Anda di halaman 1dari 17

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Dasar I dengan Judul Percobaan

“Wujud Zat” yang disusun oleh :

Nama : A. Aulia Mukarrama

NIM : 60500122051

Kelompok : I (Satu)

telah diperiksa oleh Asisten dan dinyatakan dapat diterima.

Gowa, Desember 2022


Asisten

Nur Safitriani
NIM: 60500119069
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zat menempati ruang, mempunyai massa dan dapat berada dalam wujud

yang berbeda. Wujud zat tersebut dalam mengalami berbagai perubahan dari

wujud awal menjadi wujud lainnya. Wujud dari suatu zat tergantung pada

suhunya. Teori kinetik menyebutkan bahwa semakin tinggi suhu zat, semakin

cepat gerakan partikel zat. Secara umum biasa disebutkan bahwa wujud zat

berubah ketika zat dipanaskan atau didinginkan. Setiap wujud zat mempunyai

sifat-sifat khusus yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi wujud dari

suatu zat. Wujud zat yang dapat diamati berdasarkan sifatnya ada tiga

diantaranya padat, cair dan gas (Rachmawati, 2014: 14-16).

Wujud zat pertama disebut sebagai zat padat. Zat padat memiliki gaya

ikat antar molekul sangat besar sehingga molekulnya tidak dapat berpindah

tempat. Hal tersebut membuat zat padat memiliki bentuk dan volume yang tetap

karena jarak antar molekulnya berdekatan dan tersusun secara teratur. Zat padat

dapat disentuh dan dipindahkan tanpa mengubah wujud aslinya. Zat padat dapat

mengalami perubahan wujud apabila diberi energi panas, tekanan yang tinggi

atau beberapa perlakuan fisik. Zat padat dapat ditemui di mana saja dalam

kehidupan sehari-hari. Asam benzoat (C6H5COOH) menjadi salah satu contoh

zat padat yang dapat mengalami perubahan wujud (Triana, 2007: 30).

Asam benzoat (C6H5COOH) secara alami dapat ditemukan dalam

tanaman buah cengkeh dan kayu manis. Asam benzoat (C6H5COOH) umumnya

digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan dan minuman karena

memiliki sifat toksisitas yang rendah dan bersifat aman pada konsentrasi yang

rendah. Namun, kadar asam benzoat (C6H5COOH) yang layak dikonsumsi tidak

1
2

boleh berlebihan, hanya sebanyak 1 g dalam 1 kg bahan pangan. Konsumsi yang

asam benzoat (C6H5COOH) yang berlebihan dapat menyebabkan penyakit

kulit, rhintis serta asma. Asam benzoat (C6H5COOH) banyak digunakan pada

bahan pangan yang bersifat asam yang bertujuan untuk mencegah pertumbuhan

jamur khamir (ragi). Asam benzoat (C6H5COOH) digunakan sebagai

antimikroba pada buah-buahan asam yang diawetkan dan dapat bekerja dengan

efektif pada nilai pH 2,5-4,0. Asam benzoat (C6H5COOH) dapat berubah wujud

saat dipanaskan dari padatan menjadi cairan (Rorong, 2013: 82).

Zat cair juga menjadi salah satu dari wujud zat yang paling sering

dijumpai. Sama halnya dengan zat padat, zat cair juga memiliki bentuk dan

volume yang bersifat konstan. Hal itu disebabkan oleh gaya ikat yang kecil

sehingga molekulnya dapat berpindah tempat tetapi tidak dapat terlepas dari

ikatan dengan molekul yang lain. Jarak antar molekul pada zat cair cukup

berjauhan dan tidak teratur. Volume zat cair tidak akan berubah saat mengalami

perubahan wujud dan saat dipindahkan ke tempat lainnya. Zat cair umumnya

dapat berubah wujud saat menjadi padatan saat didinginkan dan menjadi uap

saat dipanaskan. Minyak parafin menjadi salah satu contoh zat cair yang dapat

diamati perubahan wujudnya (Triana, 2007: 30).

Minyak parafin dikenal sebagai salah satu contoh dari wax (lilin)
bersumber mineral. Parafin termasuk dalam bagian suatu hidrokarbon dengan

rumus empiris CnH2n+2. Parafin juga termasuk ke dalam makrokristalin dan

mempunyai afinitas terhadap minyak. Minyak parafin berwujud bening, tidak

berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Minyak parafin yang menjadi bagian

dari minyak mineral berfungsi sebagai pelarut. Selain berwujud cair, parafin

juga dapat berwujud padat dan gas. Minyak parafin memiliki titik didih yang
tinggi sehingga tidak mudah untuk mendidih. Minyak parafin termasuk sukar
3

larut dalam air, tetapi dapat larut dalam senyawa lainnya seperti larutan senyawa

etanol (C2H5OH). Pemanasan pada zat cair seperti minyak parafin akan

menyebabkan perubahan wujud, dimana zat cair akan menguap dan berubah

wujud menjadi gas (Aminah, 2004: 62).

Zat gas sangat umum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari manusia.

Zat gas memiliki gaya ikat yang sangat kecil sehingga molekul-molekul zat gas

dapat bergerak bebas sebab dapat terlepas dari ikatannya. Zat gas dapat

memenuhi seluruh ruang yang ada disebabkan hal tersebut. Gas murni dapat

tersusun dari atom, molekul elemen yang tersusun dari satu jenis atom atau

molekul senyawa yang tersusun atas beberapa atom. Oksigen (O2) dan karbon

dioksida (CO2) pada proses pernapasan manusia menjadi contoh paling umum

dari zat gas (Triana, 2007:31).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dilakukan percobaan

wujud zat yang bertujuan untuk menyebutkan tiga faktor yang menentukan

wujud zat pada temperatur kamar dan tekanan atmosfir dan untuk membedakan

struktur kristal zat padat ionik dengan benar.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor yang menentukan wujud zat pada temperatur kamar dan
tekanan atmosfir?

2. Bagaimana membedakan struktur kristal zat padat ionik dengan benar?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menyebutkan tiga faktor yang menentukan wujud zat pada

temperatur kamar dan tekanan atmosfir.


2. Untuk membedakan struktur kristal zat padat ionik dengan benar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Wujud Zat
Semua zat yang terdapat di alam tersusun atas partikel-partikel kecil

yang disebut atom. Saat dua atau lebih atom bergabung, maka akn terbentuk

molekul. Atom dan molekul dengan cara yang berbeda untuk membentuk tiga

jenis materi berdasarkan susunan molekulnya yakni zat padat, cair, dan gas.

Ketiga jenis zat tersebut dikenal dengan wujud zat. Wujud zat yang bisa dialami

zat tertentu disebut fase zat. Zat-zat tersebut merupakan benda alam yang

memiliki sifat-sifat fisika maupun kimia yang menyebabkan adanya perbedaan

karakteristik antara materi tersebut. Sifat fisika adalah perubahan yang dialami

suatu zat tanpa membentuk zat baru, seperti wujud zat, warna, bau, titik leleh,

titik didih, massa jenis dan sebagainya. Sedangkan, sifat kmia adalah sifat zat

yang dapat diamati setelah zat tersebut mengalami perubahan kimia melalui

reaksi kimia dan dapat digunakan untuk menyusun klasifikasi kimia pada zat

yang diamati perubahannya (Sulakhudin, 2019: 24-25).

Setiap zat yang ada dapat mengalami perubahan wujud. Partikel-partikel

penyusun suatu zat selalu bergerak, baik bergetar, berotasi maupun translasi.

Suhu dari suatu zat dapat mempengaruhi kecepatan gerak partikel dalam zat.

Perubahan wujud dapat terjadi apabila zat dipanaskan atau didinginkan.

Pemanasan dan pendinginan suatu zat didasari dengan pemberian dan pelepasan

panas (energi kalor) dari/terhadap zat lain. Maka, perubahan wujud zat terjadi

karena adanya perubahan susunan partikel zat karena kekuatan gaya ikat yang

dipengaruhi oleh energi tambahan yang diserap atau dilepaskan oleh sejumlah

partikel di dalam suatu zat. Perubahan dari satu wujud ke wujud lainnya dapat

terjadi dengen beberapa proses pada setiap wujud zat (Triana 2007: 31).

4
5

Proses perubahan wujud zat dikenal dengan beberapa istilah

diantaranya mencair yaitu perubahan wujud dari padat menjadi cair, seperti es

batu yang dipanaskan kemudian berubah menjadi air. Proses kebalikan dari

mencair adalah membeku, dimana zat cair mengalami perubahan wujud

menjadi padat, seperti lilin yang mencair akan kembali menjadi padat apabila

dibiarkan pada udara bebas. Perubahan zat cair tidak hanya menjadi zat padat,

tetapi juga dapat berubah wujud menjadi zat gas. Perubahan zat cair menjadi zat

gas dikenal dengan istilah menguap, seperti air yang dipanaskan dan mencapai

titik didihnya akan menjadi uap air. Proses kebalikan dari menguap dikenal

istilah mengembun merupakan perubahan wujud dari gas menjadi cair dan

sebaliknya, seperti embun di pagi hari. Selanjutnya, dikenal istilah menyublim,

dimana zat yang awalnya berwujud padat kemudian berubah menjadi gas,

seperti kapur barus yang didiamkan di udara bebas terlalu lama maka akan

berubah menjadi wujud gas (Triana, 2007: 32)

Gambar II.1 Skema Perubahan Wujud Zat


(Sumber: Triana, 2007: 31)

B. Padatan

Zat padat adalah materi yang mempunyai bentuk dan volume tertentu.

Ada dua cara utama partikel-partikel padat bisa tersusun yakni dalam susunan

tidak teratur atau dalam baris-baris teratur yang rapi. Amorf yaitu zat padat yang

partikel-partikelnya tidak tersusun secara teratur. Zat padat amorf biasanya

bertekstur mengilat atau elastis, seperti lilin, kaca, karet dan plastik. Sementara
6

itu, zat padat yang partikel-partikelnya tersusun dalam baris-baris yang teratur

rapi disebut kristal. Contoh umum dari kristal adalah sebagian besar logam,

intan, es dan kristal garam. Zat padat yang partikelnya tersusun rapat dan

berdekatan, maka zat padat tidak dapat dimampatkan dengan mudah dan

memerlukan energi lebih untuk memampatkannya (Sulakhudin, 2019: 26).

Gambar II.2 Susunan Partikel Zat Padat


(Sumber: Sulakhudin, 2019: 26)
))
Gambar di atas menunjukkan beberapa sifat yang dimiliki oleh zat padat.

Sifat-sifat tersebut diantaranya bentuk dan volume pada zat padat bersifat tetap.

Zat padat memiliki bentuk yang tetap sebab partikel-partikelnya saling

berdekatan, terususun teratur dan tidak bergerak cukup cepat untuk

mengalahkan gaya tarik-menarik antar partikel. Partikel-partikel itu bergetar,

tetapi terikat rapat pada tempatnya. Pergerakan partikel yang tidak bebas

tersebut menyebabkan volumenya bersifat tetap dan hanya dapat berputar dalam

kedudukannya saja. Umumnya zat padat dapat dijumpai dalam bentuk amorf

atau kristal (Rachmawati, 2014: 21).

C. Cair

Zat cair juga memiliki volume tertentu. Namun, bentuk zat cair dapat

berubah-ubah sesuai dengan wadahnya. Zat cair dikenal sebagai zalir (fluida).

Zalir adalah zat dengan molekul-molekul yang bergerak bebas saling melewati,

sehingga zalir menyesuaikan bentuk wadahnya. Partikel pada zat cair juga

tersusun secara rapat. Zat cair juga tidak dapat dimampatkan dengan mudah

karena molekul-molekulnya tersusun rapat. Tetapi, partikel-partikel tersebut


7

mempunyai cukup energi untuk mengatasi sebagian dari tarik-menarik molekul

dengan molekul di dekatnya dan bergeser saling melewati. Hal tersebut

disebabkan oleh ikatan antar partikelnya cukup lemah (Sulakhudin, 2019: 27).

Gambar II.3 Susunan Partikel Zat Cair


(Sumber: Sulakhudin, 2019: 26)
)
Berdasarkan gambar di atas, )dapat dilihat bahwa bentuk dari zat cair

bersifat dapat berubah-ubah dan volumnya bersifat tetap. Partikel-partikel pada

zat cair memiliki jarak yang cukup berdekatan dan susunannya tidak teratur

serta renggang antar partikelnya sehingga ikatan antar partikel dalam zat cair

lemah. Susunan partikel yang dapat bergerak agak bebas tersebut menyebabkan

volume zat cair bersifat tetap karena partikelnya mudah berpindah, tetapi tidak

dapat meninggalkan kelompoknya (Rachmawati, 2014: 21-22).

D. Gas

Gas merupakan zat yang berada di mana saja dalam lingkungan sekitar.

Volume gas dapat berubah-ubah sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Jika

tekanan gas naik, maka volumenya menjadi kecil. Selain itu, jika gas

dipanaskan, maka volume gas akan menjadi naik. Berdasarkan hasil kajian oleh

para ilmuwan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa variabel

yang berpengaruh terhadap perilaku gas yaitu tekanan, volume dan suhu. Robert

Boyle (1662) menyusun suatu hukum tentang gas yang dikenal dengan hukum

Boyle atau hukum gas. Hukum Boyle menyatakan bahwa “untuk jumlah tetap

gas ideal tetap disuhu yang sama, P (tekanan) dan V (volume) merupakan

aaaaaa
8

proporsional terbalik (dimana yang satu ganda, yang satunya setengah” Contoh

penerapan dari hukum Boyle yaitu pada kaleng soda (Haryono, 2019: 18).

Gambar II.3 Susunan Partikel Zat Gas


(Sumber: Sulakhudin, 2019: 26)

Gambar di atas menunjukkan))sifat yang dimiliki oleh partikel gas. Zat

gas memiliki sifat bentuk dan volume yang berubah-ubah sesuai dengan

tempatnya. Bentuknya berubah-ubah dikarenakan partikel-partikel pada zat gas

memiliki ikatan yang sangat lemah dan tidak teratur. Volume gas dapat

berubah-ubah dikarenakan partikel pada zat gas dapat bergerak bebas sehingga

dapat bergeser dari tempatnya dan lepas dari kelompoknya. Gerak yang bebas

itu juga membuat gas dapat memenuhi ruang (Rachmawati, 2014: 22).

E. Asam Benzoat (C6H5COOH)

Asam benzoat (C6H5COOH) terdapat di alam dalam bentuk turunan

seperti garam, ester dan amida. Asam benzoat (C6H5COOH) secara alami paling

banyak ditemui dalam getah benzoin yaitu sebanyak 20% yang dapat dipecah

dengan pemanasan. Sejumlah kecil terdapat pada kelenjar bau berang-berang,

kulit kayu cherry, berry, cengkeh matang dan minyak biji adas. Keberadaan

asam benzoat (C6H5COOH) tidak dapat ditemukan secara murni di alam. Asam

benzoat (C6H5COOH) yang umum digunakan sebagai bahan pengawet pangan

diproduksi dari toluen yang direaksikan dengan oksigen pada operasi tertentu

sehingga dapat diambil manfaatnya. Asam benzoat (C6H5COOH) bekerja

efektif pada pH 2,5-4,0 (Lystanto, 2010: 1).


9

Sifat fisika dari asam benzoat (C6H5COOH) mencakup berat

molekulnya yaitu sebesar 122,123 g/mol, densitas dalam wujud padatnya

sebesar 1,316 g/m3 dan viskositas asam benzoat (C6H5COOH) pada 130 oC

bernilai 1,26 cP. Asam benzoat (C6H5COOH) dapat mendidih pada tingkat suhu

249,2 oC dan melebur pada tingkat suhu 122,4 oC. Panas peleburan pada asam

benzoat (C6H5COOH) sebesar 1,774 J/g, panas pembakarannya bernilai sebesar

147 kJ/mol serta panas penguapannya pada 140 oC sebesar -385 J/g. Kelarutan

asam benzoat (C6H5COOH) sebesar 0,2. Asam benzoat (C6H5COOH) mudah

menguap pada suhu hangat dan di dalam air. Asam benzoat (C6H5COOH)

merupakan salah satu bahan yang umum untuk digunakan dalam pengawetan

pangan. Namun, hal itu harus diperhatikan sifat kimianya (Huda, 2017: 11-12).

Sifat kimia asam benzoat (C6H5COOH) meliputi hidrogenasi asam

benzoat (C6H5COOH) dengan katalis mikel dan direaksikan dengan asam

nitrosilsulfat (NOHSO4) menjadi kaprolaktam. Katalis tembaga oksidasi asam

benzoat (C6H5COOH) dapat menjadi fenol. Selain itu, garam potasium dari

asam benzoat (C6H5COOH) direaksikan dengan karbon dioksida (CO2) pada

kenaikan suhu dan tekanan dapat membentuk asam terepthalat. Sifat asam

benzoat (C6H5COOH) yaitu berbahaya jika tertelan, terhirup, mengiritasi kulit

dan mengiritasi mata. Asam benzoat (C6H5COOH) beracun untuk paru-paru,


sistem saraf, membran mukosa. Paparan berulang atau berkepanjangan untuk

asam benzoat (C6H5COOH) dapat menghasilkan kerusakan organ. Gejala yang

ditimbulkan karena paparan asam benzoat (C6H5COOH) yang terlalu lama yaitu

efek iritan, diare, mual, muntah, menyebabkan sakit perut atau kelainan usus

jike berlebihan, resiko cedera serius pada mata. Wadah dari asam benzoat

(C6H5COOH) harus dipastikan tertutup rapat serta disimpan di tempat yang


dingin dan berventilasi cukup (Wahyuhardini, 2003: 7).
10

F. Minyak Parafin

Parafin cair (white oil) merupakan minyak mineral hidrokarbon yang

mengandung jumlah rantai C14-C18. Karakteristik parafin cair adalah minyak

kental tembus cahaya, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Parafin

cair tidak larut dalam air dan etanol. Namun, mudah larut dalam minyak

menguap dan sukar larut dalam etanol absolut. Minyak mineral berfungsi

pelarut dan penambah viskositas dalam fase minyak (Patandung, 2018: 46).

Minyak parafin juga lebih sering disebut dengan istilah parafin cair atau

mineral oil. Memiliki titik didih >360 oC dan memiliki kelarutan yang rendah

di dalam air. Parafin cair dapat digunakan pada emulsi topikal yaitu 1,0%-32%.

Viskositas parafin cair pada 20 oC sebesar 110-230 mPa.s. Parafin cair biasanya

digunakan pada emulsi minyak dalam air. Selain hal-hal tersebut, terdapat sifat

fisika dan kimia dari minyak parafin yang diperhatikan dalam penggunaan

minyak parafin (Yovita, 2016: 14).

Sifat fisik dan kimia minyak parafin diantaranya memiliki warna yang

jernih atau putih, tidak berbau, dan menimbulkan rasa. Titik cair minyak parafin

berkisar antara 42 oC-60 oC. Sebelum dicairkan menjadi minyak, kristal parafin

berbentuk lempeng. Selanjutnya, terdapat indeks bias minyak parafin pada

temperatur 80 oC berkisar antara 1,430-1,433, sedangkan spesifik gravitinya


berkisar antara 0,880-0,915. Sebagai padatan dan cairan, parafin dapat larut

dalam benzena, eter, kloroform, karbon disulfida dan karbon tetraklorida,

alkohol panas dan terpentin, tetapi tidak larut dalam air, asam dan alkohol.

Semakin bertambah jumlah atom C, maka berat molekul ikut bertambah dan

akibatnya titik didih dan titik leleh semakin tinggi. Alkana dapat bereaksi

dengan oksigen menghasilkan CO2 dan H2O. Minyak parafin termasuk ke


dalam golongan alkana yang sukar bereaksi dibanding senyawa organik lainnya
11

serta merupakan senyawa nonpolar yang tidak larut dalam air melainkan larut

dalam eter (Arbianzah, 2007: 7).

G. Integrasi Ayat

Ayat yang berkaitan dengan percobaan wujud zat ini adalah

QS. An-Nazi’at/79: 30-31 sebagai berikut:


َ ٰ ْ ََ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ٰ َ َْ َ َْْ َ
َ ‫ك َد ٰح‬
٣١ ۖ‫ اخرج ِمنها ماۤءها ومرعىها‬٣٠ ۗ‫ىها‬ ‫والارض بعد ذ ِل‬
Terjemahnya :
“Bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan darinya mata air
dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.”
Menurut tafsir An-Nafahat Al-Makkiyah menjelaskan bahwa Setelah

Allah swt. ciptakan langit dan bumi di mana terhampar dan rata untuk mereka

tinggal, Allah swt. juga keluarkan (di bumi) mata air serta tumbuh-tumbuhan

yang menjadi konsumsi bagi manusia dan binatang. Setelah itu semua, Allah

swt. ciptakan gunung yang menjadikan kokoh bumi, Allah swt. menjadikannya

sebagaimana pasak agar stabil dan untuk tempat tinggal (makhluk-Nya).

Ayat di atas menjelaskan bahwa wujud air pada awal pembentukan bumi

masih berupa gas karena permukaan bumi saat itu masih panas. Setelah

permukaan bumi menjadi dingin, uap-uap tersebut mulai memadat dan

kemudian jatuh kebumi berupa air hujan yang deras. Hal tersebut menunjukkan

adanya perubahan wujud zat yaitu dari uap menjadi lebih padat (cair) atau

disebut dengan pengembunan. Percobaan ini melakukan pengujian terhadap


perubahan wujud zat yaitu mengamati perubahan asam benzoat (C6H5COOH)

dari padat menjadi cair melalui proses pemanasan (Rachmawati, 2014: 19).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 16 Desember 2022 Pukul

13.00-15.30 WITA di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini diantaranya yaitu statif

dan klem, tabung thiele, pipa kapiler, termometer 360 oC, bunsen, kaca arloji,

spatula dan gunting.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini diantaranya yaitu

asam benzoat (C6H5COOH), benang putih, korek api, minyak parafin dan tisu.

C. Prosedur Kerja

Mengambil sebuah pipa kapiler yang salah satu ujungnya terbuka dan

salah ujung satunya tertutup dengan cara dibakar. Setelah itu, menggererus

sedikit asam benzoat (C6H5COOH) pada kaca arloji, kemudian masukkan

padatan asam benzoat (C6H5COOH) yang sudah digerus pada pipa kapiler

setinggi 3-4 mm. Selanjutnya, mengikat pipa kapiler dengan termometer serta

memasukkan minyak parafin ke dalam tabung thiele. Kemudian, memanaskan

dengan api kecil sehingga temperatur naik. Setelah itu, mengamati dan

mencatat temperatur saat zat mulai meleleh dan hingga meleleh secara

keseluruhan serta mencatat sebagai range titik lebur.

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan

Tabel IV.1 Hasil Pengamatan Perubahan Wujud Asam Benzoat (C6H5COOH)


Suhu Awal Suhu Mencair
Sampel Range
Mencair (oC) Keseluruhan (oC)
Asam Benzoat
142 238 96
(C6H5COOH)

2. Reaksi
Dipanaskan
C6H5COOH(s)→ C6H5COOH(I)

3. Range (°C)

Range = Suhu mencair keseluruhan (°C) – Suhu awal mencair (°C)

= 238 °C – 142 °C

= 96 °C

B. Pembahasan

Wujud zat ditentukan oleh suatu suhu dan tekanan dengan mengubah

suhu atau tekanan suatu zat, maka dapat mengubah fasa pada suatu zat. Zat

padat apabila dipanaskan, atau dengan kata lain mendapat tambahan energi

kalor, maka energi kalor yang diberikan akan diserap oleh partikel-partikel zat.
Penambahan energi tersebut menyebabkan gerak partikel-partikel zat semakin

cepat. Gerakan tersebut akan mempengaruhi gaya tarik antar partikel zat.

Gerakan partikel yang semakin cepat tersebut akan melemahkan gaya ikat antar

partikel, sehingga partikel-partikel zat dapat bergerak dengan lebih bebas, tetapi

tidak sampai memutuskan ikatan antar partikel. Saat gaya ikat antar partikel

tersebut melemah dan gerak partikel menjadi lebih bebas, saat itulah zat padat
berubah menjadi zat cair (Triana, 2007: 32-33).

13
14

Percobaan yang telah dilakukan menguji perubahan wujud zat yaitu

dengan menggunakan padatan asam benzoat (C6H5COOH) dan dipanaskan

dengan teknik pemanasan tidak langsung dengan minyak parafin sebagai media

pemanasannya. Pengujian diawali dengan asam benzoat (C6H5COOH) yang

digerus menggunakan spatula pada kaca arloji yang berfungsi untuk

menghaluskan kristal asam benzoat agar dapat dimasukkan ke dalam pipa

kapiler. Setelah itu, salah satu ujunga pipa kapiler dibakar agar sampel yang

dimasukkan tidak tumpah, selanjutnya pipa kapiler diikat pada termometer

sehingga berdekatan dengan bola air raksa untuk mengetahui pada titik berapa

asam benzoat (C6H5COOH) meleleh. Minyak memiliki titik didih lebih tinggi

yaitu sebesar 216 oC dibandingkan titik leleh asam benzoat (C6H5COOH) yaitu

sebesar 122,37 oC, sehingga pada proses pemanasan minyak parafin tidak

mendidih sebelum asam benzoat meleleh. Percobaan ini menggunakan pipa

kapiler sebagai wadah dalam menentukan titik leleh pada asam benzoat

(C6H5COOH), ujung pipa kapiler yang dibakar bertujuan agar ujung pipa dapat

tertutup sehingga asam benzoat (C6H5COOH) yang dimasukkan tidak keluar.

Pipa kapiler diikat dengan termometer menggunakan benang karena benang

putih merupakan bahan yang tahan akan panas dan warna putih sukar menyerap

kalor sehingga tidak akan mempengaruhi suhu pemanasan. Minyak parafin


digunakan sebagai pelarut dan perantara antara pipa kapiler dengan tabung

thiele. Pemanasan dengan perlahan dilakukan agar azam benzoat (C6H5COOH)

dapat melebur atau meleleh dengan sempurna.

Berdasarkan percobaan ini asam benzoat (C6H5COOH) mulai meleleh

pada suhu 142 oC dan meleleh seluruhnya pada suhu 238 oC dengan range titik

lebur sebesar 96 oC dan suhu awal termometer yaitu 130 oC. Berdasarkan hal
tersebut, maka asam benzoat (C6H5COOH) yang diamati pada percobaan ini
15

meleleh pada suhu 118 oC dan hampir sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh Huda (2017: 11-12) bahwa asam benzoat (C6H5COOH) memiliki titik

lebur sebesar 122 oC. Hasil yang diperoleh juga membuktikan teori oleh Triana

(2007: 32-33) yang menyatakan bahwa suhu dari suatu zat dapat mempengaruhi

perubahan wujud zat. Perubahan wujud sampel asam benzoat (C6H5COOH)

yang awalnya berupa padatan berubah menjadi cair setelah adanya pemanasan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Tiga faktor yang menentukan wujud zat pada temperatur kamar dan

tekanan atmosfir diantaranya yaitu besarnya energi ikatan antar partikel

dalam zat, massa atom atau massa molekul dari partikel dan bentuk

geometri dari molekul.

2. Kristal saat dipanaskan, maka atom-atom dan ion-ionnya akan bergetar

dengan kencang. Akhirnya tercapai suatu suhu ketika getaran itu

memutuskan ikatan struktur kristal. Atom, ion atau molekulnya dapat

tergelincir satu sama lain dan padatan itu kehilangan bentuk tetapnya

dan berubah menjadi cairan. Proses ini disebut pelelahan atau peleburan

dan suhu ketika hal itu terjadi dinamakan titik leleh.

B. Saran

Saran untuk percobaan selanjutnya yaitu dapat menggunakan bahan atau

zat yang lain seperti asam oksalat (C2H2O4) agar dapat dibandingan dengan

asam benzoat (C6H5COOH) sehingga dapat mengetahui titik leleh zat-zat selain

asam benzoat (C6H5COOH).

16

Anda mungkin juga menyukai