Anda di halaman 1dari 24

Tugas Individu

Review Jurnal :
“Penetapan Kadar Kalsium pada Kacang Kedelai (Glycine max L)
Secara Kompleksometri”

OLEH

RONI
(A1L1 19 087)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi kita dalam tumbuh dan


berkembang. Dalam melewati tahap tersebut manusia membutuhkan makanan
bergizi, adapun unsur-unsur yang terkandung dalam makanan bergizi tersebut
adalah protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.
Mineral merupakan unsur yang sangat diperlukan oleh tubuh dalam umlah
yang relative banyak. Kalsium merupakan jenis mineral yang jumlahnya
terbanyak dalam tubuh. Kalsium merupakan unsur mineral penting yang paling
banyak terdapat didalam tubuh yaitu 1,5- 2% dari berat badan orang dewasa atau
kurang lebih sebanyak 1 kg. Kalsium mempunyai berbagai fungsi didalam tubuh,
seperti pembentukan tulang dan gigi, mengatur pembekuan dan kontraksi otot.
Kekurangan kalsium dapat menyebabkan tulang kurang kuat, mudah bengkok dan
rapuh. Kalsium dalam tubuh memegang peranan utama dalam mengisi
kepadatan/densitas tulang, dan berperan dalam pembentukan gigi. Peranan
kalsium tidak hanya pada pembentukan tulang dan gigi, namun juga memegang
peranan penting dalam mengatur pembekuan darah dan kontraksi otot.
Kalsium dapat diperoleh dari pangan nabati maupun hewani, sumber
kalsium yang berasal dari hewani misalnya ikan, susu, keju mentega dan kuning
telur dan dari nabati misalnya, kacang-kacangan dan sayuran hijau seperti bayam,
daun singkong, sawi, daun kangkung dan sebagainya
Salah satu jenis tanaman yang mengandung kacang-kacangan adalah
kedelai. Pada umunya kacang kedelai banyak dikonsumsi oleh seluruh lapisan
masyarakat, selain harganya relative murah, kedelai juga sangat mudah didapat
serta efesien.
Kacang kedelai dianggap sebagai salah satu bahan makanan sumber
protein nabati yang paling baik, selain protein kedelai juga banyak mengandung
usur-unsur gizi lain, seperti karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin
A dan B.

1
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat
pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri
adalah garam dinatrium etilendiamina tetrasetat (dinatrium EDTA).
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titrasi dan titrat saling
mengompleks dan membentuk hasil berupa kompleks.
Asam etilen diamin tetra asetat yang lebih dikenal dengan EDTA
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA adalah sebenarnya
adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat
kedua nitrogen dan keempat gugud karboksilnya atau diseut ligan multidentat
yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi permolekul, misalnya asam 1,2
diaminoetanatetraasetat 9asam etilen diamin tetra asetat EDTA) yang mempunyai
dua atom nitrogen dan empat atom oksigen penyambung dalam molekul.
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang
berguna sebagai tanda tercapainya titik akhir titrasi. Cara titrasi langsung secara
kompleksometri dengan larutan EDTA digunakan untuk mepertahankan kadar
kalsium dan magneseium dipilih. EDTA kompleksometri titrasi baik untuk Ca dan
Mg ketika Ca bereaksi dengan EBT menghasilkan warna pink dan Ca bereaksi
dengan EDTA memberikan warna biru. Hal ini berarti dalam mineral positif.

2
3

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah berapa kadar kalsium pada
kacang kedelai (Glycine max L).

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kalsium


kacang kedelai (Glycine max L) yang dijual dipasar Petisah Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu untuk memberikan informasi kepada


masyarakat tentang kadar kalsium yang dikandung oleh kacang kedelai (Glycine
max L) yang dijual dipasar Petisah Medan.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mineral

Mineral merupakan bagian dari tubuh yang memegang peranan penting


dalam pemeliharaan fingsih tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan organ maupun
fingsih tubuh secara keseluruhan. Mineral dapat diperoleh dari makanan sehari-
hari yang kita konsumsi seperti susu,telur, ikan, daging, tahu, tempe, kacang-
kacangan, sayuran serta buah-buahan (Lomboan, 2020).
Mineral adalah nutrisi penting untuk memelihara kesehatan dan
pencegahan penyakit. Mineral dan vitamin bertindak secara interaksi. Mineral
dapat diklasifikasikan menurut jumlah yang dibutuhkan tubuh manuasia. Kalsium,
tembaga, fosfor, kalium, natrium, dan klorida adalah contoh mineral utama
sedangkan kromium, magnesium, yodium, besi, flour, mangan, selenium, dan zink
adalah contoh mineral minor. Pada analisis pengukuran mineral Ca dan Mg lebih
dikenal dengan sebutan titrasi kompleksometri.Titrasi kompleksometri yaitu titrasi
berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks(ion kompleks atau garam
yang sukar mengion) ( Lallia dkk., 2013).
2.2 Titrasi Kompleksometri

Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan reaksi pembentukan


senyawa kompleks, misalnya penetapan kadar Ca2+ (ion logam) dengan EDTA
(Etilene Diamine Tetra Asetat). Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai
reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan
molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan persyaratan mendasar terbentuknya
kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi, prinsip dari metode ini
membentuk kompleks yang dipakai berupa garam EDTA yang dapat bereaksi
dengan logam Ca2+ (Adriani dkk., 2020).
Titrasi kompleksometri jenis titrasi dimana titrandan titrat saling
mengompleks, jadi membentuk hasil berupa senyawa kompleks. Reaksi kompleks
yang terbentuk dianggap sebagai reaksi asam basa Lewis dengan ligan bertindak
sebagai basa dengan menyumbangkan sepasang elektronnya kepada kation yang
5

berupa asamnya. Ikatan atom yang terbentuk antara atom logam pusat dengan
ligan sering disebut kovalen (Triwahyuni, 2019).

2.3 EDTA

EDTA (etilen diamin tetra asetat) merupakan senyawa pengompkes yang


berperan sebagai agen kelat karena kemampuannya untuk mengikat ion logam,
sehingga dapat digunakan sebagai agen pendesorpsi loga Ce(IV). Pada umumnya
stabilisasi ion kompleks dipengaruhi oleh jenis-jenis ligan. EDTA merupakan
ligan khelat, sedangkan hidroksil dan amina merupakan ligan monodentat.
Kompleks kelat lebih stabil dibanding kompleks non-khelat. EDTA adalah
sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion
logam lewat kedua nitrogen dan ke empat gugus karboksilnya atau disebut ligan
multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi permolekul,
misalnya asam 1,2 diaminoetanatetraasetat-9-asam etilen diamin tetra asetat
EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen dan empat atom oksigen
penyambung dalam molekul (Sa’adah, 2018).

Gambar 1. Rumus Kimia EDTA


6

2.4 Reaksi Pembentukan Kompleks

Dalam pelaksaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-


reaksi yang menghasilkan pembentukkan kompleks. Suatu ion (atau
molekul) kompleks terdiri dari satu atom ( ion) pusat dan sejumlah ligan yang
terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini
dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu,
meskipun ini tak dapat ditafsirkan didalam lingkup konsep valensi yang klasik.
Atom pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang
menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang
stabil dengan suatu atom pusat. Pada kebanyakan kasus, bilangan koordinasi
adalah 6 (seperti dalam kasus Fe2+, Fe3+, Zn2+, Cr3+, Co3+, Ni2+, Cd2+), kadang-
kadang 4 (Cu2+, Cu+, Pt2+), tetapi bilangan-bilangan 2 (Ag+) dan 8 (beberapa ion
dari golongan platinum) juga terdapat.
Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar
atom atau ion pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi , yang masing-
masingnya dapat dihuni satu ligan (monodentat). Susunan logam-logam sekitar
ion pusat adalah simetris. Jadi, suatu kompleks dengan satu atom pusat dengan
bilangan koordinasi 6, terdiri dari ion pusat berada dipusat suatu bujursangkar dan
keempat ion menempati keempat sudut bujursangkar ini adalah juga umum.
Ion-ion dan molekul-molekul anorganik sederhana seperti NH3, CN-, Cl-,
H2O membentuk ligan monodentat, yaitu satu ion atau molekul menempati salah
satu ruang yeng tersedia sekitar ion pusat dalam bulatan koordinasi, tetapi ligan
bidentat (seperti ion dipiridil), tridentat dan juga tetradentat dikenal orang.
Kompleks yang terdiri dari ligan-ligan polidentat sering disebut sepit (Chelate).
Nama ini berasal dari kata Yunani untuk sepit kepiting, yang menggigit suatu
objekseperti ligan-ligan polidentat itu ‘menangkap’ ion pusatnya. Pembentukan
kompleks sepit dipakai secara ekstensif dalam analisis kimia kuantitatif (titrasi
kompleksometri).
Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukkan ion-ion kompleks
ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
7

mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi.


Contoh dari kompleks tersebut adalah logam dengan EDTA. Demikian juga titrasi
dengan merkuro nitrat dan perak sianida juga dikenal sebagai titrasi
kompleksometri (Khopkar, 2002).
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion),
kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titrat dan titran saling
mengompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas
tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Contoh reaksi titrasi kompleksometri:
Ag+ + 2CN-  Ag (CN)2
Hg+ + 2Cl-  HgCl2
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang
dimaksud disini adalah kompleks yang dibantu melalui reaksi ion logam, sebuah
kation dengan sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukkan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian
adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komples biasa seperti diatas, dikenal
pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang
menyangkut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan
dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan:
M(H2O)n + L <==> M (H2O)(n-1) L + H2O
(Khopkar, 2002).
8

2.5 Selektivitas Titrasi Kompleksometri

Karenanya banyaknya logam yang dapat dititrasi dengan EDTA, maka


masalah selektivitas menjadi masalah penting untuk dikaji. Tampaknya
pemisahan pendahulu seperti pemisahan berdasarkan penukar anion atau ekstraksi
pelarut perlu dilakukan terhadap suatu campuran. Selektivitas dapat diperbaiki
dengan mengendalikan pH pemakaian pengompleks sekunder, pemilihan
penitrannya dan pengendalian laju reaksi. Kompleks yang stabil biasanya
terbentuk pada pH rendah seperti Fe (pH=2,0), Al 3+, Zr 4+, B 3+, semua titrasi
pada pH rendah untuk menghindarkan hidrolisis. Zn, Cd, dan Pb dititrasi pada
pH=5,0. Pada titrasi Ca, untuk menghindarkan interferensi dari Zn dan Cd, ion-
ion ini dimasking dengan KCN. Misalkan saja Ca, Mg dapat di titrasipada
pH=10,0 dengan penambahan nitril glikolat, yang akan membebaskan Zn, Cd dari
kompleks EDTA. Bal atau 2,3 dimerkaptopropanol dapat digunakan sebagai
elemen masking melalui pembentukan sulfida yang tidak larut. EDTA dapat
digunakan untuk menitrasi Ca dalam campuran Mg dengan mempergunakan
indikator murexide. Campuran Cd, Zn dapat dititrasi dengan EDTA dengan
menggunakan buffer NH3-NH4Cl, karena Cl (NH3)2 kurang stabil dibandingkan
Zn (NH3)2 sehingga EDTA hanya menitrasi Cd (Wahyuni, 2010).

2.6 Kestabilan Kompleks

Kestabialn suatu kompleks jalan akan berhubungan dengan (a)


kemampuan mengompleks dari ion logam yang terlihat, dan (b) dengan ciri khas
ligan itu, yang penting untuk memeriksa faktor-faktor ini dengan singkat:
a. Kemampuan mengkompleks logam-logam digambarkan dengan baik menurut
klasifikasi Schwarzenbach, yang dalam ganis besarnya didasarkan atas pembagian
logam menjadi asam lewis kelas A dan kelas B. Logam kelas A dicirikan oleh
larutan afinitas terhadap halogen, dan membentuk kompleks yang paling stabil
dengan anggota pertama grup table berkala. Kelas B lebih mudah
berkoordinasi dengan I- daripada dengan f dalam larutan air dan membentuk
kompleks terstabil dengan atom penyumbang kedua dari masing-masing grup
itu yakni N, O, F, Cl, C, danP.Konsep asam basa keras dan lunak adalah
9

berguna dalam menandai ciri-ciri perilaku penerima pasangan electron kelas A


dan kelas B.
b. Ciri-ciri khas ligan, dapat mempengaruhi kestabilan kompleks diman aligan
itu terlibat, adalah (i) kekuatan basa dari ligan itu, (ii) sifat-sifat penyepitan, jika
ada, (iii) efek-efek sterik (ruang). Efek sterik yang paling umum adalah efek oleh
adanya suatu gugusan besar yang melekat dengan atom penyumbang
(Wahyuni,2010).
10

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode eksperimental secara analisa kuantitatif


kompleksometri.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Jurusan Farmasi


Poltekkes Kemenkes Medan. Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah kacang kedelai yang diperoleh dari tiga
pedagang di pasar petisah medan. Sampel yang diuji pada penelitian ini adalah
kacang kedelai segar. Sampel diambil secara purposive sampling yang
pengambilan sampel tanpa mempertimbangkan tempat dan letak geografisnya.

3.4 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah neraca analitik, buret 50 ml,
statif dan klem, beker glass, pipet tetes, pipet volume, Erlenmeyer, labu ukur,
lumpang dan stanfer, gelas ukur, indikator universal, corong, batang pengaduk,
tanur, cawan penguap, kertas saring, dan krus porselin. Sementara bahan yang
digunakan adalah kacang kedelai, dinatrium EDTA 0,005 M, seng sulfat, hitam
eriokrom, NaCl, NaOH, HCl encer, asam nitrat pekat, ammonium klorida,
akuades, kalkon campur dan ammonium hidroksida.
11

3.5 Prosedur Kerja

3.5.1 Pembuatan Reagen

3.5.1.1 Larutan Baku ZnSO4 0,05 M (BM 287,54)


ZnSO4
ditimbang 0,7188 gram

dilarutkan dengan aquades 50 mL

dihomogenkan
Larutan Baku ZnSO4 0,05 M
3.5.1.2 Larutan Titer Na2EDTA 0.05 M (BM 372,24)

Na2EDTA
ditimbang 3,7224 gram

dilarutkan dengan aquades 200 mL

dihomogenkan
Larutan Titer Na2EDTA
0,05 M

3.5.1.3 Larutan Buffer Salmiak/Ammonia pH 8-10

NH4OH
ditimbang 3,5 gram
ditambahkan dengan NH4OH 25%
diencerkan dengan aquades 35 mL
ditambahkan sedikit demi sedikit
NH4OH sampai pH 8-10
dilarutkan dengan aquades 50 mL
dihomogenkan

Larutan Ammonia pH 8-10


12

3.5.1.4 Larutan NaOH 10 N

NaOH
ditimbang 20,0 gram

dilarutkan dengan aquades 50 mL

dihomogenkan
Larutan NaOH 10 N

3.5.1.5 Larutan HCl Encer

HCl
dipipet 13,5 mL

dimasukkan kedalam gelas beker 50


mL

dilarutkan dengan aquades 20 mL

ditambahkan aquades sampai 50 mL

dihomogenkan

Larutan HCl encer

3.5.1.6 Larutan Indikator Hitam Eriokrom (EBT)

1 g EBT = 10 mg EBT +
990 mg NaCl anhidrat

diambil 50 mg campuran EBT untuk


satu kali titrasi

Indikator EBT
13

3.5.1.7 Larutan Indikator Kalkon Campur

1 g kalkon = 10 mg kalkon
+ 990 mg Na2SO4

diambil 100 mg campuran kalkon


untuk satu kali titrasi

Indikator Kalkon
campur

3.6 Proses Pengolahan Sampel

3.6.1 Ekstraksi Sampel

Kacang Kedelai

- dihaluskan menggunakan blender


- ditimbang sebanyak 50 g
- dimasukkan kedalam kurs porselin
- dibakar di atas api bebas sampai terjadi
pengarangan
- ditambahkan 5 ml HNO3 dan 5ml H2SO4
- kemudian dibakar kembali selama 10
menit
- dimasukkan kedalam tanur, dipanaskan
pada temperatur 8 1C selama 60 menit
- ditambahkan 10 ml HCl encer untuk
melarutkan logam oksidanya
- kemudian ditambahkan aquades
- dikocok lalu disaring kedalam labu ukur
50 Ml
-
Hasil ekstraksi sampel
14

3.6.2 Analisis Kualitatif Kalsium

Sampel

- Ditambahkan ammonium karbonat encer


- Dididihkan

Hasil Pengamatan

Sampel

- Ditambahkan ammonium oksalat encer


- Dididihkan

Hasil Pengamatan

3.6.2 Analisis Kualitatif Baku Pembanding

CaCl2

- Ditambahkan ammonium karbonat encer


- Dididihkan

Hasil Pengamatan

CaCl2

- Ditambahkan ammonium oksalat encer


- Dididihkan

Hasil Pengamatan
15

3.7 Analisis Kuantitatif

3.7. 1 Pembakuan Na2EDTA

ZnSO4 0,05 M

- Dipipet sebanyak 10 mL
- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250
mL
- Ditambahkan 3 ml buffer salmiak dan 50
mg campuran EBT
- Dititrasi dengan larutan titer Na2EDTA
sampai terjadi perubahan warna
- Dicatat volume Na2EDTA yang
digunakan
- Dilakukan sebanyak tiga kali titrasi
- Dihitung normalitas larutan titer

Hasil pengamatan

3.7. 2 Penetapan Kadar Kalsium

Sampel/Larutan Uji

- Dipipet sebanyak 10 mL
- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250
mL
- Ditambahkan 4 ml NaOH10 N (pH 12-
13)
- Ditambahkan 10 mg kalkon campur
kemudian dilarutkan
- Dititrasi dengan larutan titer Na2EDTA
sampai terjadi perubahan warna mudah
menjadi warna biru
- Dicatat volume Na2EDTA yang
digunakan
- Dilakukan tiga kali tirasi
- Dihitung kadar kalsium
Hasil pengamatan
16

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Kualitatif

Sampel (NH4)2CO3 dididihkan Ca(COO)2

X ↓putih Kristal ↓putih

Y ↓putih Kristal ↓putih

Z ↓putih Kristal ↓putih

Baku ↓putih Kristal ↓putih

Berdasarkan hasil pengamatan diatas maka dapat diketahui bahwa sampel


dengan penambahan ammonium karbonat encer akan terbentuk endapan putih
CaCO3 . Dan jika endapan didihkan akan mengkristal dan sukar larut dalam
NH4Cl. Berbeda halnya dengan sampel yang ditambahkan ammonium oksalat
encer, apabila sampel yang ditambahkan dengan ammonium oksalat encer maka
akan terbentuk endapan putih Ca(COO)2 yang sukar larut dalam asam kuat encer.
Pada baku pembanding (CaCl2) ketika ditambahkan dengan ammonium karbonat
encer akan terbentuk endapan putih CaCO3 . Dan jika endapan didihkan akan
mengkristal dan sukar larut dalam NH4Cl. Tetapi pada baku pembanding yang
ditambahkan dengan ammonium oksalat encer akan terbentuk endapan putih
Ca(COO)2 yang sukar larut dalam asam asetat tetapi mudah larut dalam asam kuat
encer. Hal ini terjadi dikarenakan pada titrasi kompleksometri didasarkan pada
hasil pengendapan senyawa kompleks yang terbentuk.
17

Reaksi CaCl2 dengan indikator EBT

4.2 Analisis Kuantitatif


Molaritas Volume titer Volume rata-rata Molaritas
Na2EDTA Pembekuan
Na2EDTA
0,05 M 10, 3 Ml 10,2 mL 0,0490 M
10, 1 mL
10, 2 mL

Berdasarkan tabel hasil pengamatan diatas, dapat diketahui bahwa


molaritas titran pada pembakuan Na2EDTA dengan larutan ZnSO4 0,05 M yaitu
sebesar 0,0490 M. Hal ini dilakuan dengan tiga kali titrasi dengan variasi volume
yang di gunakan yaitu 10,3 mL , 10,1 mL , dan 10,2 mL. Sebelum dilakukan
proses titrasi terlebih dahulu ditambahkan dengan larutan buffer salmiak dan
campuran EBT. Penambahan dengan senyawa EBT, berfungsi sebagai indikator
pada saat titrasi. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna yang terjadi
yaitu larutan berubah menjadi merah anggur. Hal ini menandakan bahwa larutan
tersebut akan mudah larut dalam asam kuat encer.
18

4.2.1 Hasil Pengolahan Sampel

Sampel Berat sampel Vol.rata-rata Kadar Ca/100 % Kadar


gr
X 50,0037 11,50 225,8505 0,2258
Y 50,0027 11,45 225,0652 0,2251
Z 50,0035 11,53 225,4398 0,2264

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kacang kedelai mengandung


kalsium dan mempunyai kadar yang berbeda beda. Pada pedang X kadar kalsium
yang diperoleh sebesar 0,2258%, pedagang Y = 0,2251% dan pedagang Z =
0,2264%. Pada penentuan kadar kalsium ini campuran tersebut dititrasi dengan
larutan EDTA, dimana akan terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi
biru yang menunjukan bahwa sampel tersebut terdapat kandungan kadar kalsium.
Pereaksi yang ditambahkan pada analisis kandungan Ca dengan metode EDTA
memberikan dampak yang berbeda-beda pada setiap larutan. Fungsi tahapan
metode diantaranya adalah pertama CaCO3 diberi NaOH karena kompleksasi
kesetimbangan sangat tergantung PH yang harus dikendalikan, hal ini disebabkan
penurunan PH sehingga EDTA menjadi terprotonasi yaitu banyak menarik atom
H. EBT adalah indikatir yang berubah dari biru menjadi merah muda ketika
mereka ditambahkan sehingga membentuk suartu senyawa kompleks dengan Ca.
19

Reaksi(Ca+EBT)denganEDTA

Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang


berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator
ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu
reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua
ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua,
reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga,
kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak,
karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun,
kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-
EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam
dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat.
Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam
harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap
ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin
dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan
titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome Black T.
20

Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah
ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua
nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang
mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai
dua atom nitrogen– penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul
BAB V
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa


kacang kedelai mengandung kalsium dan mempunyai kadar yang berbeda beda.
Pada pedang X kadar kalsium yang diperoleh sebesar 0,2258%, pedagang Y =
0,2251% dan pedagang Z = 0,2264%

21
DAFTAR PUSTAKA

Andriai dkk.,2022. Analisis Kalsiujm (Ca) Pada Buah Pisang Dengan Metode
Kompleksomtri. Oceana Biomedicina Journal. Vol.5(1).

Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press : Jakarta

Lomboan, Y, F, Malonda, N, S, H, dan Sekeon, S, S. 2020. Gambaran Kecukupan


Mineral Makro Pada Mahasiswa Semester Vi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Samratulangi Selama Masa Pandemi Covid-19.
Jurnal KESMAS. Vol.9(6).

Sa’adah, S, Zaharah, T, A, dan Shofiyani, A. 2018. Pengaruh Konsentrasi


Na2EDTA Terhadap Desorpsi Ce(Iv) Pada Adsorben Kitosan-Karbon.
Jurnal Kimia Khatulistiwa. Vol 7(4).

Triwahyuni, E, M dan Yusria. 2019. Penggunaan Metode Kompleksometri Pada


Penetapan Kadar Seng Sulfat Dalam Campuran Seng Sulfat Dengan
Vitamin C. Jurnal Unimus.

Wahyuni, I. T. 2010. Laporan Kimia Analitik Kompleksometri.

22

Anda mungkin juga menyukai