Anda di halaman 1dari 11

Nama Kelompok 2 :

1) Lydiana Eka Nabilla (1503034012) /KB 15


2) Sita Astrian Ridhayanti (1503034015) /KB 15
3) Siti Nafsiyah Rokhmani (1503034016) /KB 15
4) Damar Agung Triwahyuono (1503034017) /KB 15

I. Judul Percobaan : Titrasi Pengompleksan dan Aplikasinya


II. Tanggal Percobaan : Kamis, 24 November 2016
III. Tujuan Percobaan : 1. Membuat dan menentukan (standarisasi) larutan Na
EDTA
2. Menentukan kesadahan total air
IV. Dasar Teori
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks
(ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi
dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks.Titrasi
kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Dasar reaksi
pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan ligan sempit,dengan reaksi umum :
M + nL MLn

L adalah ligan sempit,diantaranya dapat berupa senyawa-senyawa berikut:


1. Nitrilo Tri Asetat
2. Etilen Diamina Tetra Asetat
3. Garam Dinatrium EDTA

Sebagai larutan penstandar biasanya yang digunakan larutan garam EDTA (Na 2H2Y) yang
kelarutannya dalam air sangat baik.Reaksi umumnya terhadap ion logam menurut persamaan
reaksi sebagai berikut:
Mn+ + H2Y2- <--> MY(n-4)+ + 2H+
M adalah Ca2+, Mg2+, Al3+, Zn2+, Th4+

Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar
ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak
asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam,
yang menghasilkan spesies seperti CuHY. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam
larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang
ada dalam larutan tersebut (Harjadi, 1993).
Dasar reaksi titrasi pengomplekan dengan EDTA ialah terbentuknya senyawa kompleks
antara beberapa logam (misalnya: Ca, Mg, Ni, Zn, Cu, dsb.) dengan EDTA. Logam-logam
akan membentuk kompleks dengan EDTA pada pH yang berbeda-beda. Ca2+ dan Mg2+
bereaksi baik pada pH 8-10. EDTA (Etilen Diamine Tetra Asetat) merupakan asam berbasa 4
(H4Y). Akan tetapi yang sering digunakan adalah garam natriumnya (Na 2H2Y). Pembentukan
kompleks antara ion-ion logam dengan EDTA tergantung pada pH larutan.
Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak
sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda
dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat.
indikator metallochromic adalah komponen organik yang berwarna, karena mereka sendiri
membentuk kelat sebagai ion-ion metal. Kelat harus mempunyai warna yang berbeda dari
indikator yang bebas, dan jika blanco indikator besar harus dihindari dan titik akhir yang
tajam harus didapat, indikator tersebut harus melepas ion metal kepada titran EDTA pada
nilai pM yang amat dekat dengan nilai pM pada titik ekuivalen.
Indikator yang digunakan antara lain EBT (Eriochrome Black T) dan Kalmagit.
Indicator tersebut merupakan asam lemah berbasa 3 (H 3In). Kesetimbangan disosiasi
indikator tersebut akan memberikan warna-warna tertentu dan membentuk kompleks 1:1
dengan sejumlah ion logam, sehingga dapat memberikan perubahan warna pada titik akhir
titrasi.
1. Eriochrome Black T (EBT)
Indikator ini membentuk kompleks-kompleks 1:1 yang stabil berwarna merah
anggur, dengan sejumlah kation seperti Ca2+, Zn2+, Mg2+ , dan Ni2+. Banyak titrasi
EDTA terjadi dalam penyanggaan pH 8-10, suatu rentang dimana bentuk dominan
dari Eriochrome Black T adalah bentuk Hln2- biru. EBT tidak stabil dalam larutan
dan larutan harus dipersiapkan dengan segar untuk mendapatkan perubahan warna
yang sesuai.
2. Calmagite
Calmagite stabil dalam larutan berair dan dapat digantikan oleh EBT dalam
prosedur-prosedur yang membutuhkan indikator ini. Calmagite yang merupakan
asam tripiotik, H3ln- adalah biru dan ln-3 adalah orenge kemerahan.

Reaksi-reaksi yang terjadi pada reaksi kompleksometri adalah sebagai berikut :


Indikator : H2In- HIn2- + H+
Merah biru
Dengan ion logam Ca2+, Mg2+, Zn2+, Ni2+ :
Mg2+ + HIn2- MgIn- + H+
merah anggur
Dengan EDTA : MgIn- + H2Y2- MgH2Y2- MgH2Y + In3-
merah anggur
In3- + H2O HIn- + OH-
biru
Pada titik ekivalen :
jumlah ekivalen Mg2+ = jumlah ekivalen EDTA

Dengan demikian perubahan warna yang terjadi selama titrasi adalah: larutan yang
mengandung ion logam seperti di atas setelah di tambah indikator EBT akan berwarna
merah anggur, kemudian setelah terjadi ekivalen antara ion logam dengan EDTA dapat
dilihat dari terbentuknya warna biru dari indikator dalam bentuk HIn2-.

Kesadahan air
Kesadahan total air adalah jumlah dari ion kalsium dan magnesium, dapat
ditetapkan dengan titrasi langsung dengan EDTA dengan menggunakan indikator hitam
erichrom T atau calmagit. Kompleks antara Ca2+ dan indikator terlalu lemah untuk
menimbulkan perubahan warna yang benar. Tetapi magnesium membentuk kompleks
yang lebih kuat dengan indikator, dibandingkan kalsium dan diperoleh suatu titik akhir
yang benar dalam suatu buffer ammonia dengan pH 10. Jika contoh yang dititrasi itu
tidak mengandung magnesium dapatlah suatu garam magnesium ditambahkan ke dalam
EDTA sebelum larutan ini distandarisasi. Maka titran itu (pH 10) merupakan suatu
campuran MgY2- dan Y4- yang ditambahkan titran ini ke dalam larutan yang mengandung
Ca2+, terbentuklah CaY2- yang lebih stabil, dengan membebaskan Mg2+ untuk bereaksi
dengan indikator itu dan membentuk MgIn- yang berwarna merah. Setelah kalsium habis
terpakai, titran tambahan mengubah MgIn- menjadi MgY2- dan indikator berubah bentuk
HIn2- yang berwarna biru.

Jenis-jenis Kesadahan Air


Pembagian Jenis Kesadahan Air sadah digolongkan menjadi dua jenis,
berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah
sementara dan air sadah tetap.
Berdasarkan sifatnya, kesadahan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Air sadah sementara
Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3),
atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO 3)2)
dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air yang mengandung ion atau
senyawa-senyawanya tersebut disebut air sadah sementara karena kesadahannya
dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas dari ion
Ca2+ dan atau Mg2+. Dengan jalan pemanasan senyawa-senyawa tersebut akan
mengendap pada dasar ketel. Reaksi yang terjadi adalah :
Ca(HCO3)2 dipanaskan CO2 (g) + H2O (l) + CaCO3 (s)
Mg(HCO3)2 dipanaskan CO2 (g) + H2O (l) + MgCO3 (s)
2. Air sadah tetap
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain ion bikarbonat,
misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh
jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat
(CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan
magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut
disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan
cara pemanasan. Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan
dengan cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia
tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah larutan karbonat, yaitu Na2CO3 (aq) atau
K2CO3 (aq). Penambahan larutan karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan ion
Ca2+ dan atau Mg2+. CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) CaCO3 (s) + 2 NaCl (aq)
Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3 (aq) MgCO3 (s) + 2 KNO3 (aq) Dengan terbentuknya
endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut telah terbebas dari ion Ca 2+ atau
Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut telah terbebas dari kesadahan.
Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan penambahan larutan soda- kapur
(terdiri dari larutan natrium karbonat dan magnesium hidroksida) sehingga
terbentuk endapan kaslium karbonat (padatan/endapan) dan magnesium hidroksida
(padatan/endapan) dalam air.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 (s) + 2NaCl (aq)
CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 (s) + Na2SO4 (aq)
MgCl2 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 (s) + CaCl2 (aq)
MgSO4 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 (s) + CaSO4 (aq)
Tipe-tipe Kesadahan Air
Secara lebih rinci kesadahan dibagi dalam dua tipe, yaitu: (1) kesadahan
umum (general hardness atau GH) dan (2) kesadahan karbonat (carbonate
hardness atau KH). Disamping dua tipe kesadahan tersebut, dikenal pula tipe
kesadahan yang lain yaitu yang disebut sebagai kesadahan total atau total
hardness. Kesadahan total merupakan penjumlahan dari GH dan KH, yaitu jumlah
ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat ditentukan melalui titrasi EDTA dan menggunakan
indikator yang peka terhadap semua kation tersebut. Kesadahan total dapat juga
ditentukan dengan menggunakan jumlah ion Ca2+dan ion Mg2+yang dianalisa secara
terpisah misalnya metode AAS.
1. Kesadahan umum atau General Hardness
merupakan ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca2+) dan ion
magnesium (Mg2+) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai
GH, akan tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan relatif sulit diukur sehingga
diabaikan. Kesadahan Umum (GH) pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm
(part per million/satu persejuta bagian) kalsium karbonat (CaCO3), tingkat kekerasan
(dH), atau dengan menggunakan konsentrasi molar CaCO3. Satu satuan kesadahan
Jerman atau dH sama dengan 10 mg CaO (kalsium oksida) perliter air. Kesadahan
pada umumnya menggunakan satuan ppm CaCO3, dengan demikian satu satuan
Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17.8 ppm CaCO 3. Sedangkan satuan
konsentrasi molar dari 1 mili ekuivalen = 2.8 dH = 50 ppm. Berikut adalah kriteria
selang kesadahan yang biasa dipakai.

0 4 dH, 0 70 ppm :sangatrendah (sangat lunak)

4 8 dH, 70 140 ppm :rendah (lunak)

8 12 dH, 140 210 ppm :sedang

12 18 dH, 210 320 ppm :agaktinggi (agak keras)

18 30 dH, 320 530 ppm :tinggi (keras)

2. Kesadahan Karbonat (KH)


Merupakan besaran yang menunjukkankandungan ion bikarbonat (HCO3-) dan
karbonat (CO32-) di dalam air. Dalam aquarium air tawar, pada kisaran pH netral, ion
bikarbonat lebih dominan, sedangkan pada aquarium air laut ion karbonat lebih
berperan. KH sering disebut sebagai alkalinitas yaitu suatu ekspresi dari kemampuan
air untuk mengikat kemasaman (ion-ion yang mampu mengikat H+).Oleh karena itu,
dalam sistem air tawar, istilah kesadahan karbonat, pengikat kemasaman, kapasitas
pem-bufferan asam, dan alkalinitas sering digunakan untuk menunjukkan hal yang
sama. Dalam hubungannya dengan kemampuan air mengikat kemasaman, KH
berperan sebagai agen pem-bufferan yang berfungsi untuk menjaga kestabilan pH.
KH pada umumnya sering dinyatakan sebagai derajat kekerasan dan diekspresikan
dalam CaCO3 seperti halnya GH. Jika CaCO3 sebagai alkalinitas dan kesadahan,
maka kesadahan karbonat ditentukansebagaiberikut :

a. Alkalinitas kesadahan total

Kesadahankarbonat (mg/l) = kesadahan total (mg/l)

b. Alkalinitas<kesadahan total

Kesadahankarbonat (mg/l) = alkalinitas (mg/l)

Adapun kesadahan non karbonat ialah jumlah kesadahan akibat kelebihan


kesadahan karbonat.

Kesadahan non karbonat = kesadahan total kesadahan karbonat kation.

Kation kesadahan non karbonat berikatan dengan anion-anion sulfatnitrat.

Metode Penentuan Kesadahan


Metode yang dapat dilakukan untuk penentuan kesadahan adalah metode
Titrasi EDTA ( Ethylene Diamene Tetra Asetat). EDTA berupa senyawa kompleks
khelat dengan rumus molekul (HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2. Merupakan suatu
senyawa asam amino yang secara luas dipergunakan untuk mengikat ion logam logam
bervalensi dua dan tiga. EDTA mengikat logam melalui empat karboksilat dan dua
gugus amina. EDTA membentuk kompleks kuat terutama dengan Mn (II), Cu (II), Fe
(III), dan Co (III) (Anonim, 2008 dalam Ginoest, 2010).
EDTA merupakan senyawa yang mudah larut dalam air, serta dapat diperoleh
dalam keadaan murni. Tetapi dalam penggunaannya, karena adanya sejumlah tidak
tertentu dalam air, sebaiknya distandardisasi terlebih dahulu.

HOOCH2C CH2COONa

N CH2 CH2 N

COONaH2C CH2COOH

Gambar 2.1 Struktur EDTA

Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung baik donor


elektron dari atom oksigen maupun donor dari atom nitrogen sehingga dapat
menghasilkan khelat bercincin sampai dengan enam secara serempak.
Kesadahan total yaitu ion Ca2+ dan Mg2+ dapat ditentukan melalui titrasi
dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua
kation tersebut. Titrasi kompleks meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks
ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
yang mendasari terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan yang tinggi.
EDTA biasa dikenal sebagai asam etilen diamina tetraasetat, mengandung
atom oksigen dan nitrogen yang efektif dalam membentuk kompleks yang stabil
dengan logam lain yang berbeda. EDTA adalah ligan yang dapat berkoordinasi dengan
satu ion logam melalui dua nitrogen dan satu oksigennya. EDTA juga dapat berlaku
sebagai ligan kudentat dan konsidentat yang membebaskan satu atau dua gugus
oksigen dari reaksi yang kuat dengan logam lain.
EDTA membentuk satu kompleks kelat yang dapat larut ketika ditambahkan ke
suatu larutan yang mengandung kation logam tertentu. Jika sejumlah kecil
Eriochrome Black Tea atau Calmagite ditambahkan ke suatu larutan mengandung
kalsium dan ion-ion magnesium pada satu pH dari 10,0 0,1, larutan menjadi
berwarna merah muda. Jika EDTA ditambahkan sebagai satu titran, kalsium dan
magnesium akan menjadi suatu kompleks, dan ketika semua magnesium dan kalsium
telah manjadi kompleks, larutan akan berubah dari berwarna merah muda menjadi
berwarna biru yang menandakan titik akhir dari titrasi. Ion magnesium harus muncul
untuk menghasilkan suatu titik akhir dari titrasi. Untuk mememastikankan ini,
kompleks garam magnesium netral dari EDTA ditambahkan ke larutan buffer.
Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan dengan titrasi EDTA. pH
untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrom Black T (EBT). Pada pH lebih
tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh
Ca2+ dengan indikator murexide. Adanya gangguan Cu bebas dari pipa-pipa saluran
air dapat di masking dengan H2S. EBT yang dihaluskan bersama NaCl padat
kadangkala juga digunakan sebagai indikator untuk penentuan Ca ataupun
hidroksinaftol. Seharusnya Ca tidak ikut terkopresitasi dengan Mg, oleh karena itu
EDTA direkomendasikan.

Standar Jenis Kesadahan


Kandungan kapur yang terdapat dalam air, agar tidak kurang dan tidak juga
berlebih maka perlu diterapkan standar suatu air dikatakan sadah atau berlebih
kesadahannya. Standar kualitas menetapkan kesadahan total adalah 5-10 derajat
Jerman. Apabila kurang dari 5 derajat Jerman maka air akan terasa lunak dan
sebaliknya. Jika dalam air mengandung lebih dari 10 derajat Jerman maka akan
merugikan bagi manusia.
Di kalangan masyarakat yang awam, sangat sulit untuk membedakan mana air
yang tingkat kesadahannya tinggi. Mereka hanya bisa memperkirakan saja
berdasarkan apa yang ditimbulkan dari air, misalnya mereka mengamati kerak yang
ditimbulkan air pada dasar panci memberikan sedikit pemahaman pada masyarakat
bahwa air yang dikonsumsinya itu tingkat kesadahannya tinggi, dan sebaliknya jika
tidak terlihat kerak yang ditimbulkan artinya bahwa air yang dikonsumsinya tingkat
kesadahannya masih tergolong rendah. Standar kesadahan air meliputi:
1. Standar kesadahan menurut WHO, 1984, mengemukakan bahwa :
a. Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3;
b. Lunak mengandung 0-60 ppm CaCO3;
c. Agak sudah mengandung 60-120 ppm CaCO3;
d. Sadah mengandung 120-180 ppm CaCO3;
e. Sangat sadah 180 ppm ke atas.
2. Standar kesadahan menurut E. Merck, 1974, bahwa :
a. Sangat lunak antara 0-4 OD atau 0-71 ppm CaCO3;
b. Lunak antara 4-8 OD atau 71-142 ppm CaCO3;
c. Agak sadah antara 8-18 OD atau 142-320 ppm CaCO3;
d. Sadah 18-30 OD atau 320-534 ppm CaCO3;
e. Sangat sudah 30 OD keatas atau sekitar 534 ppm ke atas.
3. Standar kesadahan menurut EPA, 1974, bahwa :
a. Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3;
b. Lunak, antara 0-75 ppm CaCO3;
c. Agak sadah, antara 75-150 ppm CaCO3:
d. Sadah, 150-300 ppm CaCO3;
e. Sangat sadah 300 ppm ke atas CaCO3.
Kesadahan merupakan salah satu sifat kimia yang dimiliki air. Kesadahan air
disebabkan adanya ion ion Ca 2+ dan Mg2+. Berdasarkan Standar kesadahan menurut
PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air minum yang dianjurkan yaitu
500 mg/L CaCO3. Bila melewati batas maksimum maka harus diturunkan
(pelunakan).
Dari data tersebut dapat dilihat jelas bahwa air yang dikatakan sadah adalah air
yang mengandung garam mineral khususnya CaCO3 sekitar 120-180 ppm menurut
WHO, sedangkan menurut Merck air dikatakan sadah jika mengandung 320-534 ppm
atau sekitar 18-30 OD, menurut EPA air yag dikatakan sadah jika mengandung CaCO 3
sekitar 150-300 ppm, dan menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan
air minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3. Bila melewati batas maksimum
maka harus diturunkan (pelunakan).

V. Alat dan Bahan


Alat :
1. Spatula 7. Buret
2. Pipet tetes 8. Corong
3. Pipet seukuran 10mL 9. Labu Erlenmeyer 250 mL
4. Labu Ukur 100 mL 10. Statif dan klem
5. Botol timbang 11. Gelas Kimia 250 mL
6. Neraca analitis 12. Gelas Ukur 50 mL
Bahan :
1. Larutan Na-EDTA 7.
2. MgCl2 . 6H2O 8.
3. Aquades 9. HCl 1:1
4. CaCl2 10. Larutan buffer ph 10
5. CaCO3 p.a. 11. Indikator EBT
6. 12. Air PDAM/ air sumur
VI. Prosedur Percobaan
13. Pembentukan dan penentuan(standarisasi) larutan Na-EDTA 0,01 M
1) Membuat Larutan Na-EDTA 0,01 M
14.
15. NA - EDTA
- Ditimbang 4 gram
- Ditimbang MgCl2 . 6H2O 0,1 gram
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 400 mL
- Dilarutkan dengan air suling
- Dipindahkan ke dalam botol
- Diencerkan sampai volume 1 L
16.
17. LarutanNA - EDTA
18.

2) Pembuatan larutan baku (CaCl2 0,01 M)


19.
20.
CaCO3-p.a Ditimbang 0,04 gram
- Dipindahkan ke dalam labu ukur 500 mL menggunakan air
100 mL
- Ditambahkan HCl 1 : 1 setetes demi setetes hingga gelagak gas
yang terjadi berhenti
- Diencer kandengan air sampai tanda batas
- Dikocok dengan baik hingga tercampur sempurna
21.
Larutan CaCl2
- Dipipet dengan pipet seukuran 50 mL
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 300 mL
- Ditambahkan 5 mL larutan buffer pH 10
- Ditambahkan 5 tetes indicator EBT
- Dititrasi dengan larutan NA EDTA 0,01 M
- Titrasi dihentikan saat terjadi perubahan warna

22.
23.
Perubahan warna larutan dari
Merah anggur -menjadi merah
Dicatat volume larutan NA-EDTA yang digunakan
- Diulangi titrasi 3 kali
- Dihitung konsentrasi larutan NA-EDTA
24.
Rata-rata konsentrasi larutan
25.
NA-EDTA
26.
27.
3) Penentuan Kesadahan Total Air PDAM

28.
Air PDAM
29.
- Dipipet 25 mL dengan pipet gondok
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
- Ditambah 2 mL larutan buffer pH 10
- Ditambah 3 tetes indicator EBT
- Dititrasid engan larutan EDTA standar sampai larutan
berubah warna
30.
31. Larutan berwarna biru (tepat
sampai warna merah
- hilang)
- Dicatat volume EDTA yang digunakan
- Dihitung kesadahan total
32.
Kesadahan total 33.
dalam
34.
garam CaCO3/ L air
35.
VII. Reaksi-Reaksi
CaCO3 (s) + H2O (l) CaCO3 (aq)
CaCO3 (aq) + 2HCl (aq) CaCl2 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)
H2In + Ca2+ CaIn + 2H+
CaIn + 2H+ EDTA2- Ca-EDTA
Na2H2Y. 2H2O (aq) + H2O (l) Na2H2Y (aq)
36.
37.
38. DAFTAR PUSTAKA

39. Day, R.A., Underwood, A.L. 1986. Quantitative Analysis. New York. :
Prentice Hall.(terjemahan oleh A. Handayana P. 1989. Analisis Kimia
Kuantitatif. Jakarta : Erlangga

40. Setiarso, Pirim, dkk. 2015. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik (DDKA).
Surabaya : Jurusan Kimia FMIPA UNESA

41. Svehla, G. 1985. Vogel : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan
Semimikro Edisi Kelima. Jakarta : PT Kalman Media Pustka

42. Tim Penyusun. 2013. Panduan Praktikum Kimia Analitik I Dasar-Dasar


Kimia
43. Analitik. Surabaya : Jurusan Kimia FMIPA UNESA.
44.

Anda mungkin juga menyukai