Anda di halaman 1dari 22

VII-1

hidup tidak hanya tergantung pada identitas biologis dan lingkungan kimia tanah tetapi juga pada
rantai pakan dari organisme yang terkait dengan lingkungannya (batuan pembentuk tanah-tanah,
mikroorganisme, air, udara, tanaman, ternak dan manusia).

Untuk pertumbuhan sel dikenal 24 unsur (dari 90 unsur yang ada dalam sel). Dengan
meningkatnya teknik laboratorium kelak angka 24 tersebut akan bergeser mendekati angka 90.
Semua unsur penyusun tubuh tersebut dapat dibagi atas organik dan anorganik.

Selain vitamin yang diperlukan dalam aktivitas enzim, terdapat juga banyak unsur
mineral. Mineral ini dikelompokkan dalam dua golongan yakni, unsur makro mineral dan mikro
mineral. Unsur makro: kalsium, magnesium, sodium, potasium, fosfor, sulfur dan klor yang
diperlukan dalam jumlah yang lebih besar jika dibanding dengan unsur mikro. Seringkali unsur
tersebut mempunyai lebih dari satu fungsi. Misalnya kalsium, yang merupakan komponen
struktural mineral tulang atau juga berfungsi senyawa pengatur yang sangat penting pada sitosol
sel dengan konsentrasi kurang dari 10-6 M. Fosfor dalam bentuk fosfat adlah komponen vital
dalam sistem perpindahan energi ATP di dalam sel.

Kebanyakan unsur mikro esensial berfungsi sebagai kofaktor atau gugus prostetik pada
enzim. Unsur esensial tampaknya berfungsi pada enzim tersebut dengan salah satu dari
sedikitnya dengan tiga cara:

1. Unsur esensial mungkin telah memiliki aktivitas di dalam enzim itu sendiri, dalam
mengkatalisa suatu reaksi kimia, yang ditingkatkan oleh protein enzim. Keadaan ini
dijumpai pada logam besi dan tembaga.
2. Ion logam esensial mungkin membentuk suatu kompleks dengan substrat dan sisi aktif
enzim, jadi menggabungkan keduanya dalam bentuk aktif.
3. Ion logam esensial mungkin berfungsi sebagai senyawa penarik kuat elektron pada tahap
tertentu dalam siklus katalitik. Enzim yang memrlukan ion logam bagi aktivitasnya
seringkali disebut metaloenzim.
Mineral yang terdapat dalam tubuh dan makanan terutama terdapat dalam bentuk ion-ion.
Yang terdapat sebagai ion positif dalah terutama Na+, K+, Ca++ dan terdapat sebagai ion negative
adalah Cl-, sulfat, phosphat. Ion-ion ini terdapat dalam cairan tubuh. Pada tulang dan gigi
mineral berada dalam bentuk garam terutama sebagai garam calcium dan phosphate. Mineral

VII-2
juga terdapat sebagai senyawa organic, misalnya fosfoprotein, fosfolipid, hemoglobin, hormone
tiroksin (asam amino yang mengandung 4 atom yodium).

Kompetensi khusus dari modul ini adalah:

a. Mahasiswa mampu menjelaskan dengan benar fungsi mineral bagi ternak.


b. Mahasiswa mampu menjelaskan dengan benar mineral makro dan mineral mikro
c. Mahasiswa mampu menjelaskan dengan benar peranan mineral dalam proses metabolisme
zat-zat makanan dalam tubuh ternak.
d. Mahasiswa mampu menyebutkan sumber-sumber mineral bagi hewan.
Untuk mencapai kompetensi tersebut, maka dalam menggunakan modul ini mahasiswa
perlu memahami dengan baik tentang mineral yang dibutuhkan hewan. Selanjutnya mahasiswa
harus mengetahui fungsi masing-masing mineral, sumber dan kebutuhan bagi hewan. Untuk
memperluas ilmu berkaitan dengan kebutuhan mineral, mahasiswa harus membaca referensi di
perpustakaan atau melalui internet.

2. Materi

Mineral yang esensial sebagai zat gizi dibagi dalam 2 kategori, yaitu unsur-unsur makro
nutrient (>0,005 % berat badan) dan unsur-unsur mikro nutrient (<0,005 % berat badan).
Keseimbangan ion-ion mineral dalam tubuh mengatur proses metabolisme, mengatur
keseimbangan asam basa, tekanan osmosa membran, beberapa diantaranya merupakan
konstituen pembentukan jaringan tubuh. Secara tidak langsung, mineral banyak yang berperan
dalam proses pertumbuhan. Perlu dijelaskan disini bahwa peran mineral dalam tubuh kita
berkaitan satu sama lainnya, dan kekurangan atau kelebihan salah satu mineral akan berpengaruh
terhadap kerja mineral lainnya.

VII-3
2.1. Fungsi mineral
Sedikitnya ada tiga fungsi mineral, yaitu:
1. Sebagai komponen struktural organ-organ tubuh dan jaringan, misalnya : Ca, P, Mg, dan Si
dalam tulang dan gigi; P dan S dalam protein otot.
2. Sebagai bahan cairan dan jaringan tubuh yang berfungsi sebagai elektrolit dalam
mempertahankan tekanan osmose, kesetimbangan asam dan basa, permeabilitas membrane
dan iritabilitas jaringan : Na, K, Cl, Ca dan Mg dalam darah, cairan serebrospinal dan
cairan lambung dapat dijadikan contoh fungsi-fungsi diatas. Yang mengatur tekanan
osmose dan pengaruh elektrokimia yaitu Na, Ca, K, dan Cl. Unsur-unsur ini berada dalam
jaringan terutama berada dalam bentuk ion dengan konsentrasi tinggi sesuai dengan kedua
fungsinya untuk pertumbuhan sel. Unsur-unsur tersebut efektif dalam mengontrol jumlah
air yang diikuti oleh jaringan protein dan dapat mengatur jumlah air dalam sel
(intermolekuler). Potassium umumnya berkonsentrasi dalam sel dan sodium dalam cairan di
luar sel. Dalam pertumbuhan ternak konsentrasi K dalam sel meningkat dan Na menurun.
Keseimbangan antara keduanya sangat penting bagi kehidupan. Natrium yang berlebihan
dan tidak seimbang dengan K dapat menghambat pertumbuhan bahkan dapat beracun
(contoh keracunan garam).
3. Sebagai katalisator system enzim dan hormone, sebagai komponen internal dan spesifik
dari struktur metalloenzim atau sebagai activator yang kurang sn metabolisme pesifik.
a. Elemen yang erat hubungannya dengan komponen organik atau yang membentuk kilasi
(chelate) dengan ikatan organic. Termasuk di dalamnya Fe, Cu, Co, Mn, Zn dan Mo.
Unsur-unsur ini dapat menjadi bagian enzim atau hormone tertentu yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan. Fungsinya terutama untuk mengatur proses oksidasi, reduksi dan
metabolisme energy.
b. Unsur-unsur yang erat hubungannya dengan katalisator reaksi dalam proses
pertumbuhan. Termasuk di dalamnya S, I, Se, F, Si, Pb dan. Jumlah yang dibutuhkan
sangat sedikit untuk perangsang pertumbuhan atau menjadi komponen jaringan tertentu
untuk mengatur metabolisme, contoh:
- Yodium (I) yang merupakan komponen hormone tiroksin yang merangsang sintesa
protein dalam pertumbuhan dan mengatur tingkat metabolisme basal jaringan.

VII-4
- Se (dan Vit.E) Dalam metabolisme urat daging merupakan contoh yang baik tentang
hubungan antara mineral dan ikatan organic (vitamin) dalam mengatur pertumbuhan
urat daging.

2.2. Mineral Makro

2.2.1. Kalsium

Makanan kasar (roughases) seperti jerami, rumput dan hay kaya kalsium dan juga
berbagai konsentrat seperti tepung daging dan tepung tulang serta tepung ikan. Sebagian besar
kalsium dalam tubuh ternak (99 persen) ditemukan dalam tulang kerangka sebagai garam-
garam kompleks yang mengandung phosphate (dalam bentuk hidroksi apatit
3Ca3(PO4)2Ca(OH)2). Bagian dari kalsium tulang adalah lebih labil dan dalam keseimbangan
dengan ionisasi kalsium plasma. Plasma darah terdiri dari 2,1 – 2,6 mmol kalsium per liter.
Separuh dari padanya berbentuk ion dan sisanya terikat pada plasmaprotein. Perubahan pH
darah merubah perbandingan kalsium dalam bentuk ion dan ikatan protein. Jika pH rendah
(asidosis) maka jumlah ion kalsium meningkat, dan jika pH meningkat (alkaliosis) ion
kalsium turun.

Sumber utama kalsium darah adalah pakan, levelnya tidak otomatis disebabkan oleh
konsumsi pakan. Factor fisiologis yang mempertahankan evel konstan selain konsumsi pakan
yang tinggi juga keluaran kalsium. Factor yang paling penting adalah hormone yang disekresi
oleh kelenjar paratiroid yang berfungsi memetabolisasi kalsium dari tulang. Jika paratiroid
diambil atau tidak berfungsi, kalsium darah menurun dan menjadi tetany. Hal ini
menyebabkan hiperiritabilitas dari system neuromuscular yang dalam keadaan parah dapat
menyebabkan kouvulsi. Jika kelenjar aktiv secara abnormal karena suatu penyakit, terjadi
mobilisasi kalsium yang berlebihan terjadi sebagai konsekuensi dari demineralisasi tulang.
Banyak kehilangan kalsium dari tubuh, terutama urin. Kalsium darah adalah rendah dalam
milk fever tetapi bukan karena komsumsi kalsium pakan yang rendah. Kelenjar paratiroid
gagal memobilisasi kalsium darah cukup cepat untuk memenuhi keluaran kalsium pada saat
kebutuhan yang banyak pada awal produksi air susu.

Pada ternak laktasi, sebagian kalsium disekresikan dalam air susu. Pada sapi,
konsentrasi kalsium darah turun 0,3 sampai 0,4 mol per liter setelah pemerahan. Konsentrasi

VII-5
kalsium lebih rendah dari 1,2 mmol/liter menunjukkan kondisi yang dikenal sebagai milk
fever.

Kalsium sangat penting untuk perkembangan tulang secara normal dan sebagai
activator enzim, keadaan itu merupakan kunci dari berbagai proses seperti kontraksi otot dan
pembekuan darah.

2.2.2. Fosfor

Bahan pakan asal hewan mempunyai kandungan fosfor tertinggi biasanya dalam
bentuk yang mudah tersedia. Diantaranya berbagai bahan pakan tepung ikan dan tepung
daging dan tulang adalah sumber fosfor yang paling kaya dibandingkan bahan pakan lainnya.
Biji-bijian serealia biasanya mengandung 0,3 – 0,4 persen fosfor, sedangkan kebanyakan
jerami sangat rendah kadar fosfornya.

Secara fisiologis fosfor berhubunga erat dengan kalsium, walaupun 20 sampai 25


persen fosfor di dalam tubuh terdapat dalam jaringan lunak, berbeda dengan kalsium, yang
hanya 1 persen ditemukan dalam jaringan selain tulang-tulang dan gigi. Beberapa fosfor
dalam jaringan lunak mungkin diperlukan untuk fungsi structural, misalnya fosfolipid dalam
membrane sel. Sebagian besar fosfor berada dalam senyawa metabolisme intermedier dalam
sintesis dan pembakaran karbohidrat, protein dan asam-asam nukleat. Yang menjaga tingkat
fosfat anorganis darah dalam factor-faktor yang meningkatkan asimilasi kalsium dan fosfor.
Ginjal nampaknya berperan dalam meningkatkan keseimbangan fosfor. Level yang rendah
umumnya terjadi pada ricketsia.

Ricketsia merupakan gangguan metabolisme mineral, yaitu klasifikasi tulang yang


sedang tumbuh tidak terjad secara normal. Pembentukan matriks kartilago organis dapat
terjadi tetapi kalsium dan fosfor tidak diseposisi di dalamnya. Ada penurunan level kalsium
atau fosfor anorganis atau keduanya dan peningkatan enzim fosfotase dalam plasma.

Beberapa ahli menggunakan istilah Ricketsia (true rickets) terhadap patologi tulang,
khususnya didapati pada awal pertumbuhan yang mengakibatkan perubahan-perubahan yang
dihasilkan secara percobaan pada kondisi ransum tinggi kalsium rendah. Terjadi pembesaran
pada katrilago epifisa-diafisa., produksi jaringan osteoid yang berlebihan yang menyebabkan

VII-6
pembesaran ujung-ujung tulang, dan perubahan-perubahan histologis khusus yang lain. Tetapi
abnormalitas tulang ini dapat berjalan pada setiap saat selama pertumbuhan. Hal ini dapat
terjadi Karena kekurangan kalsium, fosfor dan natrium. Meskipun patologi tulang khusus
dapat beragam, defenisi umum dari Ricketsia meliputi semua kegagalan nutrisi fosfor, tetapi
perlu diketahui bahwa tetany juga dapat disebabkan jika kalsium darah menjadi rendah.
Sering digunakan istilah iow-phosphorus rickets dan iow-calcium rickets digunakan untuk
pembeda.

Osteomalocis berarti “melunaknya tulang”, suatu kejadian penurunan kadar mineral


pada tulang yang dewasa, sebagai hasil dari kegagalan pembentukan tulang baru untuk
menyamakan mobilisasi kalsium dan fosfor yang konstan dalam keadaan yang dinamis (the
dynamic state) terjadi pemecahan bagian structural tulang.

Mobilisasi yang berlebihan dapat disebabkan oleh fungsi yang berlebihan dari
kelenjar paratiroid atau ketidakseimbangan antara horon paratiroid dan hormone hipokalsemia
kalsitonin. Tetapi paling sering disebabkan oleh kebutuhan kalsium dan fosfor tubuh yang
terus menerus meningkat untuk diasimilasi. Kebanyakan kasus akut terjadi selama
kebuntingan dan laktasi karena ransum tidak layak, kebutuhan yang berlebihan diambilkan
dari tulang yang sudah berkurang persediaan kalsium dan fosfor. Setiap hewan dewasa yang
tidak dapat memperoleh nutrisi kalsium dan fosfor yang layak unutk kebutuhannya harus
secara terhadap mengambil dari tulangnya. Apakah kejadian ini sampai kepada suatu titik
dimana tulang memecah atau produksi menjadi berkurang tergantung pada besarnya
defisiensi. Pengurangan tulang yang menyolok menghasikan tulang pelvis pecah didapati
pada sapi perah yang diberi pakan makanan kasar yang berkadar kalsium rendah. Pada domba
dan sapi potong, gambaran khusus kelainan ini adalah keseimbangan negative kalsium dan
fosfor. Darah dapat rendah kadar salah satu atau kedua mineral. Jika kadar kalsium sangat
rendah, ada tetany juga. Asalkan tidak terlalu parah, osteomalacia dapat disebabkan dengan
pemberian ransum yang telah dikoreksi terhadap mineral yang defesien.

Dalam arti lain osteoporosis menunjukkan kegagalan metabolisme tulang secara


normal pada ternak dewasa. Berbeda dari osteomalicia bahwa kadar mineralnya normal tetapi
jumlah absolute tulang turun. Biasanya didefenisikan sebagai tulang yang terlalu kecil atau
too little bone.

VII-7
Perbandingan kalsium dan fosfor

Pada non ruminansia menunjukkan bahwa peningkatan rasio kalsuim : fosfor pada
ransum menghambat penyerapan fosfor dan sebaliknya menurunnya perbandingan kalsium :
fosfor (fosfor lebih banyak dari kalsium) menghambat penyerapan kalsium. Besarnya
pengaruh tersebut berbeda diantara species dan tergantung dari status vitamin D pada ternak,
efek tersebut berpengaruh lebih besar bila konsumsi vitamin D pada ternak rendah.

Pada pedet rasio 1:1 sampai 7 : 1 baik, tetapi resio yang lebih sempit atau lebih luas
memberikan hasil yang kurang baik. Rasio optimum agak beragam tergantung level unsure-
unsur ini. Dalam keadaan cukup vitamin D, rasio kurang begitu penting tetapi pemanfaatan
unsure-unsur lebih efisien. Tanpa vitamin D ini, asimilasi rendah walaupun tersedia cukup
unsure-unsur tersebut.

Pada ruminansia yang sedang tumbuh menunjukkan pengaruh kurang sensitive atau
perubahan rasio kalsium : fosfor dan jika rasio ditingkatkan menjadi 8 : 1 belum terbukti
terjadi efek yang kurang baik pada produksi ternak. Walaupun ruminansia mempunyai
toleransi yang luas, rasio unsure tersebut dalam tubuhnya sekitar 1,8 : 1 dan untuk air susu
kira-kira 1,3 : 1 atau 1,4 : 1. Oleh karena itu diusahakan untuk menjamin bahwa rasio Ca : P
yang dapat tersedia pada semua ruminansia dipertahankan antara 1 : 1 sampai 2 : 1,
khususnya ternak yang sedang tumbuh cepat dan pemerahan yang berat.

Pada ternak muda difisiensi kalsium dan fosfor menyebabkan lunaknya tulang-tulang
dan malformasi yang disebut rickets. Pada ternak dewasa kekurangan kalsium dan fosfor
menyebabkan lemahnya tulang, kadang-kadang fraktura (retak).

Pada sapi kebutuhan kalsium adalah fungsi laju pertumbuhan atau pada fase laktasi.
Untuk ternak dengan bobot badan 100 kg kebutuhannya adalah tiga kali lipat dari 11 sampai
27 gr per hari. Dalam keadaan yang sama kebutuhan fosfor meningkat dari 5 sampai 13 gr per
hari. Keadaan laktasi lebih meningkatkan kebutuhannya. Kebutuhan kalsium sapi dengan
bobot badan 500 kg meningkat dari 30 gr per hari jika memproduksi 5 kg air susu per hari
menjadi 100 gr per hari jika produksi air susunya 30 gr.

VII-8
2.2.3. Natrium

Sebagian besar protein konsentrat ternak, kaya akan natrium (0,5 sampai 1 persen
dari berat segar) terapi konsentrat protein nabati yang berasal dari tumbuhan lebih rendah
kadar natriumnya (0.07 sampai 0,25 persen) dapat rendah sekali jika kandungan kalium tanah
tinggi. Pada sapi betina awal laktasi penyediaan natrium dari rumput tidak mencukupi untuk
memenuhi keperluan jika kandungan unsure tersebut kurang dari 0,04 persen. Natrium
berguna untuk pemeliharaan tekanan osmotic pada larutan-larutan ekstraseluler dan karena
itu mengatur volume cairan tubuh.
Ransum yang rendah kandungan natriumnya atau kehilangan yang berlebihan unsure
tersebut melalui keringat atau urin dapat menyebabkan lebih rendahnya konsentrasi natrium
dalam bagian ekstraseluler. Hasilnya adalah bahwa air dipindahkan dari bagian tersebut ke
sel-sel jaringan untuk menjaga keseimbangan osmotic. Sel akan menjadi kehilangan air yang
berlebihan. Derajat dari hidrasi adalah fungsi kehilangan natrium dan air.
Sel kering membutuhkan kira-kira 8 gram per hari dan sapi pada saat laktasi penuh
membutuhkan lebih dari 70 gram per hari. Kebutuhan natrium untuk domba adalah sekitar 1
gram per hari.

2.2.4. Khlorida

Ion-ion khlorida teradpat dalam pakan bersama dengan natrium. Unsure tersebut
mempunyai peran yang besar pada tubuh hewan. Bersama-sama dengan ion natrium
memelihara atau mengatur tekanan osmotic dalam cairan ekstraseluler. Khlorida adalah anion
utama dalam cairan ekstraseluler dan itu penting untuk memelihara metra;itas elektrokimia
dalam perubahan keseimbangan asam basa yang diakibatkan oleh perubahan konsentrasi ion-
ion bikarbonat. Fungsi penting khlorida lainnya adalah memproduksi asam khlorida dalam
lambung.

Khlorida yang dibutuhkan oleh sapi dalam pertumbuhannya kira-kira 0,5 kg per hari
naik dari 1,8 sampai 10,9 gram per hari Karena berat badan akan meningkat dari 50 sampai
400 kg. kebutuhan khlorida untuk domba yang sedang tumbuh antara 0,4 sampai 1,6 gram
per hari meningkat sesuai dengan berat badan dan laju pertumbuhan.

VII-9
2.2.5. Kalium

Protein nabati kaya akan kalium (1 sampai 2 persen dari berat segar). Biji gandum
dan kebanyakan sayuran mengandung kalium sekitar 0,1 sampai 0,5 persen. Kalium yang
terdapat dalam rumput berpengaruh nyata terhadap level pemberian pupuk kalium.
Perbandingan kalium dan natrium dalam pemupukan tanaman dengan kalium dapat
meningkat 50 : 1.
Di daerah tropis dapat terjadi defisiensi K, terutama pada hijauan yang tua.
Kandungan unsure K dalam bahan pakan bervariasi dari yang rendah (hijauan tua) sampai
yang tertinggi (tetes dari beat yang mengandung 4,5 persen). Tingginya K kemungkinan dapat
mengganggu penyerapan dan retensi Mg (sebaliknya, tidak) ; demikian pula terhadap
penggunaan Ca dan Na. pengaruh K terhadap penyerapan Mg paling besar bila kadar K
meningkat 1,2 – 2,4 persen.
Berapa bahan pakan yang negandung unsure K kurang dari 0,5 persen, yang
merupakan level kirtis. Kebutuhan K untuk sapi pedaging berkisar antara 0,6 – 0,8 persen ;
sedangkan untuk domba.0,5 persen dari bahan kering ransum.

Kandungan kalium pada beberapa sumber pakan menunjukkan bahwasebagian besar


berbentuk ion. Bentuk yang banyak tersedia tapi menyebabkan defisiensi kalium karena
konsumsi tidak diketahui penyebabnya. Kalium berada pada konsentrasi yang tinggi pada
kebanyakan sel-sel jaringan. Hal ini sangat penting untuk memelihara tekanan osmotic dalam
rongga cairan intraseluler dan secara umum berfungsi pada system syaraf dan system otot.
Selanjutnya ion kalium juga berfungsi sebagai activator dalam fosforilasi, yang penting untuk
metabolisme karbohidrat.

2.2.6. Magnesium

Semua bahan pakan alami mengandung magnesium. Konsntrat protein nabati


biasanya mengandung kalsium dalam jumlah banyak, 0,4 sampai 0,6 persen dari bahan
kering. Rumput dan clover juga kaya akan magnesium, dedak adalah konsentrat yang
mengandung magnesium tinggi.
Antara 50 – 70 persen magnesium dalam seluruh tubuh ditemukan dalam tulang,
sebagian besar magnesium tulang tidak bisa langsung diubah menjadi magnesium cairan

VII-10
jaringan. Antara 15 sampai 50 persen dari seluruh magnesium dalam plasma diikat oleh
protein serum.
Magnesium berperan vital sebagai aktivator banyak enzim yang mentransfer dan
memecah gugus phosphate. Magnesium juga dijemukan pada enzim-enzim dekarboksilase
protein dan hidrolisa peptide serta dalam sintesis protein. Hiperiritabilitas dan konvulsi adalah
tanda-tanda khusus akibat defisiensi dari semua magnesium dari semua spesies ternak,
indikasi tersebut menunjukkan bahwa magnesium membantu memelihara normalitas fungsi
syaraf. Magnesium juga penting untuk fungsi otot dan lemahnya otot-otot pada ternak karena
mengalami defisiensi unsure tersebut. Pada sapi perah defisiensi magnesium menyebabkan
penyakit dikenal sebagai grass tetany.

Magnesium tulang berbeda dengan tetany yang bersifat kurang kasium di dalam
darah. Pada pedet dikarakterisasi oleh kadar Mg darah yang rendah tetapi kadar kalsium dan
fosfor normal. Kadar Mg rendah adalah 0,1 mg tiap 100 mL dibandingkan dengan yang
normal sekitar 2,5 mg.
Grass tetany atau grass staggers terjadi karena sapi perah baru laktasi setelah 1-2
minggu dikeluarkan dari padang rumput. Tetapi dapat juga terjadi karena pemberian pakan
yang kaya K dan asam sitrat atau asam transakonitat. Senyawa-senyawa tersebut mampu
menekan Mg darah sehingga menjadi tetany jika sapi menderita cekaman. Masalah ini dapat
diatasi dengan pemberian suplemen Mg.
Kebutuhan magnesium tergantung dari status fisiologis ternak. Kebutuhan
magnesium dengann bobot badan 500 Kg sedikitnya antara 8 sampai 10 kg per hari,
tergantung pada laju pertumbuhannya. Tetapi pada sapi laktasi dengan bobot yang sama (500
kg) yang mempoduksi 50 kg per hari, kebutuhannya bervariasi antara 0,5 sampai 1 gr per hari
sesuai dengan seberapa cepat pertumbuhan ternak tersebut.

2.2.7. Sulfur

Kebanyakan S dalam tubuh terbak terdapat dalam protein yang mengandung asam
amino sistin, sistein dan metionin. Dua vitamin biotin dan tiamin, hormone insulin dan
metabolit yang penting :

VII-11
Koenzim A juga mengandung S. hanya sejumlah kecil S dalam bentuk anorganik.
Meskipun sulfat didapati sedikit dalam darah, bulu kaya sistin dan mengandung 4% S.
pemberian S dapat dilakukan dalam bentuk organic maupun anorganik. Bentuk orgnik
penggunaannya lebih mudah daripada bentuk anorganik.

Secara tradisional hanya sedikit diperhatikan di dalam nutrisi ternak karena konsumsi
unsure ini terutama dalam bentuk protein. Defisiensi S akan menunjukkan defisiensi protein.
Akhir-akhir ini dengan meningkatnya penggunaan S organnik sebagai pengganti sebagian N-
protein, dapat disadari bahwa jumlah S yang terdapat di dalam ransum mungkin sebagai
factor pembatas untuk sintesis sistin, sistein dan metionin mikroba di dalam rumen. Dalam
kondisi ini penambahan S pada ransum yang mengandung urea akan menguntungkan. Ada
kenyataan bahwa senyawa sulfat (Na-sulfat) dapat digunakan mikroorganisme rumen lebih
efisien daripada unsure S. disamping itu ion sulfat dapat berperan untuk menurunkan
toksisitas Mo.

Kebutuhan S pada sapi pedaging diperkirakan 0,1 persen dari bahan kering ransum.
Kebutuhan untuk ternak domba dewasa (induk) berkisar antara 0,14 – 0, 18 persen ;
sedangkan untuk domba yang sedang tumbuh berkisar antara 1,18 : 0,26 persen dari bahan
kering ransum.

Defisiensi S pada domba berakibat:


1. Pertumbuhan mundur
2. Efisiensi ransum rendah
3. Pertumbuhan bulu lambat
Rasio N : S di dalam ransum untuk pertumbuhan mikroba rumen yang maksimal antara 10 : 1
sampai 24 : 1 atau optimalnya 14 : 1.
Metabolisme S di dalam rumen menunjukkan bahwa penambahan sulfat kurang
menimbulkan taksisitas H2S yang terbentuk. H2S yang terbentuk adalah mudah dieruktasi.
Silase yang ditambah preservative asam sulfat 1% tidak menimbulkan bau di dalam rumen.
Ada kemungkinan bahwa sulfide dapat digunakan sebagai sumber S bagi beberapa bakteri
rumen : Bacteroides anccinogenes, Ruminococcus flavefaciens, dan streptococcus bouis.

VII-12
2.3. Mineral Mikro

2.3.1. Tembaga (Cu)

Hijauan pada umumnya cukup mengandung Cu bahkan dapat mencapai kandungan 3-


4 kali dari kebutuhan. Sebaliknya biji-bijian mengandung Cu yang lebih rendah dibandingkan
hijauan. Untuk memperkirakan kebutuhan Cu maka kadar Mo dan Sulfat dapat menaikan
kebutuhan Cu 2-3 kali, dengan kosentrasi 5 ppm dari bahan kering cukup untuk memenuhi
kebutuhan domba akan Cu, bila kadar Mo dan Sulfat normal.

Cu adalah aktifator beberapa enzim penting dalam tubuh dan dibutuhkan untuk
sintesis hemoglobin. Defisiensi Cu lebih banyak terjadi pada ruminansia di bandingkan non
ruminansia, hal ini akibat dari rendahnya konsumsi Cu atau ketersediaannya dalam ransum
dipengaruhi oleh factor pakannya. Tanda-tanda defisiensi Cu pada ternak adalah pertumbuhan
jelek, anemia, rapuhnya tulang dan kadang-kadang diare. Pada domba terhambatnya laju
pertumbuhan dan jarang anemia. Kebanyakan gejala yang sangat nyata tersebut terjadi selama
akhir fase fostus dan awal periode postnatal. Pada anak domba defisiensi Cu akan
menyebabkan perubahan degradasi jaringan saraf, menyebabkan kebutaan, inkordinasi kaki
belakang dan menyebabkan immobilisasi (swayback).

Cu mungkin merupakan urutan kedua (setelah P) dari mineral yang paling defisien
pada daerah tropis. Defisiensi Cu (seperti halnya P) umumnya terjadi di penggembalaan, yang
jarang diberi konsentrat. Selain itu dapat pula terjadi bila ternak diberi susu dalam jangka
waktu lama atau ternak dipelihara di daerah yang kekurangan Cu dalam tanah. Kebutuhan Cu
dari ternak dapat terpenuhi dengan ransum yang mengandung 4 mg Cu/kg bahan kering, bila
kadar Mo dan Sulfat cukup rendah. Kebutuhan Cu dapat dipenuhi dengan CuSO 4 dalam
garam sebanyak 0,5%.

Defisiensi Cu erat hubungannya dengan anemia oleh kekurangan Fe. Hal ini
disebabkan kekurangan Cu akan menyebabkan penyerapan Fe kurang normal. Pada umumnya
defisiensi didapat dalam bentuk conditonet yaitu level Cu cukup (6-16 ppm) tetapi menjadi
tidk cukup karena terdapatnya zat lain dalam hijauan tersebut, yang menghambat penggunaan
Cu. Defisiensi Cu terjadi bila hijauan yang mengandung Mo lebih dari 3 ppm dan level Cu

VII-13
terjadi dari 5 ppm. Mortalitas prenatal adalah gejala yang paling banyak disebabkan oleh
defisiensi Cu dengan gejala lain adalah fertilitas sub optimum pada sapi.

Bila kadar Cu lebih dari 20 ppm dalam ransum dapat menyebabkan keracunan kronis
pada domba. Kadar Cu normal, Mo dan Se rendah dapat menyebabkan keracunan Cu pada
domba. Keracunan Cu yang kronis biasanya didapatkan pada domba.

2.3.2. Besi (Fe)

Dalam tubuh ternak 60% ditemukan pada hemoglobin eritrosil. Besi juga terdapat
pada myoglobine otot, feritri (protein penyusun besi) pada sebagian besar enzim dan terikat
dalam bentuk transferin beta-globulin di plasma.

Besi didapat pada semua pakan, tetapi sumber terpenting adalah rumput dan jerami.
Tetapi hanya kira-kira 5 sampai 20 persen besi dalam pakan dapat dimanfaatkan oleh ternak.
Ruminansia membutuhkan 25-40 mg/kg pakan. Kebanyakan pakan ternak mengandung
relative sangat banyak dibandingkan kebutuhan oleh tubuh. Hijauan banyak mengandung Fe
dan juga pada biji-bijian. Karena kebanyakan Fe dalam biji-bijian berada di bagian selaput
luar dan germ, penggilisn biji-bijian akan menghasilkan peningkatan jumlah Fe pakan bagi
ternak tetapi menurunkan Fe bagi kepentingan manusia. Dari florida pernah dilaporkan bahwa
tanah yang rendah kadarnya Fe-nya akan menyebabkan defisiensi dalam hijauan sehingga
menyebabkan anemia pada ternak yang digembalakan. Pada akhir-akhir ini banyak studi
menyarankan bahwa ada keterlibatan defisiensi Fe, Cu dan Co. dari surfei tanah didapatkan
bahwa tak diharapkan terdapat defisiensi Fe dalam hijauan yang bagus. Pada umumnya tak
perlu diberikan suplemen Fe pada ternak yang digembalakan.

2.3.3. Kobalt (Co)

Prinsip kerja terpenting Co pada jaringan adalah sebagai bagian molekul B 12 yang
dapat disintesis di dalam retikulo-rumen, terutama mengatur transmetilisasi, eritropoesis,
biosintesis purin, metabolism asam propionate jaringan yang penting untuk ruminansia
(produksi asam propionat dalam rumen sebagian besar untuk mencukupi kebutuhan
energinya). Vitamin B12 penting untuk merombak asam propionate menjadi asam suksinat
sebagai senyawa intermedier pada siklus kerbs.

VII-14
Kebutuhan ternak sapi akan Co antara 0,005-0,10 mg/kg bahan kering ransum.
Pemberian 1,2 mg Co/kg berat badan dapat menimbulkan keracunan pada anak sapi. Ransum
yang mengandung 0,07 ppm Co dari bahan kering dapat mencegah gejala defisiensi. Yang
direkomendasikan adalah 0,1 ppm untuk ternak domba.

Defisiensi Co menempati urutan ke tiga setelah P dan Cu di daerah tropis. Gejala


defisiensi tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan gejala malnutrisi seperti defisiensi energy
atau protein. Ruminansia yang kekurangan (defisiensi) Co menjadi kurus, kehilangan nafsu
makan dan akhirnya anemia.

Terdapat tiga gejala umum defisiensi Co pada induk ternak yaitu :


1. Penundaan ovulasi/oestrum setelah beranak.
2. Estrus tidak teratur.
3. Gejala estrus yang lemah.
Sub defisiensi Co (tanpa gejala klinis), mungkin hanya ditandai produktifitas yang
rendah, serta dapat pula terjadi secara akut. Untuk daerah yang defisiensi Co maka
dianjurkan untuk mencampurkan Co dalam bentuk kobalt-khlorida sebanyak 12 gr/100 kg
garam. Pengalaman menunjukan bahwa domba harus mendapatkan Co setiap hari. Biasanya
diberikan bersama-sama garam, pemberian preparat Co ke dalam tanah, pemberian pil kobalt
(Cobalt bullet), Mo ke dalam reticulum melalui rumrn.
Kebutuhan si pedaging akan Mo adalah 0,01 mg/bahan kering ransum. Kadar Mo
yang tinggi akan meningkatkan kebutuhan Cu. Keracunan Mo dapat diobati dengan
meningkatkan kadar Cu dalam ransum. Hal ini berlaku pula untuk domba.
Gejala keracunan Mo hampir sama dengan keracunan. Pada keadaan keracunan Mo
yang parah, pemberian Cu per injeksioral lebih tepat, Karena tempat interaksi Mo dan Cu
adalah di saluran pencernaan.

2.3.4.Yodium

Yodium dalam tubuh (70-80%) terdapat dalam kelenjar tiroid, dalam bentuk
thyroglobulin yang tersusun atas asama amino yang mengandung yodium, terutama tri, did an
mono-iodithyroxine. Thyroxine adalah ikatan yodium organis utama yang di dapatkan dalam
darah, terikat dengan protein plasma (globulin dan albumin) sedangkan yodium anorganis

VII-15
hanya terdapat 10% total yodium plasma sapi. Yodium yang terikat dengan protein rata-rata
5-mcg% pada sapi. Nilai ini tergantung pada tingkat konsumsi, umur, musim. kebuntingan
dan laktasi.
Yodium berfungsi untuk sintesis hormone oleh kelenjar tiroid yang mengatur
metabolisme energy. Hormone tiroid berperan aktif dalam thermoregulasi, proses
metabolisme antara, reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan, sirkulasi dan fungsi urat
daging.
Penyerapan yodium sebagian besar di retikulo-rumen. Penyerapan lebih lanjut di
usus kecil. Kebutuhan yodium untuk ruminansia 0,05-0,8 ppm. Factor-faktor yang
berpengaruh antara lain, adanya zat goitrogenik, status fisiologis dan lain-lain. Kebutuhan
ternak bunting dengan zat goitrogenik meningkat, menyusui 2 ppm dan bagi yang laktasi 1-3
ppm. Sumber goitrogenik antara lain Bracisca oleracea (kubis). Kedelai dan bungkil kedelai,
silase jagung yang di konsumsi dalam jumlah besar oleh ternak sapi. Ransum yang
mengandung bahan pakan goitrogenik sebanyak 25%, suplementasinya perlu dua kali lipat.
Defisiensi yodium menyebabkan hypothyroidsm, pembesaran kelenjar tiroid baik
pada manusia maupun pada ruminansia. Dengan tidak adanya atau kekurangan tiroksin
ditandai dengan kelemahan umum, basal metabolisme menurun, pertumbuhan lambat, pedet
yang lahir mati dengan gejala goiter. Pada betina estrus tertekan dan pada jantan lipido
menghilang. Defisiensi di padang penggembalaan dapat diatasi dengan pemberian garam ber
yodium (KI, NaI, atau Ca2I). Di daerah tropis garam-garam tersebut mudah tercuci atau
menguap. Garam bata bermudah tercuci atau menguap. Garam bata ber yodium dalam bentuk
KI (yang sudah distabilkan) dan penta-kalsium orthoperiodate. Konsumsi yodium berlebihan
dalam pengobatan foot rot dan lumlpy jaw menyebabkan keracunan dengan tanda-tanda
penurunan nafsu makan, kulit bersisik dan mengelupas, sukar menelan dan lakrinasi
berlebihan.

2.3.5. Molybdenum (Mo)

Berperan dalam pembentukan dan aktivitas tiga enzim : xanthine oxidase (metallo-
enzim yang mengandung Mo untuk metabolisme purine), aldehyde oxidase dan sulphite
oxidase. Mo berpartisipasi dalam reaksi enzim dengan cytochrome C dan juga
mempersiapkan reduksi cytochrome C oleh aldehyde oxidase. Penambahan Mo pada ransum

VII-16
semi murni yang rendah unsur ini akan meningkatkan pertumbuhan domba muda karena
secara tidak langsung merangsang pemecahan selulosa oleh mikroorganisme rumen.
Keracunan Mo menyebabkan scouring dan bobot badan menurun.

2.3.6. Mangan (Mn)

Mangan yang berada dalam jaringan sangat sedikit, konsentrasi tertinggi terdapat
dalam tulang, hati, ginjal, pancreas dan kelenjar hipofisa. Mangan berperan sebagai activator
enzim dan menyerupai Mg dalam mengaktifkan sejumlah fosfat transferase dan
dekarboksilase.

Kebutuhan Mn akan meningkat dengan meningkatnya Ca dan P dalam ransum.


Hijauan padang rumput mempunyai kandungan Mn lebih tinggi (40-200 mg/kg BK)
dibandingkan dengan biji-bijian (shorgum mengandung 16 mg/kg BK). Dedak padi kaya
akan Mn. Kebutuhan Mn pada sapi untuk pertumbuhan adalah rendah yaitu 1-10 mg/kg
ransum. Pemberian 20 ppm dan 6 ppm pada kambing tidak mempengaruhi pertumbuhan,
tetapi dosis yang rendah dapat menunda estrus pertama. Dosis 100 ppm tidak menyebabkan
abortus sedangkan dosis rendah didapatkan abortus sebanyak 23 persen dan 20 persen
penurunan berat badan.

Defisiensi Mn menyebabkan antara lain:


- Pertumbuhan terhambat
- Abnormalitas tulang kerangka
- Atoxia pedet yang baru lahir
- Kegagalan reproduksi (tidak terjaadi estrus atau estrus dan konsepsi yang tertunda dan
peningkatan abortus).

2.3.7. Seng (Zn)

Seng terakomulasi lebih banyak dalam tulang dari pada hati. Konsentrasi tinggi juga
di dapati dalam kulit, rambut dan wool. Beberapa enzim yang dikatahui mengandung Zn
adalah karbonat anhidrase, pankreatis karboksi peptidase, laktat dehidrogenase, alkalin
fosfatase dan timidin kinase. Zn juga berperan dalam activator beberapa sistem enzim.

VII-17
Defisiensi Zn pada sapi menyebabkan :
- Inflamatasi hidung dan mulut
- Persendian menjadi kaku
- Kaki bengkak
- Parakeratosis
Terlalu banyak konsumsi Zn menurunkan konsumsi pakan dan merangsang
defesiensi Cu. Kebutuhan ternak sapi akan Zn adalah 15-30 mg/kg bahan kering ransum.
Untuk pertumbuhan normal, ternak domba memerlukan 17,4 ppm Zn dalam ransum.
Aktifitas reproduksi yang normal, domba jantan memerlukan 32 ppm Zn. Kadar Zn dalam
ransum mempunyai hubungan yang erat denga penggunaan protein dalam tubuh. Hijauan
yang mengandung 15-42 ppm Zn dapat menyebabkan parakeratosis. Bila kadar Zn
berkurang, maka semakin akut kejadiannya pada saat 40% permukaan tubuh menderita
parakeratosis. Zn dapat mempengaruhi aktivitas reproduksi termasuk berat sapid dan
kematian anak yang baru lahir karena kondisi yang lemah (ditandai dengan adanya udem
sub kutan di daerah ventral sternum, hemorrhage sub kuta kaki belakang, synovitis,
hemorrhage synovial). Untuk ternak jantan, Zn penting untuk spermatogenesis dan
perkembangan testis. Sumber Zn antara lain ragi, dedak, tepung ikan dan tepung daging.

2.3.8 .Silica (Si)

Silica terdapat di dalam serum darah 1-2 mg/100 mL, wool 0,02-0,08. Pada bulu
berperan untuk mempertahankan kekakuan. Dalam metabolisme Si berperan untuk sintesis
mukopolisakarida dalam pembentukan tulang rawan, pertumbuhan dan pemeliharaan
dinding arteri dan kulit. Sumber Si dari tanaman, Si pada rumput dan serelia 14-19 gr Si/kg
BK, pada beberapa padang rumput meningkat 18 gr/kg BK.
Keracunan Si (silicosis) menimbulkan penyakit pada pekerja tambang karena
menghirup partikel ke dalam paru-paru. Pada beberapa kondisi, sebagian Si berada dalam
urin, dideposit dalam ginjal, bladder atau urethra membentuk calculi atau urolith. Silica
urolithiasis terjadi pada domba yang digembalakan di Australia Barat dan sapi di Canada
Barat dan bagian Barat Amerika Serikat. Terlalu banyak Si dalam pakan, misalnya jerami
padi, dapat menurunkan kecernaan bahan organic. Setiap kenaikan 1% kadar silica dalam
hijauan dapat menurunkan kecernaan bahan organic (in vitro) atau persen.

VII-18
2.3.9. Selenium (Se)

Mineral ini erat hubungannya dengan vitamin E. kebutuhan ternak sapi tergantung
pada kadar vitamin E dalam ransum dan diperkirakan 0,1 mg/kg ransum. Unsure Se
diperlukan untuk pertumbuhan dan fertilitas disamping mencegah beberapa penyakit yang
erat hubungannya dengan vitamin E, misalnya White Muscle Disease (WMD) atau Myopathy.
Se merupakan komponen glutathione peroksidase, suatu enzim yang dapat mengkatalis
pengeluaran hidrogen peroksida.
Di Australia dan Selandia Baru kondisini disebut ill thrift yang terjadi pada domba,
sapi perah dan sapi potong yang dilepas di padang rumput. Tanda klinisnya adalah berat
badan menurun dan kadang-kadang mati. Ill Thrift ini dapat dicegah dengan perlakuan
Selenium. Hijauan secara normal mengandung 300 mg/kg BK. Salah satu tanaman yang
tinggi kandungan Se di Wyoming adalah Astrogulus racemosus 14 gr/kg BK. Di Queensland
Neptunia amplexicaulis 4 gr/kg BK. Lahan-lahan yang kaya selenium di Irlandia, Israel.
Afrika Selatan dan Uni Soviet. Selenium unsure yang sangat toksik, pada kadar 5 mg/kg
pakan kering atau 500 mg/kg air susu atau air akan membahayakan ternak. Daerah yang kaya
Se di Amerika Serikat menyebabkan penyakit kronis yang secara lokal disebut alkali disease
dan bluid staggen. Tanda-tandanya meliputi kusut, tulang persendian yang kaku, rontok bulu
ekor dan gumba serta deformitas kuku. Konsumsi Se yang tinggi menyebabkan keracunan
yang akut diikuti kegagalan respirasi.

Di daerah yang seleniferous, induk hendaknya diberi 1-2 mg Se /ekor/hari (dengan


pemberian 20 gr garam mineral mikro mengandung 20 ppm Se untuk memasok 1 mg Se/hari).
Beberapa cara untuk meningkatkan konsumsi Se :
- Pemberian Se dalam campuran mineral yang diberikan secara free choice.
- Pemupukan dengan Se
- Pemberian Se dengan injeksi
- Pemberian pellet Se
- Pemberian garam dengan supplementasi Se dan cara praktis untuk mencegah WMD.

VII-19
2.3.10. Flour (F)

Peranan F dalam mencegah caris gigi. Kebanyakan tanaman mempunyai


keterbatasan daam menyerap F dari tanah dan tingkat F normal di padang rumput 2-16 mg/kg
BK. Serelia dan biji-bijian yang lain biasanya hanya mengandung 1-3 mg/kg BK.
Flour (F) adalah unsure yang sangat toksik, dalam ransum dengan tingkat 20 mg/kg
BK menyebabkan fluorosis yaitu gigi-gigi menjadi berlubang dan rusak sampai cavum
pulpanya terbuka selanjutnya gigi-gigi tersebut peka terhadap air dingin. Nafsu makan
menurun, pertumbuhan lambat, tulang dan persendian abnormal. Sumber bahaya umum dari
unsure ini adalah air dan hijauan yang terkontaminasi dari debu dan polusi industry. Fluorosis
yang kronis pada sapi, domba dan kuda terjadi di bagian Afrika Utara disebut darmous yang
disebabkan oleh kontaminasi air dan hijauan dengan debu batuan fosfat yang mengandung
flour. Unsure ini banyak segi negatifnya apabila dibandingkan sifat esensialnya.
Batu fosfat yang mengandung 3,5-4,0 persen F dapat menimbulkan keracunan
apabila digunakan sebanyak 1 persen dalam ransum. Kandungan F dalam ransum sapi tidak
boleh lebih dari 100 mg/kg untuk sapi yang digemukkan dan tidak boleh dari 40 mg/kg untuk
sapi yang dikembangbiakkan. Ternak domba dapat mengkonsumsi 150 ppm F dalam bahan
kering ransum, dengan dosis 200 ppm F dapat menimbulkan keracunan. Fluorosis kronis
ditandai dengan:

- Air minum yang berkadar Flourin tinggi (3-15 ppm atau lebih).
- Mengkonsumsi campuran mineral yang mengandung flour secara terus-menerus.
- Ternak yang digembalakan pada padang rumput yang terkontaminasi dengan asap atau
debu flour.
Dalam keadaan tanah asam, penyerapan F oleh tanaman meningkat.

Tingkat keracunan flourin dipengaruhi oleh:

1. Jumlah dan lama terkonsumsi, ternak sapi laktasi dapat mentolerir 30 ppm fluorine tanpa
gangguan, 50 ppm dapat menyebabkan fluorosis dalam jangka waktu 3-5 tahun.
2. Kelarutan flourin yang terkonsumsi
3. Umur ternak
4. Status nutrisi, dalam keadaan undernutrisi akan mempercepat terjadinya fluorosis
5. Pengaruh individu
VII-20
6. Spesies, sapi lebih sensitive terhadap flourin dibandingkan ternak lainnya yang
digembalakan.

Lain-lain

Manfaat beberapa elemen antara lain Cr, Br, Va, Al, Ni, As dan Pb pada ruminansia
sampai saan ini masih belum diketahui. Dalam ransum normal, kebutuhan Cr kemungkinan
besar sudah terpenuhi karena kebutuhannya sangat sedikit dan sudah terdapat dengan
sendirinya dalam ransum.

2.4. Rangkuman
Mineral merupakan komponen yang harus ada (esensial) untuk terjadinya
metabolisme yang sempurna. Mineral yang esensial sebagai zat gizi dibagi dalam 2 kategori,
yaitu unsur-unsur makro nutrient (>0,005 % berat badan) dan unsur-unsur mikro nutrient
(<0,005 % berat badan) atau dapat pula mineral digolongkan menjadi 2 kelas yaitu makro dan
mikro mineral. Mineral ini diperlukan sebagai koenzim yang membantu terjadinya reaksi
kimia.

3. Penutup

3.1. Test Formatif


1. Salah satu fungsi mineral adalah sebagai bahan cairan dan jaringan tubuh.Jelaskan pernyataan
tersebut.
1. Jelaskan peranan mineral dalam proses metabolisme!
.
3.2. Jawaban Test Formatif.
1. Fungsi mineral sebagai elektrolit dalam mempertahankan tekanan osmose, kesetimbangan
asam dan basa, permeabilitas membrane dan iritabilitas jaringan : Na, K, Cl, Ca dan Mg
dalam darah, cairan serebrospinal dan cairan lambung dapat dijadikan contoh fungsi-fungsi
diatas. Yang mengatur tekanan osmose dan pengaruh elektrokimia yaitu Na, Ca, K, dan Cl.
Unsur-unsur ini berada dalam jaringan terutama berada dalam bentuk ion dengan konsentrasi
tinggi sesuai dengan kedua fungsinya untuk pertumbuhan sel.

VII-21
2. Mengatur keseimbangan asam basa, tekanan osmosa membran, beberapa diantaranya
merupakan konstituen pembentukan jaringan tubuh. Secara tidak langsung, mineral banyak
yang berperan dalam proses pertumbuhan. Perlu dijelaskan disini bahwa peran mineral dalam
tubuh kita berkaitan satu sama lainnya, dan kekurangan atau kelebihan salah satu mineral
akan berpengaruh terhadap kerja mineral lainnya.

4. Daftar Pustaka

Harper. 1995. Biokimia. Edisi ke-22. Diterjemahkan Andy Hartono. Penerbit Buku Kedokteran,
EGC. Jakarta.
.
Lehninger, A. L. 1990. Dasar-dasar Biokimia, Jilid I. Penerbit Airlangga.

Mathew C.K., dan Van Holde K.E. 1991. Biochemistry. The Benjamin/Cumming
Publishing Compony, Inc. San Juan.

Page, D. S. 1985. Prinsip-prinsip Biokimia. Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh R. Soendoro.


Penerbit Airlangga.
Poedjiati, A dan F.M.T. Supriyanti. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Edisi Revisi. Penerbit
Universitas Indonesi

5. Senarai.
Metaloenzim = Senyawa atau protein yang mengandung unsure anorganiksebagai komponen di
dalam molekulnya.

VII-22

Anda mungkin juga menyukai