Indikator Pembelajaran
1
Bahan Ajar 2 2016
A. Pendahuluan
2
Bahan Ajar 2 2016
3
Bahan Ajar 2 2016
Gambar 2. Struktur senyawa etana dalam bentuk kuda-kuda dan proyeksi Newman
4
Bahan Ajar 2 2016
5
Bahan Ajar 2 2016
6
Bahan Ajar 2 2016
Data energy pembakaran senyawa sikloalkana seperti yang terlihat pada tabel
1 berikut ini.
7
Bahan Ajar 2 2016
8
Bahan Ajar 2 2016
Gambar 10. Bentuk isomer konformasi pada siklopentana di mana (a) bentuk planar;
(b) bentuk amplop; dan (c) setengah kursi yang lebih stabil dari pada
bentuk planar.
9
Bahan Ajar 2 2016
10
Bahan Ajar 2 2016
11
Bahan Ajar 2 2016
2) Sikloheksana Disubtitusi
12
Bahan Ajar 2 2016
13
Bahan Ajar 2 2016
Gambar 18. Bentuk konformasi sebelah kiri lebih stabil daripada bentuk
di sebelah kanan, karena tegangan sterik di sebelah kiri jauh
lebih kecil daripada disebelah kanan
C. Isomer Geometris
Dalam kimia organik, isomer cis/trans (juga dikenal sebagai isomer
geometris) adalah bentuk stereoisomer yang menggambarkan orientasi relatif
dari kelompok fungsional dalam sebuah molekul. Istilah "cis" dan "trans" berasal
dari bahasa Latin, di mana berarti cis "di sisi yang sama" dan sedamgkan trans
"di sisi lain" atau "bersebarangan". Istilah "isomer geometris" dahulu oleh
IUPAC dianggap sebagai sinonim " isomer cis/trans ".
Isomer geometri yang merupakan stereoisomer, umumnya terjadi pada
alkena atau sikloalkana karena kebebasan rotasi karbon-karbon dibatasi
kelompok sekitar ikatan ganda atau cincin siklik.
14
Bahan Ajar 2 2016
Gambar 20. Dua senyawa yang membentuk isomer cis dan trans
15
Bahan Ajar 2 2016
Senyawa dengan bentuk cis/trans tidak hanya terjadi pada alkena yang
hanya satu ikatan rangkap, tetapi dapat juga terjadi pada senyawa yang
memiliki 2 atau lebih yang memiliki ikatan atom karbon ikatan rangkap seperti
pada contoh di bawah ini
16
Bahan Ajar 2 2016
siklik (cincin) (seperti yang disinggung di halaman 11). Dalam struktur cincin,
gugus atom/molekul tidak dapat memutar pada salah satu ikatan cincin
karbon-karbon. Oleh karena itu, gugus atom/molekul dapat terletak pada sisi
yang sama dari cincin (cis) atau di sisi berlawanan dari cincin (trans). Isomer
ini terjadi pada semua sikloalkana sebagai struktur planar, contohnya
senyawa 1,2-dimetilsiklopropana, 1,2-dimetil siklopentana, dan 1,2-dimetil
sikloheksana. Secara detail dapat dilihat pada gambar 23 di bawah ini
17
Bahan Ajar 2 2016
Titik didih isomer cis lebih besar daripada isomer trans. Sebagai contoh;
titik didih cis-2-pentena yaitu 310ok sedangkan titik didik untuk bentuk trans-2-
pentena 309ok. Hal ini disebabkan dipol yang terjadi antarmolekul, "kekuatan
dipol” akibat sifat polar dan gaya dispersi London. Semua sifat tersebut yang
menyebabkan naiknya titik didih pada isomer cis. Dalam isomer trans, kekuatan-
kekuatan ini tidak terjadi karena sifat non-polar molekul. Seperti yang terdapat
pada gambar 24.
Sifat simetris molekul merupakan faktor kunci dalam penentuan titik leleh
relatif, karena sifat simetris isomer trans, menunjukkan kemasan yang lebih baik
dalam keadaan padat dan memiliki titik leleh yang tinggi dibandingkan dengan
isomer cis. Sebagai contoh, isomer cis dari asam oleat memiliki titik leleh 386,4 oK
dan berada dalam kedaan cairan pada suhu kamar, sedangkan isomer trans, asam
oleat, meleleh pada suhu 316ok, karena kondisi meruah/tegak dari isomer trans
mampu berikan lebih erat, dan berada pada kedaan padat dalam kondisi normal.
Gambar 25. Perbedaan titik leleh dari isomer geometris cis/trans-asam oleat
Interkonversi isomer cis dan trans tidak mungkin, karena interkonversi ini
membutuhkan rotasi internal 180° karena ikatan ganda yang memegang karbon
lainnya harus diam. Hal ini tidak mungkin karena adanya ikatan pi.
18
Bahan Ajar 2 2016
Gambar 26. Beberapa perbedaan sifat fisik (titik didih dan titik leleh) senyawa
yang memiliki isomer geomeris cis/trans
Pada tabel tersebut tampak bahwa: (1) isomer trans memiliki titik leleh
yang lebih tinggi; (2) isomer cis memiliki titik didih yang lebih tinggi. Dampak
yang sama perbedaan titik leleh dan titik didik pada isomer cis-trans juga dapat
dilihat pada isomer cis-trans dari senyawa 2-butena, CH3CH = CHCH3, seperti
yang terlihat pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Perbedaan titik leleh dan titik lebur dari senyawa 2-butena
Isomer Titik leleh (°C) Titik didih (°C)
cis-2- butena -139 4
trans-2-butena -106 1
Pertanyaan yang muncul pada tabel 5 “mengapa titik didih isomer cis
tinggi?”. Untuk menjelaskan hal tersebut perlu dikaji tentang gaya antarmolekul,
dimana gaya antarmolekul pada molekul isomer cis lebih kuat dibandingkan
dengan isomer trans, contohnya seperti pada kasus 1,2-dikloroetena. Kedua
isomer memiliki atom yang sama bergabung dalam urutan yang sama pula. Itu
berarti bahwa dispersi van der Waals antara molekul akan sama dalam kedua
kasus tersebut. Perbedaan antara keduanya adalah bahwa isomer cis merupakan
molekul polar sedangkan isomer trans adalah non-polar. Kedua molekul
mengandung kutub dari ikatan klor-karbon, tetapi dalam isomer cis mereka
20
Bahan Ajar 2 2016
berdua di sisi yang sama pada molekul tersebut. Itu berarti bahwa satu sisi
molekul akan memiliki muatan negatif sedikit sementara yang lain sedikit positif.
Oleh karena itu molekulnya bersifat polar seperti terlihat pada gambar 29 di
bawah ini.
Sebaliknya, meskipun masih akan ada ikatan polar dalam isomer trans,
tetapi secara keseluruhan molekul bersifat non-polar, seperti yang terlihat pada
gambar 30 di bawah ini.
Sedikit muatan di atas molekul (seperti ditarik) sehingga skor nya seimbang
di mana ada sedikit muatan di sebelah kiri molekul persis seimbang dengan di
21
Bahan Ajar 2 2016
22
Bahan Ajar 2 2016
alkena, maka untuk itu digunakan penaman dengan E/Z. Penamaan E/Z
mengikuti aturan Cahn-Ingold-Prelog (CIP) yaitu.
a. Urutan aturan substituen terikat atom karbon tercantum dalam urutan
menurun nomor atom yaitu atom dengan nomor atom tinggi lebih diutamakan
daripada atom dengan nomor atom yang rendah, misalnya
F Cl Br I
9 17 35 53 nomer atom
Skala prioritas
b. Jika atom-atom yang diikat merupakan isotop satu sama lainnya, maka Isotop
dengan nomer massa tinggi memperoleh skala prioritas
1
1
H 1
2
H (12D) 1
3
H (13T)
Skala Prioritas
c. Atom-atom yang terikat pada ikatan rangkap dua atau tiga diberikan
kesetaraan dengan ikatan tunggal, sehingga atom-atom itu dapat diberlakukan
sebagai gugus yang berikatan tunggal dalam menentukan skala prioritas. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
23
Bahan Ajar 2 2016
d. Jika kelompok prioritas tinggi berada di sisi yang sama maka disebut sebagai
Zusammen (Z) -isomer, dan jika mereka berada di sisi yang berlawanan maka
itu adalah Entgegen (E) -isomer. Sama seperti cis dan trans-bentuk, E dan Z
notasi juga ditulis sebagai awalan. Seperti pada gambar 32 di bawah ini.
Dari kelompok antara gugus atom bromo dan fluoro, gugus atom bromo
(3580Br) memiliki prioitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan flour ( 919F).
Begitu juga pada kelompok antara kloro dengan hidrogen, kelompok kloro
(1736Cl memiliki nomor atom tinggi daripada hidrogen (11H), sehingga kloro (Cl)
lebih diutamakan. Di bawah ini akan diberikan beberapa contoh penamaan E/Z
pada isomer geometri alkena.
24
Bahan Ajar 2 2016
25
Bahan Ajar 2 2016
Petrucci R.H. 2002, Harwood R.S. and Herring F.G. "General Chemistry" (8th ed.,
Prentice-Hall), p.91
Smith, Janice Gorzynski. 2010, . General, Organic and Biological Chemistry. The
McGraw-Hill Companies. 1st ed pg. 450
Wikipieda, Isomer, http://en.wikipedia.org/wiki/Isomer, akses Mei 2014
http://www.chemguide.co.uk/basicorg/isomerism/structural.html, akses mei
2014
LATIHAN
kerjakan pada LKM 2 Isomer Konformasi dan Geometris
26