BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke
kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas
dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus
sangat peka terhadap ion logam sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan
titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH
untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2
akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+dengan indikator
murexide.
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan
bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun
nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan
berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh
dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan
kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA
distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan kadmium.
Reaksi-reaksi yang melibatkan pembentukan kompleks dipergunakan oleh kimiawan dalam
prosedur titrimetrik maupun gravimetrik. Molekul yang bertindak sebagai ligan biasanya
memiliki atom elektronegatif, misalnya nitrogen, oksigen, atau salah satu dari halogen. Ligan
yang hanya mempunyai sepasang electron tak dipakai bersama, misalnya NH3, dikatakan
unidentat.Ligan yang mempunyai dua gugus yang mampu membentuk dua ikatan dengan
atom sentral dikatakan bidentat. Suatu contoh adalah etilendiamin (NH2CH2CH2NH2)
dengan kedua atom nitrogen mempunyai pasangan electron tak terpakai bersama. Ion
tembaga (II) membentuk kompleks dengan dua molekul etilendiamin seperti berikut :
Cincin heterosiklik terbentuk oleh interaksi suatu ion logam dengan dua atau lebih gugus
fungsional dalam ligan dinamakan cincin khelat; molekul organiknya pereaksi pembentuk
khelat, dan kompleksnya dinamakan khelat atau senyawa khelat. Penggunaan analitik
didasarkan pada penggunaan pereaksi khelat sebagai titran untuk ion-ion logam telah
menunjukan pertumbuhan menarik.
Kompleksometri merupakan metoda titrasi yang pada reaksinya terjadi pembentukan larutan
atau senyawa kompleks dengan kata lain membentuk hasil berupa kompleks. Untuk dapat
dipakai sebagai dasar suatu titrasi, reaksi pembentukan kompleks disamping harus memenuhi
persyaratan umum titrasi, maka kompleks yang terjadi harus stabil. Titrasi ini biasanya
digunakan untuk penetapan kadar logam polivalen atau senyawanya dengan menggunakan
Na2EDTA sebagai titran pembentuk kompleks.
Logam Ligan Kompleks Bilangan
Ko. logam Geometri Reaktivitas
Ag+ NH3 Ag(NH3)2+ 2 Liniar Labil
Hg2+ Cl- HgC12 2 Liniar Labil
Cu2+ NH3 Cu(NH3)42+ 4 Tetrahedral Labil
Ni2+ CN- Ni(CN)42- 4 Persegi planar Labil
Co2+ H2O CO(H2O)62+ 6 Oktahedral Labil
Co3+ NH3 Co(NH3)63+ 6 Oktahedral Inert
Cr3+ CN- Cr(CN)63- 6 Oktahedral Inert
Fe 3+ CN- Fe(CN)63- 6 Oktahedral Inert
Tabel. Kompleksometri
Hanya beberapa ion logam seperti tembaga, kobal, nikel, seng, cadmium, dan merkuri (II)
membentuk kompleks stabil dengan nitrogen seperti amoniak dan trine. Beberapa ion logam
lain, misalnya alumunium, timbale, dan bismuth lebih baik berkompleks dengan ligan dengan
atom oksigen sebagai donor electron. Beberapa pereaksi pembentuk khelat, yang
mengandung baik oksigen maupun nitrogen terutama efektif dalam pembentukan kompleks
stabil dengan berbagai logam. Dari ini yang terkenal ialah asam etilen-diamintetraasetat,
kadang-kadang dinyatakan asam etilendinitrilo, dan sering disingkat sebagai EDTA :
Kilon praktis telah membuat suatu revolusi pada kimia analitik dari banyak unsur logam dan
merupakan hal yang sangat penting dalam banayak lapangan. Reaksi pengkomplekan dengan
suatu ion logam, melibatkan penggantian satu molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi
dengan gugus-gugus nukleofilik lain, gugus yang terikat oleh pada ion pusat disebut ligan.
Ligan dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan, ligan dapat dengan
baik diklasifikasi atas dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam. Ligan sederhana seperti
ion-ion halide atau molekul-molekul H2O atau NH3 adalah monodentat, yaitu ligan yang
terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan atau pasangan elektron
kepada logam, bila ion ligan itu mempunyai dua atom, maka molekul itu mempunyai dua
atom penyumbang untuk membentuk dua ikatan koordinasi dengan ion logam yang lama,
ligan itu disebut bidentat. Ligan multidental mempunyai lebih dari dua atom koordinasi per
molekul, kestabilan termodinamik dari satu spesi merupakan ukuran sejati di mana spesi ini
akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi tertentu, jika sistem itu dibiarkan mencapai
kesetimbangan.
Ikatan pada EDTA, yaitu ikatan N yang bersifat basa mengikat ion H+ dari ikatan karboksil
yang bersifat asam. Jadi dalam bentuk Ianitan pada EDTA ini terjadi reaksi intra molekuler
(maksudnya dalam molekul itu sendiri), maka rumus senyawa tersebut disebut "zwitter ion".
EDTA dijual dalam bentuk garam natriumnya, yang jauh lebih mudah larut daripada bentuk
asamnya.
Reaksi pengkompleksan dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian satu molekul
pelarut atau lebih yang terkoordinasi dengan gugus-gugus nukleofilik lain, gugus yang terikat
oleh pada ion pusat disebut ligan. Ligan dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion
bermuatan, ligan dapat dengan baik diklasifikasi atas dasar banyaknya titik lekat kepada ion
logam. Ligan sederhana seperti ion-ion halide atau molekul-molekul H2O atau NH3 adalah
monodentat, yaitu ligan yang terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh
penyumbangan atau pasangan elektron kepada logam, bila ion ligan itu mempunyai dua atom,
maka molekul itu mempunyai dua atom penyumbang untuk membentuk dua ikatan
koordinasi dengan ion logam yang sama, ligan itu disebut bidentat. Ligan multidentat
mempunyai lebih dari dua atom koordinasi per molekul, kestabilan termodinamik dari satu
spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada
kondisi tertentu, jika sistern itu dibiarkan mencapai kesetimbangan
Ligan dapat berupa suatu senyawa organik seperti asam sitrat, EDTA, maupun senyawa
anorganik seperti polifosfat. Untuk memperoleh ikatan metal yang stabil, diperlukan ligan
yang mampu membentuk cincin 5-6 sudut dengan logam misalnya ikatan EDTA dengan Ca.
Ion logam terkoordinasi dengan pasangan electron dari atom-atom N-EDTA dan juga dengan
keempat gugus karboksil yangh terdapat pada molekul EDTA. Ligan dapat menghambat
proses oksidasi, senyawa ini merupakan sinerjik anti oksidan karena dapat menghilangkan
ion-ion logam yang mengkatalisis proses oksidasi.
Titrasi Khelometrik
EDTA merupakan ligan seksidentat yang berpotensi, yang dapat berkoordinasi dengan ion
logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan empat gugus karboksil. Dalam hal-hal lain,
EDTA mungkin bersikap sebagai suatu ligan kuinkedentat atau kuadridentat yang mempunyai
satu atau dua gugus karboksilnya bebas dari interaksi yang kuat dengan logamnya. Untuk
memudahkan, bentuk asam EDTA bebas sering kali disingkat menjadi H4Y. Dalam larutan
yang cukup asam, protonasi sebagian dari EDTA tanpa kerusakan lengkap dari kompleks
iogam mungkin terjadi, yang menyebabkan terbentuknya zat seperti CuHY-; tetapi pada
kondisi biasa semua empat hidrogen hilang, apabila ligan dikoordinasikan dengan ion logam.
Pada harga-harga pH sangat tinggi, ion hidroksida mungkin menembus lingkungan
koordinasi dari logam dan kompleks seperti Cu(OH)Y3- dapat terjadi.
Efek Kompleks
Zat-zat lain dari titran kilon yang mungkin ada dalam larutan ion logam dapat membentuk
kompleks dengan logamnya dan dengan demikian bersaing dengan reaksi titrasi yang
diinginkan.Sebenarnya pembentukan kompleks demikian kadang-kadang dengan
pertimbangan digunakan untuk mengatasi interferensi, yang dalam hal ini efek dari
pengompleks disebut penutupan. Dengan ion-ion logam tertentu yang dengan mudah
terhidrolisa, mungkin perlu untuk menambahkan ligan pengompleks agar mencegah
pengendapan hidroksida logam. Jika tetapan stabilitas untuk semua kompleks diketahui,
maka efek pembentukankompleks terhadap reaksi titrasi EDTA dapat dihitung.
Efek Hidrolisa
Hidrilisa ion logam mungkin bersaing dengan proses titran khelometrik. Peningkatan pH
membuat efek ini lebih jelek dengan penggeseran ke keseimbangan yang benar dari jenis
M2+ + H2O M(OH)+ H+.
Hidrolisa secara ekstensif dapat mengakibatkan pengendapan hidroksida yang hanya bereaksi
dengan EDTA secara perlahan-lahan, bahkan apabila pertimbangan pertimbangan
keseimbangan menguntungkan pembentukan khelonat logam. Sekali pun seringkali tetapan
hidrolisa yang cocok untuk ion-ion logam tidak tersedia, dan karenanya pengaruh ini sering
tidak dapat dihitungdengan teliti.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat Yang Dibutuhkan
1) Buret
2) Klem & Statif
3) Labu ukur 100 mL
4) Labu Erlenmeyer
5) Gelas ukur / Beaker glass
6) Pipet seukuran / Pipette volume
7) Pipet tetes
8) Kaca arloji
9) Corong kaca
10) Batang pengaduk
11) Spatula
12) Neraca
3.1.2 Bahan Dang Dibutuhkan
1) Na2EDTA 0,1 M
2) ZnSO4 0,1 M
3) Buffer pH 10
4) Indikator EBT
5) Sampel (CaCO3 0,1 M)
6) Sampel (MgSO4 . 7H2O 0,1 M)
7) H2O
4.2 Perhitungan :
4.2.1 Standarisasi Larutan Na2EDTA
[Na2EDTA] = 0,1 N *
* : Kenormalan larutan Na2EDTA menggunakan perhitungan saat pembuatannya, karena zat
untuk
menstandarisasinya tidak bagus.
4.2.2 Penentuan Kadar Ca2+ Dalam CaCO3 0,1 M
% Ca2+ =
=
=
= 6,72 %
4.2.3 Penentuan Kadar Mg2+ Dalam MgSO4 . 7H2O 0,1 M
% Mg2+ =
=
=
= 13,90 %
4.3 Pembahasan :
Pada praktikum kali ini yaitu praktikum mengenai Titrasi Kompleksometri atau Titrasi
Pembentukan Senyawa Kompleks. Kompleksometri ini termasuk salah satu analisis kimia
kuantitatif, yang tujuannya untuk menentukan kadar atau pun konsentrasi dalam suatu
sampel. Adapun prinsip kerjanya yaitu berdasarkan reaksi pembentukan senyawa kompleks
dengan EDTA, sebagai larutan standar dengan bantuan indikator tertentu. Titik akhir titrasi
ditunjukan dengan terjadinya perubahan warna larutan, yaitu dari merah anggur menjadi biru.
Pada saat sampel zink sulfat yang dititrasi dengan larutan EDTA yang tidak berwarna dengan
bantuan indikator EBT, akan terbentuk warna biru yang langsung hilang (mencapai kondisi
titik ekivalen). Namun jika telah mencapai titik akhir titrasi maka warna yang terbentuk akan
tetap berwarna biru. Hal tersebut terjadi karena mek EDTA = mek Analat.
EDTA merupakan ligan seksidentat yang berpotensi, yang dapat berkoordinasi dengan ion
logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan empat gugus karboksil. Dalam hal-hal lain,
EDTA mungkin bersikap sebagai suatu ligan kuinkedentat atau kuadridentat yang mempunyai
satu atau dua gugus karboksilnyabebas dari interaksi yang kuat dengan logamnya.
Untuk mernudahkan, bentuk asam EDTA bebas sering kali disingkat H4Y. Dalam larutan
yang cukup asam, protonasi sebagian dari EDTA tanpa kerusakan lengkap dari kompleks
logam mungkin terjadi, yang menyebabkan terbentuknya zat seperti CuHY- tetapi pada
kondisi biasa semua empat hidrogen hilang, apabila ligan dikoordinasikan dengan ion logam.
Pada harga-harga pH sangat tinggi, ion hidroksida mungkin menembus lingkungan
koordinasi dari logam dan kompleks seperti Cu(OH)Y3- dapat terjadi.
Titrasi kompleksometri sangat dipengaruhi oleh pH. Hanya pada harga-harga pH lebih besar
kira-kira 12, kebanyakan EDTA ada dalam bentuk tetraanion Y'-. Pada harga-harga pH yang
lebih rendah, zat yang berproton HY3-, dan seterusnya, ada dalam jumlah berlebihan.
Jelaslah bahwa kecenderungan yang sebenarnya untuk membentuk khelonat logam pada
sembarang pH tidak dapat diperbedakan langsung.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, serta apa yang penyusun tulis atau sampaikan, maka dapat
ditarik kesimpulan, sebagai berikut :
Titrasi kompleksometri disebut juga kelatometri yakni titrasi yang berdasarkan
pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion).
Konsentrasi (Normalitas) yang didapat untuk Larutan Na2EDTA adalah 0,1 M.
Volume yang didapat saat Penentuan Kadar Ca2+ Dalam CaCO3 0,1 M yaitu:
1) 2,00 mL
2) 1,35 mL
3) 1,70 mL
Sehingga kadar yang didapat adalah 6,72 %.
Volume yang didapat saat Penentuan Kadar Mg2+ Dalam MgSO4 . 7H2O 0,1 M yaitu:
1) 14,22 mL
2) 14,04 mL
3) 14,00 mL
Sehingga kadar yang didapat adalah 13,90 %.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmania, Inti. 2007. Modul Praktikum Kimia Analitik - Kompleksometri. Bandung:
Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari
Fatasya, Syifa, dkk. 2007. Laporan Prakerin Analisis Air Minum Secara Fisika dan Kimia di
Laboraorium Air-Pusat Lingkungan Geologi (Kesadahan). Bandung: Pusat Lingkungan
Geologi Badan Geologi Departemen Energi Dan Sumberdaya Mineral Republik
Indonesia
Pergiwati, Iwa. 2008. Modul Kompetensi Titrimetri - Kompleksometri. Bandung: Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 7 Bandung
Rusmana. 2008. Jurnal Kimia Analisa (Penentuan Kadar Ca Dan Mg Secara
Kompleksometri. Bandung: Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 7 Bandung
Hendrayana, Taufik. 2009. Laporan Kompleksometri. (online) http://www.x3-prima.com/
2009/09/laporan-argentometri.html (25 Juni 2011)
Basset, J. dkk. 1994. Vogel-Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN
GAMBAR :
Gambar. Alat yang dibutuhkan Gambar. LSS Na2EDTA
Mengenai Saya
Rusmana_021208
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
blog ini aku persembahkan untuk ira novitasari ..
Lihat profil lengkapku
Pengikut
Arsip Blog
2012 (1)
2011 (7)
o September (1)
o Juli (2)
o Juni (2)
o Maret (1)
o Januari (1)
2010 (6)
Entri Populer
Ada
kesalahan di
dalam gadget
ini
vakuola_mitokondria_kloroplast_peroxisomes
VAKUOLA Organel ini sebenarnya lisosom juga. Pada tumbuhan,
waktu sel muda, vakuola kecil dan tersebar. Waktu dewasa makin besar
dan mengis...
(tanpa judul)
Israel Is Not a Superpower Ronen Bergman is a senior military and
intelligence analyst for Yedioth Ahronoth, an Israeli daily. He is
curren...
Ksp
1) Di dalam larutan terdapat CH3COOH, volume = 825 mL dengan pH
= 4,8. Tentukan berat (gram) CH3COOH dalam larutan tersebut ?
Diketahui :...
rusmana12@yahoo.com. Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.