Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

DISUSUN OLEH :

NAMA : Dhearta Irma Suryani Samosir

NIM : 220205171

KELAS : 22A4

DOSEN PENGAMPU :

Apt. Artha Sianipar, M.Si

PRODI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Semester Kimia Organik ini
tepat pada waktunya.Penulis sendiri menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan serta masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan ini .Laporan ini
disesuaikan dengan berdasarkan materi-materi yang ada. Laporan ini bertujuan agar dapat
menambah pengetahuan dan kreativitas dalam belajar ilmu kimia. Serta dapat memahami
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak.Akhir kata, semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bagi pihak yang membutuhkan.

Medan,11 september 2023

Dhearta Samosir
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung
karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Banyak diantara senyawa organik,
seperti protein, lemak, dan karbonat merupakan komponen penting dalam biokimia.

Sekitar tahun 1850, Kimia Organik didefenisikan sebagai kimia dari senyawa yang datang
dari benda hidup sehingga timbul istilah Kimia Organik. Defenisi ii mulai usang sekitar tahun
1900. Pada saat itu, ahli kimia mensintesa senyawa kimia baru di laboratorium, dan banyak
dari senyawa baru ini tidak mempunyai hubungan dengan benda hidup. Pada saat ini, Kimia
Organik didefenisikan sebagai kimia senyawa karbon. Defenisi ini pun tidak terlalu tepat,
karena beberapa senyawa karbon seperti Karbon Dioksida (CO2), Natrium
Karbonat(Na2CO3), dan Kalium Sianida(KCN), dianggap sebagai anorganik.

Senyawa Organik merupakan senyawa kimia yang terdiri dari unsur organik C, H, dan O.
Sehingga mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Senyawa anorganik merupakan senyawa
yang tidak terurai dan umunya teridir dari unsur anorganik selain C, H, O baik logam
maupun non-logam.

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat membedakan
antara senyawa organik dan senyawa anorganik, baik secara fisika maupun
kimia.

Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu untuk :

a. Untuk mengetahui perbedaan senyawa organik dan anorganik.

b. Untuk membedakan titik didih Gula (Glukosa) dan NaCl.

c. Untuk mengetahui sifat kimia senyawa organik dan anorganik.

d. Untuk membedakan senyawa elektrolit dan non-elektrolit.


LAPORAN PRAKTIKUM I

PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

I. Tujuan Percobaan
1.Mempelajari dan memahami pinsip reaksi senyawa yang di uji.
2.Mempelajari tes-tes yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur penyusun senyaw
a tersebut.
3.Mengamati beberapa perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan anorganik.

2. Teori
Pada awalnya, perkembangan kimia sebagai sains, senyawa diklasifikasikan se
bagai senyawa organik dan anorganik. Senyawa organik berasal dari tanaman dan he
wan, dan lania sekali dipercayai bahwa senyawa organik tidak bisa dibuat di laborator
ium. Sekarang kita tahu bahwa itu tidak benar. Sintesa senyawa organik di laboratoriu
m pertama kali dilakukan oleh Friederich Wohler pada tahun 1828, yaitu urea (senya
wa kimia dalam urine) dapat dibuat dengan cara mengevaporasi larutan yang mengan
dung senyawa anorganik ammoniumsianat.
Sekitar tahun 1850, kimia organik didefenisikan sebagai kimia dari senyawa y
ang datang dari benda hidup sehingga timbul istilah organik. Suatu pengetahuan meng
enai kimia organik tak dapat diabaikan bagi kebanyakan ilmuwan Misalnya, karena si
stem kehidupan terutama terdiri dari air dan senyawa organik, hampir semua bidang y
ang berurusan dengan tanaman, hewan, atau mikroorganisme bergantung pada prinsip
kimia organik (Fessenden, 1997).
Pada awalnya, perkembangan ilmu kimia sekitar tahun 1850, kimia organik di
defenisikan sebagai kimia yang datang dari benda hidup. Pada saat ini, kimia organik
dengan definisi semacam itu dianggap orang sejak sekitar tahun 1900. Ahli kimia men
sintesa senyawa kimia baru dan tidak mempunyai hubungan dengan benda hidup. Sek
arang ini, kimia organik adalah kimia senyawa karbon. Definisi ini pun tak terlalu tep
at, karena beberapa senyawa karbon seperti karbon dioksida, natrium karbonat dan kal
ium sianida dianggap sebagai senyawa anorganik. Namun demikian, definisi ini dapat
diterima sebab semua senyawa organik mengandung karbon (Fessenden, 1997).
Senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa organik ialah suatu s
enyawa yang unsus-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom- atom hidro
gen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen, atau fosfor. Pada awalnya senyawa karbon ini
secara tidak langsung menunjukan hubungannya dengan sistem kehidupan. Namun da
lam perkembangannya, ada senyawa organik yang tidak mempunyai hubungan denga
n sistem kehidupan. Misalnya urea yang merupakan senyawa organik dari makhluk hi
dup yang berasal dari urin. Urea dapat dibuat dengan cara menguapkan garam amoniu
m sianat yang merupakan senyawa anorganik menjadi senyawa organik (Siswoyo, 20
09).

Senyawa organik terutama mengandung atom karbon dan atom hidrogen, dita
mbah nitrogen, oksigen belerang dan atom unsur lainnya. Senyawa induk untuk semu
a senyawa organik adalah hidrokarbon-alkana (hanya mengandung ikatan tunggal), al
kena (mengandung ikatan rangkap karbon-karbon), alkena (mengandung ikatan rangk
ap tiga karbon-karbon), dan hidrokarbon aromatik (mengandung cincin benzena) (Cha
ng, 2004).
Gugus fungsional sebagai ciri utama suatu senyawa organik yang pada dasarn
ya dapat diketahui secara jelas dengan mengelompokkan molekul-molekul tersebut sa
ling berkaitan sehingga sulit untuk membahas suatu gugus fungsional tanpa menyingg
ung gugus fungsional yang lainnya. Tetapi secara sederhana dapat dikatakan bahwa g
ugus fungsional adalah suatu atom-atom, gugus atom dalam suatu senyawa organik ya
ng boleh dikatakan paling menentukan sifat zat tersebut (Arsyad, 2001).
Asam oganik adalah termasuk senyawa organik yang umumnya merupakan ha
sil dari kegiatan jasad hidup. Umumnya, di alam, ditemukan pada. di atas dan di dala
m tanah. Bentuk senyawa organik terdiri dari senyawa yang belum terhumuskan dan t
elah terhumuskan. Senyawa organik yang belum terhumuskan misalnya karbohidrat, a
sam amino, protein, lemak, lignin, asam nukleat, pigment, hormon dan asam-asam org
anik Asam organik yang termasuk dalam senyawa organik belum terhumuskan selanj
utnya diistilahkan asam organik belum terhumuskan. Senyawa organik yang telah terh
umuskan adalah asam humat (AH), asam fulfat (AF), dan turunan dari hidroksi benso
at dari asam humat (Ismangil, 2005).
Asam organik mampu mengkomplek logam dalam larutan. Derajat kompleksa
si tergantung: 1) sifat asam organik (jumlah gugus karboksil dan hidroksil), 2) konsen
trasi asam organik, 3) tipe loka permukaan, dan 4) pH dan kekuatan ionik larutan tana
h (Tamad, 2008).

3. Metode Penelitian
A. Alat Dan Bahan
1. Alat
 Gelas Kimia
 Batang Pengaduk
 Cawan Crus
 Bunsen
 Kawat Tembaga
 Pipet ukur
 Pipet tetes
2. Bahan
 Etanol
 Larutan CaOH2
 Urea
 NaOH 3M
 Larutan HCl 3M
 Larutan CHCl3
 Larutan Kl
 NaCl
 Glukosa
 Daun
 Plastik
 Garam dapur
 Es batu
 Kawat Tembaga
 Kertas lakmus merah dan biru
B. Prosedur Kerja
1. Tes Unsur-Unsur Dengan Pembakaran Senyawa Organik
a. Deteksi unsur-unsur dengan pembakaran senyawa organik
1) Tempatkan kira-kira 2 ml, etanol dalam cawan krus kemudian dibakar.
Siapkan gelas kimia 250 mL. Yakinkan gelas kimia tersebut kering. Isi
dengan air dingin (air es) Simpan di atas pembakaran etanol. Amati per
ubahan yang terjadi.
2) Tempatkan larutan Ca(OH)2 dalam ujung batang pengaduk Siapkan eta
nol dalam cawan crus, kemudian dibakar. Tempatkan larutan Ca(OH) 2 t
ersebut di atas pembakaran sejauh kira-kira 5 cm dari lidah api Amati p
erubahan yang terjadi.
3) Alirkan udara hasil pernapasan anda ke dalam larutan Ca(OH) 2 dalam g
elas kimia selama 1-2 menit menggunakan selang. Amati perubahan ya
ng terjadi.
b. Unsur-unsur yang dideteksi dengan basa kuat dan pemanasan senyawa org
anik

Tempatkan kira-kira 1 gram urea dalam gelas kimia kecil, tambahkan 10 m


L NaOH 3M. Kocok pelan-pelan dan panaskan tidak sampai mendidih. Pin
dahkan gelas kimia dari pemanasan, amati bau gas yang terbentuk Tempatk
an lakmus biru dan merah pada dinding gelas kimia (panaskan lagi, bila gas
yang terbentuk habis). Amati perubahan pada kertas lakmus.

c. Tes Beilsten
Panaskan ujung kawat tembaga dalam pemanas Bunsen sampai warnanya b
erubah. Masukkan kawat panas ke dalam larutan HCl 3M, CHCl 3, dan Kl.
Amati perubahan warna yang terjadi.
2. Perbedaan senyawa organik dan anorganik
a. Perbedaan sifat karena pemanasan
Siapkan 2 cawan krus, masing-masing diisi NaCl dan glukosa secukupnya.
Panaskan keduanya lalu amati perubahan yang terjadi.
b. Perbedaan konduktivitas
Siapkan alat-alat konduktometer. Ukurlah konduktivitas senyawa-senyawa
pada tabel berikut.
4. Hasil Dan Pembahasan
A. Hasil

Perlakuan Hasil Jenis Senyawa


 Gula + Panaskan Meleleh dan menjadi caramel Organik
 Garam dapur + dibakar Tidak ada perubahan Anorganik

 Plastik +panaskan Meleleh Organik

 Daun + panaskan Layu dan berubah warna Organik


Larut Anorganik/polar
 Garam +Air

Lebih cepat menguap Organik


 Etanol + panaskan

Data Gambar Hasil Pengamatan :

1.1 Gula + Panaskan Menjadi Meleleh 1.2 Plastik + Panaskan


Menjadi
(caramel). Meleleh.
1.3 Daun + Dipanaskan Menjadi 1.4 Garam Dapur + Panaskan
Menjadi
Layu dan Berubah Warna. Tidak Ada Perubahan.

1.5 Etanol Lebih Cepat Menguap 1.6 kertas lakmus biru tetap,lakmus
Merah menjadi biru.

B. Pembahasan
Telah terbukti dalam praktikum kali ini bahwa gula,daun,plastic,etanol merupakan
senyawa organik dalam perlakuan komposisi yaitu dengan dipanaskan. Sedangkan
garam tidak ada perubahan yang menunjukkan bahwa garam anorganik. Adapun p
erbedaan senyawa organik dan anorganik pada senyawa organik titik didihnya ren
dah, tidak tahan panas, mempunyai ikatan kovalen, umumnya tidak larut dalam air
dan reaksi antar molekulnya berlangsung lama, contoh senyawa organik adalah pr
otein, lemak, karbohidrat, asam lemak, vitamin polimer, dll. Sedangkan pada seny
awa anorganik titik didihnya tinggi tahan terhadap pemanasan, ada yang berkaitan
dengan ion kovalen, umumnya larut dalam air dan reaksi antar son berlangsung, c
ontoh senyawa anorganik yaitu Asam karbonat dan garam.
Adapun kandungan senyawa dari bahan praktikum yang telah dilakukan diantanuy
a adalah pada gula diketahui bahwa jenis senyawanya organik. Kemudian pada ga
ram didapatkan jenis senyawanya adalah anorganik.
kemudian pada daun yang diketahui bahwa jenis senyawa nya organic kemudian p
ada lilin, jenis senyawa organik. Kemudian terakhir pada plastic jenis senyawany
a anorganik.Kemudian garam dapur dibakar terjai pengktistalan atau
penggumpalan jenis senyawanya anorganik, kemudian daun yang dibakar hasilnya
layu jenis senyawanya organik. Pada prosedur kerja penguapan perlakuan pada
ctanol dipanaskan hasilnya cepat menguap dan jenis senyawanya organik. Lalu air
dipanaskan hasilnya lama menguap dan jenis senyawanya anorganik.
Kemudian pada kertas lakkmus yang dipanaskan yang diatas gelas kimia berubah
warna yang dimana kertas lakmus biru yang di panaskan menetap menjadi warna
biru sedangkan pada kertas lakmus merah yang dipanaskan berubah warna
menjadi biru.

5. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Beberapa uji yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi unsur penyusun suatu s
enyawa antara lain uji dengan pembakaran senyawa anorganik. pemanasan, dan io
nisasi.
2. Perbedaan senyawa organik dan anorganik dapat dilihat dari sifat fisika dan kimia
seperti keadaan saat pemanasan senyawa organik akan lebih mudah mendidih dan
menguap dibandingkan senyawa anorganik serta perbedaan ionisasi (dissosiasi), d
an kelarutan.
3. Hasil dalam percobaan yang termasuk dalam senyawa organic yaitu:
Gula,daun,plastic.Sedangkan senyawa anorganik yaitu: Garam.
4. Lakmus biru tetap berwarna biru sedangkan lakmus merah berubah warna menjadi
biru.
LAPORAN PRAKTIKUM II

STRUKTUR MOLEKUL SENYAWA ORGANIK DENGAN MENGGUN


AKAN MODEL MOLEKUL

I. Tujuan Percobaan
1. Memberikan pengalaman bekerja dengan model molekul.
2. Memberikan pengalaman mengenai visualisasi senyawa-senyawa organik dalam ti
ga dimensi.
3. Mengilustrasikan reaksi-reaksi kimia.

II. Teori
Kimia organik didefenisikan sebagai kimia dari senyawa yang datang dari ben
da hidup sehingga timbul istilah organik. Suatu pengetahuan mengenai kimia organik
tak dapat diabaikan bagi kebanyakan ilmuwan. Misalnya, karena system kehidupan te
rutama terdiri dari air dan senyawa organik, hampir semua bidang yang berurusan den
gan tanaman, hewan, atau mikroorganisme bergantung pada prinsip kimia organik (Fe
ssenden, 1997).
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya men
gandung karbon, kecuali karbida, karbonat dan oksida karbon. Studi mengenai senya
waan organik disebut kimia organik. Banyak diantara senyawaan organik seperti prote
in, lemak dan karbohidrat merupakan komponen penting dalam biokimia(Petrucci, 19
78).
Model ball-and-stick merupakan model tiga dimensi yang sering digunakan da
lam pembelajaran bentuk molekul. Kelebihan model ini yaitu representasi 3D yang ba
gus, jumlah ikatan pada tiap atom ditunjukkan dengan tepat, panjang dan sudut ikatan
juga ditunjukkan dengan tepat. Kelemahannya adalah tidak tampaknya overlap awan
elektron dari atom yang membentuk ikatan kovalen(Ardiansyah, 2013).
Stereokimia mempelajari susunan atom 1 gugus dari suatu molekulyang terjad
i karena reaksi kimia (stereokimia dinamik) ikatan dalam senyawa C. Atom C adalah t
etravalen dan pada senyawa jenuh keempat ikatan tersebut kira-kira identik. Penataan
(konformasi) senyawa rantai terbuka dapat digunakan beberapa cara yakni proyeksi n
ewman, fischer, saw horse, dan wedge line(Respati, 1986).

Bagian komputasi kimia tentang studi struktur molekul, yang mempelajari tent
ang struktur, sifat, karakteristik dan kelakuan suatu molekul. Pemodelan molekul dapa
t digunakan untuk merancang suatu molekul sebelum dibuat di laboratorium sehingga
dapat diperoleh molekul yang diinginkan secara efisien, sebagai contoh pemodelan m
olekul untuk merancang struktur zeolit sebelum dilakukan sintesis zeolit yang dikehen
daki. Senyawa organik dapat digunakan untuk menciptakan rongga dan ukuran senya
wa zeolit yang dibuat. Bentuk dan ukuran senyawa organik bersifat khas, sehingga da
pat dijadikan template untuk mendapatkan rongga-rongga optimum sesuai kebutuhan.

III. Metode Penelitian


A. Alat
Busur Derajat Molimod “Darling Models” dengan spesifikasi warna :
a) Hidrogen: putih
b) Karbon: hitam
c) Nitrogen: biru
d) Oksigen: merah
e) Fluorin: hijau kuning
f) Klorin: hijau terang
g) Bromin: hijau
h) lodin: hijau gelap
i) Silikon: hitam perak
j) Fosfor: ungu
k) Sulfur: kuning
l) Atom umum: pink

B. Prosedur Kerja
Penyusunan bentuk molekul :
a. 2-metilheksana
b. 2-butanol
c. 2-butana
d. 1-propanol
e. Etilmetileter
f. 2-heksena
g. 2-metil-2-heksena
h. 1-butuna

IV. Hasil Dan Pembahasan


A. Hasil
Etilmetileter 2-metil-2-heksena

2-heksena 1-propanol
1-butuna 2-metilbutana

B. Pembahasan
Eter dapat pula dibuat melalui substitusi nukleofilik alkil halida oleh alkoksida.
R-ONa+ R'-XR-O-R'+NaX
Reaksi ini dinamakan sintesis eter Williamson Reaksi ini melibatkan penggunaan alko
hol dengan basa kuat, menghasilkan alkoksida, yang diikuti oleh adisi pada senyawa a
lifatik terkait yang memiliki gugus lepas (R-X). Gugus lepas tersebut dapat berupa jod
ida, bromida. maupun sulfonat. Metode ini biasanya tidak bekerja dengan baik dengan
aril halida (misalnya bromobenzena). Reaksi ini menghasilkan rendemen reaksi yang t
inggi untuk halida primer.
Halida sekunder dan tersier sangat rawan menjalani reaksi eliminasi E2 seketika berpa
paran dengan anion alkoksida yang sangat basa, Dalam reaksi lainnya yang terkait, alk
il halida menjalani substitusi nukleofilik oleh fenoksida. R-X tidak dapat digunakan u
ntuk bereaksi dengan alkohol. Namun, fenol dapat digunakan untuk menggantikan alk
ohol. Oleh karena fenol bersifat asam, ia dapat bereaksi dengan basa kuat seperti natri
um hidroksida. membentuk ion fenoksida. Ton fenoksida ini kemudian mensubstitusi
gugus -X pada alkil halida, menghasilkan eter dengan gugus aril yang melekat padany
a melalui mekanisme reaksi :
SN2 C6H5OH + OH -> C6H5-O-+H20
C6H5-O-+R-X -> C6H5OR

V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari percobaan ini, maka dapat ditarik kesimpulan s
ebagai berikut :
1. Melalui model molekul (molimod) dapat mempermudah dalam memahami struktu
r tiga dimensi suatu molekul, baik isomer maupun struktur dari molekul itu sendiri.
2. Visualisasi atau penggambaran senyawa-senyawa organik dengan menggunakan
molimod jauh lebih memudahkan kita untuk mengetahui posisi stabil yang dapat d
ibentuk oleh suatu senyawa.
3. Reaksi-reaksi kimia dapat dipelajari dari molimod adalah pemutusan ikatan rangk
ap dan pembentukan kembali ikatan yang baru, dengan sifat senyawa yang berbed
a.

LAPORAN PRAKTIKUM III

SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA ORGANIK

I. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari tes-tes yang diigunakan untuk mengidentifikasi unsur penyusun seny
awa tersebut.
2. Mengamati beberapa perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan anorganik.
3. Membandingkan tingkat kelarutan suatu senyawa terhadap beberapa pelarut.

II. Teori
Karbon dapat membentuk lebih banyak senyawa dibandingkan unsur lain sebab
atom karbon tidak hanya dapat membentuk ikatan karbon karbon tunggal, rangkap
dua dan rangkap tiga, tetapi juga bisa terkait satu sama lain membentuk struktur rantai
dan cincin Cabang ilmu kimia yang mempelajari senyawa karbon adalah kimia
organik (Chang, 2003
Melarut tidaknya suatu zat dalam suatu sistem tertentu dan besarnya kelarutan,
sebagian besar tergantung pada sifat serta intensitas kekuatan yang ada pada zat
terlarut-pelarut dan resultan interaksi zat terlarut-pelarut. Kelarutan suatu senyawa
bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, selain itu dipengaruhi
pula oleh faktor temperatur. tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil
bergantung pada terbaginya zat terlarut. Kelarutan suatu zat juga bergantung pada
struktur molekulnya seperti perbandingan gugus polar dan gugus non polar dari
molekul. Semakin panjang rantai non polar dari alkohol alifatis, semakin kecil
kelarutannya dalam air. Kelarutan zat terlarut dalam pelarut juga dipengaruhi oleh
polaritas atau momen dipol pelarut. Pelarut-pelarut polar dapat melarutkan senyawa-
senyawa ionik serta senyawa-senyawa polar lainnya (Widyaningsih, 2009).
Karbon hanya salah satu dari unsur yang terdapat dalam sistem periodik. tetapi
senyawanya menjadi kelompok besar karena jenisnya banyak sekali. Sampai kini tela
h diketahui sekitar enam juta senyawa organik, sedangkan senyawa anorganik sekitar
50.000, Hidrokarbon afilatik yang tidak mengandung ikatan rangkap disebut hidrokar
bon jenuh (alkana) dan yang mengandung ikatan rangkap disebut hidrokarbon tak jen
uh (alkena dan alkuna). Hidrokarbon siklik yang jenuh disebut sikloalkana (Syukri, 20
04).
Alkana sebagai hidrokarbon jenuh, semua atom karbon dalam alkana mempun
yai empat ikatan tunggal dan tidak ada pasangan elektron bebas. Semua elektron terik
at kuat oleh kedua atom. Akibatnya, senyawa ini cukup stabil dan disebut juga parafin
yang berarti kurang reaktif (Syukri, 2004).
Rumus molekul senyawa alkana bergantung pada jumlah atom C, sedangkan j
umlah H ditentukan oleh jumlah C tersebut. Karena atom C bertangan empat dan H be
rtangan satu, maka rumus alkana beratom C= 1, 2 dan 3 berturut- turut adalah CH4, C
2H, dan CaHs (Syukri, 2014).
Senyawa-senyawa organik sintetis biasanya terdiri dari penggabungan kepinga
n kecil dan sederhana menjadi molekul besar yang kompleks. Untuk membuat sebuah
molekul yang mengandung banyak atom, dari molekul-molekul yang mengandung ato
m lebh sedikit, perlu diketahui bagaimana membuat atau memecah ikatan kimia. Wala
upun sintetis urea dari Wohler hanya suatu kebetulan, sintetis dapat leih efektif apabil
a dilakukan dalam cara-cara yang terkendali dan rasional, sehingga ketika semua atom
tersusun, mereka akan berhubungan satu sama lain dengan benar dab menghasilkan pr
oduk yang diinginkan (Hart, 2002).
Dibandingkan dengan sintesis senyawa anorganik, sintesis senyawa organik ja
uh lebih sukar. Kelahiran kimia organik dinisbahkan pada sintesis urea CO(NH2)2 (su
atu senyawa organik umum) dengan memanaskan amonium sanat (senyawa anorgani
k), pertama dilakukan oleh kimiawan Friedrich Wöhler (1800- 1882). Hanya akhir-ak
hir ini saja desain dan sintesis senyawa yang diinginkan mungkin dilakukan (Takeuchi,
2006).
Reaksi yang digunakan dalam sintesis organik dapat digolongkan menjadi dua
golongan :
1. Pembentukan ikatan karbon-karbon.
2. Pengubahan gugus fungsi.

Sebagian besar reaksi yang Anda pelajari di sekolah menengah adalah konvers
i gugus fungsi, seperti yang ditunjukkan di bawah ini. Bagi bidang sintesis organik pe
mbentukan ikatan C-C dan pengubahan gugus fungsi seperti rodu kendaraan. Tidak pa
ntas menanyakan mana yang lebih penting. Berbagai reaksi pembentukan ikatan C-C t
elah dilaporkan. Berdasarkan gaya dorong reaksinya, reaksi ini dapat digolongkan ata
s tiga jenis, kondensasi aldol, reaksi Grignard dan reaksi Diels-Alder. Di sini dua yang
terakhir yang akan dibahas (Takeuchi, 2006).
Reaksi Grignard Reaksi Grignard ditemukan oleh kimiawan Perancis Auguste
Victor Grignard (1871-1935) di tahun 1901. Tahap awal reaksi adalah reaksi pembent
ukan metilmagnesium iodida, reagen Grignard, dari reaksi antara alkil halida (metil io
dida dalam contoh di bawah ini) dan magnesium dalam dietil eter kering.

III. Metode Penelitian


A. Alat Dan Bahan
1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Gelas kimia
c. Pipet tetes

2. Bahan
a. N-heksana
b. Metanol
c. Etanol
d. Butanol
e. Glukosa
f. Kanji/amilum
g. Paraffin
h. Kloroform
i. Asam asetat
j. H2O
k. NaOH
l. HCl
m. H2SO4

B. Prosedur Kerja
1. Kelarutan Dalam N-heksana
Ambil 0.1 gram atau 0,2 ml senyawa organik yang akan diuji kelarutannya (ga
ram-garam ionik, senyawa hidrokarbon, senyawa alkohol, senyawa ester, seny
awa aldehid, senyawa ketor, senyawa asam karboksilat, senyawa amida senya
wa amina, dan senyawa nitril). Masing-masing masukkan dalam tabung reaksi.
Tambahkan tetes demi tetes n-heksana hingga mencapai 3 ml. Kocok kuat-kua
t setiap penambahan lalu amati kelarutannya (larut, sedikit larut atau sukar laru
t).
2. Kelarutan Dalam Air
Ambil 0,1 gram atau 0,2 ml senyawa organik yang akan diuji kelarutannya (ga
ram-garam ionik, senyawa hidrokarbon, senyawa alkohol, senyawa ester, seny
awa aldehid, senyawa keton, senyawa asam karboksilat, senyawa amida, senya
wa amina, dan syawa nitril), Masing-masing masukkan dalam tabung reaksi. T
ambahkan tetes demi tetes air hingga mencapai 3 ml. Kocok kuat-kuat setiap p
enambahan lalu amati kelarutannya (larut, sedikit larut atau sukar larut).
3. Kelarutan Dalam Natrium Hidroksida
Ambil 0,1 gram atau 0,2 ml senyawa organik yang akan diuji kelarutannya (ga
ram-garam ionik, senyawa hidrokarbon, senyawa alkohol, senyawa ester, seny
awa aldehid, senyawa keton, senyawa asam karboksilat, senyawa amida, senya
wa amira dan senyawa nitril). Masing-masing masukkan dalam tabung reaksi.
Tambahkan tetes demi tetes natrium hidroksida hingga mencapai 3 ml. Kocok
kuat-kuat setiap penambahan lalu amati kelarutannya (larut, sedikit larut atau s
ukar larut).
Perhatikan apabila terjadi kenaikan suhu atau gas yang mungkin dihasilkan jik
a pada penambahan NaOH tidak dapat larut, ambillah lapisan atas dengan pipe
t tetes ke dalam tabung reaksi dan tambahkan HCl encer hingga pHnya asam.
Amati perubahan apa yang terjadi.
4. Kelarutan Dalam Asam Klorida
Ambil 0,1 gram atau 0,2 ml senyawa organik yang akan diuji kelarutannya (ga
ram-garam ionik, senyawa hidrokarbon, senyawa alkohol, senyawa ester, seny
awa aldehid, senyawa keton, senyawa asam karboksilat, senyawa amida, senya
wa amina, dan senyawa nitril). Masing-masing masukkan dalam tabung reaksi.
Tambahkan tetes demi tetes Asam Klorida hingga mencapai 3 ml. Kocok kuat-
kuat setiap penambahan lalu amati kelarutannya (larut, sedikit larut atau sukar
larut).
Apabila terjadi kelarutan, maka senyawa yang diuji diklasifikasikan senyawa b
asa. Beberapa senyawa organik basa dapat membentuk senyawa hidroklorida d
engan HCl yang dapat larut dalam air, tetapi dalam keadaan HCl yang berlebih
bentuk tersebut dapat mengendap apabila penambahan HCl tidak dapat larut,
ambil lapisan atas dan tambahkan NaOH hingga bersifat basa .
Jika terjadi endapan, maka senyawa organik tersebut dapat diklasifikasikan
Sebagai senyawa basa organik.
5. Kelarutan Dalam Asam Sulfat
Ambil 0,1 gram atau 0.2 ml senyawa organik yang akan diuji kelarutannya (ga
ram-garam ionik, senyawa hidrokarbon, senyawa alkohol, senyawa ester, seny
awa aldehid, senyawa keton, senyawa asam karboksilat, senyawa amida, senya
wa amina, dan senyawa nitril). Masing-masing masukkan dalam tabung reaksi.
Tambahkan tetes demi tetes n-heksana hingga mencapai 3 ml. Kocok kuat-kua
t setiap penambahan lalu amati kelarutan (larut sedikit larut atau sukar larut).

IV. Hasil Dan Pembahasan


A. Hasil

No Senyawa H₂O n-heksana Eter


1. n-heksana Tidak larut Tidak larut
x

2. Metanol Larut Tidak Larut Larut

3. Etanol Larut Tidak larut Larut

4. Benzena Tidak Larut Tidak Larut Larut

5. Glukosa Larut Tidak larut Larut

6. Parafin Tidak Larut Larut Tidak larut


7. Kloroform Tidak larut Larut Larut

8. Etilasetat Tidak larut Larut Larut

B. Pembahasan

Percobaan dimulai dengan mengisi tabung 1 sebanyak 1 mL akuades dan tabu


ng 2 sebanyak 1 mL dietil eter. Tabung 1 dan 2 ditambahkan 1 mL -heksana dan d
ikocok serta diperhatikan kelarutannya. Lalu diulangi prosedur yang sama untuk s
enyawa organik lainnya yaitu kloroform, etanol, dan etil asetat. Hasil yang diperol
eh dari penambahkan n-heksana, kloroform dan etil asetat pada tabung 1 terdapat
dua fase dalam campuran air sehingga ketiganya tidak larut di air atau tidak berea
ksi, sementara pada tabung 2 hanya terdapat 1 fase dalam dietil eter sehingga diny
atakan terlarut atau bereaksi Hal ini sesuai dengan literatur bahwa w-heksana, klor
oform dan etil asetat adalah senyawa non-polar dan akuades adalah senyawa polar
sehingga keduanya tidak dapat tercampur. Alasannya sebab ketiga zat tersebut tid
ak memiliki gugus polar yang dapat berikatan dengan gugus polar pada akuades
(Romi & Legiso, 2021). Senyawa non-polar hanya larut dalam pelarut non polar s
eperti dietil eter karena gaya diantara keduanya adalah sama yakni gaya dispersi lo
ndon Oleh sebab itu n-heksana, kloroform dan etil asetat tidak larut dalam akuade
s karena merupakan pelarut polar dengan gaya dipol yang sukar berinteraksi terha
dap gaya dispersi London yang lemah (Rahayu, 2009). Hasıl yang diperoleh dari p
enambahan etanol pada tabung 1 hanya terdapat 1 fase dalam campuran air sehing
ga kloroform larut dalam air, sedangkan pada tabung 2 terdapat 2 fase dalam dietil
eter sehingga dinyatakan tidak larut. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa etanol a
dalah senyawa polar yang lebih mudah larut dalam pelarut polar seperti akuades k
arena adanya gaya dipol yang berinteraksi Akibatnya senyawa polar sukar terlarut
dengan senyawa non-polar karena tidak adanya gaya dipol serta gaya dispersi lond
on yang terlalu lemah.

V.Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan yaitu kelarut
an senyawa organik seperti n-heksana, kloroform, dan etil asetat tidak larut dalam air
namun terlarut dalam dietil eter. Hal ini karena ketiga senyawa tersebut adalah senya
wa non-polar yang jauh lebih mudah larut di dalam pelarut non-polar seperti dietil eter
dibandingkan dengan pelarut polar seperti air. Alasannya karena senyawa non-polar ti
dak memiliki gugus polar untuk berikatan dengan gugus polar pelarut. Senyawa organ
ik lainnya yakni etanol terlarut dalam air namun tidak larut dalam dietil eter karena eta
nol adalah senyawa polar yang sukar larut dalam pelarut non polar dan mudah larut da
lam pelarut polar
DAFTAR PUSTAKA

Dadari, D.W., Dian N., 2012, Analisis Tes Hasil Belajar Siswa Melalui Media Pembelajaran
Blog Pada Materi Alkana, Alkena, Dan Alkuna, Unesa Journal of Chemical Education.

Hart, 2002, Kimia Organik, Yogyakarta, Omah Ilmu.

Syukri. S. 2004, Kimia Dasar, Bandung. Yrama Widya.

Takeuchi, Yoshito, 2006, Pengantar Kimia, Tokyo, Iwanami Publishing

Ardiansya M., 2013. "Keefektifan Gambar Statis, Gambar Dinamis Ball-and- Stick, dan Mod
el Molekul Sederhana Dibuat dari Jarum Pentul pada Pembelajaran Bentuk dan Kepol
aran Molekul". Jurnal Pendidikan Sains.

Endrias, H.K., Prasetya, A.T., 2013. "Pengaruh Rasio Si/Al, Kation dan Template Organik Te
rhadap Ukuran Rongga Zeolit Zsm-5". Indonesian Journal of Chemical Science.

Fessenden J., S., 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Bina Aksara: Jakarta. Petrucci, Ralp H. 1
987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.

Jakarta: Erlangga Respati. 1986. Pengantar Kimia Organik. Jakarta: Aksara Baru.

Anda mungkin juga menyukai