Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Kimia Industri 1

Kompleksiometri

Oleh :
Kelompok 9B : Muhammad Faishal Syarif (10411910000010)
Ridha Kurnia Putri (10411910000024)
Unieka Miro’atul Insana (10411910000058)
Muhammad Dimas Hafani (10411910000060)
Jurusan/Program Studi : Teknologi Rekayasa Kimia Industri
Tanggal percobaan : 8 Oktober 2019
Minggu ke- : II
Dosen Pengampu : Elly Agustiani
Asisten Laboratorium : Dwi Alfaridzi

Laboratorium Kimia Industri Departemen Teknik Kimia Industri Fakultas


Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hal mendasar yang harus diketahui adalah defenisi dari titrasi kompleksometri. Titrasi
kompleksometri adalah suatu titrasi pembentukan senyawa kompleks yang dimana menggunakan
indikator logam dan larutan baku kompleks yang dimana untuk menentukan kemurnian atau kadar
suatu logam.

Dalam kimia farmasi kuantitatif untuk zat-zat anorganik yang mengandung ion-ion logam
seperti aluminium, bismut, magnesium dan zink dengan cara kompleksometri. Dimana kita akan
menentukan kemurnian atau kadar daripada salah satu logam tersebut yang dilakukan dengan cara
titrasi kompleksometri.

Kompleks yang terbentuk dari suatu reaksi ion logam, yaitu kation dengan suatu anion atau
molekul netral. Ion logam didalam kompleks disebut atom pusat dan kelompok yang terikat pada atom
pusat disebut ligan. Jumlah ikatan terbentuk oleh atom logam pusat disebut bilangan koordinasi dari
logam. Dari komlpeks diatas perak merupakan atom logam dengan hilangan koordinasi dua, dan
sianidanya merupakan ligannyaReaksi membentuk kompleks dapat dianggap sebagai asam-basa lewis
dengan ligan bekerja sebagai basa dengan memberikan sepasang elektron, kepada kation yang
merupakan suatu asam.

Dalam penentuan ion-ion logam secara titrasi kompleksometri umumnya digunakan III (EDTA)
sebagai zat pembentuk kompleks khelat dimana EDTA bereaksi dengan ion logam yang polivalen
seperti Al3+, Bi3+, Ca2+, Cu2+ membentuk senyawa atau kompleks khelat yang stabil dan larut dalam
air.

Keuntungan dari metode kompleksometri adalah waktu pengerjaannya lebih sederhana


dibandingkan gravimetri dan spektrometer. Sedangkan kerugiannya adalah penentuan titik akhir susah
ditentukan, karena sangat dipengaruhi oleh pH dan bahan yang digunakan cukup banyak dibandingkan
dengan metode lain yaitu larutan bak, indikator, larutan dapar, dan larutan asam atau basa.

Adapun yang melatar belakangi dilakukannya percobaan ini karena didalam bdang
farmasi jika kita ingin menentukan suatu senyawa obat maka kita harus mengetahui senyawa-
senyawa yang ada salah satunya senyawa kompleks yang dimana kita harus mengetahui
kelarutannya, faktor-faktor yang mempengaruhinya dan lain-lain sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses standarisasi larutan EDTA?
2. Bagimana cara mengukur kesadahan air?
3. Bagaimana cara menentukan baku mutu air bersih?
4. Bagaimana cara menentukan baku mutu air minum?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses standarisasi larutan EDTA.
2. Untuk mengetahui cara mengukur kesadahan air.
3. Untuk mengetahui cara menentukan baku mutu air bersih.
4. Untuk mengetahui cara menentukan baku mutu air minum.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Kompleksiometri


Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion
kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana
titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang
kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi
kompleksometri :
Ag+ + 2 CN– Ag(CN) 2Hg2+ + 2Cl– HgCl2 (Khopkar, 2002).
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan
pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi.
Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam,
sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-
ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi
komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi
kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat,
disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :M(H2O)n +
L = M(H2O)(n-1) L + H2O (Khopkar, 2002).
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu
jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat
berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya
atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi permolekul,
misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang
mempunyai dua atom nitrogen – penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul.
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion
logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam,
dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang
menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan
tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam
larutan tersebut.
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr, dan Ba dapat
dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator
yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna
yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator
metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol violet;
xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan
calcein blue.
Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan kimia adala ion
sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks yang mantap dengan ion perak
dan ion nikel. Dengan ion perak, ion sianida membentuk senyawa kompleks perak-sianida,
sedagkan dengan ion nikel membentuk nikel-sianida. Kendala yang membatasi pemakaian-
pemakaian ion sianoida dalam titrimetri adalah bahwa ion ini membentuk kompleks secara
bertahap dengan ion logam lantaran ion ini merupakan ligan bergigi satu.
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda
tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada
pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum
titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan
berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif.
Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena
disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu
harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir,
EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA
harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator
logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion
logam sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir,
penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan
indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA
dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+dengan indikator murexide.
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan
bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun
nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan
berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam
keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri.
Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu
misalnya dengan menggunakan larutan kadmium.
Reaksi-reaksi yang melibatkan pembentukan kompleks dipergunakan oleh kimiawan dalam
prosedur titrimetrik maupun gravimetrik. Molekul yang bertindak sebagai ligan biasanya
memiliki atom elektronegatif, misalnya nitrogen, oksigen, atau salah satu dari halogen. Ligan
yang hanya mempunyai sepasang electron tak dipakai bersama, misalnya NH3, dikatakan
unidentat.Ligan yang mempunyai dua gugus yang mampu membentuk dua ikatan dengan atom
sentral dikatakan bidentat. Suatu contoh adalah etilendiamin (NH2CH2CH2NH2) dengan kedua
atom nitrogen mempunyai pasangan electron tak terpakai bersama. Ion tembaga (II) membentuk
kompleks dengan dua molekul etilendiamin seperti berikut:
Cincin heterosiklik terbentuk oleh interaksi suatu ion logam dengan dua atau lebih gugus
fungsional dalam ligan dinamakan cincin khelat; molekul organiknya pereaksi pembentuk khelat,
dan kompleksnya dinamakan khelat atau senyawa khelat. Penggunaan analitik didasarkan pada
penggunaan pereaksi khelat sebagai titran untuk ion-ion logam telah menunjukan pertumbuhan
menarik.
Kompleksometri merupakan metoda titrasi yang pada reaksinya terjadi pembentukan larutan
atau senyawa kompleks dengan kata lain membentuk hasil berupa kompleks. Untuk dapat
dipakai sebagai dasar suatu titrasi, reaksi pembentukan kompleks disamping harus memenuhi
persyaratan umum titrasi, maka kompleks yang terjadi harus stabil. Titrasi ini biasanya
digunakan untuk penetapan kadar logam polivalen atau senyawanya dengan menggunakan
Na2EDTA sebagai titran pembentuk kompleks.
1. Logam Ligan Kompleks Bilangan
2. Ko. logam Geometri Reaktivitas
3. Ag+ NH3 Ag(NH3)2+ 2 Liniar Labil
4. Hg2+ Cl- HgC12 2 Liniar Labil
5. Cu2+ NH3 Cu(NH3)42+ 4 Tetrahedral Labil
6. Ni2+ CN- Ni(CN)42- 4 Persegi planar Labil
7. Co2+ H2O CO(H2O)62+ 6 Oktahedral Labil
8. Co3+ NH3 Co(NH3)63+ 6 Oktahedral Inert
9. Cr3+ CN- Cr(CN)63- 6 Oktahedral Inert
10. Fe 3+ CN- Fe(CN)63- 6 Oktahedral Inert
Hanya beberapa ion logam seperti tembaga, kobal, nikel, seng, cadmium, dan merkuri (II)
membentuk kompleks stabil dengan nitrogen seperti amoniak dan trine. Beberapa ion logam lain,
misalnya alumunium, timbale, dan bismuth lebih baik berkompleks dengan ligan dengan atom
oksigen sebagai donor electron. Beberapa pereaksi pembentuk khelat, yang mengandung baik
oksigen maupun nitrogen terutama efektif dalam pembentukan kompleks stabil dengan berbagai
logam. Dari ini yang terkenal ialah asam etilen-diamintetraasetat, kadang-kadang dinyatakan
asam etilendinitrilo, dan sering disingkat sebagai EDTA :
Kilon praktis telah membuat suatu revolusi pada kimia analitik dari banyak unsur logam dan
merupakan hal yang sangat penting dalam banayak lapangan. Reaksi pengkomplekan dengan
suatu ion logam, melibatkan penggantian satu molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi
dengan gugus-gugus nukleofilik lain, gugus yang terikat oleh pada ion pusat disebut ligan. Ligan
dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan, ligan dapat dengan baik
diklasifikasi atas dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam. Ligan sederhana seperti ion-ion
halide atau molekul-molekul H2O atau NH3 adalah monodentat, yaitu ligan yang terikat pada
ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan atau pasangan elektron kepada logam, bila
ion ligan itu mempunyai dua atom, maka molekul itu mempunyai dua atom penyumbang untuk
membentuk dua ikatan koordinasi dengan ion logam yang lama, ligan itu disebut bidentat. Ligan
multidental mempunyai lebih dari dua atom koordinasi per molekul, kestabilan termodinamik
dari satu spesi merupakan ukuran sejati di mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain
pada kondisi tertentu, jika sistem itu dibiarkan mencapai kesetimbangan.
Ikatan pada EDTA, yaitu ikatan N yang bersifat basa mengikat ion H+ dari ikatan karboksil
yang bersifat asam. Jadi dalam bentuk Ianitan pada EDTA ini terjadi reaksi intra molekuler
(maksudnya dalam molekul itu sendiri), maka rumus senyawa tersebut disebut "zwitter ion".
EDTA dijual dalam bentuk garam natriumnya, yang jauh lebih mudah larut daripada bentuk
asamnya.
Reaksi pengkompleksan dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian satu molekul
pelarut atau lebih yang terkoordinasi dengan gugus-gugus nukleofilik lain, gugus yang terikat
oleh pada ion pusat disebut ligan. Ligan dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion
bermuatan, ligan dapat dengan baik diklasifikasi atas dasar banyaknya titik lekat kepada ion
logam. Ligan sederhana seperti ion-ion halide atau molekul-molekul H2O atau NH3 adalah
monodentat, yaitu ligan yang terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan
atau pasangan elektron kepada logam, bila ion ligan itu mempunyai dua atom, maka molekul itu
mempunyai dua atom penyumbang untuk membentuk dua ikatan koordinasi dengan ion logam
yang sama, ligan itu disebut bidentat. Ligan multidentat mempunyai lebih dari dua atom
koordinasi per molekul, kestabilan termodinamik dari satu spesi merupakan ukuran sejauh mana
spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi tertentu, jika sistern itu dibiarkan
mencapai kesetimbangan
Ligan dapat berupa suatu senyawa organik seperti asam sitrat, EDTA, maupun senyawa
anorganik seperti polifosfat. Untuk memperoleh ikatan metal yang stabil, diperlukan ligan yang
mampu membentuk cincin 5-6 sudut dengan logam misalnya ikatan EDTA dengan Ca. Ion
logam terkoordinasi dengan pasangan electron dari atom-atom N-EDTA dan juga dengan
keempat gugus karboksil yangh terdapat pada molekul EDTA. Ligan dapat menghambat proses
oksidasi, senyawa ini merupakan sinerjik anti oksidan karena dapat menghilangkan ion-ion
logam yang mengkatalisis proses oksidasi.

2.2 Macam-Macam Titrasi EDTA


Titrasi secara khelatometri telah dilakukan dengan baik terhadap semua kation biasa. Jenis-jenis
titrasinya adalah :
a. Titrasi Langsung
Titrasi ini dapat dilakukan terhadap sedikitnya 25 kation dengan menggunakan indikator logam.
Pereaksi pembentukan kompleks, seperti sitrat dan tartrat, sering ditambahkan untuk pencegahan
endapan hidroksida logam. Buffer NH3-NH4Cl dengan pH 9 sampai 10 sering digunakan untuk
logam yang membentuk kompleks dengan amoniak.
b. Titrasi Kembali
Titrasi ini digunakan apabila reaksi antara kation dengan EDTAlambat atau apabila indicator
yang sesuai tidak ada. EDTA berlebih ditambahkan berlebih dan yang bersisa dititrasi dengan
larutan standar Mg dengan menggunakan calmagnite sebagai indicator. Kompleks Mg-EDTA
mempunyai stabilitas relative rendah dan kation yang ditentukan tidak digantikan dengan
magnesium. Cara ini dapat juga untuk menentukan logam dalam endapan, seperti Pb di dalam
PbSO4 dan Ca dalam CaSO4.
c. Titrasi Substitusi
Titrasi ini berguna bila tidak ada indicator yang sesuai untuk ion logam yang ditentukan. Sebuah
larutan berlebih yang mengandung kompleks Mg-EDTA ditambahkan dan ion logam, misalnya
M2+, menggantikan magnesium dari kompleks EDTA yang relative lemah itu.
d. Titrasi Secara Tidak Langsung
Titrasi ini beberapa jenis telah dilaporkan, antara lain penentuan sulfat dengan menambahkan
larutan baku barium berlebihan dan menitrasi kelebihan tersebut dengan EDTA. Juga pospat
sudah ditentukan setelah pengendapan sebagai MgNH4PO4 yang tidak terlalu sukar larut lalu
menitrasi kelebihan Mg.
e. Titrasi Alkalimetri
Dengan menambahkan larutan Na2H2Y berlebihan kepada larutan analat yang bereaksi netral.
Ion hydrogen yang dibebaskan dititrasi dengan larutan baku basa.

2.3 Jenis Indikator untuk Titrasi EDTA


Indikator logam adalah suatu indicator terdiri dari suatu zat yang umumnya senyawa organic
yang dengan satu atau beberapa ion logam dapat membentuk senyawa kompleks yang
warnanuya berlainan dengan warna indikatornya dalam keadaan bebas. Warna indicator asam
basa akan tergantung, pada pH larutannya, sedangkan warna indicator logam sampai batas
tertentu bergantung pada pM. Oleh karena itu indicator logam sering disebut sebagai "pM-
slustive indicator" atau metalochrome-indikator.
Beberapa macam indicator logam yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Eriochrome Black – T
2. Murexide
3. Xylanol Orange (XO)
4. Calmagnite
5. Arsenazo I
6. NAS
7. Pyrocatechol Violet
8. Calcon

2.4 Pengertian Kesadahan Air, Baku Mutu Air Bersih, dan Air Minum
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion
kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras
adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar
mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa
merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana
untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan
menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau
menghasilkan sedikit sekali busa. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per
volume dari CaCO3.
DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM
Kadar Maksimum
No. PARAMETER Satuan yang Keterangan
diperbolehkan
A. FISIKA
1. Bau - - Tidak berbau
2. Jumlah zat padat
terlarut (TDS) mg/L 1.000 -
3. Kekeruhan Skala NTU 5 -
4. Rasa - - Tidak berasa
5. Suhu oC Suhu udara ± 3oC -
6. Warna Skala TCU 15
KIMI
B. A
Kimia
a. Anorganik
1. Air raksa mg/L 0,001
2. Alumunium mg/L 0,2
3. Arsen mg/L 0,05
4. Barium mg/L 1,0
5. Besi mg/L 0,3
6. Fluorida mg/L 1,5
7. Kadnium mg/L 0,005
8. Kesadahan (CaCO3) mg/L 500
9. Klorida mg/L 250
10. Kromium, Valensi 6 mg/L 0,05
11. Mangan mg/L 0,1
12. Natrium mg/L 200
13. Nitrat, sebagai N mg/L 10
14. Nitrit, sebagai N mg/L 1,0
15. Perak mg/L 0,05
Merupakan batas
16. pH - 6,5 – 8,5 minimum
dan maksimum
17. Selenium mg/L 0,01
18. Seng mg/L 5,0
19. Sianida mg/L 0,1
20. Sulfat mg/L 400
21. Sulfida (sebagai H2S) mg/L 0,05
22. Tembaga mg/L 1,0
23. Timbal mg/L 0,05
b. Kimia Organik

1. Aldrin dan Dieldrin mg/L 0,0007


2. Benzena mg/L 0,01
3. Benzo (a) pyrene mg/L 0,00001
4. Chlordane (total
isomer) mg/L 0,0003
5. Coloroform mg/L 0,03
6. 2,4 D mg/L 0,10
7. DDT mg/L 0,03
8. Detergen mg/L 0,05
9. 1,2 Discloroethane mg/L 0,01
10. 1,1 Discloroethene mg/L 0,0003
11. Heptaclor dan
heptaclor epoxide mg/L 0,003
12. Hexachlorobenzene mg/L 0,00001
Gamma-HCH
13. (Lindane) mg/L 0,004
14. Methoxychlor mg/L 0,03
15. Pentachlorophanol mg/L 0,01
Kadar Maksimum
No. PARAMETER Satuan yang Keterangan
diperbolehkan
16. Pestisida Total mg/L 0,10
17. 2,4,6 urichlorophenol mg/L 0,01
Zat organik
18. (KMnO4) mg/L 10
C. Mikro biologik

1. Koliform Tinja Jumlah per 100 0


ml
2. Total koliform Jumlah per 100 0 95% dari sampel yang
ml diperiksa selama setahun.
Kadang-kadang boleh ada
3 per 100 ml sampel air,
tetapi tidak berturut-turut
D. Radio Aktivitas

1. Aktivitas Alpha
(Gross Alpha
Activity) Bq/L 0,1
2. Aktivitas Beta
(Gross Beta Activity) Bq/L 1,0

Keterangan :

mg = miligram
ml = mililiter
L = liter
Bq = Bequerel
NTU = Nephelometrik Turbidity Units
TCU = True Colour Units
DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR BERSIH
Kadar Maksimum
No. PARAMETER Satuan yang Keterangan
diperbolehkan
A. FISIKA
1. Bau - - Tidak berbau
2. Jumlah zat padat
terlarut (TDS) mg/L 1.500 -
Skala
3. Kekeruhan NTU 25 -
4. Rasa - - Tidak berasa
5. Suhu oC Suhu udara ± 3oC -
Skala
6. Warna TCU 50
KIMI
B. A
1. Air raksa mg/L 0,001
2. Arsen mg/L 0,05
3. Besi mg/L 1,0
4. Fluorida mg/L 1,5
5. Kadnium mg/L 0,005
6. Kesadahan (CaCO3) mg/L 500
7. Klorida mg/L 600
8. Kromium, Valensi 6 mg/L 0,05
9. Mangan mg/L 0,5
10. Nitrat, sebagai N mg/L 10
11. Nitrit, sebagai N mg/L 1,0
12. pH - 6,5 – 9,0
Merupakan batas
minimum
dan maksimum, khusus
air
hujan pH minimum 5,5
13. Selenium mg/L 0,01
14. Seng mg/L 15
15. Sianida mg/L 0,1
16. Sulfat mg/L 400
17. Timbal mg/L 0,05
Kimia Organik

1. Aldrin dan Dieldrin mg/L 0,0007


2. Benzena mg/L 0,01
3. Benzo (a) pyrene mg/L 0,00001
4. Chlordane (total
isomer) mg/L 0,007
5. Coloroform mg/L 0,03
6. 2,4 D mg/L 0,10
7. DDT mg/L 0,03
8. Detergen mg/L 0,5
9. 1,2 Discloroethane mg/L 0,01
10. 1,1 Discloroethene mg/L 0,0003
11. Heptaclor dan
heptaclor epoxide mg/L 0,003
12. Hexachlorobenzene mg/L 0,00001
Gamma-HCH
13. (Lindane) mg/L 0,004
14. Methoxychlor mg/L 0,10
15. Pentachlorophanol mg/L 0,01
16. Pestisida Total mg/L 0,10
17. 2,4,6 urichlorophenol mg/L 0,01
Zat organik
18. (KMnO4) mg/L 10
Kadar Maksimum
No. PARAMETER Satuan yang Keterangan
diperbolehkan
C. Mikro biologik
Jumlah per 100 50 Bukan air perpipaan
Total koliform
(MPN) ml
Jumlah per 100 10 Air perpipaan
ml

D. Radio Aktivitas

1. Aktivitas Alpha
(Gross Alpha
Activity) Bq/L 0,1
2. Aktivitas Beta
(Gross Beta Activity) Bq/L 1,0

Keterangan :

mg = miligram
ml = mililiter
L = liter
Bq = Bequerel
NTU = Nephelometrik Turbidity Units
TCU = True Colour Units
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan :
1. Buret
2. Labu ukur 100 ml
3. Erlenmeyer 100 ml
4. Gelas ukur
5. Statif dan Klem
6. Neraca Analitik
7. Pipet Volume
8. Sendok Spatel

Bahan yang digunakan


1. ZNSO4.7H20 X M
2. PH buffer 10 dan 12
3. EBT
4. Na.EDTA x M
5. Murexide-Nacl

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Pembuatan Larutan Baku EDTA x N
1. Menimbang x gram Na2C10H12O8N2.2H2O EDTA (p.a)
2. Melarutkan dengan aquadest hingga homogen.
3. Memindahkan larutan ke dalam labu ukur hingga batas miniskus.
4. Mengocok larutan hingga homogen dan memberi label pada larutan Na2EDTA
x N.

3.2.2 Pembuatan Larutan Buffer pH 10


1. Menimbang 1,179 gram Na2EDTA dan 780 mg MgSO4.7H2O dalam 50 mL
aquadest
2. Melarutkan 16,9 NH4Cl dalam 143 mL NH4OH (Bj = x gr/mL)
3. Mengencerkan dengan aquades hingga volume 250 mL dan mengocok larutan
hingga homogen.

3.2.3 Standarisasi Larutan Baku Na2EDTA x N dengan Kalsium Karbonat (CaCO3)


xN
1. Menimbang x gram Kalsium Karbonat
2. Melarutkan padatan Kalsium Karbonat dengan aquadest hingga homogen.
3. Memindahkan larutan ke dalam labu ukur hingga batas miniskus.
4. Mengocok larutan hingga homogen dan memberi label larutan Kalsium
Karbonat x N.
5. Memipet Larutan Kalsium Karbonat x N sebanyak 10 mL sebagai volume tugas,
masukkan ke dalam Erlenmeyer.
6. Menambahkan ± 3 tetes indikator Erichrome Black-T ke dalam Erlenmeyer.
7. Menitrasikan dengan Na2EDTA yang telah ditentukan Normalitasnya secara
pasti hingga tercapai titik ekuivalen titrasi.
8. Catat volume titrasi larutan Na2EDTA. Dan ulangi proses 5-8 sebanyak dua
kali.

3.2.4 Penentuan kadar sampel dengan titrasi Kompleksiometri


1. Memipet x ml larutan sampel. (Sesuaikan dengan variabel yang diberikan, bisa
diencerkan bisa saja tidak)
2. Memindahkan ke dalam erlenmeyer sebanyak x ml larutan sampel sebagai
volume tugas.

Anda mungkin juga menyukai