NIM : 60500122051
Kelompok : I (Satu)
Nur Safitriani
NIM: 60500119069
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zat menempati ruang, mempunyai massa dan dapat berada dalam wujud
yang berbeda. Wujud zat tersebut dalam mengalami berbagai perubahan dari
wujud awal menjadi wujud lainnya. Wujud dari suatu zat tergantung pada
suhunya. Teori kinetik menyebutkan bahwa semakin tinggi suhu zat, semakin
cepat gerakan partikel zat. Secara umum biasa disebutkan bahwa wujud zat
berubah ketika zat dipanaskan atau didinginkan. Setiap wujud zat mempunyai
suatu zat. Wujud zat yang dapat diamati berdasarkan sifatnya ada tiga
Wujud zat pertama disebut sebagai zat padat. Zat padat memiliki gaya
ikat antar molekul sangat besar sehingga molekulnya tidak dapat berpindah
tempat. Hal tersebut membuat zat padat memiliki bentuk dan volume yang tetap
karena jarak antar molekulnya berdekatan dan tersusun secara teratur. Zat padat
dapat disentuh dan dipindahkan tanpa mengubah wujud aslinya. Zat padat dapat
mengalami perubahan wujud apabila diberi energi panas, tekanan yang tinggi
atau beberapa perlakuan fisik. Zat padat dapat ditemui di mana saja dalam
zat padat yang dapat mengalami perubahan wujud (Triana, 2007: 30).
tanaman buah cengkeh dan kayu manis. Asam benzoat (C6H5COOH) umumnya
memiliki sifat toksisitas yang rendah dan bersifat aman pada konsentrasi yang
rendah. Namun, kadar asam benzoat (C6H5COOH) yang layak dikonsumsi tidak
1
2
kulit, rhintis serta asma. Asam benzoat (C6H5COOH) banyak digunakan pada
bahan pangan yang bersifat asam yang bertujuan untuk mencegah pertumbuhan
antimikroba pada buah-buahan asam yang diawetkan dan dapat bekerja dengan
efektif pada nilai pH 2,5-4,0. Asam benzoat (C6H5COOH) dapat berubah wujud
Zat cair juga menjadi salah satu dari wujud zat yang paling sering
dijumpai. Sama halnya dengan zat padat, zat cair juga memiliki bentuk dan
volume yang bersifat konstan. Hal itu disebabkan oleh gaya ikat yang kecil
sehingga molekulnya dapat berpindah tempat tetapi tidak dapat terlepas dari
ikatan dengan molekul yang lain. Jarak antar molekul pada zat cair cukup
berjauhan dan tidak teratur. Volume zat cair tidak akan berubah saat mengalami
perubahan wujud dan saat dipindahkan ke tempat lainnya. Zat cair umumnya
dapat berubah wujud saat menjadi padatan saat didinginkan dan menjadi uap
saat dipanaskan. Minyak parafin menjadi salah satu contoh zat cair yang dapat
Minyak parafin dikenal sebagai salah satu contoh dari wax (lilin)
bersumber mineral. Parafin termasuk dalam bagian suatu hidrokarbon dengan
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Minyak parafin yang menjadi bagian
dari minyak mineral berfungsi sebagai pelarut. Selain berwujud cair, parafin
juga dapat berwujud padat dan gas. Minyak parafin memiliki titik didih yang
tinggi sehingga tidak mudah untuk mendidih. Minyak parafin termasuk sukar
3
larut dalam air, tetapi dapat larut dalam senyawa lainnya seperti larutan senyawa
etanol (C2H5OH). Pemanasan pada zat cair seperti minyak parafin akan
menyebabkan perubahan wujud, dimana zat cair akan menguap dan berubah
Zat gas memiliki gaya ikat yang sangat kecil sehingga molekul-molekul zat gas
dapat bergerak bebas sebab dapat terlepas dari ikatannya. Zat gas dapat
memenuhi seluruh ruang yang ada disebabkan hal tersebut. Gas murni dapat
tersusun dari atom, molekul elemen yang tersusun dari satu jenis atom atau
molekul senyawa yang tersusun atas beberapa atom. Oksigen (O2) dan karbon
dioksida (CO2) pada proses pernapasan manusia menjadi contoh paling umum
wujud zat yang bertujuan untuk menyebutkan tiga faktor yang menentukan
wujud zat pada temperatur kamar dan tekanan atmosfir dan untuk membedakan
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor yang menentukan wujud zat pada temperatur kamar dan
tekanan atmosfir?
C. Tujuan Percobaan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Wujud Zat
Semua zat yang terdapat di alam tersusun atas partikel-partikel kecil
yang disebut atom. Saat dua atau lebih atom bergabung, maka akn terbentuk
molekul. Atom dan molekul dengan cara yang berbeda untuk membentuk tiga
jenis materi berdasarkan susunan molekulnya yakni zat padat, cair, dan gas.
Ketiga jenis zat tersebut dikenal dengan wujud zat. Wujud zat yang bisa dialami
zat tertentu disebut fase zat. Zat-zat tersebut merupakan benda alam yang
karakteristik antara materi tersebut. Sifat fisika adalah perubahan yang dialami
suatu zat tanpa membentuk zat baru, seperti wujud zat, warna, bau, titik leleh,
titik didih, massa jenis dan sebagainya. Sedangkan, sifat kmia adalah sifat zat
yang dapat diamati setelah zat tersebut mengalami perubahan kimia melalui
reaksi kimia dan dapat digunakan untuk menyusun klasifikasi kimia pada zat
penyusun suatu zat selalu bergerak, baik bergetar, berotasi maupun translasi.
Suhu dari suatu zat dapat mempengaruhi kecepatan gerak partikel dalam zat.
Pemanasan dan pendinginan suatu zat didasari dengan pemberian dan pelepasan
panas (energi kalor) dari/terhadap zat lain. Maka, perubahan wujud zat terjadi
karena adanya perubahan susunan partikel zat karena kekuatan gaya ikat yang
dipengaruhi oleh energi tambahan yang diserap atau dilepaskan oleh sejumlah
partikel di dalam suatu zat. Perubahan dari satu wujud ke wujud lainnya dapat
terjadi dengen beberapa proses pada setiap wujud zat (Triana 2007: 31).
4
5
diantaranya mencair yaitu perubahan wujud dari padat menjadi cair, seperti es
batu yang dipanaskan kemudian berubah menjadi air. Proses kebalikan dari
menjadi padat, seperti lilin yang mencair akan kembali menjadi padat apabila
dibiarkan pada udara bebas. Perubahan zat cair tidak hanya menjadi zat padat,
tetapi juga dapat berubah wujud menjadi zat gas. Perubahan zat cair menjadi zat
gas dikenal dengan istilah menguap, seperti air yang dipanaskan dan mencapai
titik didihnya akan menjadi uap air. Proses kebalikan dari menguap dikenal
istilah mengembun merupakan perubahan wujud dari gas menjadi cair dan
dimana zat yang awalnya berwujud padat kemudian berubah menjadi gas,
seperti kapur barus yang didiamkan di udara bebas terlalu lama maka akan
B. Padatan
Zat padat adalah materi yang mempunyai bentuk dan volume tertentu.
Ada dua cara utama partikel-partikel padat bisa tersusun yakni dalam susunan
tidak teratur atau dalam baris-baris teratur yang rapi. Amorf yaitu zat padat yang
bertekstur mengilat atau elastis, seperti lilin, kaca, karet dan plastik. Sementara
6
itu, zat padat yang partikel-partikelnya tersusun dalam baris-baris yang teratur
rapi disebut kristal. Contoh umum dari kristal adalah sebagian besar logam,
intan, es dan kristal garam. Zat padat yang partikelnya tersusun rapat dan
berdekatan, maka zat padat tidak dapat dimampatkan dengan mudah dan
Sifat-sifat tersebut diantaranya bentuk dan volume pada zat padat bersifat tetap.
tetapi terikat rapat pada tempatnya. Pergerakan partikel yang tidak bebas
tersebut menyebabkan volumenya bersifat tetap dan hanya dapat berputar dalam
kedudukannya saja. Umumnya zat padat dapat dijumpai dalam bentuk amorf
C. Cair
Zat cair juga memiliki volume tertentu. Namun, bentuk zat cair dapat
berubah-ubah sesuai dengan wadahnya. Zat cair dikenal sebagai zalir (fluida).
Zalir adalah zat dengan molekul-molekul yang bergerak bebas saling melewati,
sehingga zalir menyesuaikan bentuk wadahnya. Partikel pada zat cair juga
tersusun secara rapat. Zat cair juga tidak dapat dimampatkan dengan mudah
disebabkan oleh ikatan antar partikelnya cukup lemah (Sulakhudin, 2019: 27).
zat cair memiliki jarak yang cukup berdekatan dan susunannya tidak teratur
serta renggang antar partikelnya sehingga ikatan antar partikel dalam zat cair
lemah. Susunan partikel yang dapat bergerak agak bebas tersebut menyebabkan
volume zat cair bersifat tetap karena partikelnya mudah berpindah, tetapi tidak
D. Gas
Gas merupakan zat yang berada di mana saja dalam lingkungan sekitar.
Volume gas dapat berubah-ubah sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Jika
tekanan gas naik, maka volumenya menjadi kecil. Selain itu, jika gas
dipanaskan, maka volume gas akan menjadi naik. Berdasarkan hasil kajian oleh
para ilmuwan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa variabel
yang berpengaruh terhadap perilaku gas yaitu tekanan, volume dan suhu. Robert
Boyle (1662) menyusun suatu hukum tentang gas yang dikenal dengan hukum
Boyle atau hukum gas. Hukum Boyle menyatakan bahwa “untuk jumlah tetap
gas ideal tetap disuhu yang sama, P (tekanan) dan V (volume) merupakan
aaaaaa
8
proporsional terbalik (dimana yang satu ganda, yang satunya setengah” Contoh
penerapan dari hukum Boyle yaitu pada kaleng soda (Haryono, 2019: 18).
gas memiliki sifat bentuk dan volume yang berubah-ubah sesuai dengan
memiliki ikatan yang sangat lemah dan tidak teratur. Volume gas dapat
berubah-ubah dikarenakan partikel pada zat gas dapat bergerak bebas sehingga
dapat bergeser dari tempatnya dan lepas dari kelompoknya. Gerak yang bebas
itu juga membuat gas dapat memenuhi ruang (Rachmawati, 2014: 22).
seperti garam, ester dan amida. Asam benzoat (C6H5COOH) secara alami paling
banyak ditemui dalam getah benzoin yaitu sebanyak 20% yang dapat dipecah
kulit kayu cherry, berry, cengkeh matang dan minyak biji adas. Keberadaan
asam benzoat (C6H5COOH) tidak dapat ditemukan secara murni di alam. Asam
diproduksi dari toluen yang direaksikan dengan oksigen pada operasi tertentu
sebesar 1,316 g/m3 dan viskositas asam benzoat (C6H5COOH) pada 130 oC
bernilai 1,26 cP. Asam benzoat (C6H5COOH) dapat mendidih pada tingkat suhu
249,2 oC dan melebur pada tingkat suhu 122,4 oC. Panas peleburan pada asam
147 kJ/mol serta panas penguapannya pada 140 oC sebesar -385 J/g. Kelarutan
menguap pada suhu hangat dan di dalam air. Asam benzoat (C6H5COOH)
merupakan salah satu bahan yang umum untuk digunakan dalam pengawetan
pangan. Namun, hal itu harus diperhatikan sifat kimianya (Huda, 2017: 11-12).
benzoat (C6H5COOH) dapat menjadi fenol. Selain itu, garam potasium dari
kenaikan suhu dan tekanan dapat membentuk asam terepthalat. Sifat asam
ditimbulkan karena paparan asam benzoat (C6H5COOH) yang terlalu lama yaitu
efek iritan, diare, mual, muntah, menyebabkan sakit perut atau kelainan usus
jike berlebihan, resiko cedera serius pada mata. Wadah dari asam benzoat
F. Minyak Parafin
kental tembus cahaya, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Parafin
cair tidak larut dalam air dan etanol. Namun, mudah larut dalam minyak
menguap dan sukar larut dalam etanol absolut. Minyak mineral berfungsi
pelarut dan penambah viskositas dalam fase minyak (Patandung, 2018: 46).
Minyak parafin juga lebih sering disebut dengan istilah parafin cair atau
mineral oil. Memiliki titik didih >360 oC dan memiliki kelarutan yang rendah
di dalam air. Parafin cair dapat digunakan pada emulsi topikal yaitu 1,0%-32%.
Viskositas parafin cair pada 20 oC sebesar 110-230 mPa.s. Parafin cair biasanya
digunakan pada emulsi minyak dalam air. Selain hal-hal tersebut, terdapat sifat
fisika dan kimia dari minyak parafin yang diperhatikan dalam penggunaan
Sifat fisik dan kimia minyak parafin diantaranya memiliki warna yang
jernih atau putih, tidak berbau, dan menimbulkan rasa. Titik cair minyak parafin
berkisar antara 42 oC-60 oC. Sebelum dicairkan menjadi minyak, kristal parafin
alkohol panas dan terpentin, tetapi tidak larut dalam air, asam dan alkohol.
Semakin bertambah jumlah atom C, maka berat molekul ikut bertambah dan
akibatnya titik didih dan titik leleh semakin tinggi. Alkana dapat bereaksi
serta merupakan senyawa nonpolar yang tidak larut dalam air melainkan larut
G. Integrasi Ayat
Allah swt. ciptakan langit dan bumi di mana terhampar dan rata untuk mereka
tinggal, Allah swt. juga keluarkan (di bumi) mata air serta tumbuh-tumbuhan
yang menjadi konsumsi bagi manusia dan binatang. Setelah itu semua, Allah
swt. ciptakan gunung yang menjadikan kokoh bumi, Allah swt. menjadikannya
Ayat di atas menjelaskan bahwa wujud air pada awal pembentukan bumi
masih berupa gas karena permukaan bumi saat itu masih panas. Setelah
kemudian jatuh kebumi berupa air hujan yang deras. Hal tersebut menunjukkan
adanya perubahan wujud zat yaitu dari uap menjadi lebih padat (cair) atau
dari padat menjadi cair melalui proses pemanasan (Rachmawati, 2014: 19).
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Alat
dan klem, tabung thiele, pipa kapiler, termometer 360 oC, bunsen, kaca arloji,
2. Bahan
asam benzoat (C6H5COOH), benang putih, korek api, minyak parafin dan tisu.
C. Prosedur Kerja
Mengambil sebuah pipa kapiler yang salah satu ujungnya terbuka dan
salah ujung satunya tertutup dengan cara dibakar. Setelah itu, menggererus
padatan asam benzoat (C6H5COOH) yang sudah digerus pada pipa kapiler
setinggi 3-4 mm. Selanjutnya, mengikat pipa kapiler dengan termometer serta
dengan api kecil sehingga temperatur naik. Setelah itu, mengamati dan
mencatat temperatur saat zat mulai meleleh dan hingga meleleh secara
12
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
2. Reaksi
Dipanaskan
C6H5COOH(s)→ C6H5COOH(I)
3. Range (°C)
= 238 °C – 142 °C
= 96 °C
B. Pembahasan
Wujud zat ditentukan oleh suatu suhu dan tekanan dengan mengubah
suhu atau tekanan suatu zat, maka dapat mengubah fasa pada suatu zat. Zat
padat apabila dipanaskan, atau dengan kata lain mendapat tambahan energi
kalor, maka energi kalor yang diberikan akan diserap oleh partikel-partikel zat.
Penambahan energi tersebut menyebabkan gerak partikel-partikel zat semakin
cepat. Gerakan tersebut akan mempengaruhi gaya tarik antar partikel zat.
Gerakan partikel yang semakin cepat tersebut akan melemahkan gaya ikat antar
partikel, sehingga partikel-partikel zat dapat bergerak dengan lebih bebas, tetapi
tidak sampai memutuskan ikatan antar partikel. Saat gaya ikat antar partikel
tersebut melemah dan gerak partikel menjadi lebih bebas, saat itulah zat padat
berubah menjadi zat cair (Triana, 2007: 32-33).
13
14
dengan teknik pemanasan tidak langsung dengan minyak parafin sebagai media
kapiler. Setelah itu, salah satu ujunga pipa kapiler dibakar agar sampel yang
sehingga berdekatan dengan bola air raksa untuk mengetahui pada titik berapa
asam benzoat (C6H5COOH) meleleh. Minyak memiliki titik didih lebih tinggi
yaitu sebesar 216 oC dibandingkan titik leleh asam benzoat (C6H5COOH) yaitu
sebesar 122,37 oC, sehingga pada proses pemanasan minyak parafin tidak
kapiler sebagai wadah dalam menentukan titik leleh pada asam benzoat
(C6H5COOH), ujung pipa kapiler yang dibakar bertujuan agar ujung pipa dapat
putih merupakan bahan yang tahan akan panas dan warna putih sukar menyerap
pada suhu 142 oC dan meleleh seluruhnya pada suhu 238 oC dengan range titik
lebur sebesar 96 oC dan suhu awal termometer yaitu 130 oC. Berdasarkan hal
tersebut, maka asam benzoat (C6H5COOH) yang diamati pada percobaan ini
15
meleleh pada suhu 118 oC dan hampir sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Huda (2017: 11-12) bahwa asam benzoat (C6H5COOH) memiliki titik
lebur sebesar 122 oC. Hasil yang diperoleh juga membuktikan teori oleh Triana
(2007: 32-33) yang menyatakan bahwa suhu dari suatu zat dapat mempengaruhi
yang awalnya berupa padatan berubah menjadi cair setelah adanya pemanasan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Tiga faktor yang menentukan wujud zat pada temperatur kamar dan
dalam zat, massa atom atau massa molekul dari partikel dan bentuk
tergelincir satu sama lain dan padatan itu kehilangan bentuk tetapnya
dan berubah menjadi cairan. Proses ini disebut pelelahan atau peleburan
B. Saran
zat yang lain seperti asam oksalat (C2H2O4) agar dapat dibandingan dengan
asam benzoat (C6H5COOH) sehingga dapat mengetahui titik leleh zat-zat selain
16