Anda di halaman 1dari 26

Bahan Ajar 2 2016

ISOMER KONFORMASI DAN


ISOMER GEOMETRIS

Indikator Pembelajaran

1. Menjelaskan tentang isomer ruang (Stereoisomer)


2. Menjelaskan tentang peranan ikatan sigma senyawa alifatis dalam
keisomeran konformasi
3. Menjelaskan tentang peranan ikatan sigma senyawa siklis baik
yang mono maupun disubstitusi dalam keisomeran konformasi
4. Menjelaskan isomer geometris bentuk cis/trans dan E/Z pada
senyawa yang memiliki ikatan rangkap dua
5. Menjelaskan isomer geometris bentuk cis/trans dan E/Z pada
senyawa yang memiliki ikatan tunggal yang berbentuk siklis
6. Menjelaskan sifat fisika dan kimia senyawa yang memiliki isomer
geometris
7. Menganalisis, mengevaluasi konsep dan menyusun peta konsep
yang terdapat dalam ajar isomer konformasi dan geometeris

1
Bahan Ajar 2 2016

A. Pendahuluan

Stereokimia merupakan suatu kajian tentang aspek-aspek statis dan dinamis


dari bentuk 3-dimensi suatu molekul. Stereokimia merupakan pengetahuan yang
menfasilitasi suatu dasar untuk memahami struktur, mekanisme reaksi, dan produk
sintesis dalam kimia organik. Stereoisomer dapat didefinisikan sebagai berikut:
Stereoisomers are isomers with the same constitution, but differ in the arrangement of their
atoms in space. They may have different physical and chemical properties. Stereoisomers can
be defined further into conformers and configurational isomers. Makna dari pernyataan
tersebut yaitu stereoisomer merupakan isomer yang sama dengan seperti isomer
konstitusi (rangka), namun berbeda dalam susunan atom/gugus atomnya yang
dalam bentuk ruang. Senyawa yang memiliki stereoisomer umumnya memiliki
sifat fisik dan kimia yang berbeda. Stereoisomer dapat didefinisikan lebih lanjut
menjadi konformer dan isomer konfigurasi.

Atom-atom/gugus atom di dalam suatu molekul yang tersusun secara


berbeda dalam orientasi ruangnya, akan memiliki konformasi dan konfigurasi yang
berbeda pula. Seperti senyawa butana dengan rumus molekul C4H10 dengan
struktur molekul CH3CH2CH2CH3 akan memiliki konformasi yang berbeda, butena
dengan rumus molekul C4H8 seperti 2-butena yang memiliki struktur molekul CH3-
CH = CH–CH3 akan memiliki konfigurasi geometris yang berbeda seperti cis-trans,
sedangkan 2-butanol C4H9OH dengan struktur molekul CH 3-CH2-HC*(OH)-CH3
yang memiliki atom C* kiral, dapat membentuk isomer optik (R)-2-butanol atau (S)-
2-butanol.
Berdasarkan kajian dari beberapa literatur, stereoisomer dapat dikelompokan
menjadi tiga kelompok yaitu: isomer konformasi, isomer geometrik dan isomer
optik. Namun demikian ada juga literatur mengelompokan stereoisomer menjadi
dua kelompok yaitu isomer geometrik dan isomer optik sedangkan isomer
konformasi dipisahkan menjadi topik sendiri. Dalam kajian ini stereoisomer
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu isomer konformasi, isomer geometrik
dan isomer optik.

2
Bahan Ajar 2 2016

B. Isomer Konformasi (Conformational Isomers)

Isomer konformasi merupakan isomer yang struktur molekul dan orientasi


ruangnya berbeda akibat dari rotasi di sekitar ikatan tunggal. Rotasi yang terjadi
pada atom karbon dengan hibridisasi sp3. Csp3 – Csp3 akan berotasi sehingga
menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat energinya yang berdampak pada
kestabilan sementara molekul, mekanisme, dan hasil reaksinya. Suatu senyawa
yang memiliki isomer konformasi tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang
lain pada suhu kamar tetapi memiliki sifat fisik dan kimia yang tidak identik, seperti
tingkat energi dan hasil reaksi.

Gambar 1. Rotasi ikatan σ dari antar ikatan Csp3 – Csp3


Suatu senyawa yang mengalami isomer konformasi tidak mengalami kerusakan
ikatan kimianya ketika salah satu konformasi diubah menjadi bentuk konformasi
yang lain. Isomer konformasi dapat terjadi pada senyawa alkana dengan hibridisasi
Csp3 baik yang berbentuk alifatis seperti etana, propana, butana maupun siklis
seperti sikloheksana.

1. Isomer konformasi pada senyawa alkana alifatis


Isomer konformasi pada senyawa alkana alifatis di mulai dari senyawa
alkana yang paling sederhana, misalnya etana hingga yang agak komplek seperti,
1,2-dikloro etana, butana.

3
Bahan Ajar 2 2016

a. Konformasi etana. Senyawa etana dengan rumus molekul C 2H6 memiliki


rumus struktur CH3 – CH3 dengan hibridisasi karbon sp3. Etana dapat
digambarkan dalam proyeksi Newman maupun kuda-kuda normal, di mana
molekul dsepanjang ikatan antara dua atom karbon Csp3 – Csp3. Ikatan lain
yang melekat pada atom depan direpresentasikan dalam bentuk garis
memancar dari pusat lingkaran. Gugus atau yang terikat pada atom C
belakang bergabung dengan garis-garis pendek untuk keliling lingkaran.

Gambar 2. Struktur senyawa etana dalam bentuk kuda-kuda dan proyeksi Newman

Isomer konformasi yang terdapat pada etana disebabkan adanya


ikatan sigma (σ) pada atom C di etana memiliki ikatan dengan hibridisasi
Csp3 – Csp3, sehingga bila ikatan tersebut berputar dengan sudut putar 60 o,
maka akan diperoleh dua bentuk yaitu goyang (staggered) dan eklips
(eclipsed). Konformasi bentuk goyang (Staggered) merupakan suatu
konformasi yang memiliki energi rendah di mana ikatan antar atom-atom
hidrogen yang berdekatan saling menjauh (memaksimalkan pemisahan)
antara satu sama lain (60o sudut dihedral). Sedangkan bentuk eklips (eclipsed)
merupakan suatu konformasi yang memiliki energi yang tinggi di mana
ikatan pada atom-atom hidrogen yang berdekatan saling selaras (0o sudut
dihedral) lainnya. Dari kedua perbedaan dari kedua bentuk tersebut
mengakibatkan terjadinya perbedaan energi pada senyawa etana, CH3-CH3
seperti terlihat pada gambar 3 di bawah ini.

4
Bahan Ajar 2 2016

Gambar 3. Isomer konformasi pada senyawa etana (CH3 – CH3)


Sumber Wade L.G. Jr, 2009, Organic Chemistry, 7th Edition, p 26

b. Konformasi propana, propana merupakan senyawa alkana dengan jumlah


anggota atom karbon (C) yang lebih tinggi daripada etana. Rumus molekul
propana (CH3 - CH2 - CH3) juga memiliki dua konformasi ekstrim yaitu eklips
(eclipsed) dan goyang (staggered), hambatan energi di propana sebesar
14kJ.mol-1, yang sedikit lebih tinggi dari etana. Molekul propana memiliki
bentuk konformasi seperti pada gambar 4 berikut ini.

Gambar 4. Struktur isomer konformasi goyang dan eklips propana (CH3CH2CH3)

c. Konformasi Butana, butana merupakan senyawa yang memiliki rumus


molekul C4H10 dengan rumus molekul CH 3-CH2 – CH2 – CH3. Bila atom C2
– C3 yang memiliki ikatan tunggal σ dengan hibridisasi Csp 3, kemudian
diputar dengan sudut 60o, maka senyawa tersebut akan memiliki struktur
konformasi eklips total (totally eclipsed), goyang (gauche), eklips sebagian
(eclipsed), dan anti yang digambarkan pada gambar 5 berikut.

5
Bahan Ajar 2 2016

Gambar 5. Struktur isomer konformasi dari butana (CH3-CH2-CH2-CH3).


Dampak perubahan bentuk isomer konformasi dari butana terhadap
perubahan energi pada butana dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. Perubahan energi akibat terjadinya isomer konformasi butana C4H10

2. Isomer konformasi pada senyawa alkana siklis


Para ahli pada awalnya berpikir bahwa alkana siklik berbentuk datar
atau planar. Berdasarkan alasan tersebut, von Baeyer mengusulkan bahwa
siklopentana berbentuk planar akan membentuk struktur cincin yang paling
stabil, dengan sudut ikatan 108o (seperti pentagon biasa) sedangkan
sikloheksana, dengan sudut ikatan 120o, akan tetapi kenyataan bentuk ini
kurang stabil.

6
Bahan Ajar 2 2016

Gambar 7. Struktur siklopentana dan sikloheksana mendatar


Berdasarkan data eksperimen ternyata cincin yang lebih kecil akan
lebih kurang stabil, seperti senyawa siklopropana (cylcopropane) dan
siklobutana (cyclobutane) yang masing-masing senyawa tersebut memiliki
sudut ikatan 60o dan 90o. von Baeyer berkesimpulan bahwa kedua senyawa
tersebut memiliki perbedaan stabilitas yang disebabkan adanya ketegangan
sudut (angle strain) atau ketegangan cincin (ring strain). Hal ini disebabkan
adanya penyimpangan dari sudut hibridisasi Csp3, tetrahedral (109.5o).
Berdasarkan kajian tersebut disarankan model dari sikloalkana menjadi
bentuk non-planar (bukan bentuk planar) agar bentuk ini memiliki sudut
ikatan sigma lebih mendekati sudut Csp3 tetrahedral yaitu 109.5o.
Berdasarkan data panas pembakaran memungkinkan untuk dihitung
data strain sudut untuk senyawa sikloalkana. Dengan menambahkan gugus
CH2 pada senyawa sikloalkana akan menimbulkan panas pembakaran yang
meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah gugus CH2 yang diikat. Kalor
pembakaran pada senyawa sikloalkana yang memiliki struktur molekul yang
semakin tegang akan dihasilkan lebih banyak panas yang dihasilkan (Heats
of Combustion of Cycloalkane: the more strained a compound is, the more heat it
releases upon combustion).
Dengan persamaan reaksi sebagai berikut.

Data energy pembakaran senyawa sikloalkana seperti yang terlihat pada tabel
1 berikut ini.

Tabel 1. Data energy pembakaran senyawa sikloalkana

7
Bahan Ajar 2 2016

Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kalor


pembakaran sikloalkana dari senyawa yang lebih tegang, semakin banyak
panas pembakaran yang dihasilkan dengan pengecualian pada senyawa
sikloalkana.
a. Siklopropana. senyawa siklopropana bila berbentuk planar dengan sudut
60o, maka semua gugusnya akan mengalami bentuk eklips dan bentuk ini
memerlukan energi yang tinggi dan senyawa tersebut menjadi tidak stabil,
seperti yang terlihat pada gambar 8 di bawah ini.

Gambar 8. Siklopropana yang berbentuk planar menyebabkan atom H


menjadi eklips
b. Siklobutana. Senyawa siklobuatana/cyclobutane akan berusaha
mengurangi sudut dan regangan torsi relatif untuk membentuk senyawa

8
Bahan Ajar 2 2016

yang stabil, dengan cara melakukan pelipatan /Kerutan sebagian (Puckering


partially) mengurangi ketegangan torsi. Seperti pada gambar 9 di bawah ini.

Gambar 9. Senyawa siklobutana untuk mengurangi ketegangan torsi dengan


melakukan pelipatan (puckering).

c. Siklopentana (Cyclopentane). Siklopentana bila membentuk konformasi


planar menurut Baeyer akan ada torsi yang cukup besar regangan. Hal ini
disebabkan oleh adanya interaksi eklips atom H-H sebanyak 10 H. Siklo
pentane agar membentuk struktur yang stabil, maka siklopentana akan
berbentuk amplop (Envelope) dan setengah kursi untuk meringankan
konformasi yang terdapat banyak tegangan (strain) torsional. Seperti yang
terlihat pada gambar 10 di bawah ini.

Gambar 10. Bentuk isomer konformasi pada siklopentana di mana (a) bentuk planar;
(b) bentuk amplop; dan (c) setengah kursi yang lebih stabil dari pada
bentuk planar.

d. Sikloheksana. Sikloheksana merupakan senyawa yang memiliki banyak


bentuk. Sikloheksana dapat berupa bentuk kursi, setengah kursi,
kapal/biduk, dan kapal berbelit. Bentuk-bentuk tersebut terjadi karena untuk

9
Bahan Ajar 2 2016

mengurangi ketegangan torsi, namun demikian bentuk yang paling disukai


yaitu bentuk kursi karena dalam bentuk ini tidak terjadi atom H-H dalam
posisi eklips. Memiliki sudut ikatan-ikatan mendekati sudut tetra hedral
109,5o (yaitu sudutnya 110,9 °) dan strain torsionalnya relatif kecil. Dengan
demikian bentuk molekul sikloheksana bukan merupakan bentuk planar.

Gambar 11. Sikloheksana (a) bentuk planar, (b) bentuk kursi


Bentuk dari struktur molekul sikloheksana akan mengakibatkan
perubahan energi, di mana dalam bentuk planar energi strain pada struktur
ini sangat besar, karena semua posisi hidrogen dalam bentuk eklips sehingga
struktur ini sangat tidak stabil. Struktur sikloheksana dapat mengalami
pelipatan/pengerutan (puckering) untuk menuju struktur yang stabil. Secara
detail dapat dilihat pada gambar 12 di bawah ini.

Gambar 12. Bentuk-bentuk konformasi sikloheksana


Dampak akibat dari terjadinya perubahan bentuk konformasi
terhadap perubahan energi pada senyawa sikloalkana dapat dilihat pada
gambar 13 di bawah ini.

10
Bahan Ajar 2 2016

Gambar 13. Dampak dari perubahan bentuk konformasi sikloheksana


terhadap perubahan energi.

Senyawa sikloheksana bila mengalami monosubtitusi maupun disubtitusi


akan memiliki bentuk-bentuk konformasi tertentu sebagai agar memiliki
struktur yang lebih stabil.
1) Sikloheksana Monosubtitusi
Analisis konformasi dari monosubtitusi sikoheksana
(Monosubstituted Cyclohexanes) paling stabil yaitu yang berbentuk
konformasi kursi, di mana memiliki substituen terdapat pada posisi
ekuatorial, di mana posisi subtituen ekuatorial kemungkinan terbentuk
jauh lebih besar daripada posisi subtituen pada bentuk aksial, misalnya
untuk substituen CH3, perbandingan posisi ekuatorial dengan posisi CH 3
aksial yaitu 96 : 4, seperti yang terlihat gambar 14 di bawah ini.

Gambar 14. Analisis konformasi dengan perubahan energinya


Dampak dari jenis gugus monosubtitusi dari senyawa sikloheksana
akan mengakibatkan terjadinya ketegangan sterik (steric strain) seperti
yang terlihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Ketegangan sterik (steric strain) pada sikloheksana monosubtitusi

11
Bahan Ajar 2 2016

2) Sikloheksana Disubtitusi

Suatu cincin sikloheksana bila mengalami dua substitusi maka


sikloheksana dapat bersifat cis maupun trans. Cincin-cincin
terdisubstitusi cis dan trans merupakan bentuk isomer geometris, namun
demikian tiap-tiap isomer dapat memiliki beraneka ragam konformasi,
seperti contoh pada (a) senyawa cis-1,2- diklorosikloheksana, (b) senyawa
1,3-dimetil sikloheksana yang terlihat pada gambar 15 di bawah ini yang
dapat berbentuk cis dan trans.

Gambar 15. Bentuk konformasi cis/trans-1,2-diklorosikloheksana


Pada gambar 15 di atas bentuk cis-1,2-dikolrosikloheksana lebih
stabil daripada bentuk trans, karena salah satu gugus atom Cl dalam
posisi ekuatorial. Disubtitusi sikloheksana dapat juga dengan gugus metil
(CH3) yaitu 1,3-dimetilsikloheksana seperti yang terlihat pada gambar 16
di bawah ini.

12
Bahan Ajar 2 2016

Gambar 16. Bentuk senyawa cis 1,3- dimetilsikloheksana


Berdasarkan gambar 16 di atas pada kasus cis-1,3-dimetil
sikloheksana yang berbentuk diekuatorial lebih stabil daripada diaksial,
karena semua gugus atom CH3 yang terikat pada posisi ekutorial yang
mengurangi dampak tegangan (strain) pada cincin. Bentuk trans-1,3 –
dimetil sikloheksana kedua bentuk tersebut memiliki energi yang sama,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 17 sebagai berikut.

Gambar 17. Trans-1,4- dimetilsikloheksana memiliki energi yang sama


Senyawa cis-1-kloro-4-t-butilsikloheksana akan lebih stabil apabila
gugus yang meruah (t-butil) yang merupakan gugus yang besar dalam
posisi ekuatorial dibandingkan dalam bentuk aksial walaupun gugus
atom Cl dalam posisi ekuatorial, karena adanya tolakan sterik dari gugus
atom H seperti yang dapat dilihat pada gambar 18 di bawah ini

13
Bahan Ajar 2 2016

Gambar 18. Bentuk konformasi sebelah kiri lebih stabil daripada bentuk
di sebelah kanan, karena tegangan sterik di sebelah kiri jauh
lebih kecil daripada disebelah kanan

C. Isomer Geometris
Dalam kimia organik, isomer cis/trans (juga dikenal sebagai isomer
geometris) adalah bentuk stereoisomer yang menggambarkan orientasi relatif
dari kelompok fungsional dalam sebuah molekul. Istilah "cis" dan "trans" berasal
dari bahasa Latin, di mana berarti cis "di sisi yang sama" dan sedamgkan trans
"di sisi lain" atau "bersebarangan". Istilah "isomer geometris" dahulu oleh
IUPAC dianggap sebagai sinonim " isomer cis/trans ".
Isomer geometri yang merupakan stereoisomer, umumnya terjadi pada
alkena atau sikloalkana karena kebebasan rotasi karbon-karbon dibatasi
kelompok sekitar ikatan ganda atau cincin siklik.

Gambar 19. Contoh isomer geometris cis/trans pada butena(CH3CH=CHCH3)

Secara umum, pernyataan berikut berlaku pada cis-trans isomer bila:


(1) alkena dengan unit C = CH2 tidak dapat membentuk isomer cis-trans; (2)
Alkena dengan unit C = CX2, di mana dua kelompok X adalah gugus atom
sama, bukan merupakan isomer cis-trans; (3) Alkena dari tipe X-CH = CH-X
dinyatakan sebagai isomer cis dan trans. Cis jika dua kelompok X berada di
sisi yang sama dari ikatan rangkap karbon-karbon, dan trans jika dua
kelompok X berada di sisi berlawanan dari ikatan rangkap karbon-karbon.

14
Bahan Ajar 2 2016

Gambar 20. Dua senyawa yang membentuk isomer cis dan trans

Senyawa yang berisomer trans biasanya lebih stabil daripada isomer


cis, karena pada posisi trans gugus atom yang besar saling menjauh, sehingga
rintang sterik dapat terkurangi.

Gambar 21. Bentuk cis-2-butena kurang stabil dibandingkan trans-2-butena,


karena pada isomer trans gugus besar (CH3) saling menjauh

Penamaan untuk cis/trans harus mengikuti aturan Chan-Inlog-Prelog


(CIP) berdasarkan skala prioritas, seperti beberapa contoh di bawah ini.
a. Senyawa dengan rumus molekul C2H2Br2 (1,2-dibromoetana)
Atom Br memiliki skala prioritas dari pada atom H, sehingga atom Br
dengan atom Br yang bersama-sama disebut “cis” sedangkan atom Br
yang berseberangan disebut “trans”.

b. Senyawa dengan rumus molekul C6H12


Senyawa 4-metil-pentena, memiliki isomer cis-4-metil-2-pentena dan
trans-4 metil-2-pentena, di mana skala prioritas CH 3 > H dan (CH3)2 > H,
sehingga CH3 dan (CH3)2 bersama-sama merupakan cis, sedangkan CH 3
dan (CH3)2 berseberangan adalah trans

15
Bahan Ajar 2 2016

c. Senyawa dengan rumus molekul 1,2-dikloroetena (C 2H2Cl2) akan memiliki


isomer cis-1,2-dikloroetena dan trans-1,2-dikloroetena , karena atom Cl
memiliki skala prioritas lebih tinggi daripada H.

d. Senyawa asam oleat yang memiliki ikatan rangkap (hidrokarbon tak


jenuh) akan memiliki isomer cis-asam oleat dan trans-asam oleat.

Senyawa dengan bentuk cis/trans tidak hanya terjadi pada alkena yang
hanya satu ikatan rangkap, tetapi dapat juga terjadi pada senyawa yang
memiliki 2 atau lebih yang memiliki ikatan atom karbon ikatan rangkap seperti
pada contoh di bawah ini

Gambar 22. Beberapa contoh senyawa yang memiliki isomer geomeris


cis/trans pada senyawa alkena

Isomer cis-trans selain terjadi pada senyawa alkena, isomer cis-trans


juga dapat terjadi pada senyawa yang memiliki ikatan tunggal berbentuk

16
Bahan Ajar 2 2016

siklik (cincin) (seperti yang disinggung di halaman 11). Dalam struktur cincin,
gugus atom/molekul tidak dapat memutar pada salah satu ikatan cincin
karbon-karbon. Oleh karena itu, gugus atom/molekul dapat terletak pada sisi
yang sama dari cincin (cis) atau di sisi berlawanan dari cincin (trans). Isomer
ini terjadi pada semua sikloalkana sebagai struktur planar, contohnya
senyawa 1,2-dimetilsiklopropana, 1,2-dimetil siklopentana, dan 1,2-dimetil
sikloheksana. Secara detail dapat dilihat pada gambar 23 di bawah ini

Gambar 23 (a) cis/trans-1,2-dimetil siklopropana; (b) cis/trans-1,2-dimetil


siklopentana; (c) cis/trans-1,2-dimetil sikloheksana.

1. Sifat – sifat isomer cis-trans


Cis dan trans-isomer yang berbeda dalam pengaturan ruang atas atom-
atomnya di karenakan rotasi atom karbon terikat terbatas. Sehingga isomer cis-
trans menunjukkan sifat fisik dan kimia yang berbeda. Umumnya momen dipol
dari bentuk trans adalah nol sedangkan bentuk-cis yaitu polar dengan nilai
tertentu dari momen dipol.

17
Bahan Ajar 2 2016

Titik didih isomer cis lebih besar daripada isomer trans. Sebagai contoh;
titik didih cis-2-pentena yaitu 310ok sedangkan titik didik untuk bentuk trans-2-
pentena 309ok. Hal ini disebabkan dipol yang terjadi antarmolekul, "kekuatan
dipol” akibat sifat polar dan gaya dispersi London. Semua sifat tersebut yang
menyebabkan naiknya titik didih pada isomer cis. Dalam isomer trans, kekuatan-
kekuatan ini tidak terjadi karena sifat non-polar molekul. Seperti yang terdapat
pada gambar 24.

Gambar 24 Perbedaan titik didik antara cis-4 metil-2-pentena dengan


trans-4 metil-2-butena.

Sifat simetris molekul merupakan faktor kunci dalam penentuan titik leleh
relatif, karena sifat simetris isomer trans, menunjukkan kemasan yang lebih baik
dalam keadaan padat dan memiliki titik leleh yang tinggi dibandingkan dengan
isomer cis. Sebagai contoh, isomer cis dari asam oleat memiliki titik leleh 386,4 oK
dan berada dalam kedaan cairan pada suhu kamar, sedangkan isomer trans, asam
oleat, meleleh pada suhu 316ok, karena kondisi meruah/tegak dari isomer trans
mampu berikan lebih erat, dan berada pada kedaan padat dalam kondisi normal.

Gambar 25. Perbedaan titik leleh dari isomer geometris cis/trans-asam oleat
Interkonversi isomer cis dan trans tidak mungkin, karena interkonversi ini
membutuhkan rotasi internal 180° karena ikatan ganda yang memegang karbon
lainnya harus diam. Hal ini tidak mungkin karena adanya ikatan pi.

18
Bahan Ajar 2 2016

Gambar 26. Beberapa perbedaan sifat fisik (titik didih dan titik leleh) senyawa
yang memiliki isomer geomeris cis/trans

Perhatikan asam–butedioat pada gambar 27 di bawah ini, marilah kita


perhatikan senyawa yang memiliki rumus molekul (C4H4O4) yang memiliki atom
4 atom C dimana terdapat ikatan rangkap C = C pada atom C2 dan C3 dan dua
gugus asam karboksilat (COOH).

Gambar 27 Rumus struktur asam-butedioat

Molekul asam-butedioat memiliki isomer cis dan trans-asam butedioat,


sehingga molekul tersebut memiliki perbedaan sifat fisik seperti yang terlihat
pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Perbedaan sifat dari bentuk isomer cis/trans dari senyawa 2- asam –
butenadioat
Isomer geometris Cis-asam Trans-asam
Rumus molekul C4H4O4 C4H4O4
Titik leleh (oC) 139 287
Kelarutan dalam air (g/Liter, 25oC) 790 7
Kekuatan ikatan hydrogen Intramolekuler Intermolekuler
Pembentukan anhidrida Terbentuk Tidak terbentuk

Perbedaan sifat fisik tersebut disebabkan oleh bentuk struktur molekul


pada senyawa asam butedioat, dimana pada bentuk trans, asam butedioat gugus
yang besar karboksilat (COOH) saling menjauh, sedangkan pada bentuk cis
gugus karboksilat saling mendekat. Perhatikan gambar 28 di bawah ini.
19
Bahan Ajar 2 2016

Gambar 28. Perbedaan sifat kimia antara cis/trans –asam butedioat


Sedangkan perbedaan sifat fisik antara bentuk cis dengan trans senyawa 1,2-
dikloroetana, ClCH=CHCl adalah sebagai berikut.
Tabel 4. ini menunjukkan titik leleh dan titik didih dari isomer cis dan trans
1,2-dichloroetena. ClCH = CHCl
Isomer Titik leleh (°C) Titik didih (°C)
Cis -80 60
Trans -50 48

Pada tabel tersebut tampak bahwa: (1) isomer trans memiliki titik leleh
yang lebih tinggi; (2) isomer cis memiliki titik didih yang lebih tinggi. Dampak
yang sama perbedaan titik leleh dan titik didik pada isomer cis-trans juga dapat
dilihat pada isomer cis-trans dari senyawa 2-butena, CH3CH = CHCH3, seperti
yang terlihat pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Perbedaan titik leleh dan titik lebur dari senyawa 2-butena
Isomer Titik leleh (°C) Titik didih (°C)
cis-2- butena -139 4
trans-2-butena -106 1

Pertanyaan yang muncul pada tabel 5 “mengapa titik didih isomer cis
tinggi?”. Untuk menjelaskan hal tersebut perlu dikaji tentang gaya antarmolekul,
dimana gaya antarmolekul pada molekul isomer cis lebih kuat dibandingkan
dengan isomer trans, contohnya seperti pada kasus 1,2-dikloroetena. Kedua
isomer memiliki atom yang sama bergabung dalam urutan yang sama pula. Itu
berarti bahwa dispersi van der Waals antara molekul akan sama dalam kedua
kasus tersebut. Perbedaan antara keduanya adalah bahwa isomer cis merupakan
molekul polar sedangkan isomer trans adalah non-polar. Kedua molekul
mengandung kutub dari ikatan klor-karbon, tetapi dalam isomer cis mereka

20
Bahan Ajar 2 2016

berdua di sisi yang sama pada molekul tersebut. Itu berarti bahwa satu sisi
molekul akan memiliki muatan negatif sedikit sementara yang lain sedikit positif.
Oleh karena itu molekulnya bersifat polar seperti terlihat pada gambar 29 di
bawah ini.

Gambar 29 Perbedaan polaritas pada senyawa 1,2-dikloroetena


Interaksi antar dipol-dipol serta gaya dispersi yang membutuhkan energi
ekstra untuk mengaktifasikan, sehingga akan berdampak pada kenaikkan titik
didih. Kasus ini pada kelompok-kelompok CH3 terikat pada ikatan rangkap
karbon-karbon, seperti dalam cis-2-butena. Gugus alkil seperti metil cenderung
"mendorong" elektron menjauh dari mereka. Anda kembali mendapatkan
molekul polar, meskipun dengan polaritas terbalik dari contoh pertama.

Sebaliknya, meskipun masih akan ada ikatan polar dalam isomer trans,
tetapi secara keseluruhan molekul bersifat non-polar, seperti yang terlihat pada
gambar 30 di bawah ini.

Gambar 30 Perbedaan interaksi antar dipole antara gugus Cl (negatif) dalam


senyawa 1,2-dikloroetena dan CH3 (positip) dengan 2-butena

Sedikit muatan di atas molekul (seperti ditarik) sehingga skor nya seimbang
di mana ada sedikit muatan di sebelah kiri molekul persis seimbang dengan di

21
Bahan Ajar 2 2016

sebelah kanan. Kurangnya polaritas keseluruhan berarti bahwa satu-satunya


atraksi antarmolekul molekul ini mengalami adalah gaya dispersi van der Waals.
Sehingga cukup dengan sedikit energi yang dibutuhkan untuk memisahkan
mereka, sehingga titik didihnya lebih rendah.
Anda mungkin berpikir bahwa argumen yang sama akan menyebabkan titik
lebur/titik leleh yang lebih tinggi untuk isomer cis juga, tetapi ada faktor penting
lain yang beroperasi. Agar gaya antarmolekul untuk bekerja dengan baik,
molekul harus mampu merapat secara bersama-sama dalam keadaan padat.
Kerapatan isomer trans lebih baik daripada isomer cis. isomer cis yang
berbentuk "U" tidak dapat merapat dengan baik seperti pada isomer trans yang
berbentuk lurus. Isomer cis miskin dalam kemasan berarti bahwa gaya
antarmolekul yang tidak efektif seperti yang seharusnya dan lebih sedikit energi
yang diperlukan untuk mencairkan molekul sehingga titik lebur isomer cis
menjadi relatif lebih rendah.

2. Aturan untuk (E) dan (Z)


Suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh (alkena) bila memiliki 3 atau 4
gugus yang berlainan terikat pada atom-atom karbon suatu ikatan rangkap, maka
akan tetap diperoleh sepasang isomer geometris. Tetapi kadang kala para
mahasiswa mengalami kesulitan untuk memberikan penandaan cis atau trans
pada isomer geomeris tersebut. Untuk memudahkan penandaan diberikan sistem
penandaan yang disebut dengan sistem (E) dan (Z), di mana E berasal dari kata
“Entgegen” yang berari berseberangan, sedangkan Z berasal dari kata
“Zusammen” yang berarti bersama-sama, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
contoh gambar 31 di bawah ini.

Penamaan nomenklatur cis-trans seringkali membingunkan apabila senyawa


alkena tersebut mengikat gugus-gugus yang berbeda pada ikatan rangkap

22
Bahan Ajar 2 2016

alkena, maka untuk itu digunakan penaman dengan E/Z. Penamaan E/Z
mengikuti aturan Cahn-Ingold-Prelog (CIP) yaitu.
a. Urutan aturan substituen terikat atom karbon tercantum dalam urutan
menurun nomor atom yaitu atom dengan nomor atom tinggi lebih diutamakan
daripada atom dengan nomor atom yang rendah, misalnya
F Cl Br I
9 17 35 53 nomer atom
Skala prioritas
b. Jika atom-atom yang diikat merupakan isotop satu sama lainnya, maka Isotop
dengan nomer massa tinggi memperoleh skala prioritas
1
1
H 1
2
H (12D) 1
3
H (13T)
Skala Prioritas
c. Atom-atom yang terikat pada ikatan rangkap dua atau tiga diberikan
kesetaraan dengan ikatan tunggal, sehingga atom-atom itu dapat diberlakukan
sebagai gugus yang berikatan tunggal dalam menentukan skala prioritas. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.

No Struktur Untuk penentuan


prioritas setara dengan
1 R - C=O O
R R–C–O
R
2 R–C=O O
OH R – C – O-C
OH
3 R–C≡N N
R – C – N-C
N
4 R2C = CR2 C C
R2 C - CR2
5 R – C6H5 R – C12

Naiknya skala prioritas


O O O
║ ║ ║
-CH=CHR2; -R-C6H5 ; -CN; -CH2OH; -CH; -C -; -C- OH

23
Bahan Ajar 2 2016

Naiknya skala priorittas

d. Jika kelompok prioritas tinggi berada di sisi yang sama maka disebut sebagai
Zusammen (Z) -isomer, dan jika mereka berada di sisi yang berlawanan maka
itu adalah Entgegen (E) -isomer. Sama seperti cis dan trans-bentuk, E dan Z
notasi juga ditulis sebagai awalan. Seperti pada gambar 32 di bawah ini.

Gambar 32 Penentuan penamaan E dan Z suatu senyawa


Sebagai contoh senyawa 1-Bromo-2-chloro-1-fluoroethena, di bawah
ini.

Dari kelompok antara gugus atom bromo dan fluoro, gugus atom bromo
(3580Br) memiliki prioitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan flour ( 919F).
Begitu juga pada kelompok antara kloro dengan hidrogen, kelompok kloro
(1736Cl memiliki nomor atom tinggi daripada hidrogen (11H), sehingga kloro (Cl)
lebih diutamakan. Di bawah ini akan diberikan beberapa contoh penamaan E/Z
pada isomer geometri alkena.

24
Bahan Ajar 2 2016

Gambar 28. Contoh-contoh penamaan E dan Z pada kelompok senyawa


alkena
Daftar Pustaka
Alinger NL, 1986, Organic Chemistry, Second Edition, Worth Publisher, Ins, USA.
Ernest L. Eliel and Samuel H. Wilen, Stereochemistry of Organic Compounds(Wiley
Interscience 1994), pp.52-53
Fessenden RJ and JS. Fessenden, 1994, Kimia Organik Jilid 1 dan 2, Edisi ketiga, Alih
bahasa Oleh A Hadyana Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta.
Fessenden, Ralph J.; Fessenden, Joan S.), 1995
pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/ed072pA151.2JC, Organic Chemistry, Fifth Edition
(PDF ... PDF w/ Links[1534 KB] ... Presents a traditional view of organic
chemistry.
Michael B. Smith and Jerry March, 2007, Advance Organic Chemistry REACTIONS,
Mechanism and structure , 6th edition, Published by John Wiley & Sons, Inc.,
Hoboken, New Jersey Published simultaneously in Canada
Morrison, R.T. R.N. Boyd, 1983, Organic Chemistry, 4 Ed, Allyn and Bacon Inc,
Singapura

25
Bahan Ajar 2 2016

Petrucci R.H. 2002, Harwood R.S. and Herring F.G. "General Chemistry" (8th ed.,
Prentice-Hall), p.91
Smith, Janice Gorzynski. 2010, . General, Organic and Biological Chemistry. The
McGraw-Hill Companies. 1st ed pg. 450
Wikipieda, Isomer, http://en.wikipedia.org/wiki/Isomer, akses Mei 2014
http://www.chemguide.co.uk/basicorg/isomerism/structural.html, akses mei
2014

LATIHAN
kerjakan pada LKM 2 Isomer Konformasi dan Geometris

1. Identifkasikan konsep-konsep yang ada pada bacaan di atas


2. Kelompokan konsep-konsep tersebut berdasarkan hirakhinya mulai dari konsep
utama, superordinat, ordinat, subordinat, sub-subordinat/konsep spesifik, serta
contohnya.
3. Susunlah peta konsep berdasarkan konsep-konsep urgen yang Saudara temukan
dalam bentuk peta hirakhi.
4. Kaitkan keterkaitan antar konsep-konsep tersebut dengan menggunakan
kata/frase yang sesuai yang dikenal dengan istilah preposisi.
5. Simulasi dan komunikasikan hasil kelompok Saudara baik di depan kelas
maupun laporan fortofolio hasil kerja kelompok Saudara

26

Anda mungkin juga menyukai