Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

JUDUL PRAKTIKUM : PERTEMUAN 15 (KOMPLEKSOMETRI)

DIBUAT OLEH:
NAMA : ATIKA CRISTINA
NIM : 191148201069
TINGKAT : 1A-FARMASI

DOSEN PEMBIMBING:
Sumarti Binti Amrin, M. Si., Apt

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul laporan : Kompleksometri


Nama : Atika Cristina
Tingkat : 1A Farmasi
Hari, tanggal : Jumat, 24 Juli 2020

DISETUJUI OLEH:

Dosen Pembimbing Praktikum Mahasiswa

Sumarti Binti Amrin, M. Si., Apt Atika Cristina


A. Tujuan
1. Untuk menentukan kadar ion logam.

B. Tinjauan Pustaka
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya
dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks,
sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi
kompleksometri :
Ag+ + 2 CN– Ag(CN) 2Hg2+ + 2Cl– HgCl2 (Khopkar, 2002).
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik
melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun
sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang
dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau
molekul netral (Basset, 1994).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian
adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal
pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang
menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan,
dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :M(H2O)n + L =
M(H2O)(n-1) L + H2O (Khopkar, 2002).
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah
ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua
nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang
mengandung lebih dari dua atom koordinasi permolekul, misalnya asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai
dua atom nitrogen – penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul.
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan
sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.
Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa
pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-.
Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi
dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam
larutan tersebut.
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca,
Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi
kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai
pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda
dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator
metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T;
pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN,
zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue.
Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan
kimia adala ion sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks
yang mantap dengan ion perak dan ion nikel. Dengan ion perak, ion sianida
membentuk senyawa kompleks perak-sianida, sedagkan dengan ion nikel
membentuk nikel-sianida. Kendala yang membatasi pemakaian-pemakaian ion
sianoida dalam titrimetri adalah bahwa ion ini membentuk kompleks secara
bertahap dengan ion logam lantaran ion ini merupakan ligan bergigi satu.
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna
sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam
dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna
harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah
berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu
haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator
logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak
akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam
itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar
pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator
logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna
antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga
mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam sehingga
perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir,
penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi
adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2
akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+dengan
indikator murexide.
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari
dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang
mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam
membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam.
Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan
murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan
kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya
EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan kadmium.
Reaksi-reaksi yang melibatkan pembentukan kompleks dipergunakan oleh
kimiawan dalam prosedur titrimetrik maupun gravimetrik. Molekul yang
bertindak sebagai ligan biasanya memiliki atom elektronegatif, misalnya nitrogen,
oksigen, atau salah satu dari halogen. Ligan yang hanya mempunyai sepasang
electron tak dipakai bersama, misalnya NH3, dikatakan unidentat.Ligan yang
mempunyai dua gugus yang mampu membentuk dua ikatan dengan atom sentral
dikatakan bidentat. Suatu contoh adalah etilendiamin (NH2CH2CH2NH2) dengan
kedua atom nitrogen mempunyai pasangan electron tak terpakai bersama. Ion
tembaga (II) membentuk kompleks dengan dua molekul etilendiamin seperti
berikut:
Cincin heterosiklik terbentuk oleh interaksi suatu ion logam dengan dua atau
lebih gugus fungsional dalam ligan dinamakan cincin khelat; molekul organiknya
pereaksi pembentuk khelat, dan kompleksnya dinamakan khelat atau senyawa
khelat. Penggunaan analitik didasarkan pada penggunaan pereaksi khelat sebagai
titran untuk ion-ion logam telah menunjukan pertumbuhan menarik.
Kompleksometri merupakan metoda titrasi yang pada reaksinya terjadi
pembentukan larutan atau senyawa kompleks dengan kata lain membentuk hasil
berupa kompleks. Untuk dapat dipakai sebagai dasar suatu titrasi, reaksi
pembentukan kompleks disamping harus memenuhi persyaratan umum titrasi,
maka kompleks yang terjadi harus stabil. Titrasi ini biasanya digunakan untuk
penetapan kadar logam polivalen atau senyawanya dengan menggunakan
Na2EDTA sebagai titran pembentuk kompleks.
 Logam Ligan Kompleks Bilangan
 Ko. logam Geometri Reaktivitas
 Ag+ NH3 Ag(NH3)2+ 2 Liniar Labil
 Hg2+ Cl- HgC12 2 Liniar Labil
 Cu2+ NH3 Cu(NH3)42+ 4 Tetrahedral Labil
 Ni2+ CN- Ni(CN)42- 4 Persegi planar Labil
 Co2+ H2O CO(H2O)62+ 6 Oktahedral Labil
 Co3+ NH3 Co(NH3)63+ 6 Oktahedral Inert
 Cr3+ CN- Cr(CN)63- 6 Oktahedral Inert
 Fe 3+ CN- Fe(CN)63- 6 Oktahedral Inert
Hanya beberapa ion logam seperti tembaga, kobal, nikel, seng, cadmium, dan
merkuri (II) membentuk kompleks stabil dengan nitrogen seperti amoniak dan
trine. Beberapa ion logam lain, misalnya alumunium, timbale, dan bismuth lebih
baik berkompleks dengan ligan dengan atom oksigen sebagai donor electron.
Beberapa pereaksi pembentuk khelat, yang mengandung baik oksigen maupun
nitrogen terutama efektif dalam pembentukan kompleks stabil dengan berbagai
logam. Dari ini yang terkenal ialah asam etilen-diamintetraasetat, kadang-kadang
dinyatakan asam etilendinitrilo, dan sering disingkat sebagai EDTA :
Kilon praktis telah membuat suatu revolusi pada kimia analitik dari banyak
unsur logam dan merupakan hal yang sangat penting dalam banayak lapangan.
Reaksi pengkomplekan dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian satu
molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi dengan gugus-gugus nukleofilik
lain, gugus yang terikat oleh pada ion pusat disebut ligan. Ligan dapat berupa
sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan, ligan dapat dengan baik
diklasifikasi atas dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam. Ligan sederhana
seperti ion-ion halide atau molekul-molekul H2O atau NH3 adalah monodentat,
yaitu ligan yang terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan
atau pasangan elektron kepada logam, bila ion ligan itu mempunyai dua atom,
maka molekul itu mempunyai dua atom penyumbang untuk membentuk dua
ikatan koordinasi dengan ion logam yang lama, ligan itu disebut bidentat. Ligan
multidental mempunyai lebih dari dua atom koordinasi per molekul, kestabilan
termodinamik dari satu spesi merupakan ukuran sejati di mana spesi ini akan
terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi tertentu, jika sistem itu dibiarkan
mencapai kesetimbangan.
Ikatan pada EDTA, yaitu ikatan N yang bersifat basa mengikat ion H+ dari
ikatan karboksil yang bersifat asam. Jadi dalam bentuk Ianitan pada EDTA ini
terjadi reaksi intra molekuler (maksudnya dalam molekul itu sendiri), maka rumus
senyawa tersebut disebut "zwitter ion". EDTA dijual dalam bentuk garam
natriumnya, yang jauh lebih mudah larut daripada bentuk asamnya.
Reaksi pengkompleksan dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian
satu molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi dengan gugus-gugus
nukleofilik lain, gugus yang terikat oleh pada ion pusat disebut ligan. Ligan dapat
berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan, ligan dapat dengan baik
diklasifikasi atas dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam. Ligan sederhana
seperti ion-ion halide atau molekul-molekul H2O atau NH3 adalah monodentat,
yaitu ligan yang terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan
atau pasangan elektron kepada logam, bila ion ligan itu mempunyai dua atom,
maka molekul itu mempunyai dua atom penyumbang untuk membentuk dua
ikatan koordinasi dengan ion logam yang sama, ligan itu disebut bidentat. Ligan
multidentat mempunyai lebih dari dua atom koordinasi per molekul, kestabilan
termodinamik dari satu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan
terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi tertentu, jika sistern itu dibiarkan
mencapai kesetimbangan
Ligan dapat berupa suatu senyawa organik seperti asam sitrat, EDTA,
maupun senyawa anorganik seperti polifosfat. Untuk memperoleh ikatan metal
yang stabil, diperlukan ligan yang mampu membentuk cincin 5-6 sudut dengan
logam misalnya ikatan EDTA dengan Ca. Ion logam terkoordinasi dengan
pasangan electron dari atom-atom N-EDTA dan juga dengan keempat gugus
karboksil yangh terdapat pada molekul EDTA. Ligan dapat menghambat proses
oksidasi, senyawa ini merupakan sinerjik anti oksidan karena dapat
menghilangkan ion-ion logam yang mengkatalisis proses oksidasi.

C. Alat
1. Buret
2. Labu ukur 100 ml ( 1 )
3. Erlenmeyer ( 3 )
4. Gelas ukur / pipet volume

D. Bahan
1. NaCl
2. Indikator K2CrO4 5%
3. AgNO3

E. Prosedur Kerja
 Standarisasi larutan Na2EDTA :
1. Pipet 10 ml larutan Zn2SO4 0,1 N masukkan ke dalam labu ukur 100 ml
kemudian encerkan sampai dengan tanda batas.
2. Pipet 25 ml larutan hasil pengenceran tersebut ke dalam erlenmeyer
tambahkan 5 ml buffer salmiak Ph 10 dan sedikit indikator EBT
3. Titrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari
merah anggur ke biru.
4. Hitung konsentrasi larutan EDTA
 Penentuan kadar Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel :
1. Pipet 10 ml larutan sampel masukkan ke dalam labu ukur 100 ml
kemudian homogenkan.
2. Tambahkan 10 ml buffer salmiak Ph 10 dan sedikit indikator EBT
3. Titrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari
merah anggur ke biru.
4. Hitung kadar total Ca dan Mg

F. Hasil Pengamatan
1. Tabel Hasil Pengamatan Titrasi ZnSO4
NO Volume Volume Awal Volume Akhir Volume
Pengenceran Terpakai
ZnSO4
1. 10 ml 0 12 ml 12 ml
2. 10 ml 12 ml 21,3 ml 9,3 ml
3. 10 ml 21,3 ml 31,2 ml 9,9 ml
Rata – Rata 10,4 ml

2. Tabel Hasil Pengamatan Titrasi MgCl2


NO Volume Volume Awal Volume Akhir Volume
Pengenceran Terpakai
ZnSO4
1. 10 ml 0 4,4 ml 4,4 ml
2. 10 ml 4,5 ml 8,9 ml 4,4 ml
3. 10 ml ml 13 ml 4 ml
Rata – Rata 4,3 ml

 Perhitungan - perhitungan
1. Standarisasi Larutan Na2 EDTA
a. Larutan ZnSO4 ( Mr = 161 )
Dik : Mr =  161
N = 0,1
Volume = 100 ml
Dit = w ?
Jawab :
N = W / BꜪ x 1000 / V
0,1 = W / 161 x 1000 / 100
0,1 = 10 W / 161
W = 1,61 gram
1,61 gram ZnSO4 + Aquadest ad 100 ml
b. Titrasi Larutan EDTA
Perhitungan EDTA (mr 372.24)
Dik : Mr =  372.34
N = 0,1
Volume = 100 ml
Dit = w ?
Jawab :
N = W / BꜪ x 1000 / V
0,1 = W /372 x 1000 / 100
0,1 = 10 W / 372
W = 3,72 gram
Jadi EDTA yang ditimbang yaitu 3,72 gram
c. Perhitungan konsentrasi EDTA
V1 . N1 = V2 . N2
 10 . N1  = 10,4 . 0,1
         N1 = 10,4 . 0,1 : 10
        N1 = 0,104 N
Jadi konsentrasi larutan EDTA yaitu 0.104 N
 Penentuan Kadar Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel
a. Perhitungan MgCl
Dik : Mr =  59,3
N = 0,1
Volume = 100 ml
Dit = w ?
Jawab :
N = W / BꜪ x 1000 / V
0,1 = W /59,3 x 1000 / 100
0,1 = 10 W / 59,3
= 0,593 gram
b. Perhitungan kadar MgCl2
V1 . N1 = V2 . N2
10 . N1 = 4.3 . 0.1
                  N1 = 4.3 . 0.1 : 10
                   N1 = 0.043 N
Jadi kadar MgCl2 adalah 0.043 M

G. Pembahasan
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya
dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks,
sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Titrasi
kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan
ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam
larutan.
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat
kelarutan tinggi. Kompleksometri termasuk salah satu analisis kimia kuantitatif,
yang tujuannya untuk menentukan kadar ataupun konsentrasi dalam suatu sampel.
Adapun prinsip kerjanya yaitu berdasarkan reaksi pembentukan senyawa
kompleks dengan EDTA, sebagai larutan standar dengan bantuan indikator
tertentu. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna
larutan, yaitu dari merah anggur menjadi biru.
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna
sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam
dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna
harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah
berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu
haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator
logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak
akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam
itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar
pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator
logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna
antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga
mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam ( yaitu, terhadap
pM ) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen.
Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk
titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome Black T.
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah
ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua
nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang
mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai
dua atom nitrogen– penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul.
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan
sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.
Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa
pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-.
Pada praktikum ini, kami melakukan proses titrasi kompleksometri. Titrasi
kompleksometri adalah titrasi yang melibatkan reaksi ion logam dengan zat
pengompleks/zat ligand. Dimana zat pengompleks yang digunakan pada
praktikum ini yaitu EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate) dan ion logamnya
yaitu Ca2+. Sebelum melakukan proses titrasi ini, kami melakukan proses
pembakuan larutan EDTA. Dan sebelum melakukan proses pembakuan larutan,
kami pun membuat larutan yang diperlukan terlebih dahulu. Larutan EDTA 0,01
M, larutan dapar pH 10 dan larutan indikator EBT (Eriochrome Black T) sudah
tersedia. Maka, kami pun membuat larutan baku kalsium.
Larutan baku kalsium dibuat dari padatan CaCO3 pa, larutan HCl dan air.
Padatan CaCO3 yang digunakan itu pa (pro analys), karena salah satu syarat
larutan standar primer yaitu tingkat kemurniannya pa. Sebelum dilakukan titrasi
Ca dilakukan terlebih dahulu pembakuan larutan EDTA. Proses pembakuan
dilakukan karena EDTA merupakan larutan standar primer, maka harus
distandarisasi terlebih dahulu dengan larutan standar primer (larutan baku
kalsium) sebelum melakukan proses titrasi.
Setelah proses pembuatan larutan baku kalsium, dilakukanlah proses
pembakuan larutan EDTA. Larutan baku kalsium dipipet, kemudian dimasukkan
ke dalam labu erlenmeyer. Karena, dengan labu erlenmeyer akan lebih
memudahkan dalam proses titrasi, terutama dalam proses pengocokkan.
Setelah itu, ditambah larutan dapar pH 10, penambahan larutan dapar pH 10
berfungsi supaya suasana dalam keadaan basa ketika melakukan proses titrasi dan
untuk mempertahankan nilai pH. Lalu, ditambahkan aquades. Sebelum melakukan
proses titrasi, ditambahkan indikator EBT. Penambahan indicator EBT berfungsi
sebagai indikator pH. Dengan ditambahkannya indikator EBT, maka terbentuk
CaIn– yang berwarna merah anggur (pink). Jika sudah terbentuk larutan berwarna
merah anggur (pink), maka proses titrasi antara larutan EDTA dan larutan baku
kalsium dapat langsung dilakukan. Setelah didapat larutan berwarna biru langit,
proses titrasi dihentikan. Saat itulah, mol CaCl2 sama dengan mol EDTA, dan hal
ini dinamakan titik akhir titrasi. Dimana reaksi yang terjadi selama proses titrasi
yaitu Ca2+ + HIn2- → CaIn– + H+ CaIn– + H2Y2- → CaY2- +
HIn2- + H (merah anggur) + (biru)
Dari proses titrasi tersebut, didapatkan konsentrasi EDTA sebesar 0.104 N.
Kemudian, kami melakukan titrasi Ca. Langkah kerja yang dilakukan sama
dengan proses pembakuan larutan EDTA. Hanya terdapat perbedaan ketika
ditambahkannya larutan dapar pH 10. Dimana pada proses ini, larutan dapar pH
10 yang digunakan lebih banyak 1 mL.
Dalam praktikum juga dilakukan titrasi kesadahan total dari sampel air.
Kesadahan air adalah adanya kandungan mineral-mineral tertentu yang terdapat di
dalam air, pada umumnya mineral itu adalah ion kalsium (Ca) dan magnesium
(Mg) dalam bentuk garam karbonat. Proses titrasi dilakukan mirip dengan titrasi
pembakuan larutan EDTA yaitu menggunakan indicator EBT dan larutan dapar
pH 10. Hanya saja sampel yang digunakan adalah air. Setelah dilakukan titrasi
dan didapatkan titik ekuivalennya, dapat ditentukan kesadahan total dari air yaitu
sebesar 103 ppm.

H. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion),
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Pada praktikum kali
ini di dapat hasil konsentrasi larutan EDTA 0.104 N, dan kadar Mg2+
yang diperoleh 0.043 M.

I. Daftar Pustaka
Basset, J. dkk. 1994. Vogel-Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta:
EGC. (Kesadahan). Bandung: Pusat Lingkungan Geologi – Badan
Geologi – Departemen Energi Dan Sumberdaya Mineral Republik
Indonesia
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.Rivai, H.
1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press, Jakarta

Pergiwati, Iwa. 2008. Modul Kompetensi Titrimetri - Kompleksometri.


Bandung: Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 7 Bandung

Anda mungkin juga menyukai