PENDAHULUAN
I.1.
Kompetensi Percobaan
Mahasiswa mampu menentukan kesadahan total, kesadahan permanen dan kesadahan
I.2.
Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu:
Membuat larutan baku primer dan sekunder untuk titrasi kompleksometri;
Melakukan titrasi kompleksometri dan mengamati perubahan yang terjadi pada akhir
titrasi;
Menghitung kesadahan total, kesadahan permanen dan kesadahan temporer dari air.
I.3.
Tinjauan Pustaka
Senyawa ini memiliki banyak kation dengan membentuk kompleks dengan perbandingan
1 : 1 dengan beberapa valensinya:
M2+ + (H2Y)= (MY)2- + 2 H+
M3+ + (H2Y)= (MY)- + 2 H+
M4+ + (H2Y)= (MY) + 2 H+
Karena pada titrasi kompleksometri ini berkaitan dengan titrat dan titran yag saling
mengkompleks, maka hasil reaksi dari titrasi ini adalah reaksi yang kompleks pula.
Contoh reaksi titrasi kompleksometri:
Ag+ + 2 CN- =Ag(CN)2
Hg2+ + 2Cl- =HgCl2
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan
pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi.
Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam,
sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral.
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ionion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi
kompleks biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi
kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat,
disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :
Ion sianida akan membentuk senyawa kompleks perak-sianida bila direaksikan dengan ion perak,
sedangkan dengan ion nikel membentuk nikel-sianida. (Rival, 1995).
Penggunaan bahan pengkelat sebagai titran dapat digunakan untuk menghindari kesulitan
yang timbul dari kompleks yang lebih rendah. Secara efektif, senyawa kompleks yang stabil
dapat dibentuk dari bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen.
Keunggulan dari EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni,
selalu membentuk senyawa kompleks ketika direaksikan dengan ion logam dan digunakan baik
sebagai bahan yang dianalisis maupun sebagai bahan untuk standardisasi. Keuntungan EDTA
inilah yang membuat syarat-syarat untuk titasi telah terpenuhi dengan baik jika menggunakan
EDTA. Pada percobaan ini, kita menstandarisasi EDTA dengan menggunakan larutan standar
ZnSO4. (Harjadi, 1993).
Faktor-faktor yang membuat EDTA dapat dikatakan ampuh sebagai pereaksi titrimetri
antara lain:
1) Selalu membentuk kompleks ketika direaksikan dengan ion logam, 2) Kestabilannya dalam
membentuk kelat sangat konstan sehingga reaksi berjalan sempurna (kecuali dengan logam
alkali), 3) Dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam,4) telah dikembangkan
indikatornya secara khusus, 5) mudah diperoleh bahan baku primernya, dan 5) dapat digunakan
baik sebagai bahan yang dianalisis maupun sebagai bahan untuk standardisasi.
Faktor-faktor inilah yang membuat syarat-syarat untuk titrasi telah terpenuhi dengan baik
jika menggunakan EDTA.
(Wikipedia Foundation, 2014).
I.3.3. Indikator
Indikator adalah senyawa organik atau anorganik yang digunakan dalam titrasi untuk
menentukan titik akhir. Beberapa syarat suatu indikator ion logam agar dapat digunakan sebagai
tanda dari titik akhir titrasi adalah :
1. Warna reaksi setelah dan sebelum titrasi harus berbeda agar saat semua ion logam telah
berkompleks dengan EDTA, perubahan warna dapat terlihat dengan jelas dan tajam.
2. Reaksi warna haruslah spesifik (khusus), atau setidaknya selektif.
3. Kompleks-indikator logam harus memiliki kestabilan yang cukup agar perubahan warna
dapat terlihat dengan jelas karena disosiasi.
4. Kompleks-indikator logam harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk
menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleksindikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat.
5. Kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus berbeda
sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap
pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen.
(http://satupenghubung.blogspot.com/2013/12/titrasi-kompleksometri.html, 25 Maret
2014)
2. Murexide
Merupakan indikator yang sering digunakan untuk titrasi Ca2+, pada pH=12.
3. Jingga Xylenol
Kompleks dengan logam memberikan warna merah.
4. Calmagite
5. Tiron
6. Violet cathecol
(http://pharmacyindonesia.blogspot.com/2012/01/titrasi-kompleksometri.html, 22 Maret 2014)
Indikator yang sering digunakan dalam titrasi kompleksometri yaitu Eriochrome Black T
(EBT). Eriochrome Black T merupakan indikator kompleksometri dan merupakan zat warna azo.
Eriochrome Black T ini berwarna biru namun ketika membentuk kompleks dengan kalsium,
magnesium atau ion logam lainnya akan berubah warna menjadi merah anggur.
Selain itu juga terdapat indikator-indikator lain seperti yang tertera pada tabel I.1.
Tabel I.1 Indikator Titrasi Kompleksometri (Wikipedia Foundation, 2014 )
No
1.
2.
Nama
Indikator
Eriochrome
Black T
Struktur Molekul
C20H12N3O7SNa
Xylenol
orange
Massa
Molar
461.381
g/mol
672.67
C31H32N2O13S
g/mol
Gambar Molekul
3.
4.
5.
Murexide
284.19
C8H8N6O6
g/mol
Fast Sulphon
Black F
Calcein
708.695
C31H32N2O13S
622.55
C30H26N2O13
g/mol
Hydroxy6.
naphthol blue
g/mol
620.463
C20H11N2Na3O11S3
g/mol
E.Merck, 1974
EPA, 1974
Ppm CaCO3
Ppm CaCO3
04
0 71
0 60
48
71 142
0 75
Ppm CaCO3
1.
Sangat lunak
2.
Lunak
3.
Agak sadah
60 120
8 18
142 320
75 150
4.
Sadah
120 180
18 30
320 534
150 300
5.
Sangat sadah
> 180
> 30
> 534
> 300
I.3.5
Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Larutan baku berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi
sebagai alat ukur volume larutan baku yang dapat dikatakan analitis dan cukup akurat karena
pengukurannya di dalam buret. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya,
diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer. Larutan
baku memiliki 2 jenis yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder :
a. Larutan baku primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara
tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan
konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan
sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam
volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Syarat-syarat larutan baku primer :
Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120
derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat
dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan air-permukaan
dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)
Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan
bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi
karbondioksida.
Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan
tertentu.
Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang besar.
Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung.
10
11
12