Anda di halaman 1dari 11

KIMIA ANALISIS “KOMPLEKSOMETRI”

Disusun oleh :

Dinny Seppraudiva (1911102415103)

Ela Fatimah (1911102415043)

Nicky Nur Ridayanti (1911102415044)

Nurhikmah Sari (1911102415026)

Qur’anni Akhwatun Husna (1911102415079)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu dari reaksi-reaksi matematis yang tidak disertai
perubahan valensi adalah reaksi pembentukan kompleks. Penetapan
kualitatif yang berdasarkan reaksi komlpeks disebut kompleksometri.
Kompleksometri disebut juga dengan kelatometri. Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengompleks,
membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks
atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup
luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan
pada titrasi.
Kelebihan titrasi kompleksometri adalah EDTA stabil, mudah larut
dan menunjukkan komposisi kimiawi yang tertantu. Selektivitas kompleks
dapat diatur dengan penegendalian pH misal pada magnesium, krom,
kalsium dapat di titrasi pada pH=11. Etilen diamin asetat (EDTA) sebagai
garam natrium sendii merupakan standar primer sehingga tidak perlu
standarisasi lebih lanjut. Kompleks yang mudah larut dalam air ditemukan.
Kestabilan kompleks-kompleks logam EDTA dapat diubah dengan
mengubah pH dan adanya zat-zat pengompleks lain. Maka tetapan
kestabilan kompleks EDTA akan berbeda dari nilai yang dicatat pada
suatu pH tertentu. Larutan air EDTA akan memiliki nilai yang berbeda
dari nilaiyang telah dicatat. Kondisi baru ini dinamakan tetapan kestabilan
nampak atau tetapan kestabilan menurut kondisi (Sodiq, 2015).
Analisa kadar kalsium dapat dilakukan dengan metode
kompleksometri. Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan
pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentukan
ompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah
garam dinatrium etilen diamin tetraasetat (dinatrium EDTA)
(Hidayanti,2010).
Titrasi ini digunakan dalam estimasi garam logam. Etilen diamin
asam tetra asetat (EDTA) adalah titran yang biasa digunakan membentuk
stabel 1:1 komplek dengan semua logam efektif. Logam alkali seperti
natrium dan kalium. Logam alkali tanah seperi kalsium dan magnesium
bentuk kompleks yang stabil pada nilai pH rendah dan dititrasi dalam
ammonium klorida penyangga di pH= 10 ( Watson,2000).
Titrasi komleksometri berguna untuk menentukan sejumlah besar
logam. Selektivitas dapat dicapai dengan penggunaan yang tepat dari agen
(penambah agar pengompleks lainnya adalah asam lemah dan basa lemah
yang kestimbangan, dan pengaruh pH pada kstimbangan ini. Kami
menjelaskan titrasi ion logam dengan zat pengompleks sangat berguna
yaitu EDTA, faktor-faktor yang mempengaruhi mereka, dan indikator
untuk titrasi. Titrasi EDTA pada kalsium ditambah magnesium umumnya
digunakan untuk memerlukan kesadahan air.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan fungsi dari kompleksometri ?
2. Bagaimana reaksi pembentukan kompleks ?
3. Stabilitas kompleks !
4. Apa pengertian dari masking dan demasking ?
5. Bagaimana proses titrasi EDTA dan pemilihan indikatornya ?
6. Bagaimana cara mengaplikasikan kompleksometri ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mempelajari materi tentang kompleksometri
2. Memahami reaksi pembentukan kompleks
3. Mendeskripsikan stabilitas kompleks
4. Mendeskripsikan masking dan demasking
5. Memahami dan mempelajari proses titrasi EDTA dan pemilihan
indicator
6. Memahami dan mempelajari cara mengaplikasikan kompleksometri
BAB II
PEMBAHASAN

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat


saling mengkompleks, sehingga dapat membentuk hasil berupa
kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak
tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu penggantian yang cukup
luas tentang kompleks. Sekalipun disini pertama-tama akan ditetapkan
pada titrasi.
Titrasi kompleksometri ini digunakan untuk penetapan kation
bervalensi banyak dalam air. Di dalam dunia farmasi, metode ini
banyak digunakan dalam penetapan kadar suatu senyawa obat yang
mengandung ion logam, misalnya penentuan kadar MgSO4 yang
digunakan sebagai laksativum atau ZnO yang digunakan sebagai
antiseptic. Sehingga kadar logam-logam yang ada dalam suatu produk
farmasi sehingga tepat kadar (sesuai standar) dan tidak menjadi toksik
serta membahayakan konsumen.
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis
titrasi dimana reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan
membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut
kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks.
Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komonen yang
membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak
diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen
yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang
hendak diamati.
Dalam larutan dengan pH tertentu sebagaian besar kation atau
logam dapat bereaksi dengan KOMPLEKSON yang kemudian
membentuk ion kompleks. Contoh :

Ag+ → [Ag(CN)2]¯

Cu2+ → [Cu(NH₃)₄]²⁺

Jika diperhatikan contoh-contoh kompleks, terlihat bahwa suatu


kompleks selalu terjadi dari sebuah ion logam yang dinamakan ion
negatif atau molekul. Sedangkan yang dinamakan Ligand (dari kata
latin ligare = mengikat) . Jumlah ligand ini berbeda-beda dari dua
sampai delapan. Jumlah ikatan dengan ligand itu disebut bilangan
koordinasi yang biasanya merupkan bilangan genap terutama bernilai 4
atau 6. Ion logam univalen biasanya mempunyai bilangan koordinasi
dua.
Muatan sebuah kompleks dapat positif (+), negatif (-) atau nol
(0). Muatan tersebut merupakan jumlah muatan inti dan semua ligand
yang diikatnya. Ligand yang mempunyai satu atom donor pasangan
elektron (missal I¯ dan CN¯) monodentat atau unidentat, sedang
Ligand yang mempunyai atom donor lebih dari satu disebut poli- atau
muktidentat, bidentat kalau punya dua donor, terdentat bila 3,
kuadridentat, pentedentat, heksadentat, dst.
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar
penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan (formosi) kompleks
atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks
yang bermaksud disini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi
ion logam, sebuah katian, dengan sebuah anion atau molekul netral.
Titrasi kompleksometri yang berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar
mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan
titrat saling mengkompleks membentuk hasil berupa kompleks.
Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut
kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya
dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang
kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks adalah tingkat
kelarutan tinggi, selain titrasi kompleksometri yang dikenal sebagai
kelartometri seperti yang menyambut penggunaan EDTA. Gugus yang
terikat pada ion pusat, disebut ligan (polidentat). Selektivitas kompleks
dapat diatur dengan pengendalian pH= 10 EDTA. Sebagian besar
titrasi kompleksometri mempergunakaan indikator yang juga bertindak
sebagai pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator
metalokromat (Khopar, 2012).
Masking atau penutup adalah suatu proses diamana suatu zat
dapat dirubah sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi ikut dalam
suatu reaksi.
Dimasking adalah suatu peristiwa dimana zat yang dimasking
dikembalikan dalam keadaan semula.
Beberapa kation dalam campuran sering dimasking sehingga
dapat lagi bereaksi dengan EDTA atau indicator. Sebagai masking
yang terkenal adalah ion CN¯ yang memberi kompleks sianida yang
stabil dengan kation Cd, Zn, Mg2+, Cu, Ni, Ag atau Pt. Kompleks
sianida dengan Zn dapat dimasking dengan larutan formal dehida,
asam asetat, atau kloral hidrat. Penambahan thioglycolat akan bereaksi
dengan Hg dan Cu hingga tidak dapat membentuk kompleks lagi
dengan EDTA. Jadi Zn bila tercampur dengan Hg dan Cu dapat
dititrasi secara kompleksometri.
NH₄F dapat menutup (masking Ca, Hg dan Al) hingga Zn
dalam campuran dengan Ca, Hg, dan Al setelah ditambah dengan
NH₄F dapat dititrasi dengan EDTA tanpa terganggu oleh Ca, Hg dan
Al.
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan
EDTA, merupakan salah satu jenis asam amino polikarboksilat. EDTA
sebenaranya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan
suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-
nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua
atom koordinasi permolekul, misalnya asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asametilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang
mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen
penyumbang dalam molekul. Suatu EDTA dapat membentuk senyawa
kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehingga
EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak
asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna
kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY– . Ternyata
bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi
dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada
dalam larutan tersebut.
Indikator dalam titrasi kompleksometri tidak berubah karena
perubahan pH, tidak juga karena daya oksidasi titrat berubah, akan
tetapi karena perubahan pM (M adalah khelat logam). (Roth 1988).
Syarat-syarat indikator logam, yaitu:
1. Reaksi warnanya harus sensitif, dengan kepekaan yang besar
terhadap logam.
2. Perubahan warna pada titik ekivalen tajam
3. Perbedaan warna dari indikator bebas dengan indikator kompleks
harus mempunyai kestabilan yang efektif dimana pH titrasi tidak
boleh tidak teroksidasi dan tereduksi.
4. Kestabilan kompleks logam indikator harus cukup.
5. Ikatan senyawa logam EDTA harus lebih kuat dari pada logam-
logam indikator. Artinya ikatan logam – logam Indikator logamnya
harus dapat direbut oleh EDTA.
Beberapa indikator yang paling banyak digunakan dalam
titrasi kompleksometri:

1. Eriochrom Black-T (EBT)


Digunakan pada daerah pH 7 – 11. Suatu kelemahan dari EBT
bahwa larutannya tidak stabil, bila disimpan akan terjadi peruraian
secara lambat,sehingga setelah janka waktu tertentu indikator tidak
berfungsi lagi. Suatu kesulitan yang dialami indikator metalokromik
adalah pembentukan kelat dengan logam yang tidak reversibel atau
terlalu kuat. Bila hal ini terjadi maka tidak dapat terjadi perubahan
warna dan indikator kehilangan fungsinya. Kejadian ini disebut
blocking indikator. Mengalami blocking dengan Fe³⁺. Merupakan
asam lemah, tidak stabil dalam air karena senyawa organik ini
merupakan gugus sulfonat yang mudah terdisosiasi sempurna dalam
air dan mempunyai 2 gugus fenol yang terdisosiasi lambat dalam air.
Penggunaan : Penentuan kadar Ca, Mg, Cd, Zn, Mn, Hg.

2. Murexide
Merupakan indikator yang sering digunakan untuk titrasi Ca2+,
pada pH=12.

3. Jingga Xylenol
Kompleks dengan logam memberikan warna merah.

4. Calmagite
Dapat digunakan sebagai pengganti EBT, karena calmagite
lebih stabil, daerah terjadinya pada pH 8,1-12,4 dan warna indikator
bebasnya biru. Mengalami blocking dengan Cu, Ni, Fe³⁺, dan Al.

5. Arzenazo
Digunakan untuk Ca maupun Mg, juga baik untuk titrasi
Pb(IV) dengan EDTA. Keuntungan menggunakan indikator ini
adalah : Tidak mengalami blocking oleh Cu(II) dan Fe(III) dalam
jumlah kecil. Bereaksi cepat sehingga terjadinya perubahan warna juga
lebih cepat.

6. NAS
Digunakan pada daerah pH 3-9. Dalam larutan yang sangat
asam NAS berwarna merah violet pada pH 3,5 keatas berwarna merah
jingga. Penggunaan NAS cukup luas dan dianjurkan untuk titrasi Cu,
Co(II), Cd, Ni, Zn, Al dengan EDTA.
7. Calcon
Calcon merupakan garam natrium dari Eriochrome Blue Black
R, yang disebut juga Pontachrome Blue Black R. Molekul indikator
berwarna hijau dan hanya terdapat dalam larutan asam kuat. Pada pH 7
sampai 10 berwarna merah, kemudian biru sampai pH 13,5 dan
diatasnya jingga. Kelat Calcon dengan logam berwarna merah dan
ternyata sangat cocok untuk titrasi Ca pada pH 12,5 – 13 tanpa
terganggu oleh Mg. Perubahan warna dari merah menjadi biru. Dengan
indikator ini maka dapat ditentukan kesadahan air yang disebabkan
oleh Ca saja tidak termasuk kesadahan oleh Mg.
Beberapa indikator logam sering menglami penguraian apabila
dilarutkan dalam air. Sehingga stabilitas di dalam larutan rendah
sekali. Oleh karena itu, dalam prakteknya sering dibuat pengenceran
dengan NaCl atau KNO3 dengan perbandingan 1:500.
Macam-macam titrasi yang sering digunakan dalam
kompleksometri, antara lain:
1. Titrasi langsung yaitu titrasi yang biasa digunakan untuk ion-ion
yang tidak mengendappada pH titrasi, reaksi pembentukan
kompleksnya berjalan cepat.
Contoh : penentuannya ialahuntuk ion-ion Mg, Ca, dan Fe.
2. Titrasi kembali yaitu titrasi yang digunakan untuk ion-ion logam
yang mengendap pada pH titrasi,reaksi pembentukan kompleksnya
berjalan lambat.
Contoh : penentuannya ialah untukpenentuan ion Ni.

3. Titrasi penggantian atau titrasi substitusi adalah titrasi yang ini


digunakan untuk ion-ion logam yang tidak bereaksi sempurna
dengan indikator logam yang membentuk kompleks EDTA yang
lebih stabil daripada kompleks ion-ion logam lainnya.
Contoh : penentuannya ialah untuk ion-ion Ca dan Mg.

4. Titrasi tidak langsung


Titrasi ini dilakukan dengan cara, yaitu :
a. Titrasi kelebihan kation pengendap
(misalnya penetapan ion sulfat, dan fosfat).
b. Titrasi kelebihan kation pembentuk senyawa kompleks
(misalnya penetapan ion sianida)..
Aplikasinya banyak digunakan dalam farmasi ,metode ini
banyak digunakan dalam penetapan kadar MgSO4 yang digunakan
sebagai laksativum atau ZnO yang digunakan sebagai antiseptik.
Pada bidang industri digunakan untuk menjernihkan air atau
yang sering disebut dalam penggunaannya di bidang industry adalah
water treatment. Dan untuk menentukan kesadahan air sumur, sungai,
dan lain-lain

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama
akan diterapkan pada titrasi. Ligan (dari kata latin ligare = mengikat). Jumlah
ikatan dengan ligan itu disebut bilangan koordinasi yang biasanya merupakan
bilangan genap terutama bernilai 4 atau 6. Kestabilan termodinamik dari suatu
spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi
lain pada kondisi-kondisi tertentu, jika sistem itu dibiarkan mencapai
keseimbangan. Pengaruh pH jika terlalu asam maka kesetimbangan akan
bergeser ke kanan dan menyebabkan terbentuknya senyawa kompleks, jika
suasana terlalu basa maka kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri dan
membentuk endapan. Jenis titrasi kompleksometri antara lain titrasi langsung,
titrasi tidak langsung, titrasi kembali dan titrasi penggantian.Kesadahan di
bedakan menjadi dua yaitu kesadahan tetap dan kesadahan sementara.

B. SARAN
Disarankan agar pembaca tidak hanya mengambil informasi melalui makalah
ini saja, karna masih banyak informasi tentang Komplexometri di tempat yang
lain.

DAFTAR PUSTAKA
Basset, J, et al. 2014. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta

Christian, Gary. D. 2014. Analytical Chemistry. University of


Washington, United States of America.

Hidayanti, A. 2010. Penetapan Kadar Senyawa Kalsium (Ca) pada


Pasta Gigi. Jurnal Kimia. Vol 02. No 01. Hal 43-47.

Khopar, 2012. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press, Jakarta.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press: Jakarta.

Khopkar, S. M. 1999. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

Sodiq, I.M. 2015. Kimia Analitik I. Universitas Negeri Malang,


Malang.

Vogel, A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4. EGC.


Jakarta.

Watson, David. 2000. Pharmaceutical Analysis A Textbook For


Pharmacy Students and Pharmaceutical Chemist. University of
Strathclyde. Glasgow UK

Anda mungkin juga menyukai