Anda di halaman 1dari 52

Filtrasi dan K3

Utilitas Air
DIV Teknologi Kimia Industri

NAMA KELOMPOK
1. I R V A N A D I T Y A P R A B O W O
2. M I F T A R A H M I D I N N A
3. M . Y U S U F R A M A D H A N I
4. N I M A S A Y U P R A W I T O
5. S A F I T R I E K A W A T I
Filtrasi

1. Definisi Filtrasi
Secara umum filtrasi adalah proses yang digunakan
pada pengolahan air bersih untuk memisahkan bahan
pengotor (partikulat) yang terdapat dalam air. Pada
prosesnya air merembes dan melewati media filter
sehingga akan terakumulasi pada permukaan filter
dan terkumpul sepanjang kedalaman media yang
dilewatinya. Filter juga mempunyai kemampuan
untuk memisahkan partikulat semua ukuran termasuk
didalamnya algae, virus, dan koloid-koloid tanah
Filtrasi

2. Kategori Saringan Pasir Cepat


Berdasarkan pada kapasitas produksi air yang terolah,
saringan pasir dapat dibedakan menjadi dua yaitu
Saringan pasir cepat dan Saringan pasir lambat Saringan
pasir cepat dapat dibedakan dalam beberapa kategori :
Menurut jenis media yang dipakai
Menurut sistem kontrol kecepatan filtrasi
Menurut arah aliran
Menurut kaidah grafitasi / dengan tekanan
Menurut pretreatment yang diperlukan.
Filtrasi

3. Jenis-Jenis Filter Berdasar Sistem Operasi dan Media.


a. Single media : Satu jenis media seperti pasir silika, atau dolomit saja.
Filter single media, filter cepat tradisional biasanya menggunakan pasir
kwarsa. Pada sistem ini penyaringan SS terjadi pada lapisan paling atas
sehingga dianggap kurang efektif karena sering dilakukan pencucian.
b. Dual media : misalnya digunakan pasir silica, dan anthrasit, sering
digunakan filter dengan media pasir kwarsa di lapisan bawah dan
antharasit pada lapisan atas. Keuntungan dual media :
Kecepatan filtrasi lebih tinggi (10 15 m/jam)
Periode pencucian lebih lama
Merupakan peningkatan filter single media (murah).
Filtrasi

c. Multi media : misalnya digunakan pasir silica,


anthrasit dan garnet. terdiri dari anthrasit , pasir dan
garnet atau dolomit, fungsi multi media adalah untuk
memfungsikan seluruh lapisan filter agar berperan
sebagai penyaring
Filtrasi

4. Sistem Kontrol Kecepatan


Constant rate : debit hasil proses filtrasi konstan
sampai pada level tertentu. Hal ini dilakukan dengan
memberikan kebebasan kenaikan level muka air di
atas media filter.
Declining rate : debit hasil proses filtrasi menurun
seiring dengan waktu filtrasi, atau level muka air di
atas media filter dirancang pada nilai yang tetap.
Filtrasi

5. Sistem Aliran
Aliran down flow (kebawah)
aliran upflow (keatas)
aliran horizontal.

6Kaidah Pengaliran
Aliran secara grafitasi.
Aliran di bawah tekanan (pressure filter)
Filtrasi

7. Pretreatment
Kogulasi flokulasi sedimentasi.
Direct filtration.
Jenis Filter

Sejauh ini, kebutuhan filter air di masyarakat sangat


dibutuhkan. Filter Air digunakan untuk menyaring air
baku, sehingga dapat digunakan untuk berbagai
keperluan lain, seperti kebutuhan rumah tangga,
komersil maupun industri.
Ada beberapa Filter air yang bisa di klasifikasikan
berdasarkan kegunaan dan media isi di
dalamnya,antara lain :
PARTICLE REMOVAL FILTER ( SAND FILTER)

Dapat di didefinisikan Filter air yang menggunakan media pasir silika, sebagai
media penyaring. Filter air jenis ini digunakan untuk menyaring partikel-partikel
yang kasat mata, yang terlarut, Fungsi dari sand filter adalah untuk
menangkap/menyaring kotoran yang melayang dengan menggunakan pasir
kwarsa (atas), batu kerikil kecil (tengah), dan batu krikil yang agak besar (bawah).
Perbandingan jumlah pasir, kerikil kecil dan kerikil besar adalah 40:30:30. Pada
sand filter terdapat 2 buah manometer yang berfungsi untuk menentukan apakah
sudah saatny dilakukan back wash atau belum. Indikatornya adalah apabila
selisih antara manometer yang di atas dan yang di bawah sudah mencapai 2.9 psi
(=0.2 kg/cm2) berarti sand filter sudah dipenuhi oleh kotoran/lumpur dan tangki
sand filter harus segera di back wash 5-15 menit/air back wash sudah bersih. Pasir
atau batu kerikil harus diganti minimal 2 tahun sekali atau bila air yang masuk ke
sand filter sangat kotor maka penggantian harus dilakukan lebih cepat.
ORGANIC REMOVAL FILTER (FILTER CARBON AKTIF)

Filter yang menggunakan Carbon Aktif sebagai


media Filter. Kegunaan utama Filter jenis ini sangat
ampuh untuk menghilangkan Kekeruhan, warna dan
bau pada air. Media Carnon Aktif telah terkenal
sebagai bahan yang memiliki tingkat penyerapan
kuat. Media ini dibuat dari 2 macam bahan dasar,
antara lain , dari Coconut base (batok Kelapa), atau
dari batu Bara (Coal Base). Carbon Aktif menyerap
sebagian besar kotoran yang terlarut dalam air.
IRON REMOVAL FILTER ( BIRM FILTER / MGS FILTER)

Ada kecenderungan untuk menemukan bahan yang


lebih efisien dan hemat biaya dan teknologi yang
digunakan dalam pengolahan air. Tujuan dari ini
studi ini adalah untuk membandingkan diaktifkan
alam zeolit-Klinoptilolit dengan pasir filtrasi
diaktifkan dan bahan Birm impor (dari Clack
Corporation, USA) dalam penghapusan besi dan
mangan dari air.
Filtrasi

9. Media Filter
Menurut jurnal yang didapat, bahwa bagian filter yang berperan penting dalam
melakukan penyaringan adalah media filter. Media Filter dapat tersusun dari
pasir silika alami, anthrasit, atau pasir garnet. Media ini umumnya memiliki variasi
dalam ukur an, bentuk dan komposisi kimia. Pasir kuarsa (quartz sands) juga dikenal
dengan nama pasir putih atau pasir silika (silica sand) merupakan hasil pelapukan
batuan yang mengandung mineral utama, seperti kuarsa dan feldspar. Hasil
pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang terendapkan
di tepi-tepi sungai, danau, atau laut. Pasir kuarsa adalah bahan galian yang
terdiri atas kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung senyawa pengotor yang
terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa mempunyai komposisi gabungan
dari SiO2, Fe2O3, Al2O3, TiO2, CaO, MgO, dan K2O, berwarna putih bening atau
warna lain tergantung pada senyawa pengotornya, kekerasan 7 (skala Mohs), berat
jenis 2,65, titik lebur 17-150 C, bentuk kristal hexagonal, panas spesifik 0,185.
Filtrasi

Filtrasi adalah proses pemisahan yang terdiri dalam


melewati campuran padat-cair melalui bahan
berpori (filter) dimana mempertahankan padatan
dan memungkinkan cairan (filtrat) untuk tersaring.
sejatinya filtrasi adalah aliran cairan melalui media
berpori, itu diatur oleh suatu layer. Hukum Darcy
biasanya diterapkan dalam pengolahan air.
Hukum Darcy

where:
V : filtration rate,
K : permeability of the filtering layer,
DP: head loss through the filtering layer,
DH: depth of considered layer,
h : dynamic viscosity of water,
R : resistance to filtration of the filtering.
Pencucian Filter

Selama proses filtrasi berlangsung, partikel yang terbawa air akan tersaring di
media filter. Sementara itu, air terus mengalir melewati media pasir dan
penyangga, masuk lubang/orifice, ke pipa lateral, terkumpul di pipa manifold,
dan akhirnya air keluar menuju bak penampung. Partikel yang tersaring di media
lama kelamaan akan menyumbat pori-pori media sehingga terjadi clogging
(penyumbatan). Clogging ini akan meningkatkan headloss aliran air di media.
Peningkatan headloss dapat dilihat dari meningkatnya permukaan air di atas
media atau menurunnya debit filtrasi. Untuk menghilangkan clogging, dilakukan
pencucian media. Pencucian dilakukan dengan cara memberikan aliran balik pada
media (backwash) dengan tujuan untuk mengurai media dan mengangkat
kotoran yang menyumbat pori-pori media filter. Aliran air dari manifold, ke
lateral, keluar orifice, naik ke media hingga media terangkat, dan air dibuang
melewati gutter yang terletak di atas media. Bila media filter telah bersih, filter
dapat dioperasikan kembali.
Pencucian Filter

Gb. Aliran saat filter Gb.Aliran saat filter dicuci


beroperasi
Back Washing

Prosedur Back Washing :


Posisikan semua valve (lihat gambar) agar air masuk melalui bagian bawah filter
(Inlet Pembilasan Media) menuju ke atas filter. Buka valve pembuangan air atas.
Nyalakan pompa untuk mengaktifkan proses backwashing selama +/- 25 menit.

Langkah pembilasan ( RINSE ) :


Ubah posisi valve agar air mengalir dari atas filter ( seperti posisi filter normal ).
Buka kran pembuangan air bawah . Nyalakan pompa selama +/- 25 menit, untuk
melakukan pembilasan. Ulangi proses backwashing dan pembilasan sampai air
yang keluar dari dalam filter sudah benar-benar bersih.
Finishing :
Posisikan valve kembali seperti semula untuk proses penyaringan air normal.
Sistem Underdrain

Sistem underdrain, underdrain


merupakan sistem pengaliran air
yang telah melewati proses filtrasi
yang terletak di bawah media filter.
Underdrain terdiri atas:
o Orifice, yaitu lubang pada
sepanjang pipa lateral sebagai jalan
masuknya air dari media filter ke
dalam pipa.
o Lateral, yaitu pipa cabang yang
terletak di sepanjang pipa manifold.
o Manifold, yaitu pipa utama yang
menampung air dari lateral dan
mengalirkannya ke bangunan
penampung air.
K3 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja
K3
(Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
DIV Teknologi Kimia Industri

NAMA KELOMPOK
1. I R V A N A D I T Y A P R A B O W O
2. M I F T A R A H M I D I N N A
3. M . Y U S U F R A M A D H A N I
4. N I M A S A Y U P R A W I T O
5. S A F I T R I E K A W A T I
Definisi

K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan dan lingkungan kerja.Keselamatan Kerja merupakan faktor yang

sangat diperhatikan dalamdunia industri modern terutama bagi mereka yang

berstandar internasional. Kondisi kerja dapat dikontrol untuk mengurangi

bahkan menghilangkan peluang terjadinya kecelakaan di tempat kerja.

Kecelakaan dan kondisi kerja yang tidak aman berakibat pada luka-luka pada

pekerja, penyakit, cacat, bahkan kematian, juga harus diperhatikan ialah

hilangnya efisiensi dan produktivitas pekerja dan perusahaan


K3

Perhatian pada keselamatan dan kesehatan kerja


bertujuan:
Mengontrol semua resiko dan potensi kecelakaan
yang menghasilkan
kecelakaan dan kerusakan
Mencegah kecelakaan
Menghindari kerugian harta benda dan nyawa
Kerugian bagi perusahaan (cost)
Manajemen K3

Suatu perusahaan memiliki kewajiban-kewajiban di


dalam manajemen keselamatan kerja, yaitu :
1. Safety Policy, mendefinisikan kebijaksanaan umum
suatu perusahaan di dalam hal keselamatan kerja.
2. Organisation/Management Commitment, merinci
komitmen manajemen di setiap level dan dalam
bentuk tindakan sehari-hari.
3. Accountability, mengindikasikan hal-hal yang dapat
dilaksanakan oleh bawahan untuk menjamin
keselamatan kerja
Tahapan K3

Umumnya ada lima tahapan di dalam suatu


kecelakaan: Kecelakaan disebabkan oleh tahapan
peristiwa sebelumnya.
1.Lingkungan asal dan sosial
2.Kesalahan
3.Bahaya
4.Kejadiaan
5.Kecelakaan
Tahapan K3
Manajemen Resiko

Risiko adalah sesuatu yang berpeluang untuk


terjadinya kematian, kerusakan, atau sakit yang
dihasilkan karena bahaya. Dari definisi tersebut,
maka dapat dikatakan Manajemen Risiko dalam
sebuah organisasi adalah organisasi yang dapat
menerapkan metode pengendalian risiko apapun
sejauh metode tersebut mampu mengidentifikasi,
mengevaluasi, memilih prioritas, dan
mengendalikan risiko dengan melakukan
pendekatan jangka pendek dan jangka panjang.
Untuk menerapkan manajemen risiko dalam sebuah organisasi, dalam
Gambar 1 ditunjukkan bagan manajemen risiko, dan Gambar 3
merupakan langkah pengelolaan risiko.
Pengelolaan Risiko

Langkah-langkah pengelolaan risiko dalam sebuah


organisasi, antara lain:
1. Identifikasi Bahaya
1.1. Beberapa pertimbangan yang dapat dilakukan
untuk mengidentifikasi bahaya, yaitu:
Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan
bahaya.
Jenis kecelakaan yang mungkin dapat terjadi.
Pengelolahan Resiko

1.2. Aktifitas yang digunakan dalam identifikasi bahaya, antara lain:


Konsultasi dengan pekerja.
Konsultasi dengan tim K3.
Melakukan pertimbangan.
Melakukan safety audit.
Melakukan pengujian.
Analisis rekaman data.
Mengumpulkan informasi dari desainer/pembuat, konsumen,
supplier, dan organisasi.
Evaluasi Teknis dan keilmuan.
Pemantauan lingkungan dan kesehatan.
Melakukan survey terhadap karyawan.
2.Menilai Risiko dan Seleksi Prioritas
Merupakan proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat
risiko kecelakaan akibat kerja. Tujuannya adalah untuk menentukan prioritas
tindak lanjut karena tidak semua aspek bahaya potensial dapat ditindak lanjuti.
Metode untuk penilaian risiko, antara lain:

Untuk setiap risiko:


Menghitung setiap insiden.
Menghitung konsekuensi.
Kombinasi penghitungan keduannya.

Menggunakan rating setiap risiko, dengan mengembangkan daftar


prioritas risiko kerja.
2.1. Menentukan Peluang
Faktor yang mempengaruhi terjadinya peluang sebuah insiden, antara lain:
Frekuensi situasi terjadinya
Jumlah orang yang terkena
Keterampilan dan pengalaman orang yang terkena
Karakteristik yang terlibat
Durasi kejadian
Pengaruh posisi terhadap bahaya
Tingkat kerusakan
Jumlah material atau tingkat kejadian
Kondisi lingkungan
Kondisi peralatan
Efektivitas pengendalian
Menentukan Konsekuensi
Faktor yang mempengaruhi konsekuensi, antara lain:
Potensi pada reaksi berantai
Konsentrasi substansi
Volume material
Kecepatan proyektil dan pergerakkan bagiannya
Ketinggian benda
Jarak pekerja dari bahaya potensial
Berat pekerja
3. Menetapkan Pengendalian
Merupakan kegiatan perencanaan penglolaan dan pengendalian kegiatan kegiatan
produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan.
Metode yang dapat digunakan untuk pengendalian risiko, antara lain:

Pengendalian teknis/rekayasa, yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi,ventilasi,


hygiene, dan sanitasi.

Pendidikan dan pelatihan.

Pembangunan kesadaran motivasi.

Evaluasi melalui internal audit.

Penegakan hukum.
Hirarki/urutan dalam pengendalian risiko dapat dilihat dalam
gambar berikut ini.
4. Penerapan Langkah Pengendalian
Untuk menerapkan pengendalian, tahapan-tahapannya adalah
sebagai berikut:

Mengembangkan Prosedur Kerja

Tujuannya adalah sebagai alat pengatur dan pengawas terhadap bentuk pengendalian
bahaya yang dipilih.

Komunikasi
Menginformasikan pada pekerja tentang penggunaan alat pengendali bahaya dan
zalasan penggunaannya.

Menyediakan Pelatihan
Agar pekerja dan personel lainnya lebih mengenal alat pengendali yang diterapkan.

Pengawasan
Memastikan alat pengendali bahaya potensial digunakan secara benar.
5. Pemantauan dan Tinjauan
Merupakan langkah terakhir dalam proses ini, dan harus dilakukan
pada interval waktu sesuai dengan yang ditetapkan dalam organisasi.
Untuk menentukan periode pemantauan (monitoring) dan tinjauan
risiko tergantung pada:
Sifat dari bahaya.
Magnitude (tingi/rendah) risiko.
Perubahan operasi.
Perubahan dari metode kerja.
Perubahan peraturan dan organisasi.

Secara ringkas, langkah pengelolaan risiko dalam organisasi dalat dilihat


dalam gambar 3.
Pembuatan Sasaran K3

Organisasi harus menetapkan dan memelihara


dokumen sasaran K3 di setiap fungsi dan level yang
relevan dalam organisasi. Penetapan tujuan dan
sasaran kebijakan K3 harus dikonsultasikan dengan
wakil tenaga kerja, Ahli K3, P2K3, dan pihak-pihak
lain yang terkait.
Menentukan Skala Prioritas Penetapan Sasaran K3

Dalam menetapkan sasaran K3, akan ditemui kendala terkait dengan prioritas.
Beberapa input/masukan yang dapat digunakan dalam penetapan sasaran antara
lain:

Kebijakan K3, mencakup komitmen untuk melakukan perbaikan berkelanjutan.


Hasil dari identifikasi bahaya potensial, penilaian, dan pengendalian risiko
Persyaratan hukum dan perundang-undangan.
Pilihan Teknologi.
Persyaratan Keuangan, operasional dan bisnis.
Pandangan dari pekerja dan pihak terkait.
Analisis kerja.
Rekaman-rekaman ketidaksesuaian K3.
Hasil dari tinjauan manajemen.
Komunikasi bersama antara pihak manajemen dengan karyawan.
Seleksi Prioritas

Untuk menyeleksi prioritas, terdapat beberapa pertimbangan,


antara lain:

Keberadaan peraturan, persyaratan dan perundang-undangan.


Pengendalian risiko yang ada.

Dalam menetapkan dan mendokumentasikan sasaran mutu


sebaiknya memiliki nilai-nilai yang disebut SMART, yaitu:
Alat Perlindungan Diri

Menurut salah satu literatur, Alat perlindungan diri (APD) atau lebih dikenal
dengan PPE (Personal Protection Equipment) didefinisikan sebagai segala
perlengkapan yang dimaksudkan untuk dipakai atau dipegang oleh
seseorang di tempat kerja yang melindunginya dari salah satu atau lebih
resiko terhadap -keselamatan dan kesehatannya termasuk pakaian yang
dikenakan untuk melindungi diri dari cuaca bila diperlukan, helm, sarung
tangan, perlindungan mata, sepatu, harness dll. Perlengkapan seperti baju
kerja biasa atau seragam yang tidak secara spesifik
melindungi diri dari resiko keselamatan dan kesehatan tidak termasuk APD.
Serta menurut literature lainnya, APD guna keperluan kerja harus diidentifikasi,
kondisi di mana APD harusdikenakan harus ditentukan dan direncanakan
secara sesuai dan dirancang meliputi training dan pengawasan untuk menjamin
APD.
Hal- Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Menggunakan APD
Memastikan pakaian pelindung pas dengan ukuran tubuh, dan
sesuaikan posisi APD agar merasa nyaman saat bekerja .
Memastikan APD bekerja dengan baik dan benar, jika tidak
segera laporkan
Jika menggunakan 2 atau lebih APD secara bersamaan
pastikan mereka kompatibel dan tidak mengurangi keefektifan
masing - masing APD
Melaporkan gejala timbulnya rasa sakit atau tidak nyaman
secepatnya
Menginformasikan kepada pihak yang bertanggungjawab bila
diperlukan pelatihan khusus
Jenis-jenis APD
Urgensi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian yang sangat penting dalam

ketenagakerjaan. Oleh karena itu, dibuatlah berbagai ketentuan yang mengatur tentang

kesehatan dan keselamatan kerja. Berawal dari adanya Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1969 tentang Pokok-Pokok Ketenagakerjaan yang dinyatakan dalam Pasal 9 bahwa setiap

tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan dan

pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan harkat, martabat, manusia,

moral dan agama. Undang-Undang tersebut kemudian diperbaharui dengan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 ini ada beberapa hal yang diatur antara lain:

a. Ruang lingkup keselamatan kerja, adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah,

di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada dalam wilayah hukum

kekuasaan RI. (Pasal 2).


a.

Ruang lingkup keselamatan kerja, adalah segala


tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang
berada dalam wilayah hukum kekuasaan RI. (Pasal 2).
b. Syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan


2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi peledaka
4. Memberi pertolongan pada kecelakaan
5. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja
6. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
7. Memelihara kesehatan dan ketertiban
c. Pengawasan Undang-Undang Keselamatan Kerja,
direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap
undang-undang ini, sedangkan para pegawai
pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan
menjalankan pengawasan langsung terhadap
ditaatinya undang-undang ini dan membantu
pelaksanaannya. (Pasal 5).
d. Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk
Panitia Pembinaan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja untuk mengembangkan kerja sama, saling
pengertian dan partisipasi yang efektif dari
pengusaha atau pengurus tenaga kerja untuk
melaksanakan tugas bersama dalam rangka
keselamatan dan kesehatan kerja untuk melancarkan
produksi. (Pasal 10).
e. Setiap kecelakan kerja juga harus dilaporkan pada
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja di
dinas yang terkait. (Pasal 11 ayat 1).
(Sumamur. 1981: 29-34).
Dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 86 ayat 1 UU
Nomor 13 Tahun 2003 diatur pula bahwa setiap
pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas:

Keselamatan kerja
Moral dan kesusilaan
Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama

Anda mungkin juga menyukai