Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya. Atas berkat dan
rahmatnya sehingga laporan praktikum kimia organik yang berjudul Pengukuran
Titik leleh dapat terselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih kepada asisten penanggung jawab, serta kepada
seluruh asisten praktikum Kimia organik yang telah membimbing kami sehingga
laporan ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari kakak asisten, agar
laporan ini dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, Mei 2022

Kelompok I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Kimia organik merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan kita
sehari-hari. Karena penyusun utama makhluk hidup merupakan senyawa organik
yaitu protein, asam nukleat, lemak, karbohidrat, hormon, dan enzim. Prinsip kimia
organik dipakai dalam berbagai bidang diantaranya adalah dalam bidang farmasi,
kedokteran, biokimia, mikrobiologi, pertanian dan banyak ilmu pengetahuan yang
lain. Salah satu peristiwa yang mengalami perubahan suatu zat padat berubah
menjadi wujud cair disebut titik leleh.
Titik leleh adalah temperature dimana zat padat berubah wujud menjadi cair
pada tekanan suatu atmosfer. Dengan kata lain, titik leleh merupakan suhu ketika
fase padat dan cair sama-sama beada dalam kesetimbangan. Titik leleh zat padat
adalah suhu dimana zat tersebut akan berubah wujud menjadi cair. Titik leleh
suatu sat padat tidak mengalami perubahan yang berarti dengan adanya perubahan
tekanan.
Pada umumnya titik leleh senyawa organik mudah diamati sebab
temperature dimana pelelehan mulai terjadi hamper sama dengan temperature
dimana zat telah meleleh semuanya. Jika zat padat yang diamati tidak murni,
maka akan terjadi penyimpanan dari titik leleh senyawa murninya (Petrucci 2010).
Titik leleh pada gas mulia ditentukan oleh besarnya nomer atom. Semakin besar
nomor atom maka titik lelehnya semakin tinggi. Sementara itu, titik leleh dari
karbon sangat tinggi.
Titik Didih suatu zat adalah suhu yang tekanan uap jenuhnya sama dengan
tekanan di atas permukaan zat cair. Bila tekanan uap sama dengan tekanan luar
atau tekanan diatas permukaan zat cair, mulai terbentuk gelembung-gelembung
uap dalam cairan. Karena tekanan uap dalam gelembung sama dengan tekanan
udara, maka gelembung itu dapat mendorong diri lewat permukaan dan bergerak
ke fasa gas diatas cairan, sehingga cairan tersebut mendidih. Titik didih suatu zat
cair dipengaruhi oleh tekanan udara, artinya makin besar tekanan udara makin
besar pula titik didih zat cair tersebut, begitu juga sebaliknya semakin rendah
tekanan udara, maka semakin rendah titik didih.. Titik didih dapat digunakan
untuk memperkirakan secara tak langsung berapa kuatnya daya tarik antar
molekul cairan. Cairan yang memiliki gaya tarik antar molekul kuat, akan
memiliki titik didih yang tinggi, begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan praktikum kimia organik
percobaan mengenai titik leleh dari zat padat Kristal.
1.2 Maksud Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara mengukur titik leleh suatu zat
2. Mahasiswa dapat menghitung titik didih dari beberapa zat
1.3 Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui prinsip mengkur titik leleh
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara melakukan percobaan titik leleh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian kimia
Kimia adalah ilmu yang mempelajari komposisi dan sifat zat suatu materi
dari skala atom hingga skala molekul dan perubahan serta interaksinya dalam
membentuk materi. Dapat dikatakan bahwa kimia merupakan ilmu tentang materi
dan perubahannya. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak
terpisahkan yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan berupa fakta, konsep,
prinsip, hukum dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses kerja ilmiah
(Chang, 2005).
Ilmu kimia adalah cabang ilmu yang mempelajari materi, meliputi
susunan, sifat dan perubahannya, serta perubahan energy yang menyertai
perubahan materi tersebut. Kimia mempelajari fenomena-fenomena yang tidak
dapat diamati secara langsung, seperti struktur molekul, interaksi antar atom,
molekul, ion dan lain- lain (Gkitzia et al., 2011).
2.1.2 Sejarah Kimia Organik (Legiso, 2021)
Sekitar tahun 1780 an, ilmuwan bernamaKarl Wilhelm Scheele sudah
mulai membedakan antara senyawa organik dan senyawa anorganik. Scheele
mendefinisikan senyawa organik sebagai senyawa yang dihasilkan dari makhluk
hidup, sedangkan senyawa anorganik didefinisikan sebagai senyawa yang tidak
dihasilkan dari makhluk hidup. Pada tahun 1828, seorang ilmuwan Jerman
bernama Friedrich Wöhler yang merupakan murid Berzelius berhasil mensintesis
Urea(sebuah senyawa organik yang biasa ditemukan pada urin) dari senyawa
anorganik Ammonium Isosianat. Ia mereaksikan Perak Isosianat dengan
Ammonium Klorida membentuk Ammonium Isosianat.
AgOCN + NH4Cl NH4OCN + AgCl
Ia ingin memperoleh kristal NH4OCN dengan pemanasan, akan tetapi karena
pemanasannya terlalu lama maka Ammonium Isosianat berubah menjadi Urea.
NH4OCN + Panas CO(NH2)2
Kutipan yang terkenal dari Wöhler kepada gurunya Berzelius, Harus saya
ceritakan kepada Anda bahwa saya berhasil membuat urea tanpa menggunakan
ginjal manusia ataupun hewan. Ammonium Isosianat adalah Urea. (F. Wöhler
kepada J.J. Berzelius, 22 Februari1828). Semenjak saat itu, teori vis vitalis
perlahan-lahan menghilang dan banyak ilmuwan yang mencoba mensintesis
senyawa organik darisenyawa anorganik.
August Kekule memperbaharui definisi senyawa organik dan anorganik,
yang kemudian dikenal sebagai modern definition of organiccompound. Senyawa
organik merupakan senyawa yang tersusun atas rantai karbon, sedangkan
senyawa anorganik merupakan senyawa yang tidak tersusun atas rantai karbon.
Dari definisi di atas, dapat didefinisikan bahwa kimia organik adalah ilmu yang
mempelajari materi / senyawa / molekul yang mengandung rantai karbon.
2.1.3 Perkembangan Kimia Organik (Wardiyah, 2016)
Sejarah kimia organik dimulai pada pertengahan tahun 1700an dimana
pada awalnya kimia organik dikenal sebagai ilmu kimia yang mempelajari benda
hidup. senyawa-senyawa yang diperoleh dari benda hidup tersebut (hewan,
tumbuhan, dan manusia) sangat mudah terurai atau terdekomposisi dari pada
senyawa yang diperoleh dari bahan bahan mineral.Hal ini yang menyebabkan
seorang ahli kimia dari Swedia, Torbern Bergman, pada tahun1770 menjelaskan
sebagai perbedaan antara senyawa organik dan anorganik. Senyawa organik pada
saat itu diyakini mempunyai vital force atau daya vital yang merupakan ciri khas
dari senyawa yang berasal dari makhluk hidup. Karena memiliki daya vital ini
maka senyawa organik dipercaya tidak dapat disintesi di laboratorium seperti
senyawa anorganik.
Teori tentang daya vital yang menyebabkan senyawa organik tidak dapat
disintesisatau dimanipulasi di laboratorium ini mulai berubah sejak Michel
Chevreul pada tahun 1816 menemukan bahawa sabun (suatu senyawa anorganik)
dapat dibuat dari hasil reaksi antara lemak hewani (senyawa organik) dengan
basa. Sabun yang merupakan senyawa anorganik dapat diubah menjadi senyawa
organik yaitu asam lemak.
2.1.4 Senyawa organik
Senyawa organik adalah senyawa yang terdapat didalam organisme yang
sangat bervarisasi jumlah atom dan strukturnya. Setiap atomnya selalu
mengadung karbon sebagai unsur utamanya senyawa hidrokarbon kurang diganti
dengan gugus fungsional (Sukmaria, 1999).
Contoh dari senyawa organik atau molekul: asam nukleat, lemak, protein,
gula, enzim, metana, dan beberapa bahan bakar. Sedangkan contoh dari senyawa
anorganik yaitu: NaCl, logam, dan berlian. Zat yang terbuat dari elemen tunggal
dan senyawa lain yang tidak mengandung ikatan karbonhidrogen (Hart, 2003).
Sifat fisik dan kimia senyawa organik dapat membedakan satu dengan
yang lainnya. Ketika beberapa sifat kiia dan fisika senyawa senyawa organik dan
anorganik sederhana yang menceritakan apakah senyawa termasuk dalam
senyawa organik atau anorgani antara lain pemanasan, konduktifitas, dan ionisasi
(disosiasi ) serta kelarutan (Natsir, 2003).
Alkana, alkena, dan alkuna merupakan senyawa hidrokarbon alifatik.
Alkana merupakan senyawa hidrokarbon jenuh, sedangkan alkena dan alkuna
merupakan hidrokarbon tak jenuh (Day dan Underwood, 2002). Alkana, alkena,
dan alkuna memiliki fungsi dan kegunaan yang sangat luas. Tentunya sangat
dibutuhkan bagi manusia terutama sebagai bahan bakar minyak (misalnya kerosin,
bensin, solar) dan bahan bakar gas (LPG) sebab alkana merupakan komponen
utama gas alam dan minyak bumi. Selain itu digunakan untuk pelapisan jalan
(aspal), pelumas dan parafin (lilin). Sedangkan alkena dan alkuna biasanya
digunakan sebagai bahan awal atau pereaksi awal dalam sintesis suatu senyawa
karena ikatan rangkap yang dimilikinya (Riswiyantoro, 2009).
Sifat fisik yang dimiliki hidrokarbon disebabkan oleh sifat non polar dari
senyawa tersebut. Umumnya hidrokarbon tidak dapat bercampur dengan pelarut
polar seperti air atau etanol. Sebaliknya , hidrokarbon dapat bercampur dengan
pelarut yang relative non polar seperti karbon tetraklorida (CCl4) atau
diklorometana (CH2Cl2). Reaktivitas kimia senyawa hidrokarbon ditentukan oleh
jenis ikatannya. Hidrokarbon jenuh (alkana) tidak reaktif terhadap sebagaian besar
pereaksi. Hidrokarbon tak jenuh, (alkena dan alkuna ) dapat mengalami reaksi
adisi pada ikatan rangkap dua atau rangkap tiganya. Senyawa aromatic biasanya
mengalami reaksi subtitusi.
Alkohol merupakan senyawa yang memiliki gugus hidroksil yang terikat
pada atom jenuh. Alkohol mempunyai rumus umum ROH, dimana R merupakan
alkil, alkil tersubtitusi hidrokarbonsiklik. Alkohol disini tidak memiliki gugus
fenol (gugus hidroksil berikatan dengan aromatik), enol (gugus hidroksil berikatan
dengan karbon vinilik) karena sifat – sifatnya berbeda. Alkohol diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok alkohol primer, sekunder dan tersier (Riswayanto, 2009).
2.1.5 Analisis Organik dan Senyawa Organik (Legiso, 2021)
Peningkatan yang besar dalam banyaknya zat organik dilaporkan pada
awal dari bagian abad ke-19 yang menyertai perbaikan didalam teknik tentang
analisa berkenaan dengan unsur kuantitaf yang digunakan untuk menetapkan
komposisi campuran yang baru. Metodeanalisa yang asli untuk karbon dan
hydrogen telah dikembangkan olehLavoiser. Bagaimanapun ia menemukan
permasalahan yang berhubungan dengan metode yang dipertimbangkan.
Seperti halnya menyempurnakan teknik itu untuk menafsirkan campuran
karbon dan hydrogen. Liebig juga memikirkan metodeanalisa kuantitatif untuk
belerang dan halogen kemudian Jean BaptisteAnder Dumas (1800-1884)
bertanggung untuk memperkenalkan suatumetode analisa yang akuran untuk
nitrogen.
Organik dari suatu campuran diperkirakan perbedaan antaratotal persen
dari semua unsur-unsur. Tapi walaupun analisa berkenaan dengan unsur-unsur
akurat menjadi rutin, pengurangan dari rumusansuatu campuran dari data yang
analisis masih penuh dengan kesukaran.Komposisi etanol cuka : 40,0 %, H = 6,7
%, O = 53,3 %, ini merupakan suatu perihal yang sederhana untuk menyimpulkan
bahwa rumusan daricampuran adalah CH2O. kalkulasi seperti itu memperkerjakan
beratatom modern massa atom relative nilai-nilai C = 12, H = 1, O = 16.
Banyaknya campuran diberi formula yang mana dapat dibandingkandengan
rekaan pendamping modern berisi banyaknya ganda atom dari tiap unsur.
2.1.6 Titik leleh
Titik leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah wujud menjadi zat
cair pada tekanan satu atmosfer. Dengan kata lain, titik leleh merupakan suhu
ketika fase padat dan cair sama sama berada dalam kesetimbangan. Perubahan
tekanan tidak mempengaruhi titik leleh suatu zat mengalami peubahan yang
berarti. Pengaruh ikatan hidrogen terhadap titik leleh tidak begitu besar karena
pada wujud padat jarak antar molekul cukup berdekatan dan yang paling berperan
terhadap titik leleh adalah molekul zat dan bentuk simetris molekul . Titik leleh
senyawa organik mudah untuk diamati sebab temperatur dimana zat telah habis
meleleh semuanya.
Jika zat padat yang diamati tidak murni , maka akan terjadi menyimpang
dari titik leleh senyawa murninya berupa penurunan titik leleh dan perluasan
range titik leleh. Misal suatu asam murni diamati titik lelehnya 122,2° c.
Penambahan 20 % zat padat lain akan mengakibatkan perubahan titik lelehnya
menjadi 115° c – 119° c dari 122,1° c – 122,4° c ( Rata-rata titik lelehnya lebih
rendah 5° c dan rangen temperaturnya berubah menjadi 4°c dari 0,3° c.
Pada unsur alkali memiliki satu elektron ikatan dan bertambah lemah jika
jari jari bertambah besar hal ini menyebabkan titik leleh berkurang dari atas
kebawah dalam suatu golongan unsur halogen terikat oleh gaya van der wass yang
lemah,gaya ini bertambah jika jari-jari bertambah besar, oleh sebab itu titik leleh
bertambah besar dari atas ke bawah dalam satu golongan, kekuatan ikatan logam
bertambah dari kiri ke kanan, sehingga titik leleh bertambah dari kiri ke kanan
dalam suatu periode. Gas mulia memiliki ikatan van der walls yang sangat lemah,
sehingga titik lelehnya sangat kecil. Titik leleh pada gas mulia ditentukan oleh
besarnya nomor atom. Semakin besar nomor atom maka titik lelehnya semakin
tinggi. Sementara itu, titk leleh dari karbon sangat tinggi.
Penentuan titik leleh karena kenaikan tekanan dimanfaatkan dalam ski air
es. Tekanan dan ski menurunkan titik leleh es dan menyebabkan es meleleh
dibawah ski. Lapisan tipis zat cair ini akan memberikan aksi sebagai pelincir
hingga memungkinkan pelincir dapat meluncur di atas permukaan yang keras dari
es. Tentu saja gerakan ski dengan permukaan es juga memegang peranan besar
terhadap peleburan dan aksi pelincir tersebut. Panas peleburan dapat dianggap
sebagai panas yang dibutuhkan untuk memperbesar jarak interatomik atau
intermolekuler dalam kristal sehingga menyebabkan terjadinya peleburan. Ada
hubungan erat antara panas peleburan dan temperatur dimana zat padat melebur
seperti halnya adanya hubungan antara panas penguapan dengan titik didih.
Kristal-kristal yang diikat oleh gaya yang lemah umumnya titik lebur yang
rendah, sedang yang diikat oleh gaya yang kuat mempunyai panas peleburan yang
tinggi dan titik lebur yang tingggi (Khopkar, 2003).
Menurut Sudarmo (2006), dalam menentukan titik leleh suatu zat, adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya zat tersebut meleleh
adalah:
1. Ukuran Kristal
Ukuran kristal sangat berpengaruh dalam menentukam titk leleh suatu zat.
Apabila semakin besar ukuran partikel yang digunakan, maka semakin sulit
terjadinya pelelehan.
2. Banyaknya sampel
Banyaknya sampel suatu zat juga dapat mempengaruhi cepat lambatnya
proses pelelehan. Hal ini dikarenakan, apabila semakin sedikit demi sedikit
sampel yang digunakan maka semakin cepat proses pelelehannya, begitu pula
sebaliknya jka semakin banyak sampel yang digunakan maka semakin lama
proses pelelelehannya.
3. Pengemasan dalam kapiler
a. Pemanasan dalam suatu pemanas harus menggunakan bara api atau panas
yang bertahan.
b. Adanya senyawa lain yang mempengaruhi range titik leleh
Panas peleburan dapat dianggap sebagai panas yang dibutuhkan untuk
menaikkan jarak antar atom atau antar molekul dalam kristal, sehingga
memungkinkan terjadinya pelelehan. Suatu kristal yang saling terikat dengan
gaya yang lemah mempunyai panas peleburan yang rendah, sedangkan yang
terikat dengan gaya yang kuat mempunyai panas peleburan yang tinggi dan titik
leleh yang tinggi. Panas yang diabsorbsi ketika 1 gram padatan meleleh atau panas
yang dilepaskan ketika cairan itu membeku dikenal sebagai panas peleburan,
untuk air pada 0°C adalah 80 kal/g (1.436 kal/mol). Panas tambahan selama
proses pelelehan tidak memberikan penambahan temperature, sampai seluruh
padatan hilang, karena panas ini diubah menjadi energi molekul yang potensial
untuk mengubah seluruh padatan menjadi cairan (Martin, 1990).
2.1.7 Titik didih
Titik didih suatu zat adalah suhu yang tekanan uap jenuhnya sama dengan
tekanan luar atau tekanan uap jenuhnya sama dengan tekanan diatas permukaan
zat cair. Bila tekanan diatas permukaan zat cair, mulai terbentuk gelembung-
gelembung uap dalam cairan. Karena tekanan uap dalam gelembung itu dapat
mendorong diri lewat permukaan dan bergerak ke atas fase gas diatas zat cairan,
sehingga cairan tersebut mendidih. Titik didih suatu zat cair dipengaruhi oleh
tekanan udara , artinya makin besar tekanan udara makin besar pula titik didih zat
cair tersebut, begitu juga sebaliknya semakin rendah tekana udara , maka semakin
rendah titik didih. Pada tekanan dan temperatur udara standar (76 cm Hg, 25°C)
titik didih air sebesar 100° c. Titik didih dapat dipergunakan untuk
memperkirakan secara tak langsung berapa kuatnya daya tarik antar molekul kuat,
akan memiliki titik didih yang tinggi yang tinggi, begitu juga sebaliknya.
Adanya ikatan hidrogen antar molekul menyebabkan titik senyawa relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa lain yang memiliki berat molekul
sebanding. Titik didih senyawa golongan alkohol lenih tinggi dari pada senyawa
golongan alkana, demikian juga titik didih air lebih tinggi daripada aseton.
Contohnya titik didih H2O lebih tinggi darpada HF , hal itu dikarenakan setiap
ikatan hidrogen H2O lebih kuat daripada HF. Padahal sama-sama membentuk
ikatan hidrogen H2O lebih kuat daripada HF lebih polar, hal ini disebabkan
karena setiap molekul HF hanya mampu mengikat 4 molekul H2O lebih besar
daripada 2 ikatan Hidrogen HF, walaupun kekuatan tiap ikatan HF lebih tinggi
dari H2O.
Dalam menentukan titik didih suatu zat, adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi cepat atau lambatnya zat tersebut mendidih adalah:
1. Pemanasan
Pemanasan harus dilakukan secara bertahap agar diperoleh interval yang
tidak terlalu panjang.
2. Tekanan udara
Tekanan udara mempengaruhi titik didih suatu zat
3. Banyaknya zat yang digunakan
Zat yang digunakan juga mempengaruhi titik didih suatu zat , dimana
semakin banyak zat yang digunakan semakin lambat proses pendidihan sehingga
titk didihnya meningkat .
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut atau
alkohol saja adalah jenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak
berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada
minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat reaksi
yang paling tua. Etanol dan alkohol membentuk larutan azeotrop. Karena itu
pemurnian etanol yang mengandung air dengan cara penyulingan biasa hanya
mampu menghasilkan etanol dengan kemurnian 96% . Etanol murni (absolut)
dihasilkan pertama kali pada tahun 1976 oleh Johan tobias lowits yaitu dengan
cara menyaring alkohol hasil destilasi melalui arang ( sumardjino damin, EGC
2009).
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia
untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih
yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk
memperoleh senyawa murni. Senyawa yang terdapat dalam campuran akan
menguap saat mencapai titik didih masing-masing (Walangare, 2013).
Pemisahan secara distilasi pada prinsipnya adalah metode pemisahan yang
didasarkan karena adanya perbedaan titik didih antara komponen- komponen yang
akan dipisahkan. Secara teoritis pula, bila perbedaan titik didih antar komponen
makin besar maka pemisahan secara distilasi akan berlangsung makin baik yaitu
hasil yang di peroleh makin muni. Distilasi digunakan untuk menarik senyawa
organic yang titik didihnya dibawah 250°C. Pendestilasian senyawa dengan titik
didih terlalu tinggi dikhawatirkan akan merusak senyawa yang akan didistilasi
diakibatkan terjadinya oksidasi dan dekomposisi (perurayan). Pada distilasi
senyawa yang akan diambil komponen yang diinginkan didihkan dan uapnya
dilewatkan melalui suatu pendingin sehingga mencair kembali. Proses pendidihan
erat hubungannya dengan kehadiran udara dipermukaanaan. Bila suatu cairan
dipanaskan, maka pendidihan akan terjadi pada suhu dimana tekanan uap dari
cairan yang akan didistilasi sama dengan tekanan uap dipermukaan. Tekanan
udara dipermukaan terjadi oleh adanya udara diatmosfir. Bila pendidihan terjadi
pada 760 mmHg maka pendidihan ini disebut pendidihan normal dan titik
didihnya disebut titik didih normal (Ibrahim, 2013).
2.1.8 Melting Point
1. Pengertian
Melting point atau disebut sebagai “Melting point apparatus” adalah suatu
instrument atau alat laboratorium ilmiah yang digunakan dalam mencari nilai titik
leleh suatu elemen dengan presisi dan akurasi yang tinggi. Titik leleh merupakan
perubahan keadaan suatu zat dari padat menjadi cair. Mencairnya suatu zat
umumnya dapat diperoleh dengan cara memanaskannya. Ini adalah salah satu
parameter paling penting dan mendasar untuk mengetahui tentang sifat suatu zat,
menentukan kemurniannya, dan mengetahui sifat dari senyawa organik dan
anorganik. Titik leleh yang lebih tinggi dari suatu zat menyatakan bahwa adanya
gaya antar molekul yang sangat besar. Sebagian besar alat melting point dapat
menampilkan titik leleh awal dan akhir suatu elemen.
2. Peran Alat Melting Point dalam berbagai bidang
a. Dalam bidang farmasi, melting point sangat diperlukan untuk
memverifikasi identitas bahan prekursor yang digunakan dalam persiapan obat
obatan. Berdasarkan titik leleh suatu zat, sampel dapat berupa diuji kemurnian dan
identitasnya di waktu yang sama. Suatu zat cair yang dibentuk dari titik didi dapat
dipercaya untuk mendeteksi superheating otomatis.
b. Pada bidang kimia sering menggunakan bahan seperti plastik, polimer, dan
lainnya produk sintetis memainkan proses penting dalam kimia. Ketika diperiksa
titik lelehnya, bahan tersebut akan mencair. Bentuk cairan dari bahan tersebut
dapat digunakan untuk menganalisis kualitas yang berbeda pada bahan baku yang
digunakan dalam polimer sintesis, dilakukan sepenuhnya dengan mematuhi
standar dan peraturan dalam industri kimia. Ini memastikan suatu kualitas tinggi
dari produk yang dihasilkan.
3. Fungsi Melting Point
Sesuai dengan pengertian diatas, alat melting point merupakan salah satu
instrument laboratorium yang penting untuk mengetahui nilai titik leleh dari suatu
sampel. Pengamatan ini penting dilakukan karena titik leleh adalah salah satu hal
yang menjadi karakteristik spesifik dari suatu sampel yang digunakan. Ketika
suatu sampel atau bahan sudah diketahui titik lelehnya, maka hal itu akan
mempermudah anda untuk melakukan pengamatan dengan pencampuran
menggunakan bahan yang sama dalam memperhatikan sifatnya terhadap aliran
panas.
4. Prinsip Kerja melting Point
Alat melting point ini biasanya bekerja berdasarkan prinsip pemantulan dan
transmisi cahaya yang jatuh dan melewati suatu sampel. Perubahan transmisi
cahaya tersebut mudah terlihat oleh karena itu, cara kerja alat melting point tidak
terlalu sulit. Ketika zat kristal meleleh, ada transisi dari padat ke cair yang
menghasilkan transisi dari refleksi ke transmisi cahaya melalui kapiler berisi
sampel.
Cahaya ini dideteksi oleh teknik foto listrik dan suhu pada titik yang tepat
diukur dengan sensor presisi tinggi kemudian ditampilkan. Nantinya, cahaya dari
sumber pijar melewati serat optic dan tungku listrik dimana kapiler ditempatkan
dan slot tabung kapiler sebelum jatuh pada sampel ditempatkan di kapiler. Suatu
cahaya yang menembus sampel cair di kapiler kemudian diterima oleh detektor
fotolistrik.
Saat sampel meleleh, fluks cahaya meningkat dan komputer mikro mencatat
pembacaan suhu dari resistansi platinum detektor yang dimasukkan ke dalam slot
tabung kapiler yang ditempatkan langsung di bawah kapiler. Kemudian
instrument akan menampilkan pembacaan titik leleh awal dan akhir serta kurva
leleh. Kipas pendingin disediakan untuk mendinginkan tungku setelah pengujian
selesai.
5. Metode yang dipakai pada Meltinng Point
Metode standar yang digunakan oleh alat melting point untuk menentukan
suhu di mana suatu benda meleleh adalah teknik kapiler. Untuk menentukan titik
leleh suatu sampel dengan bantuan melting point dimasukkan ke dalam beberapa
tabung kapiler. Tabung kapiler kemudian ditempatkan di blok pemanas. Sampel
dianalisis secara individual dan rata-rata pengukuran diperoleh untuk menentukan
titik leleh zat yang tepat. Langkah pertama dari teknik ini adalah persiapan
sampel.
Zat ditempatkan dalam desikator vakum selama satu hari untuk
memastikan bahwa sampel tidak mengandung uap air dan dikeringkan dengan
benar. Sampel yang sudah kering kemudian digerus hingga menjadi serbuk halus.
Hal ini dilakukan karena butiran sampel yang kasar dan tidak homogen akan
menerima jumlah panas yang tidak merata, dan perangkat tidak akan dapat
memberikan pengukuran yang akurat. Lapisan padat dengan ketinggian kira-kira
2-4 mm dari sampel tanah yang benar kemudian ditempatkan ke dalam tiga atau
lebih tabung kaca kapiler tipis.
Sampel bubuk yang ditempatkan dalam tabung kapiler harus dikemas
dengan rapat. Ini dapat dilakukan dengan mengetuk tabung dengan lembut ke
permukaan yang kaku. Tabung kapiler kemudian ditempatkan ke dalam blok
pemanas dari peralatan titik leleh yang memberikan suhu yang diperlukan untuk
melelehkan sampel. Suhu blok pemanas dapat bervariasi sesuai dengan kepadatan
sampel. Suhu di mana sampel mengalami lima tahap peleburan diamati dan
dicatat.
Selama proses tersebut, beberapa sampel tidak dicairkan, melainkan
mengalami sublimasi dan diubah menjadi bentuk gas secara langsung. Ini harus
dicatat secara manual. Mekanisme internal perangkat mencatat suhu saat sampel
mulai mencair dan suhu saat zat meleleh sepenuhnya. Interval suhu ini dikatakan
sebagai kisaran leleh zat.
6. Bagian-bagian dari Melting Point
Alat melting point terdiri dari beberapa bagian yang menjadi komponen
penting dalam proses kerjanya seperti heating control knop, thermometer, fuse,
eyepiece, tube slot, capillary tube, extendible feet, temperature display dan control
panel. 
a. Heating control knop
Heating control knop merupakan bagian melting point yang digunakan
dengan cara diputar untuk memberikan penyesuaian input manual ke sistem panas
sehingga tingkat putaran knop yang berbeda sesuai dengan input yang diinginkan.
b. Thermometer
Selain untuk mengukur suhu, thermometer juga berfungsi untuk mengukur
atau mengetahui titik didih dari suatu sampel yang diamati.
c. Fuse Holder
Fuse holder berada pada bagian belakang alat melting point. Bagian ini
sangat berperan penting pada aliran listrik yang akan menghasilkan energi
elektromagnetik pada alat melting point.
d. Eye Piece
Eye piece merupakan salah satu bagian dari melting point yang berbentuk
lensa dan berada paling dekat mata anda ketika mengamati titik leleh sampel.
Pada melting point, eye piece akan mengumpulkan cahaya yang akan memberikan
fokus pada pengamatan.
e. Tube slot
Tube slot berada di bagian dalam alat yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan tabung kapiler. Tabung kapiler yang sudah berisi sampel akan
dimasukkan ke dalam tube slot untuk diamati titik lelehnya.
f. Tabung Kapiler
Capillary tube atau tabung kapiler pada alat melting point digunakan untuk
menyediakan pengukuran cairan, transfer, pengumpulan sampel, dan pengujian.
Tabung kapiler terbuat dari kaca yang di potong dengan panjang yang telah
ditentukan, sehingga setiap tabung kapiler akan menampung volume cairan yang
diketahui saat diisi.
g. Extendible Feet
Extendible feet atau kaki alat digunakan sebagai penumpu yang dapat
menahan dan menunjang melting point supaya bisa berada tetap pada tempatnya
dan tidak bergeser saat digunakan.
h. Temperature Display
Sesuai dengan namanya, temperature display digunakan untuk mengatur
suhu selama pengamatan berlangsung. Dalam temperature display terdapat dua
tombol dengan symbol tanda panah keatas untuk menambah suhu dan tanda panah
kebawah untuk menurunkan suhu.
i. Control Panel
Control panel merupakan bagian yang paling terlihat di setiap alat. Bagian
ini berada di depan alat yang memiliki banyak tombol, terdapat LCD display,
temperature display, dan komponen lainnya yang mendukung pengoperasian
melting point.
2.1.9 Kristal
1. Pengertian
Kristal merupakan benda padat yang terbentuk dari komposisi atom-atom,
ion-ion atau molekul-molekul dengan susunan berulang dan jarak yang teratur
dalam tiga dimensi. Keteraturan susunan tersebut terjadi karena kondisi geometris
yang harus memenuhi adanya ikatan atom yang berarah dan susunan yang rapat.
Ditinjau dari struktur atom penyusunnya, benda padat dibedakan menjadi tiga
yaitu kristal tunggal (monocrystal), polikristal (polycrystal) dan amorf. Pada
kristal tunggal, atom atau penyusunnya mempunyai struktur tetap karena atom-
atom atau molekul-molekul penyusunnya tersusun secara teratur dalam pola tiga
dimensi dan pola-pola ini berulang secara periodik dalam rentang yang panjang
tak berhingga. Polikristal dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari kristal-kristal
tunggal yang memiliki ukuran sangat kecil dan saling menumpuk yang
membentuk benda padat. Struktur amorf menyerupai pola hampir sama dengan
kristal, akan tetapi pola susunan atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul yang
dimiliki tidak teratur. Amorf terbentuk karena proses kristalisai yang terlalu cepat
sehingga atom-atom tidak dapat dengan tepat menempati lokasi kisinya, benda
seperti gelas, plastik dan aspal memiliki struktur yang identik dengan amorf
(Smallman, 2000).
2. Struktur Kristal
Susunan khas atom-atom dalam kristal disebut struktur kristal. Struktur
kristal dibangun oleh sel satuan (unit cell) yang merupakan sekumpulan atom
yang tersusun secara periodik berulang di dalam kisi ruang. Pada suatu sel satuan,
tiga buah sumbu merupakan sumbu kristal teratur yang berhubungan dengan atom
atau ion yang sama. Dimensi suatu sel satuan ditentukan oleh perpotongan
konstanta sumbu-sumbu a, b dan c seperti pada Gambar 2. Geometri kristal dalam
ruang dimensi tiga yang merupakan karakteristik kristal memiliki pola yang
berbeda-beda. Suatu kristal yang terdiri dari jutaan atom dapat dinyatakan dengan
ukuran, bentuk dan susunan sel satuan yang berulang dengan pola pengulangan
yang menjadi ciri khas masing-masing kristal (Edi Istiyono, 2000).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi :AETHANOLUM
Nama Lain :Alkohol, etanol
Berat Molekul : 46,07 g/mol
Rumus Molekul :C2H5OH
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah


Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung daricahaya,
ditempat sejuk, dan jauh dari nyala api
2.2.2 Setil alkohol (Rowe, 2009)

Nama Resmi : Cetyl Alkohol


Nama Lain : Alkohol cetylicus, ethal, ethol
Berat Molekul : 242,44 g/mol
Rumus Molekul : C16H34O
Rumus Struktur :

Pemerian : Serpihan putih atau granul seperti lilin, berminyak


memiliki bau dan rasa yang khas
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutannya
meningkat dengan peningkat temperatur, serta tidak
larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk, dan
kering
Kegunaan : Sebagai sampel
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktikum Kimia Organik 1 percobaan Gugus Fungsi dan Hidrokarbon
dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 April 2022 pukul 14.00 sampai dengan 16.00
WITA, bertempat di Laboratorium Kimia Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah Lumpang dan
alu, melting point, pipa kapiler, spatula, sudip dan timer.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah alkohol 70%,
setil alkohol, dan tisu.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dibersihkan Alat dan Bahan dengan Menggunakan Alkohol 70%.
3. Dimasukkan dua spatula Cetil Alkohol kedalam Lumpang dan Alu.
4. Digerus Cetil Alkohol sampai homogen.
5. Dimasukkan kedalam pipa kapiler dengan cara di totol.
6. Dimasukkan tabung kapiler yang telah berisi zat padatan kedalam alat
Melting point.
7. Diatur suhu pada melting point pada suhu 50oC-65oC
8. Dicatat waktu mencapai titik leleh dari sampel menggunakan timer

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Sampel Gambar Keterangan

Cetyl alkohol Meleleh pada suhu 55C


setelah dipanaskan dan dalam waktu 11
menit

4.2 Pembahasan
Titik leleh didefinisikan sebagai temperature dimana zat padat berubah
menjadi cairan pada tekanan suatu atmosfer dengan kata lain, titik leleh
merupakan suhu ketika fase padat dan cair sama-sama berbeda dalam
kesetimbangan. Sedangkan titik didih suatu cairan adalah temperature dimana
tekanan uap yang meninggalkan cairan sama dengan tekanan atmosfer (Khoirul,
2014).
Perbedaan utama antara titik leleh dan titik didih adalah bahwa titik didih
adalah suhu dimana zat padat berubah menjadi bentuk gas sedangkang titik leleh
adalah suhu dimana zat padat berubah menjadi cair (Penuntun Praktikum, 2019).
Pada percobaan kali ini alat yang kami gunakan adalah lumpang alu, pipa
kapiler, sudip, spatula, melting point dan timer.
Melting point merupakan insturmen atau alat laboratorium ilmiah yang
digunakan dalam mencari nilai titik leleh suatu elemen dengan pretisi dan akurasi
yang tinggi (Andaru, 2021).
Pengujian titik leleh dan titik didih ini menggunakana alat melting point
dengan suhu 40-60o C, langkah awal dalam praktikum kali ini yaitu menyiapkan
alat dan bahan dan bersihkan menggunakan 70%, Menurut Waryono (2010)
alkohol 50-70% banyak dipergunakan sebagai desinfektan yang merupakan zat
yang befungsi sebagai zat untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada
benda-benda mati. setelah itu menggerus cetil alcohol menggunakan lumpang dan
alu menggunakan metode arah jarum jam menurut Kurniawan (2011), tujuan
penggerusan searah jarum jam dapat membuat serbuk menjadi halus, dan
tercampur rata atau homogen. Cetil alcohol berbentuk kristal padatan, cetil
alcohol berbentu serpihan putih, granul, kubus (Rowe et al, 2009). Setelah halus
dimasukkan dalam pipa kapiler dengan cara ditotol-totol hingga 1/3 pipa kapiler
terisi padat dengan cetil alkohol tersebut. menurut Khairil (2010), pipa kapiler
dapat membuat zat yg akan dimasukan ke dalam melting point dapat tertahan dan
tidak tumpah yang mana fungsi pipa kapiler yaitu sebagai alat untuk menurunkan
tekanan dan merubah bentuk gas menjadi cairan. Selanjutnya menyiapkan melting
point dengan cara dikalibrasi terlebih dahulu. Tujuan kalibrasi alat ukur adalah
untuk menentukan devisiasi dan kebenaran nilai penunjukan alat ukur dan
pengukuran hasil dijamin dengan Standar Nasional maupun Internasional. Dengan
demikian kondisi alat ukur dapat disimpan sesuai dengan spesifikasi (Ir,
Najamudin 2018). Setelah dikalibrasi ditunggu suhunya mencapai batas suhu yang
telah dikalibrasi tadi, selanjutnya dimasukkan pipa kapiler yang telah berisikan
cetil alkohol kedalam melting point, dan selanjutnya diamati pada suhu 40-60o C
cetil alkohol mulai mendidih dan meleleh.
Berdasarkan hasil yang kami dapat, sampel yang dimasukkan kedalam alat
melting point meleleh pada waktu 12 menit dengan temperature 52⁰C. Menurut
Rowe, dkk (2009), cetil alkohol memiliki titik didih 316-244⁰C dan titik leleh 45-
52⁰C. hal ini berarti dari nilai titik leleh yang kami dapatkan sudah sesuai
literature yang ada.
Adapun kemungkinan kesalahan yang kami lakukan pada praktikum, yaitu
pada saat meletakkan cetil alkohol, lumpang alu dalam keadaan basah sehingga
cetil alkohol tidak tergerus dengan halus, kesalahan dalam memasukkan cetil
alkohol kedalam pipa kapiler sehingga mengakibatkan lama waktu titik leleh.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Titik leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah wujud menjadi zat
cair pada tekanan satu atmosfer. Dengan kata lain, titik leleh merupakan suhu
ketika fase padat dan cair sama-sama berada dalam kesetimbangan. Perbedaan
titik leleh senyawa-senyawa dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah
perbedaan kuatnya ikatan yang dibentuk antar unsur dalam senyawa tersebut.
Semakin kuat ikatan yang dibentuk, semakin besar energi yang diperlukan untuk
memutuskannya. Dengan kata lain, semakin tinggi juga titik lebur unsur
tersebut.Dengan mengetahui titik leleh suatu zat, maka kita dapat mengetahui
kemurnian suatu zat. Untuk zat-zat murni, pada umumnya memiliki titik leleh
yang lebih tinggi dibandingkan ketika zat tersebut telah tercampur dengan zat lain.
Titik didih suatu cairan ialah temperature pada mana tekanan uap yang
meninggalkan cairan sama dengan tekanan luar. Adanya ikatan hidrogen antar
molekul menyebabkan titik senyawa relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
senyawa lain yang memilki berat molekul sebanding. Titik didih senyawa
golongna alkohol lebih tinggi dari pada senyawa golongan alkana, demikian juga
titik didih air lebih tinggi daripada aseton. Titik didih dapat digunakan untuk
memperkirakan secara tak langsung berapa kuatnya daya tarik antar molekul
cairan. Cairan yang memiliki gaya tarik antar molekul kuat, akan memiliki titik
didih yang tingi, begitu juga sebaliknya.
5.1 Saran
4.1
4.2
4.3
4.4
4.1
4.2
4.2.1 Saran untuk jurusan
Agar kiranya dari pihak jurusan dapat meningkatkan fasilitas-fasilitas yang
ada pada laboratorium yang digunakan.
4.2.2 Saran untuk laboratorium
Agar kiranya dapat meningkatkan kelengkapan alat-alat yang ada dalam
laboratorium. Agar para praktikan dapat lebih mudah, cepat dan lancar dalam
melakukan suatu percobaan atau praktikan.
4.2.3 Saran untuk asisten
Kami mengharapkan agar kiranya dapat terjadi kerja sama yang lebih baik
lagi antar asisten dan praktikan saat berada dalam laboratorium maupun diluar
laboratorium. Sebab, kerja sama yang baik akan mempermudah proses penyaluran
pengetahuan dari asisten kepada praktikan.
4.2.4 Saran untukpraktikan
Untuk praktikan, agar kiranya sesama praktikan memperhatikan arahan
yang diberikan oleh asisten dengan baik agar mempermudah kita menyelesaikan
praktikum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe


R. C., heskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), Pharmaceutical Press and
American Pharmacists Assosiation, London, 697-699.

Bailey, dkk. (1978). Organic Chemistry. Boston: Atlantic Inc.

Budiati, T. (2006). Kimia Organik Sebagak Dasar Pemahaman Senyawa Obat.


Perpustakaan Airlangga Surabaya: Surabaya

Chang, R. (2003). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga

Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga

Chang, Raymond. (2009). Chemistry. USA: Random House

Dermawan, dkk. (1993). Kimia Organik Bagian III. Malang: IKIP Malang.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. Hal. 32-33.

Fessenden, R.J. dan Joan, S.F. (1997). Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta:
Erlangga

Hart, H., craine, L.E. and Hart. D.J. (2003). Kimia Organik Edisi Kesebelas.
Erlangga. Jakarta.

Hart, Harold. (1998). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga

Ibrahim, Sanusi H.M dan Sitorus, Marham. (2013). Teknik Laboratorium Kimnia
Organik. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Khopkar, S.M. (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press


Legiso, K., A., R. (2021). Kimia Organik. NoerFikri Offset: Palembang

Martin, A., Swabrick. (1990). Farmasi Fisika Edisi III. UI-Press : Jakarta

Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.

Sukmariah. (1990). Kimia Kedokteran edisi dua. Binarupa Aksara. Jakarta

Walangare, K.B.A., et all. (2013). Rancang Bangun Alat Konversi Air Laut
Menjadi Air Minum Dengan Proses Destilasi Sederhana Menggunakan
Pemanas Elektrik.eJurnal Teknik Elektro dan Komputer. Vol 1.Hal 1. [diak
ses tang gal 30 Oktober 2013].

Wardiyah. (2016). Kimia Organik. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi. Pusdik SDM
Kesehastan: Jakarta Selatan

Respah. (1986). Pengantar Kimia Organik. Jakarta: Aksara Baru

Riswayanto. (2009). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai