Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Baku

Menurut Dirjen POM (2006) bahan baku adalah setiap bahan atau bahan

campuran bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi dan apabila

digunakan dalam pembuatan obat menjadi zat aktif obat tersebut atau bahan baku

adalah bahan yang ditujukan untuk menghasilkan khasiat farmakologi atau efek

diagnosa, penyembuhan, peredaan, pengobatan atau pencegahan penyakit.

2.2 Kalsium Oksida

Kalsium oksida merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan untuk

dehdydrator, pengering gas dan pengikat CO2 pada cerobong asap. CaO

merupakan senyawa turunan dari senyawa kalsium hidroksida. Senyawa ini

mampu mengikat air pada etanol karena bersifat dehdydrator sehingga dapat

digunakan sebagai absorben (Retno dkk, 2012).

Kalsium oksida (CaO) secara umum dikenal sebagai kapur mentah atau

kapur bakar, adalah senyawa kimia yang digunakan secara luas. Kalsium oksida

merupakan kristal basa, kaustik, zat padat putih pada suhu kamar. Istilahyang luas

digunakankapur berkonotasi bahan anorganik yang mengandung kalsium, yang

meliputi karbonat, oksida dan hidroksida kalsium, silikon, magnesium, aluminium,

dan besi mendominasi, seperti batu gamping.Sebaliknya, kapurmentah khusus berlaku untuk

senyawa kimia tunggal.Kapur mentah harganya relatif murah. Keduanya dan

turunan kimia (kalsium hidroksida, yang mana kapur mentah anhidrida basa)

adalah zat kimia komoditas penting (Ansari, 2014).

3
2.3 Pembuatan Kalsium Oksida

Kalsium oksida biasanya dibuat melalui dekomposisi termal bahan-bahan

seperti batu gamping (limestone), atau cangkang kerang (atau cangkang molluska

lainnya), yang mengandung kalsium karbonat (CaCO3; mineral kalsit) sebagai

kapur bakar (lime kiln). Hal ini dilakukan dengan memanaskan material ini di atas

825 °C (1.517 °F), sebuah proses yang disebut kalsinasi atau pembakaran-kapur,

untuk membebaskan molekul karbon dioksida (CO2); meninggalkan kapurmentah.

Kapur ini tidak stabil dan, ketika didinginkan, secara spontan akan bereaksi

dengan CO2 dari udara sampai, setelah cukup waktu, itu akan benar-benar diubah

kembali menjadi kalsium karbonat kecuali dipuaskan dengan air untuk ditetapkan

sebagai kapur plester.

Produksi tahunan kapur mentah di seluruh dunia sekitar 283 juta metrik

ton.Cina sejauh ini adalah produsen terbesar di dunia, dengan total sekitar 170 juta

ton per tahun.Amerika Serikat adalah yang terbesar berikutnya, dengan sekitar 20

juta ton per tahun (Ansari, 2014).

2.4 Sifat Kalsium Oksida

a. Sifat Fisis :

Rumus molekul : CaO

Berat molekul : 56,08 g/gmol

Wujud : Serbuk putih kekuningan

Densitas : 3,35 g/mL

Titik lebur :2570

Titik didih : 2850

4
Specific gravity : 3,32

Kelarutan dalam air : Bereaksi

b. Sifat Kimia :

- Reaksi hidrsi CaO akan menghasilkan kalsium hidroksida.

Reaksi :

CaO + H2O CaO(OH)2

- Kalsium oksida dapat bereaksi dengan asam untuk menghasilkan

garam kalsium, misalnya jika bereaksi dengan asam sulfat akan

membentuk kalsium sulfat.

Reaksi :

CaO + H2SO4 CaSO4 + H2O (Perry dkk,2014).

2.4.1 Kalsium

Kalsium merupakan jenis mineral yang banyak terdapat di dalam tubuh

manusia.Total rata-rata banyaknya kalsium pada tubuh manusia dewasa kurang

lebih atau sekitar 1,0 – 1,4 kg.Dimana 99% terdapat pada tulang dan gigi, lalu

sisanya 1% ada pada cairan tubuh dan aliran darah.Walaupun sangat sedikit, sisa

1% ini sebenarnya berperan penting dalam transmisi sistem saraf, konstraksi otot,

pengaturan tekanan darah, dan pelepasan hormon.

Kadar kalsium di dalam tubuh sangatlah penting karena kalsium juga

memiliki peran penting dalam pengaturan tekanan darah dengan cara membantu

konstraksi otot-otot pada dinding pembuluh darah serta memberi sinyal untuk

pelepasan hormon-hormon yang berperan dalam pengaturan tekanan darah.

5
Kelebihan kalsium juga dapat menyebabkan penyakit seperti kalsifikasi

(pengapuran), hypercalcemia (kadar kalsium yang berlebihan dalam darah),

kerusakan ginjal, penurunan peyerapan mineral yang lain delain kalsium, dan

kanker prostat sedangkan kekurangan kalsium dapat terjadi nyeri pada otot dan

persendian, tulang keropos, kekebalan tubuh menurun, daya ingat lemah, dan

terganggunya sistem kerja jantung.

2.5 Titrasi Kompleksometri

Titrasi kompleksometri adalah penetapan kadar zat berdasarkan atas

pembentukan senyawa kompleks yang larut, yang berasl dari reaksi ion logam

dengan zat pembentuk kompleks ligan. Titran ini biasanya menggunakan garam

dinatriumetilendiamina tetrasetat (dinatrium EDTA).Kestabilan dari senyawa

kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation (ion logam) dan pH dari

larutan, oleh sebab itu titrasi harus dilakukan tirasi harus dilakukan pada pH

tertentu untuk menetapkan titik akhir digunakan indikator logam, yaitu indikator

yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan logam. Ikatan indikator dengan

ion logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks antara indikator dan ion

logam (Khopkar, 2002).

6
2.5.1 Jenis- Jenis Titrasi Kompleksometri

1.Titrasi Langsung

Larutan ion logam diatur pHnya sesuai dengan kestabilannya dan indikator

logam yang dipergunakan.Tambahkan lagi dapar kalau diperlukan. Tambahkan

lagi indikator logam dan kemudian langsung dititrasi dengan larutan baku

Na2EDTA sampai warna indikatornya brerubah sempurna dari indikator pada pH

yang bersangkutan, sebab logam Mⁿ + harus ditarik sempurna dari kompleks M

indikator untuk diikat sebagai MY(n-4)+. Kalau titrasi digunakan dalam suasana

basa, mungkin penambahan kompleks pembantu yang akan mencegah

mengendapnya hidroksida logam: kompleks pembantu yang dapat digunakan

adalah asam hidroksik karboksilat seperti asam sitrat, asam tartrat, atau asam

hidroksik karboksilat lainnya.

2.Titrasi Kembali ( Titrasi Tidak Langsung)

Larutan ion logam diatur pH nya sesuai dengan pH kestabilannya dan

indikator logam yang sesuai. Ditambahkan larutan Na2EDTA berlebih dan

kelebihan Na2EDTA dititrasi kembali dengan larutan baku ion lain, titik akhir

titrasi di akhiri dengan perubahan warna, hal mana akan nyata dari timbulnya

warna dari kompleks ion logam indikator.

Titrasi tidak langsung terutama dilakukan untuk ion logam yang bereraksi

lambat dengan Na2EDTA atau tidak adanya indikator logam yang sesuai apabila

titrasi dilakukan secara langsung dan apabila ikatan antara ion logam dan

indikator sangat kuat dan fungsi indikator terganggu. Contoh titrasi kembali

misalnya kadar Al(OH)3, tawas KAl(SO4)2.

7
3.Titrasi Subsitusi

Titrasi ini dilakukan untuk ion logam yang tidak dapat bereaksi indikator

logam atau ion logam yang membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil

dibandingkan dengan ion logam, magnesium dan kalsium.Ion logam ini dapat

ditentukan dengan penambahan kompleks Mg- EDTA. Kation bervalensi banyak

dengan Na2EDTA akan membentuk kompleks yang lebih stabil dibandingkan

dengan kompleks Mg2+ atau Zn2+ EDTA, dalam larutan jika kation ini

ditambahkan dengan Mg-EDTA atau Zn-EDTA akan membebaskan Ca2+ atau

Zn2+ yang dapat ditetapkan kadarnya.

2.5.2 Pengaruh pH Terhadap Pembentukan Kompleks

Kompleks EDTA dengan ion logam bivalen stabil dalam suasana alkali

atau sedikit asam.Sedangkan ion tri dan tetravalen dalam suasana asam.Kestabilan

terhadap pH dari ion logam-EDTA dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 kestabilan terhadap pH dari beberapa kompleks logam-EDTA

pH Minumum pembentukan Ion logam


Kompleks
1–3 Zn4+, Hf4+, Th4+, Bi4+, Fe3+
4–6 Pb , Cu2+,Co2+, Ni2+, Mn2+, Mn3+,
2+

Fe2+, Al3+, Cd2+, dll


8 – 10 Ba2+, Mg2+, Zn2+, dll
12 Ca2+
(Sumber:Alamsyah,2007)

Agar stabilasi kompleks tetap terjaga maka titrasi harus dilakukan pada pH

tersebut untuk menjaga agar pH tidak turun ditambahkan suatu larutan

penyangga.Pentiter yang dipakai untuk penetapan kadar ion logam adalah larutan

0,05 M Na2EDTA. Tiap 1000 ml larutan mengandung 18,61 g Na2EDTA. 2H2O,

8
jadi Na2EDTA yang dibuat adalah larutan baku sekunder, oleh karena itu

normalitasnya yang pasti harus ditetatapkan lagi (Alamsyah, 2007).

2.6 EDTA (Etilen Diamina Tetra Asetat)

EDTA sukar larut dalam air maka yang dipakai adalah garam

dinatriumnya.Secara teoritis EDTA mempunyai endapan belas pasang selektron

bebas, enam belas berasal dari delapan oksigen dan dua pasang dari nitrogen.Yang

aktif untuk pembentukan kompleks adalah enam pasaang elektron bebas.Empat

pasang berasal dari oksigen karboksilat san dua pasang berasal dari nitrogen.Oleh

karena itu kompleks yang terbentuk adalah kompleks heksadentat (Alamsyah,

2007).

Pemilihan EDTA untuk pembentukan kompleks karena:

a. Harga relatif lebih murah daripada harga yang lain.

b. Dapat bereaksi hampr dengan setiap ion logam dari sistem periodik.

c. Kompleks yang terbrntuk heksadentat, sesuai dengan bilangan koordinasi

banyak ion logam.

d. Stabilitas kompeksnya paling besar.

Reaksi yang terjadi :

Mn+ + H2Y- → MY (n-2) + 2H+

1 ion logam bervalensi n ( berapa saja) tetap bereaksi dengan molekul

dinatrium EDTA, maka 1 grol = 1 grek. Oleh karena itu BM = BE, jadi Molaritas

= Normalitas.

2.7 Indikator Logam

9
Indikator logam yaitu zat warna yang dengan logam tertentu dapat

membentuk kompleks yang warnanya berbeda dengan warna indikator dalam

keadaan bebas.Untuk mendapatkan titik akhir yang tajam dan tepat, pH indikator

logam pada titik ekuivalen titrasi ion logam dengan EDTA. Sebaliknya pada range

pH indikator logam dimana kompleks logam indikator dengan EDTA berjalan

dengan cepat, dengan demikian titik akhir titrasi tidak terlewati (Alamsyah, 2007).

Syarat-syarat indikator logam, yaitu :

1. Konstanta stabilitas kompleks L− EDTA harus lebih besar dari konstanta

stabilitas kompleks L− indikator supaya masih kemungkinkan terjadinya

reaksi pengusiran.

2. Reaksi subsitusi indikator logam dari kompleks L − Indikator oleh EDTA

harus berjalan cukup cepat sehingga titik akhir titrasi tajam.

3. Perubahan warna harus terjadi pada pH dimana titrasi dilakukan, yaitu

pada pH 1-3, 4-6, 8-10, ‘diatas 12 dan ph lain.

4. Warna yang terjadi harus spesifik, selektif dan tajam dimana warna

indikator dalam, keadaan bebas dan terikat dalam ion logam harus berbeda

jelas.

5. Indikator harus sensitif terhadap ion logam, perubahan warna harus terjadi

pada titik ekuivalen.

Beberapa contoh indikator logam yaitu jingga xilenol, ungu pirokatekol,

tiron, ditizon, EBT (Erio Chrom Black T), calmagite, murexid, kalkon, dan biru

hidroksi naftol (Alamsyah, 2007).

10

Anda mungkin juga menyukai