rumen dengan timbulnya gejala
asidosis.Untuk mengatasi penurunan pH rumen akibat penggunaan konsentrat ini
maka dapat dilakukan dengan penambahan mineral penyangga (Almatsier 2001).
Aplikasi pengujian mineral dalam dunia industri yaitu dalam penentuan
jumlah dan jenis mineral yang digunakan untuk membuat pakan ternak agar
ternak dapat tumbuh dengan baik, selain itu juga untuk penentuan jumlah dan
jenis mineral yang digunakan dalam membuat produk makanan yang bergizi
tinggi serta minuman seperti susu. Pengujian mineral terutama pada mineral Ag,
Hg, dan Pb juga berguna untuk mengetahui kadar logam berat dalam makanan,
seperti kerang dan telur asin.
Manfaat mineral untuk tubuh cukup banyak. Berbagai jenis mineral yang
ada memiliki fungsi masing-masing yang sangat penting untuk tubuh. Sebagian
besar mineral membantu untuk menjaga metabolism, keseimbangan air dalam
tubuh, serta menjaga kesehatan tulang. Beberapa manfaat mineral di antaranya
boron bermanfaat untuk kesehatan tulang, menjaga fungsi otak, antipenuaan,
mencegah kanker, mengobati penyakit alzheimer, dan nyeri otot. Kalsium
menjaga kesehatan tulang, mencegah artritis, menjaga kesehatan gigi, berperan
dalam penurunan berat badan, mencegah kanker usus besar, penyakit jantung, dan
tekanan darah tinggi. Tembaga bermanfaat untuk fungsi otak, perawatan kulit,
mncegah radang sendi, infeksi tenggorokan, kekurangan hemoglobin, kekebalan,
dan penyakit jantung. Besi membantu pembentukan hemoglobin, menjaga
metabolisme tubuh, membantu mengatasi anemia, dan menjaga fungsi otak.
Magnesium bermanfaat untuk mencegah tekanan darah tinggi, serangan jantung,
kram, diabetes, asma, menjaga kesehatan tulang, dan baik untuk masa kehamilan.
Kalium mengatur tekanan darah, mencegah penyakit jantung, gangguan otot,
gangguan ginjal, radang sendi, menjaga ketersediaan air dalam tubuh, dan
sebagainya.
Mineral berperan penting ketika asupannya dalam tubuh cukup. Kekurangan
maupun kelebihan mineral tidak baik untuk kesehatan tubuh. Contohnya
kekurangan kalsium dalam diet seseorang menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan tulang dan gigi, riketsia pada anak-anak, dan dapat mengakibatkan
osteoporosis pada orang dewasa. Kelebihan kalsium dapat menyebabkan
kerusakan pada ginjal. Kelebihan kalsium tidak akan diserap tubuh sebagai
simpanan, tapi akan dikeluarkan melalui urin sehingga membuat kerja ginjal
menjadi semakin berat. Mineral lainnya yaitu selenium. Selenium diperlukan
untuk sintesis salah satu dari enzim antioksidan. Penyakit keshan merupakan
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dan merusak otot jantung yang bisa
dicegah dengan pemberian selenium tambahan. Kekurangan selenium dapat
menyebabkan bayi prematur dan orang dewasa yang menerima makanan
parenteral total tanpa tambahan selenium memiliki risiko terjadinya kerusakan
jantung dan otot. Kelebihan Selenium dapat menimbulkan efek yang sangat
berbahaya yang bisa diakibatkan karena mengkonsumsi tambahan selenium yang
tidak diresepkan oleh dokter sebanyak 5-50 miligram/hari dengan gejalanya terdiri
dari mual, muntah, rambut rontok, kuku rontok, ruam di kulit, serta kerusakan
saraf.

SIMPULAN
Produk buffer mineral yang telah dibuat mengandung mineral makro dan
mikro yang telah dihitung kadar buffer mineralnya dengan perhitungan dan rumus
yang telah ditentukan. Buffer mineral dapat digunakan sebagai mineral penyangga
ph rumen dan sekaligus sebagai sumber mineral untuk ternak. Pada umumnya,
mineral terdiri dari dua jenis yaitu: mineral makro yang keberadaanya dibutuhkan
dengan kadar yang lebih tinggi dalam pakan. Mineral mikro adalah mineral yang
dbutuhkan jumlahnya sedikit dalam pakan ternak.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. 2009. Manajemen laboratorium kimia kesehatan komponen mineral


dalam darah ternak. Yogyakarta (ID) : Universitas Negeri Yogyakarta
Almatsier. 2011. Sistem buffer dan komponen mineral dalam darah ternak.
Yogyakarta (ID) : Universitas Negeri Yogyakarta
Arifin. 2008. komponen mineral dalam darah ternak. Yogyakarta (ID) :
Universitas Negeri Yogyakarta
Moorthy, S.N. 2004. Tropical sources of starch. Di dalam: Ann Charlotte Eliasson
(ed). Starch in Food: Structure, Function, and Application. CRC Press,
Baco Raton, Florida.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press.
Jakarta.
Prasetiyono BWHE. 1992. Pengaruh tingkat penggunaan urea dan waktu
pengukusan ubi jalar terhadap biosintesis protein mikroba rumen [tesis].
Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor .
Roger JA, Davis CL. 1982. Effect of intraruminal infusion of mineral salt on
volatile fatty acid production in steer fed high-grain and high- roughage
diets. J. Dairy Sci. 65: 953 – 962.
Sarwar M, Shahzad AA, Mahu-Un-Nisa. 2007. Influence of level of sodium
bicarbonate on milk yield and its composition in early lactating Nilli Ravi
bufalloes. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 12: 1858 – 1864.
Seng Sokerya and Rodriguex L. 2001. Foliage from cassava Flemingia
macrophilia and bananas compared with grasse as forage sources for
goat : effect on growth rate and intestinal nematodes. Livestock Research
for Rural Development. Vol 13 (4) 2001.
Supriyadi, D. 2012. Study on Effects of Amylose- Amylopectin Ratio and Water
Content to Crispiness and Hardness of Fried Product Model. Department
of Food Science and Technology.Faculty of Agricultural Engineering and
Technology.IPB. Bogor.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai