Analisah Mineral
Analisah Mineral
PENDAHULUAN
Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh
manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa.
Besi mempunyai beberapa fungsi di dalam tubuh sebagai alat angkut oksigen dari
paru-paru ke jaringan tubuh. 1
Dalam tubuh, kalium berperan dalam metabolisme sel dan fungsi sel saraf.
1
Konsentrasi kalium yang terlalu tinggi atau terlalu rendah bisa menyebabkan
masalah yang serius, seperti irama jantung yang abnormal atau denyut jantung
berhenti. Kalium yang disimpan di dalam sel membantu memelihara konsentrasi
kalium dalam darah tetap konstan. Keseimbangan kalium dijaga dengan
menyesuaikan jumlah asupan kalium dalam makanan dan jumlah kalium yang
dibuang. 3
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui analisis kualitatif kandungan mineral pada sampel bahan
makanan
1.3. Manfaat praktikum
Agar bisa mengetahui analisis kualitatif kandungan mineral pada sampel
bahan makanan
2
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
Magnesium merupakan mineral makro yang sangat penting. Sekitar 70% dari
total Mg dalam tubuh terdapat dalam tulang atau kerangka (Underwood, 1981),
sedangkan 30% lainnya tersebar dalam berbagai cairan tubuh dan jaringan lunak
(Tillman et al., 2003). Mg dibutuhkan oleh sebagian besar sistem enzim, berperan
dalam metabolisme karbohidrat dan dibutuhkan untuk memperbaiki fungsi sistem
saraf (Perry et al., 200 ). Selain itu Mg berperan penting untuk sintesis protein,
asam nukleat, nukleotida, dan lipid. 6 Jika mineral Mg yang diberikan pada ternak
3
kurang maka akan menyebabkan iritabilitas syaraf, convulsion, dan
hypomagnesaernia. Namun, jika berlebih juga tidak baik untuk ternak, karena
akan menyebabkan ekskreta basah. 6
Mineral Cu adalah salah satu mineral yang sering dilaporkan defisien pada
ternak ruminansia. Menurut McDowell (1992), defisien Cu dapat menyebabkan
diare, pertumbuhan terhambat, perubahan warna pada rambut dan rapuh serta
mudah patahnya tulang-tulang panjang. Defisiensi sekunder mineral mikro sering
dialami oleh ternak ruminansia walaupun ternak diberi suplemen mineral dalam
jumlah yang mencukupi kebutuhan. 9
Lebih dari 90% Fe yang terdapat dalam tubuh terikat pada protein dan
terutama pada hemoglobin darah mengandung Fe sebanyak 0,34%. Fe juga
terdapat dalam mioglobin, hati, limpa dan tulang. Fe dalam serum darah terdapat
dalam bentuk non hemoglobin yang disebut transferrin atau siderophilin. Pada
individu normal hanya 30-40% transferrin yang membawa Fe, dalam keadaan
normal plasma darah mengandung 240 – 480 mcg% ; pada sapi dewasa 130 – 140
mcg%. 5
Fungsi Fe yang penting adalah untuk absorpsi dan transport O2 ke dalam sel-
sel, Fe juga merupakan komponen yang aktif dari beberapa enzim yaitu sitokrom
perioksidase dan katalase. Selain itu Fe berfungsi sebagai mediator proses–proses
4
oksidasi. 19
Mineral merupakan zat anorganik yang bukan terdiri dari unsur kimia karbon,
hidrogen, oksigen dan nitrogen. Berdasarkan pada konsentrasi mineral di dalam
tubuh ternak atau jumlah yang dibutuhkan dalam ransum ternak diklasifikasikan
menjadi mineral makro dan mikro. Secara normal, konsentrasi mineral mikro
dalam tubuh ternak tidak lebih dari 50 mg/kg dan kebutuhan dalam ransum
kurang dari 100 mg/kg ransum. Berdasarkan kegunaannya dalam aktifitasnya
hidup, mineral dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu golongan essensial dan non
essensial. 16
BAB III
5
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
Gelas ukur
Erlemeyer
Gelas arloji
Rak tabung
tabung reaksi
pipet
3.2 Bahan
Sampel susu
Kacang garam
Ammonium oksalat
Asam asetat
HCL
Benjidin
H2O2
Aquades
3.3 Prosedur kerja
6
Ditambahkan 1ml
Pindahkan endapan
Ditambahkan 1ml
Asam asetat 2%
7
Pindahkan endapan
Ditambahkan 1ml
Asam klorida 2%
8
BAB IV
4.2 Pembahasan
Susu merupakan sumber kalsium yang paling baik dan merupakan penyumbang
kalsium terbesar dari konsumsi kalsium harian. 12
Susu kedelai dikenal sebagai susu alternatif pengganti susu sapi. Cahyadi (2009),
sebagai minuman susu kedelai tidak mengandung kolesterol, lemak jenuhnya dalam
100 g sangat rendah yakni 2,0 g dan mengandung pitokimia, yaitu senyawa dalam
bahan pangan yang mempunyai khasiat kesehatan. Susu kedelai mempunyai protein
yang cukup tinggi yaitu 3,5 g dalam 100 g. Protein kedelai merupakan satu-satunya
protein dari jenis kacang-kacangan yang mempunyai susunan asam amino esensial
paling lengkap, asam amino tersebut tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga harus
dikonsumsi dari luar. 2
Susu kedelai adalah cairan hasil ekstraksi protein biji kedelai dengan
menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan
mengandung tinggi protein nabati, rendah lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin.
Susu kedelai tidak mengandung laktosa atau gula susu, sehingga dapat diminum
dengan aman bagi anak-anak maupun dewasa yang tidak tahan terhadap laktosa pada
susu sapi. 7
9
Sumber utama kalsium dalam makanan terdapat pada susu dan hasil olahannya.
Seperti keju atau yougurt. Sumber kalsium kalsium yang berasal yang berasal dari
hewani seperti susu, udang, kuning telur, daging sapi, sarden, ikan yang dimakan
dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik. Sumber
kalsium yang berasal dari nabati uialah sereal, kacang-kacangan juga hasilnya seperti
tahu dan tempe, dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga. Tetapi
ada pula ada pula bahan makanan yang mengandung banyak zat yang menghambat
penyerapan kalsium seperti serat, fitat, dan oksalat. 1
Kalsium merupakan unsur pentinguntuk kekuatan tulang dan gigi dan terdapat
banyak pada sayuran berdaunhijau atau kacang-kacangan. Bahan makanan yang
mengandung kalsiumsalah satu diantaranya adalah susu kedelai. Dan susu kedelai
sendiri merupakan bahan pangan yang mudah didapatkan diberbagai tempat.
Dalam penelitian ini dilakukan penelitian tentang kadar kalsium pada susu
kedelai yang dijual bebas di alfamart. Untuk menentukan kadar kalsium dalam susu
kedelai tersebut maka dilakukan analisis uji kualitatif yang bertujuan untuk
mengetahui lebih jelas ada tidaknya kandungan kalsium dalam bahan makanan
tersebut.
10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
sampel susu kedelai tersebut tidak mengandung Kadar kalsium (Ca), karena tidak
terjadinya endapan pada saat ditambahkan larutan hidroxid.
5.2 Saran
Disarankan untuk melakukan penelitian kadar kalsium yang terdapat pada susu
kedelai dengan merek yang berbeda.
11
DAFTAR PUSATAKA
1. Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. Halaman 228-229, 233-237, 246-247
2. Astawan, M. (2004). Sehat Bersama Aneka Serat Pangan Alami. Tiga Serangkai:
Solo.
3. Ali, I. (2006). Mengatasi Gangguan pada Telinga dengan Tanaman Obat.
Cetakan Pertama. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka. Halaman 36.
4. Baliwati, Y. F., Khomsan, A dan Dwiriani, C. M. (2010). Pengantar Pangan dan
Gizi. Cetakan III. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 56.
5. Church, D. C. 1991. The Ruminal Animal : Digestive, Physiology and Nutrition.
Volume 2. Prentice Hall, New Jersey.
6. Girindra, A. 1998. Biokimia Patologi Hewan. Pusat Antar Universitas. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
7. Hartoyo, B. (2005). Perbaikan Mutu Susu Kedelai di dalam Botol. Bandung:
Departemen Perindustrian.s
8. Kardaya, D. 2000. Pengaruh suplementasi mineral organik (Zn-Proteinat, Cu-
Proteinat) dan amonium molibdat terhadap performans domba lokal. Tesis.
Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
9. Kardaya, D., Supriyati, Suryahadi, dan T Toharmat. 2001. Pengaruuh
suplementasi Zn-Proteinat, Cu-Proteinat dan amonium molibdat terhadap
performans domba lokal. Media Peternakan, 24 (11) : 1-9
10. Linder, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Dengan pemakaian
secara klinis. Terjemahan. A. Parakkasi. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
11. Lloyd, L.E., B.E. McDonald and E.W. Crampton. 1978. Fundamental of
Nutrition.2nd Edition. W.H. Freeman and Company. San Francisco.
12. Mann, J dan Truswell, A, S. 2002. Essentials of Human Nutrition. Oxford
University Press. New York
13. Miller, J. K., N. Ramsey and F. C. Madson. 1998. The Trace Elements. In :
12
Church, D. C. (Ed). The Ruminal Animal : Digestive, Physiology and
Nutrition. Prentice Hall, New Jersey.
14. McDowell, L. R. 1992. Mineral in Animal and Human Nutrition. Academic
Press, INC, San Diego.
15. Nugroho. 1986. Penyakit Kekurangan Mineral pada Sapi. Penerbit Eka Offset.
Semarang.
16. Parakkasi, A. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogarstrik Vol IB .
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta.
17. Perry, T. W., A. E. Cullison and R.S. Lowrey. 2003. Feeds and Feeding. Sixth
Edition. Pearson Education, Inc., Upper Saddle River, New Jersey.
18. Piliang, W. G. 2002. Nutrisi Mineral. Edisi Kelima. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
19. Tillman, A. D., H. Hartadi, S Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S.
Lebdosukujo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Ke- 6. Fakultas
Peternakan. Universitas Gajah Mada. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
20. Underwood, E. J. 1981. The Mineral Nutrition of Livestock. Second Edition.
Commonweath Agricultural Bureaux, London.
21. Underwood, E. J. and N. F. Suttle. 1999. The Mineral Nutrition of Livestock.
Third Edition. CABI Publishing, London.
22. Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka
13
LAMPIRAN
14