Anda di halaman 1dari 147

SESI PERKULIAHAN KE: 1 - 2

TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan mengertian materi
2. Menjelaskan mengertian energi
3. Menjelaskan hukum-hukum materi dan energi
4. Menjelaskan satuan standar internasional untuk pengukuran

Pokok Bahasan : Konsep Materi dan Perubahannya


Deskripsi Singkat :
Bab ini mejelaskan mengenai : materi, energi, hukum-hukum materi dan
energi, dan satuan standar internasional

Daftar Pustaka :
1. Jasin Maskoeri,1986. Ilmu Kimia Dasar, PT. Raja grafindo Persada, Jakarta.
2. James E. Brady, 1989. Kimia Uneversitas Edisi V, Binarupa Aksara Jakarta.
3. A.Hadyana Pudjaatmaka, 1990. Kimia Universitas Edisi VI, Erlangga Jakarta

Pertanyaan Kunci/Tugas :
1. Apakah yang dimaksud dengan materi dan energi?.
2. Hukum-hukum apa saja mengenai materi dan energi?.
3. Apakah yang dimaksud dengan satuan Standar Internasional untuk materi dan
energi.

1
BAB I
KONSEP MATERI DAN PERUBAHANNYA

Ilmu kimia mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan-


perubahan yang dialami materi ini dalam proses-proses alamiah maupun dalam
eksperimen yang direncanakan, melalui kimia kita mengenal susunan zat dan
penggunaan bahan-bahan kimia baik alamiah maupun buatan dan mengenal
proses-proses penting dalam kehidupan manusia.
Kimia merupakan bagian pendidikan umum selama beberapa generasi, dan
memegang peranan besar terutama aplikasinya di bidang ilmu pengetahuan lain
seperti pertanian, kedokteran, lingkungan, dan lain-lain. Pesatnya kemajuan
penerapan pengetahuan ilmu kimia menyebabkan meningkatnya kesehatan dan
antibiotik, berdampak meningkatnya jumlah laju penduduk. Pupuk dan insektisida
dapat meningkatkan produksi pangan.
Pertumbuhan ekonomi negara industri besar dengan cepat menguras
sumber energi dan menghasilkan limbah yang melimpah dan mengancam serta
merusak kesetimbangan kimiawi alam. Mengendalikan perubahan yang
berlangsung dalam suatu sistem yang serumit biosfer bumi, merupakan tantangan
yang sulit. Meskipun demikian, dewasa ini kebanyakan ilmuwan berpandangan
optimistik untuk melindungi lingkungan dan mengembangkan cara-cara yang
lebih aman untuk memproduksi energi.

1.1 Materi
Dunia benda terdiri atas materi dan energi. Tubuh organisme dibangun oleh
materi dan hidupnya bergantung pada energi. Tanah, air, udara, tumbuhan, dan
hewan, atau pendeknya semua makhluk yang hidup dan tidak hidup tersusun atas
materi.
Materi didefinisikan sebagai sesuatu yang mempunyai masa dan menempati
ruang. Udara tersusun atas gas-gas yang tidak dapat dilihat, tetapi dapat
dibuktikan keberadaannya. Dengan mengibaskan sehelai kertas, kita dapat
merasakan adanya angin. Angin adalah udara yang bergerak. Walau udara amat
ringan, tetapi dapat dibuktikan bahwa udara memiliki massa. Ikatkan seutas tali

2
tepat pada tengah-tengah sebatang kayu. Pada kedua ujung kayu itu masing-
masing gantungkanlah sebuah balon yang sudah ditiup dan yang belum ditiup
pada ujung yang lain. Apa yang terlihat? Dari percobaan itu dapat disimpulkan
bahwa udara memiliki massa dan menempati ruang.
Sifat-Sifat Materi
Secara umum sifat suatu materi dapat kita bagi menjadi dua macam, yaitu
sifat fisika dan sifat kimia.
(1) Sifat fisika
Adalah sifat-sifat yang terkait dengan perubahan fisika, yaitu sebuah sifat
yang dapat diamati karena adanya perubahan fisika atau perubahan yang tidak
kekal. Sifat fisika berkaitan dengan penampilan atau keadaan fisis materi,
yaitu wujud, titik leleh, titik didih, indeks bias, berat jenis, daya hantar,
warna, rasa, dan bau. Air sebagai zat cair memiliki sifat fisika seperti
mendidih pada suhu 100oC. Sedangkan logam memiliki titik lebur yang
cukup tinggi, misalnya besi melebur pada suhu 1500oC.
(2) Sifat kimia
Merupakan sifat-sifat yang dapat diamati pada saat terjadi perubahan
kimia. Sifat kimia adalah sifat yang berkaitan dengan perubahan kimia yang
dapat dialami oleh suatu materi, misal dapat terbakar, berkarat, mudah
bereaksi, beracun, dan bersifat asam atau basa. Beberapa sifat kimia yang lain
adalah bagaimana sebuah zat dapat terurai, seperti batu kapur yang mudah
berubah menjadi kapur tohor yang sering disebut dengan kapur sirih dan gas
karbon dioksida. Contoh sifat kimia adalah: daya ionisasi, kelarutan dan
kereaktifan.

Perubahan Materi
Perubahan materi adalah perubahan sifat suatu zat atau materi menjadi zat
yang lain baik yang menjadi zat baru maupun tidak. Perubahan materi terbagi
menjadi dua macam, yaitu :
(1) Perubahan fisika
Adalah perubahan yang merubah suatu zat dalam hal bentuk, wujud atau
ukuran, tetapi tidak merubah zat tersebut menjadi zat baru. Perubahan fisika

3
adalah perubahan yang tidak mengakibatkan pembentukan zat baru, misalnya
es meleleh menjadi air dan tidak membentuk zat baru, tetapi hendaknya
diperhatikan bahwa dalam perubahan fisika memang terjadi beberapa
perubahan dan terjadinya transformasi energi.
Contoh perubahan fisis :
 Perubahan wujud :
 Es balok yang mencair menjadi air.
 Air menguap menjadi uap.
 Kapur barus menyublim menjadi gas, dsb.
 Perubahan bentuk :
 Gandum yang digiling menjadi tepung terigu.
 Benang diubah menjadi kain.
 Batang pohon dipotong-potong jadi kayu balok dan tripleks, dll.
(2) Perubahan kimia
Adalah perubahan dari suatu zat atau materi yang menyebabkan
terbantuknya zat baru. Perubahan kimia mempunyai kenderungan untuk
mengadakan reaksi kimia.
Contoh perubahan kimia :
 Bensin biodiesel sebagai bahan bakar berubah dari cair menjadi asap
kendaraan.
 Proses fotosintesis pada tumbuh-tumbuhan yang merubah air, sinar
matahari, dan sebagainya menjadi makanan.
 Membuat masakan yang mencampurkan bahan-bahan masakan sesuai
resep menjadi masakan yang dapat dimakan.
 Bom meledak yang merubah benda padat menjadi pecahan dan ledakan.

4
Tabel 1.1 Pengamatan perubahan materi

Perubahan fisis Perubahan kimia


1. Pembakaran Logam Nikel 1. Pembakaran logam magnesium
Kawat nikel dibakar pada nyala api Pita magnesium di bakar pada nyala
alat pembakaran bunsen. Nikel Bunsen. Magnesium terbakar dengan
terbakar membara. Ketika di menimbulkan cahaya terang, dan
dinginkan, logam itu kembali pada menghasilkan abu berwarna putih.
wujud semula.

2. Pelarutan garam dapur 2. Pelarutan logam natrium


Satu sendok garam dapur Dengan menggunakan tang, sekeping
dimasukan ke dalam air suling pada natrium dimasukan secara hati hati
gelas kimia, dan diaduk sampai pada permukaan air suling di gelas
larut. Jika larutan ini dipanaskan kimia. Natrium larut disertai sedikit
sampai semua air menguap maka ledakan. Jika air diuapkan, kita
garam dapur diperoleh kembali. memperoleh zat padat putih. Zat ini
juga larut dalam air, tetapi tidak
menimbulkan ledakan.

3. Pemanasan secara lemah 3. Pemanasan secara kuat


Memanaskan belerang dalam Panaskan belarang dalam sendok
tabung reaksi dengan api yang porselin dengan api yang kuat (nyala
lemah (nyala kuning). Tabung biru). Belerang meleleh, dan lamban
digoyangkan terus-menerus. Setelah lun jumlahnya berkurang. Akhirnya
belerang meleleh, pemanasan sendok itu kosong dan timbul gas yang
dihentikan. Ketika didinginkan, berbau seperti bau korek api yang
belerang menjadi padat kembali terbakar.
seperti semula.

Wujud Materi
Dikenal tiga macam wujud materi, yakni padat, cair, dan gas. Zat padat
memiliki bentuk dan volume tetap, selama tidak ada pengaruh dari luar. Contoh,

5
bentuk dan volume sebatang emas tetap di mana pun emas itu berada. Berbeda
dengan zat padat, bentuk zat cair berubah-ubah mengikuti bentuk ruang
yang ditempatinya. Di dalam gelas, air akan mengambil bentuk ruang gelas; di
dalam botol, air mengambil bentuk ruang botol. Seperti zat padat, volume zat cair
juga tetap. Gas mengisi seluruh ruang yang tersedia. Jadi, tidak tetap baik bentuk
dan volumenya.
Massa dan Berat
Massa suatu benda menyatakan jumlah materi yang ada pada benda
tersebut. Massa suatu benda tetap di segala tempat. Massa merupakan sifat dasar
materi yang paling penting. Massa dan berat sesuatu benda tidak identik, tetapi
sering dianggap sama: berat menyatakan gaya gravitasi bumi terhadap benda itu
dan bergantung pada letak benda dari pusat bumi. Berat sebuah benda dapat
diukur langsung dengan menimbangnya, tetapi massa sebuah benda di bumi dapat
dihitung jika diketahui beratnya dan gaya gravitasi di tempat penimbangan itu
dilakukan. Untuk itu, dipakailah neraca. Menimbang dengan neraca adalah
membandingkan massa benda yang ditimbang dengan massa benda lain yang
sudah diketahui yakni anak timbangnya. Dua benda yang massanya sama bila
ditimbang di tempat yang sama, beratnya akan sama. Karena itu, yang dimaksud
dengan berat sebuah benda sebenarnya adalah massanya. Maka, timbul pengertian
bahwa massa sama dengan berat.
Klasifikasi Materi
Suatu bahan dapat bersifat serba sama (homogen) atau serba aneka
(heterogen). Suatu benda yang seluruh bagiannya memiliki sifat-sifat yang sama
disebut bahan homogen. Perhatikan larutan gula dalam air. Keseluruh bagian akan
kita amati suatu cairan yang agak kekuningan dan bila pada setiap bagian kita
ambil untuk dicicipi, terasa manis. Jadi, larutan gula ini bersifat homogen. Larutan
memang merupakan campuran yang serba sama, sedangkan tanah dan campuran
minyak dengan air merupakan campuran heterogen. Termasuk campuran apakah
udara? Suatu bahan yang tersusun dari dua atau lebih zat-zat yang sifatnya
berbeda disebut campuran. Komposisi campuran tidak tetap, melainkan

6
bervariasi. Oleh sebab itu, akan kita kenal campuran homogen dan campuran
heterogen.
Zat-zat yang ditemukan di alam jarang sekali dalam keadaan murnii. Pada
umumnya, ditemukan campuran heterogen. Lihat batu kapur, granit, batu pualam
yang ditemukan, akan tampak jelas heterogenitas sifat-sifatnya. Setiap materi
yang homogen dan susunan kimianya tetap disebut zat atau substansi. Setiap zat
memiliki sifat fisika dan sifat kimia tertentu. Dikenal dua macam zat, yakni unsur
dan senyawa.
Kita tentu akrab dengan air bukan?. Melalui elektrolisis (peruraian oleh
arus listrik), maka air dapat dipisahkan menjadi oksigen dan hidrogen, sedangkan
oksigen dan hidrogen melalui reaksi kimia biasa tidak dapat diuraikan lagi. Zat
yang dengan reaksi kimia biasa dapat diuraikan menjadi beberapa zat lain yang
lebih sederhana disebut senyawa. Jadi, air adalah senyawa. Zat yang dengan
reaksi kimia tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat-zat lain disebut unsur. Jadi,
oksigen (O) dan Hidrogen (H) adalah unsur. Menurut sifat-sifat, dikenal unsur
logam dan nonlogam, Besi, tembaga, dan seng, misalnya, adalah unsur logam,
sedangkan arang, belerang dan fosfor adalah contoh unsur nonlogam. Berikut ini
adalah bagan klasifikasi materi.

Gambar 1.1 Bagan klasifikasi materi

1.2 Energi
Pengertian Energi
Energi adalah suatu kemampuan untuk melakukan kerja atau kegiatan.
Tanpa energi, dunia ini akan diam atau beku. Dalam kehidupan manusia selalu
terjadi kegiatan dan untuk kegiatan otak serta otot diperlukan energi. Energi itu
diperoleh melalui proses oksidasi (pembakaran) zat makanan yang masuk ke
dalam tubuh berupa makanan. Kegiatan manusia lainnya dalam memproduksi

7
barang, transportasi, dan lainnya juga memerlukan energi yang diperoleh dari
bahan sumber energi atau sering disebut sumber daya alam (natural resources).
Sumber daya alam dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable) hampir tidak dapat
habis, misalnya tumbuhan, hewan, air, tanah, sinar matahari, angin dan
sebagainya.
2. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable) atau habis
misalnya minyak bumi dan batu bara.

Bentuk-Bentuk Energi
Selanjutnya, secara terinci energi dibedakan atas butir-butir berikut dan
perlu diketahui bahwa energi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk lainnya.
Misalnya, energi potensial air (air terjun) dapat diubah menjadi energi gerak,
energi listrik, dan seterusnya.
(1) Energi mekanik
Energi mekanik dapat dibedakan atas dua pengertian, yaitu energi
potensial dan energi kinetik. Jumlah kedua energi itu dinamakan energi
mekanik. Setiap benda mempunyai berat, maka baik dalam keadaan diam
atau bergerak setiap benda memiliki energi. Misalnya energi yang tersimpan
dalam air yang dibendung pada sebuah waduk bersifat tidak aktif dan disebut
energi potensial (energi tempat). Bila waduk dibuka, air akan mengalir
dengan deras, sehingga energi air menjadi aktif. Mengalirnya air ini adalah
dengan energi kinetik (tenaga gerak). Air waduk pada contoh di atas juga
memiliki energi potensial karena letaknya. Semakin tinggi letak air waduk
terhadap permukaan air laut, semakin besar energi potensialnya. Secara
matematis, kenyataan itu dapat dirumuskan sebagai berikut :
E potensial = mgh
Dimana :
m : massa benda
g : gravitasi bumi
h : ketinggian benda
Sedangkan besarnya energi kinetik dapat dirumuskan :

8
E kinetik = ½ m V2
V : kecepatan gerak benda
Artinya, suatu benda yang kecepatannya besar akan besar pula energi
kinetiknya.
(2) Energi panas
Energi panas juga sering disebut sebagai kalor. Pemberian panas kepada
suatu benda dapat menyebabkan kenaikan suhu benda itu ataupun bahkan
terkadang dapat menyebabkan perubahan bentuk, perubahan ukuran, atau
perubahan volume benda itu. Ada tiga istilah yang penggunaannya sering
kacau, yaitu panas, kalor, dan suhu. Panas adalah salah satu bentuk energi.
Energi panas yang berpindah disebut kalor, sementara suhu adalah derajat
panas suatu benda.
Ketika merebus air berarti energi panas diberikan kepada air, yang berasal
dari energi yang tersimpan di dalam bahan bakar kayu atau minyak tanah
sehingga suhu air naik. Jika pemberian energi panas diteruskan sampai suhu
air mencapai titik didihnya, maka air akan menguap dan berubah bentuk
menjadi uap air. Banyaknya energi panas yang diberikan dapat dihitung
dengan menggunakan hubungan rumus :
Q = m x c x ΔT
Di mana:
Q = menyatakan banyaknya energi panas dalam kalori
m = menyatakan massa benda/zat yang mendapatkan energi panas
c = kalor jenis benda/zat yang mendapatkan panas
ΔT = menyatakan kenaikan (perubahan) suhu.
(3) Energi magnetik
Energi magnetik dapat dipahami dengan mengamati gejala yang timbul
ketika dua batang magnet yang kutub-kutubnya saling didekatkan satu
dengan yang lain. Seperti diketahui bahwa setiap magnet mempunyai 2
macam kutub, yaitu kutub magnet utara dan kutub magnet selatan. Jika dua
batang magnet kutub-kutubnya yang senama (u - u/s - s) saling didekatkan

9
maka kedua magnet akan saling tolak-menolak. Sebaliknya, kedua magnet
akan saling tarik-menarik apabila yang saling berdekatan adalah kedua kutub,
tidak senama (u - s). Kedua kutub magnet memiliki kemampuan untuk saling
melakukan gerakan. Kemampuan itu adalah energi yang tersimpan di dalam
magnet dan energi inilah yang disebut sebagai energi magnetik. Semakin
semakin besar energi magnetik yang dimiliki oleh suatu magnet, semakin
besar pula gaya yang ditimbulkan oleh magnet itu.
(4) Energi listrik
Energi listrik ditimbulkan/dibangkitkan melalui bermacam-macam cara.
Misalnya: (a) dengan sungai atau air terjun yang memiliki energi kinetik; (b)
dengan energi angin yang dipakai untuk menggerakkan kincir angin; (c)
dengan menggunakan accu (energi kimia); (d) dengan menggunakan tenaga
uap yang dapat memutar generator listrik; (e) dengan menggunakan tenaga
diesel; dan (f) dengan menggunakan tenaga nuklir.
Kegunaan dan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali yang
dapat dirasakan, terutama di kehidupan kota-kota besar, bahkan sebagai
penerangan yang sekarang sudah digunakan sampai jauh ke pelosok
pedesaan. Di samping dapat dilihat kegunaannya, maka dapat dilihat energi
apa saja yang dapat dihasilkan dari energi listrik. Misalnya untuk menyalakan
lampu penerangan di rumah-rumah maka energi listrik diubah menjadi energi
cahaya; untuk menggerakkan mesin maka energi listrik diubah menjadi energi
mekanik; untuk proses penyepuhan maka energi listrik diubah menjadi energi
kimia.
Jelaslah bahwa energi listrik benar-benar mempunyai peranan yang besar,
baik di dalam kehidupan rumah tangga maupun di bidang industri dan lain-
lain.
(5) Energi kimia
Yang dimaksud dengan energi kimia ialah energi yang diperoleh melalui
suatu proses kimia. Energi yang dimiliki manusia dapat diperoleh dari
makanan yang dimakan melalui proses kimia. Jika kedua macam atom-atom
karbon dan atom oksigen, tersebut dapat bereaksi, akan terbentuk molekul

10
baru yaitu karbondioksida. Bergabungnya kedua atom tersebut memerlukan
energi. Kalori tersebut dikenal sebagai energi kimia. Bila kedua atom yang
telah tergabung dipisahkan, maka akan melepaskan energi. Energi yang
terbebas disebut energi eksoterm. Pada reaksi korek api, juga dihasilkan
energi panas yang melalui suatu proses kimia.
Bertambah jelaslah kiranya untuk memahami adanya energi yang disebut
energi kimia melalui pengertian yang disebut reaksi eksoterm dimana
berlangsungnya reaksi kimia disertai pembebasan kalor yang disebut energi
kimia.
(6) Energi bunyi
Bunyi dapat juga diartikan getaran sehingga energi bunyi berarti juga
getaran. Getaran selaras mempunyai energi dua macam, yaitu energi potensial
dan energi kinetik. Melalui pembahasan secara matematis dapat ditunjukkan
bahwa jumlah kedua macam energi pada suatu getaran selaras adalah selalu
tetap dan besarnya tergantung massa, simpangan, dan waktu getar atau
periode.
Untuk contoh yang lebih jelas mengenai adanya energi bunyi atau energi
getaran yaitu apabila orang melihat jatuhnya benda dari ketinggian tertentu.
Pada saat benda itu jatuh di suatu lantai, energi kinetiknya berubah menjadi
energi panas dan juga energi getaran, yaitu timbulnya suatu getaran pada
lantai yang menimbulkan bunyi. Apabila getaran yang ditunjukkan itu sangat
besar, akan dapat dirasakan adanya energi getarannya yaitu dengan
terlihatnya getaran pada benda-benda lain di sekitarnya. Meledaknya suatu
bom, menimbulkan getaran yang hebat dan energi getarannya mampu
merobohkan bangunan ataupun memecahkan kaca-kaca yang tebal.
Gendang telinga manusia juga hanya mampu menerima energi getaran
yang ditimbulkan oleh sumber getar yang frekuensi paling rendahnya adalah
16 getaran per detik (Hertz) dan paling besar 20.000 getaran per detik.
(7) Energi nuklir
Energi nuklir didapatkan apabila suatu atom pecah menjadi atom yang lain
dan pecahan tersebut disertai pembebasan energi. Satu-satunya sumber energi

11
nuklir yang sangat besar adalah uranium. Di dalam reaksi atom, atom
uranium ditembakkan dengan neutron sehingga masuk ke inti uranium dan
kemudian pecah. Pecahnya atom uranium disertai pembebasan energi yang
amat besar dan dihasilkan juga dua neutron baru. Neutron baru tersebut akan
menembaki atom uranium yang lain dan diikuti peristiwa yang sama.
Demikian proses itu berlangsung secara terus-menerus dan disebut sebagai
berlangsungnya reaksi berantai yang sangat cepat dengan pengeluaran energi
yang dahsyat.
Energi nuklir dapat digambarkan seperti energi yang disimpan di dalam
arloji ketika arloji itu diputar. Apabila kunci yang menahan pir arloji itu
dibuka dengan tiba-tiba, energi yang tersimpan tadi akan keluar semuanya
dengan sangat kuat dan arloji mempunyai kemungkinan dapat menjadi rusak.
Apabila energi tersebut dilepaskan dengan perlahan-lahan dan disalurkan
melalui gir dan roda-roda serta mekanisme halus lainnya, energi tersebut akan
memberi manfaat bagi jalannya arloji. Demikian juga halnya dengan energi
nuklir. Apabila tidak dikendalikan dengan baik penggunaannya, energi nuklir
akan dapat membinasakan manusia, seperti yang terjadi dalam Perang Dunia
Kedua di mana kota Hirosima dan Nagasaki telah dibom atom oleh Amerika
Serikat. Namun, dengan maksud menuju suasana damai dan aman, maka
energi nukir itu dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup.
Dalam kemajuan sains dan teknologi akhir-akhir ini, energi nuklir
digunakan di antaranya pada kapal bertenaga nuklir, lokomotif bertenaga
nuklir, pesawat terbang bertenaga nuklir, pembangkit tenaga listrik, dan juga
digunakan untuk keperluan kesehatan.
(8) Energi cahaya
Energi cahaya terutama cahaya matahari banyak diperlukan terutama oleh
tumbuhan yang berhijau daun. Tumbuhan itu membutuhkan energi cahaya
untuk mengadakan proses fotosintesis. Dengan kemajuan teknologi saat ini
dapat juga digunakan energi dari sinar yang dikenal dengan nama sinar laser.
Yang dimaksud dengan sinar laser ialah sinar pada suatu gelombang yang
sama dan yang amat kuat. Sinar laser banyak sekali digunakan dan meliputi

12
banyak bidang. Misalnya dalam bidang industri besar digunakan dalam
pembuatan senjata laser yang dapat menembus baja yang tebalnya 2 cm dan
lain-lainnya. Penggunaan sinar laser dalam bidang kesehatan menunjukkan
bahwa banyak penyakit-penyakit yang dapat dimusnahkan dengan sinar
laser.
(9) Energi matahari
Energi matahari adalah energi yang paling besar dan paling murah di alam
ini. Dikatakan murah karena manusia tidak perlu membeli untuk
mendapatkan energi matahari itu. Matahari memancarkan energinya dalam
bentuk gelombang-gelombang radiasi. Energi yang dipancarkan ini besarnya
tidak kurang dari 3,8 x 1033 erg tiap detik. Di antara jumlah energi yang
dipancarkan itu, bumi hanya menerima sedikit sekali dibandingkan dengan
seluruh jumlah energi yang dipancarkan. Energi matahari dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan, diantaranya ialah untuk (a) penggerak satelit
buatan (satelit palapa), (b) untuk kompor matahari ,(c) proses fotosintesis
pada tumbuhan hijau, (d) penyuling air, dan (e) listrik tenaga surya.
Energi matahari merupakan energi yang utama bagi kehidupan di bumi ini.
Berbagai jenis energi, baik yang terbarukan maupun tak-terbarukan
merupakan bentuk turunan dari energi ini baik secara langsung maupun tidak
langsung. Energi yang merupakan turunan dari energi matahari misalnya :
 Energi angin yang timbul akibat adanya perbedaan suhu dan tekanan satu
tempat dengan tempat lain sebagai efek energi panas matahari.
 Energi air karena adanya siklus hidrologi akibat dari energi panas matahari
yang mengenai bumi.
 Energi biomassa karena adanya fotosintesis dari tumbuhan yang notabene
menggunakan energi matahari.
 Energi gelombang laut yang muncul akibat energi angin.
 Energi fosil yang merupakan bentuk lain dari energi biomassa yang telah
mengalami proses selama berjuta-juta tahun.
Selain itu energi panas matahari juga berperan penting dalam menjaga
kehidupan di bumi ini. Tanpa adanya energi panas dari matahari maka

13
seluruh kehidupan di muka bumi ini pasti akan musnah karena permukaan
bumi akan sangat dingin dan tidak ada mahluk yang sanggup hidup di bumi.
Energi Panas Matahari sebagai Energi Alternatif. Energi panas matahari
merupakan salah satu energi yang potensial untuk dikelola dan dikembangkan
lebih lanjut sebagai sumber cadangan energi terutama bagi negara-negara
yang terletak di khatulistiwa termasuk Indonesia, dimana matahari bersinar
sepanjang tahun. Dapat dilihat dari gambar di atas bahwa energi matahari
yang tersedia adalah sebesar 81.000 TerraWatt sedangkan yang dimanfaatkan
masih sangat sedikit.
Ada beberapa cara pemanfaatan energi panas matahari yaitu:
(1) Pemanasan ruangan
(2) Penerangan ruangan
(3) Kompor matahari
(4) Pengeringan hasi pertanian
(5) Distilasi air kotor
(6) Pemanasan air
(7) Pembangkitan listrik

1.3 Hukum-Hukum Meteri dan Energi


Hukum Kekekalan Massa
Hukum kekekalan massa diformulasikan oleh Antoine Lavoisier pada
tahun 1789. Oleh karena hasilnya ini, ia sering disebut sebagai bapak kimia
modern. Sebelumnya, Mikhail Lomonosov (1748) juga telah mengajukan ide
yang serupa dan telah membuktikannya dalam eksperimen. Sebelumnya,
kekekalan massa sulit dimengerti karena adanya gaya buoyan atmosfer bumi.
Setelah gaya ini dapat dimengerti, hukum kekekalan massa menjadi kunci penting
dalam mengubah kimia klasik menjadi kimia modern. Ketika ilmuwan memahami
bahwa senyawa tidak pernah hilang ketika diukur, mereka mulai melakukan studi
kuantitatif transformasi senyawa. Studi ini membawa kepada ide bahwa semua
proses dan transformasi kimia berlangsung dalam jumlah massa tiap elemen tetap.

14
Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-
Lavoisier adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup
akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut
(dalam sistem tertutup massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama
/konstan). Pernyataan yang umum digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan
massa adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup, massa
dari reaktan harus sama dengan massa produk.
Hukum kekekalan massa digunakan secara luas dalam bidang-bidang
seperti kimia, teknik kimia, mekanika, dan dinamika fluida. Berdasarkan ilmu
relativitas spesial, kekekalan massa adalah pernyataan dari kekekalan energi.
Massa partikel yang tetap dalam suatu sistem ekuivalen dengan energi momentum
pusatnya. Pada beberapa peristiwa radiasi, dikatakan bahwa terlihat adanya
perubahan massa menjadi energi. Hal ini terjadi ketika suatu benda berubah
menjadi energi kinetik/energi potensial dan sebaliknya. Karena massa dan energi
berhubungan, dalam suatu sistem yang mendapat/mengeluarkan energi, massa
dalam jumlah yang sangat sedikit akan tercipta/hilang dari sistem. Namun
demikian, dalam hampir seluruh peristiwa yang melibatkan perubahan energi,
hukum kekekalan massa dapat digunakan karena massa yang berubah sangatlah
sedikit.
Contoh hukum kekekalan massa :
Reaksi kimia, dimana massa pereaksi harus sama dengan massa produk.
Hukum kekekalan massa dapat terlihat pada reaksi pembentukan hidrogen dan
oksigen dari air. Bila hidrogen dan oksigen dibentuk dari 36 g air, maka bila
reaksi berlangsung hingga seluruh air habis, akan diperoleh massa campuran
produk hidrogen dan oksigen sebesar 36 g. Bila reaksi masih menyisakan air,
maka massa campuran hidrogen, oksigen dan air yang tidak bereaksi tetap sebesar
36 g.
Air -> Hidrogen + Oksigen
(36 g) (36 g)

15
Kekekalan massa vs penyimpangan
Ketika energi seperti panas atau cahaya diijinkan masuk ke dalam atau
keluar dari sistem, asumsi hukum kekekalan massa tetap dapat digunakan. Hal ini
disebabkan massa yang berubah karena adanya perubahan energi sangatlah
sedikit. Sebagai contoh adalah perubahan yang terjadi pada peristiwa meledaknya
TNT. Satu gram TNT akan melepaskan 4,16 kJ energi ketika diledakkan. Namun
demikian, energi yang terdapat dalam satu gram TNT adalah sebesar 90 TJ (kira-
kira 20 miliar kali lebih banyak). Dari contoh ini dapat terlihat bahwa massa yang
akan hilang karena keluarnya energi dari sistem akan jauh lebih kecil (dan bahkan
tidak terukur) dari jumlah energi yang tersimpan dalam massa materi.
Penyimpangan
Penyimpangan hukum kekekalan massa dapat terjadi pada sistem terbuka
dengan proses yang melibatkan perubahan energi yang sangat signifikan seperti
reaksi nuklir. Salah satu contoh reaksi nuklir yang dapat diamati adalah reaksi
pelepasan energi dalam jumlah besar pada bintang. Hubungan antara massa dan
energi yang berubah dijelaskan oleh Albert Einstein dengan persamaan E = m.c2.
E merupakan jumlah energi yang terlibat, m merupakan jumlah massa yang
terlibat dan c merupakan konstanta kecepatan cahaya. Namun, perlu diperhatikan
bahwa pada sistem tertutup, karena energi tidak keluar dari sistem, massa dari
sistem tidak akan berubah.

Hukum Kekelan Energi


Hukum Kekekalan Energi disebut juga sebagai Hukum Termodinamika I.
Hukum ini ditemukan berkat beberapa percobaan yang dilakukan James Prescott
Joule (1818–1889), seorang ahli fisika berkebangsaan Inggris.
Bunyi hukum termodinamila 1
―Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat
diubah dari bentuk energi satu ke bentuk energi yang lain‖. Sebagai penghargaan
atas jasanya, nama James Prescott Joule diabadikan sebagai nama satuan energi,
yaitu joule. Joule merupakan satuan menurut Sistem Internasional (SI), dengan
rincian :

16
joule = newton × meter
(J) = kg . m . s-2 × m
= kg . m2 . s-2
Dalam termokimia, energi yang akan kita pelajari adalah energi yang
berlangsung dalam reaksi kimia. Perhitungan energi dalam reaksi kimia
menggunakan besaran yang disebut entalpi atau H. Entalpi tidak dapat berdiri
sendiri, namun berkaitan erat dengan energi dalam atau E, dan kerja (w) yang
dilakukan oleh sistem.
(1) Energi dalam
Energi dalam disebut juga internal energy (E) yang merupakan ―jumlah
energi― dari semua bentuk energi yang dimiliki oleh sistem molekul atau
benda. Energi dalam terdiri dari energi kinetik dan energi potensial. Energi
dalam suatu sistem dapat berubah bila sistem menyerap atau melepas panas.
Energi dalam akan bertambah apabila :
 Sistem menyerap/menerima panas
 Sistem menerima kerja
Energi dalam berkurang apabila :
 Sistem melepaskan panas
 Sistem melakukan kerja
Energi dalam dari suatu sistem tidak dapat diukur, namun perubahannya
dapat diukur dan dinyatakan sebagai ΔE dengan perumusan sebagai berikut:

(2) Kalor
Kalor adalah energi yang berpindah dari sistem ke lingkungan atau
sebaliknya, dikarenakan adanya perbedaan suhu di antara keduanya. Kalor
dapat berpindah dengan tiga macam cara:
 Konduksi (hantaran), yaitu perpindahan kalor melalui media
 Konveksi, yaitu aliran kalor melalui partikel-partikel yang bergerak
 Radiasi, yaitu kalor memancar ke segala arah tanpa media

17
Gambar 1.2 Contoh perpindahan kalor
o Konduksi, panas dari api kompor merambat dasar panci melalui
pengaduk sampai keujungnya.
o Konveksi, panas dari api kompor merambat melalui partikel-
partikel air di dasar panci naik sampai kepermukaan.
Adapun jumlah kalor yang berpindah dari sistem ke lingkungan
tergantung dari massa benda (m), kalor jenis (c), kapasitas kalor (C), dan
perubahan suhu ( ∆T), sehingga untuk menghitung kalor dirumuskan
sebagai berikut :

atau
Dimana :
q = kalor yang diserap atau dilepas
Bila sistem menyerap kalor, q bertanda positif
Bila sistem melepas kalor, q bertanda negatif
m = massa zat
c = kalor jenis zat
T = perubahan suhu dari sistem
C = kapasitas kalor
(3) Kerja
Kerja (work = w) adalah bentuk energi yang dipertukarkan dan dapat
dinyatakan sebagai gaya yang bekerja melalui suatu jarak tertentu. Dengan
kata lain, dapat dinyatakan bahwa kerja adalah hasil kali antara gaya dan
jarak yang dirumuskan sebagai berikut :
w=Fh
sedangkan : F = P A

18
maka : w=PAh
karena : A x h = perubahan volume
maka :

Satuan gaya menurut Satuan Internasional (SI) adalah joule. Jika P dalam
atm dan V dalam liter, maka w = P (atm) × ∆V (L). Untuk gas ideal, besarnya
kerja adalah hasil kali antara perbandingan mol gas hasil reaksi dan pereaksi
dengan perubahan suhu atau w = nRT. Akibatnya, berpengaruh terhadap
perubahan E dalam dan perubahan entalpi. Adapun hubungan perubahan
energi dan jumlah mol gas dalam suhu adalah :
∆H = ∆E + ∆nRT
Dimana :
∆H = perubahan energi
∆E = perubahan energi dalam
n = mol
∆n = Σ mol gas hasil reaksi - Σ mol gas pereaksi
T = suhu reaksi
Lalu bagaimana cara mengubah L.atm menjadi joule? Kalian dapat
menemukan jawaban yang tepat dengan menengok penjelasan sebelumnya.

Secara matematis, Hukum Termodinamika I dapat dinyatakan dalam rumus


berikut :

Dimana :
E = perubahan energi dalam (J)
q = jumlah kalor yang diserap atau dilepas (J)
W = kerja (J)

19
(4) Entalpi
Entalpi disebut juga sebagai heat content (H), yakni besarnya kalor reaksi
yang diukur pada tekanan tetap. Hubungan entalpi dengan energi dalam dapat
dilihat dari perumusan berikut :
∆H = ∆E + w
dengan : w = P × ∆V, sehingga :
∆H = ∆E + (P × ∆V)
Entalpi dari suatu reaksi tidak dapat diukur, namun demikian perubahan
entalpinya dapat diketahui. Entalpi secara keseluruhan dihitung dengan rumus
berikut.

Dimana :
Hp = jumlah entalpi produk/hasil reaksi
Hr = jumlah entalpi reaktan/pereaksi
1.4 Satuan SI untuk Pengukuran
Sistem Satuan Internasional (nama aslinya dalam bahasa Perancis: Système
International d'Unités atau SI) adalah sistem satuan atau besaran yang paling
umum digunakan. Pada awalnya sistem ini merupakan sistem MKS, yaitu panjang
(meter), massa (kilogram), dan waktu (detik/sekon). Sistem SI ini secara resmi
digunakan di semua negara di dunia kecuali Amerika Serikat (yang menggunakan
Sistem Imperial), Liberia, dan Myanmar.
Dalam sistem SI terdapat 7 satuan dasar/pokok SI dan 2 satuan tanpa
dimensi. Selain itu, dalam sistem SI terdapat standar awalan-awalan (prefix) yang
dapat digunakan untuk penggandaan atau menurunkan satuan-satuan yang lain.
(SI) menspesifikasikan tujuh satuan dasar SI dari semua satuan pengukuran yang
terbentuk. Unit-unit lainnya disebut satuan turunan SI dan juga dianggap sebagai
bagian dari standar tersebut. Satuan SI mendunia setelah 'Le Système
International d'Unités, Prancis memilih untuk menggunakan sistem universal,
terpadu dan mandiri-konsisten unit pengukuran yang berdasarkan sistem MKS
(meter-kilogram-sekon). Nama dari satuan SI selalu ditulis dalam huruf kecil.

20
Simbol satuan berasal dari nama orang, selalu dengan huruf awal kapital
(misalnya, adalah simbol hertz (Hz), tetapi meter menjadi m).
Satuan dasar dapat dikombinasikan untuk mendapatkan satuan pengukuran
besaran lainnya. Sebagai tambahan dari dua satuan tanpa dimensi yaitu radian
(rad) dan steradian (sr), 20 satuan turunan lainnya memiliki nama khusus. Nama
satuan yang berasal dari satuan dasar SI. Nama satuan yang berasal dari satuan
dasar [SI].
Tabel 1.2 Nama satuan yang berasal dari satuan dasar
Nama satuan yang berasal dari satuan dasar SI
Ekspresi dalam
Ekspresi dalam
Nama Simbol Kuantitas hal satuan dasar
hal unit lain
SI
hertz Hz frekuensi 1/s s−1
satuan tak
radian Rad sudut m/m
berdimensi
satuan tak
steradian Sr Sudut ruang m2/m2
berdimensi
newton N gaya, berat kg•m/s 2
kg•m•s−2
pascal Pa Tekanan N/m2 kg•m−1•s−2
joule J Energi, usaha, kalor N•m = C•V = W•s kg•m2•s−2
watt W Daya J/s = V•A kg•m2•s−3
coulomb C Muatan listrik s•A s•A
Tegangan listrik,
volt V perbedaan potensial, W/A = J/C kg•m2•s−3•A−1
gaya gerak listrik
farad F Kapasitansi C/V kg−1•m−2•s4•A2
ohm Ω Tahanan, Impedansi V/A kg•m2•s−3•A−2
Siemens S Konduktansi, Admitansi 1/Ω = A/V kg−1•m−2•s3•A2
Weber Wb Fluks magnet J/A kg•m2•s−2•A−1
V•s/m2 = Wb/m2 =
tesla T Medan magnet kg•s−2•A−1
N/(A•m)
henry H induktansi V•s/A = Wb/A kg•m2•s−2•A−2
suhu relatif hingga
celsius °C K K
273.15 K
lumen Lm fluks cahaya cd•sr cd
lux Lx Iluminasi lm/m 2
m−2•cd
radioaktivitas (decays
becquerel Bq 1/s s−1
per satuan waktu)
gray Gy dosis penyerapan (dari J/kg m2•s−2

21
Nama satuan yang berasal dari satuan dasar SI
Ekspresi dalam
Ekspresi dalam
Nama Simbol Kuantitas hal satuan dasar
hal unit lain
SI
radiasi pengion)
dosis ekivalen (dari
sievert Sv J/kg m2•s−2
radiasi pengion)
katal Kat Aktivitas katalis mol/s s−1•mol
Satuan umum lainnya, seperti liter, bukan merupakan satuan SI, tetapi
diterima untuk digunakan dengan SI.
Tabel 1.3 Tujuh satuan dasar/pokok SI
Besaran Lambang Simbol
No Nama unit
pokok unit besaran
1 Panjang Meter m l
2 Massa Kilogram kg m
3 Waktu Sekon s t
4 Suhu Kelvin K T
5 Arus listrik Ampere A i
Intensitas
6 Kandela cd j
cahaya
Jumlah
7 Mol Mol n
molekul
Dua satuan SI tanpa dimensi adalah radian (rad) dan steradian (sr).

Pengertian Pengukuran
Konsep: Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran
yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Misalnya, kamu
melakukan kegiatan pengukuran panjang meja dengan pensil. Dalam kegiatan
tersebut artinya kamu membandingkan panjang meja dengan panjang pensil.
Panjang pensil yang kamu gunakan adalah sebagai satuan. Sesuatu yang dapat
diukur dan dapat dinyatakan dengan angka disebut besaran, sedangkan
pembanding dalam suatu pengukuran disebut satuan. Satuan yang digunakan
untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang sama atau tetap untuk semua
orang disebut satuan baku, sedangkan satuan yang digunakan untuk melakukan
pengukuran dengan hasil yang tidak sama untuk orang yang berlainan disebut
satuan tidak baku.

22
Besaran Pokok dan Besaran Turunan
Konsep: Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah didefinisikan
terlebih dahulu. Besaran Turunan adalah besaran yang satuannya diperoleh dari
besaran pokok. Pengertian Besaran Fisika, Besaran Pokok, dan Besaran Turunan.
Di dalam pembicaraan kita sehari-hari yang dimaksud dengan berat
badan adalah massa, sedangkan dalam fisika pengertian berat dan massa berbeda.
Berat badan dapat kita tentukan dengan menggunakan alat timbangan berat badan.
Misalnya, setelah ditimbang berat badanmu 50 kg atau dalam fisika bermassa 50
kg. Tinggi atau panjang dan massa adalah sesuatu yang dapat kita ukur dan dapat
kita nyatakan dengan angka dan satuan. Panjang dan massa merupakan
besaran fisika. Jadi, besaran fisika adalah ukuran fisis suatu benda
yang dinyatakan secara kuantitas.
Selain besaran fisika juga terdapat besaran-besaran yang bukan besaran
fisika, misalnya perasaan sedih, gembira, dan lelah. Karena perasaan tidak dapat
diukur dan tidak dapat dinyatakan dengan angka dan satuan, maka perasaan bukan
besaran fisika. Besaran fisika dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran
pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang sudah ditetapkan
terlebih dahulu. Adapun, besaran turunan merupakan besaran yang dijabarkan dari
besaran-besaran pokok.
Sistem satuan besaran fisika pada prinsipnya bersifat standar atau baku,
yaitu bersifat tetap, berlaku universal, dan mudah digunakan setiap saat dengan
tepat. Sistem satuan standar ditetapkan pada tahun 1960 melalui pertemuan para
ilmuwan di Sevres, Paris. Sistem satuan yang digunakan dalam dunia
pendidikan dan pengetahuan dinamakan sistem metrik, yang
dikelompokkan menjadi sistem metrik besar atau MKS (Meter Kilogram Second)
yang disebut sistem internasional atau disingkat SI dan sistem metrik kecil atau
CGS (Centimeter Gram Second).

23
Tabel 1.4 Besaran pokok dan besaran turunan beserta dengan satuannya

Besaran Pokok
Selain tujuh besaran pokok di atas, terdapat dua besaran pokok tambahan,
yaitu sudut bidang datar dengan satuan radian (rad) dan sudut ruang dengan
satuan steradian (sr).
Tabel 1.5 Beberapa besaran turunan beserta satuannya

Sistem Internasional
Dahulu orang biasa menggunakan jengkal, hasta, depa, langkah sebagai
alat ukur panjang. Ternyata hasil pengukuran yang dilakukan menghasilkan data
berbeda-beda yang berakibat menyulitkan dalam pengukuran, karena jengkal
orang satu dengan lainnya tidak sama. Oleh karena itu, harus ditentukan dan

24
ditetapkan satuan yang dapat berlaku secara umum. Usaha para ilmuwan melalui
berbagai pertemuan membuahkan hasil sistem satuan yang berlaku di negara
manapun dengan pertimbangan satuan yang baik harus memiliki syarat-syarat
sebagai berikut :
 Satuan selalu tetap, artinya tidak mengalami perubahan karena
pengaruh apapun, misalnya suhu, tekanan dan kelembaban.
 Bersifat internasional, artinya dapat dipakai di seluruh negara.
 Mudah ditiru bagi setiap orang yang akan menggunakannya.
Satuan Sistem Internasional (SI) digunakan di seluruh negara dan berguna
untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan perdagangan antarnegara. Kamu
dapat membayangkan betapa kacaunya perdagangan apabila tidak ada satuan
standar, misalnya satu kilogram dan satu meter kubik.
(1) Satuan internasional untuk panjang
Hasil pengukuran besaran panjang biasanya dinyatakan dalam satuan
meter, centimeter, milimeter, atau kilometer. Satuan besaran panjang dalam
SI adalah meter. Pada mulanya satu meter ditetapkan sama dengan panjang
sepersepuluh juta (1/10000000) dari jarak kutub utara ke khatulistiwa melalui
Paris. Kemudian dibuatlah batang meter standar dari campuran Platina-
Iridium. Satu meter didefinisikan sebagai jarak dua goresan pada batang
ketika bersuhu 0ºC. Meter standar ini disimpan di International Bureau of
Weights and Measure di Sevres, dekat Paris.
Batang meter standar dapat berubah dan rusak karena dipengaruhi suhu, serta
menimbulkan kesulitan dalam menentukan ketelitian pengukuran. Oleh
karena itu, pada tahun 1960 definisi satu meter diubah. Satu meter
didefinisikan sebagai jarak 1650763,72 kali panjang gelombang sinar jingga
yang dipancarkan oleh atom gas krypton-86 dalam ruang hampa pada suatu
lucutan listrik.
Pada tahun 1983, Konferensi Internasional tentang timbangan dan ukuran
memutuskan bahwa satu meter merupakan jarak yang ditempuh cahaya pada
selang waktu 1/299792458 sekon. Penggunaan kecepatan cahaya ini, karena
nilainya dianggap selalu konstan.

25
(2) Satuan internasional untuk massa
Besaran massa dalam SI dinyatakan dalam satuan kilogram (kg). Pada
mulanya para ahli mendefinisikan satu kilogram sebagai massa sebuah
silinder yang terbuat dari bahan campuran Platina dan Iridium yang disimpan
di Sevres, dekat Paris. Untuk mendapatkan ketelitian yang lebih baik, massa
standar satu kilogram didefinisikan sebagai massa satu liter air murni pada
suhu 4ºC.
(3) Satuan internasional untuk waktu
Besaran waktu dinyatakan dalam satuan detik atau sekon dalam SI. Pada
awalnya satuan waktu dinyatakan atas dasar waktu rotasi bumi pada
porosnya, yaitu 1 hari. Satu detik didefinisikan sebagai 1/26400 kali satu hari
rata-rata. Satu hari rata-rata sama dengan 24 jam = 24 x 60 x 60 = 86400
detik. Karena satu hari matahari tidak selalu tetap dari waktu ke waktu, maka
pada tahun 1956 para ahli menetapkan definisi baru. Satu detik adalah selang
waktu yang diperlukan oleh atom cesium-133 untuk melakukan getaran
sebanyak 9192631770 kali.

Konversi Satuan Panjang, Massa, dan Waktu


Setiap besaran memiliki satuan yang sesuai. Penggunaan satuan suatu
besaran harus tepat, sebab apabila tidak sesuai akan berkesan janggal bahkan lucu.
Misalnya seseorang mengatakan tinggi badannya 150ºC, orang lain yang
mendengar mungkin akan tersenyum karena hal itu salah. Demikian pula dengan
pernyataan bahwa suhu badan orang yang sehat biasanya 36 meter, terdengar
janggal.
Hasil suatu pengukuran belum tentu dinyatakan dalam satuan yang sesuai
dengan keinginan kita atau yang kita perlukan. Contohnya panjang meja 1,5 m,
sedangkan kita memerlukan dalam satuan cm, satuan gram dinyatakan dalam
kilogram, dari satuan milisekon menjadi sekon. Untuk mengonversi atau
mengubah dari suatu satuan ke satuan yang lainnya diperlukan tangga konversi.
Gambar di bawah menunjukkan tangga konversi panjang, massa, dan waktu,
beserta dengan langkah-langkah penggunaannya.

26
Gambar 1.3 Tangga konversi panjang

Awalan satuan dan sistem satuan di luar sistem metrik


Di samping satuan sistem metrik, juga dikenal satuan lainnya yang sering
dipakai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya liter, inci, yard, feet, mil, ton, dan
ons. Satuan-satuan tersebut dapat dikonversi atau diubah ke dalam satuan sistem
metrik dengan patokan yang ditentukan. Konversi besaran panjang menggunakan
acuan sebagai berikut :
 1 mil = 1760 yard (1 yard adalah jarak pundak sampai ujung jari tangan
orang dewasa).
 1 yard = 3 feet (1 feet adalah jarak tumit sampai ujung jari kaki orang
dewasa).
 1 feet = 12 inci (1 inci adalah lebar maksimal ibu jari tangan orang
dewasa).
 1 inci = 2,54 cm
 1 cm = 0,01 m
Satuan mil, yard, feet, inci tersebut dinamakan satuan sistem Inggris. Untuk
besaran massa berlaku juga sistem konversi dari satuan sehari-hari maupun sistem
Inggris ke dalam sistem SI. Contohnya sebagai berikut.
 1 ton = 1000 kg
 1 kuintal = 100 kg
 1 slug = 14,59 kg
 1 ons (oz) = 0,02835 kg

27
 1 pon (lb) = 0,4536 kg
Satuan waktu dalam kehidupan sehari-hari dapat dikonversi ke dalam sistem SI
yaitu detik atau sekon. Contohnya sebagai berikut.
 1 tahun = 3,156 x 10pangkat 7 detik
 1 hari = 8,640 x 10 pangkat4 detik
 1 jam = 3600 detik
 1 menit = 60 detik
Di dalam sistem metrik juga dikenal sistem awalan dari sistem MKS baik ke
sistem makro maupun ke sistem mikro. Perhatikan Tabel berikut ini.
Tabel 1.6 Awalan satuan sistem metrik besaran panjang

Penelitian jagad mikro dengan konversi sistem mikro banyak berkembang


dalam bidang teknolgi dewasa ini, contohnya teknologi nano yang menyelidiki
jagad renik seperti sel, virus, bakteriofage, dan DNA. Adapun penelitian jagad
makro menggunakan konversi sistem makro karena objek penelitiannya
mencakup wilayah lain dari jagad raya, yaitu objek alam semesta di luar bumi.
(1) Mengonversi satuan besaran turunan
Besaran turunan memiliki satuan yang dijabarkan dari satuan
besaranbesaran pokok yang mendefinisikan besaran turunan tersebut. Oleh
karena itu, seringkali dijumpai satuan besaran turunan dapat berkembang

28
lebih dari satu macam karena penjabarannya dari definisi yang berbeda.
Sebagai contoh, satuan percepatan dapat ditulis dengan m/s2 dapat juga
ditulis dengan N/kg. Satuan besaran turunan dapat juga dikonversi.
Perhatikan beberapa contoh di bawah ini!
 1 dyne = 105 newton
 1 erg = 10-7 joule
 1 kalori = 0,24 joule
 1 kWh = 3,6 x 106 joule
 1 liter = 10 -3 m3 = 1 dm3
 1 ml = 1 cm3 = 1 cc
 1 atm = 1,013 x 105 pascal
 1 gauss = 10-4 tesla
(2) Pengukuran besaran fisika
Peranan pengukuran dalam kehidupan sehari-hari sangat penting. Seorang
tukang jahit pakaian mengukur panjang kain untuk dipotong sesuai dengan
pola pakaian yang akan dibuat dengan menggunakan meteran pita. Penjual
daging menimbang massa daging sesuai kebutuhan pembelinya dengan
menggunakan timbangan duduk.
Seorang petani tradisional mungkin melakukan pengukuran panjang dan lebar
sawahnya menggunakan satuan bata, dan tentunya alat ukur yang digunakan
adalah sebuah batu bata. Tetapi seorang insinyur sipil mengukur lebar jalan
menggunakan alat meteran kelos untuk mendapatkan satuan meter.
Ketika kita mengukur panjang meja dengan penggaris, misalnya didapat
panjang meja 100 cm, maka panjang meja merupakan besaran, 100
merupakan hasil dari pengukuran sedangkan cm adalah satuannya. Beberapa
aspek pengukuran yang harus diperhatikan yaitu ketepatan (akurasi), kalibrasi
alat, ketelitian (presisi), dan kepekaan (sensitivitas). Dengan aspek-aspek
pengukuran tersebut diharapkan mendapatkan hasil pengukuran yang akurat
dan benar.
Berikut ini akan kita bahas pengukuran besaran-besaran fisika, meliputi
panjang, massa, dan waktu.

29
Pengukuran panjang
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang benda haruslah sesuai
dengan ukuran benda. Sebagai contoh, untuk mengukur lebar buku kita
gunakan pengaris, sedangkan untuk mengukur lebar jalan raya lebih mudah
menggunakan meteran kelos.
Pengukuran panjang dengan mistar
Penggaris atau mistar berbagai macam jenisnya, seperti penggaris yang
berbentuk lurus, berbentuk segitiga yang terbuat dari plastik atau logam,
mistar tukang kayu, dan penggaris berbentuk pita (meteran pita). Mistar
mempunyai batas ukur sampai 1 meter, sedangkan meteran pita dapat
mengukur panjang sampai 3 meter. Mistar memiliki ketelitian 1 mm atau 0,1
cm.

Gambar 1.4 Mistar ukur

Alat ukur panjang


Posisi mata harus melihat tegak lurus terhadap skala ketika membaca skala
mistar. Hal ini untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran
akibat beda sudut kemiringan dalam melihat atau disebut dengan kesalahan
paralaks.
Pengukuran panjang dengan jangka sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur
sampai 10 cm dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong juga
dapat digunakan untuk mengukur diameter cincin dan diameter bagian dalam
sebuah pipa. Bagian-bagian penting jangka sorong yaitu:
1. rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm
2. rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius
mempunyai selisih 1 mm.

30
Gambar 1.5 Jangka sorong

Pengukuran panjang dengan mikrometer sekrup


Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm.
Mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai
ukuran kecil dan tipis, seperti mengukur ketebalan plat, diameter kawat, dan
onderdil kendaraan yang berukuran kecil. Bagian-bagian dari mikrometer
adalah rahang putar, skala utama, skala putar, dan silinder bergerigi. Skala
terkecil dari skala utama bernilai 0,1 mm, sedangkan skala terkecil untuk
skala putar sebesar 0,01 mm. Berikut ini gambar bagian-bagian dari
mikrometer.

Gambar 1.6 Mikrometer sekrup

Pengukuran massa benda


Timbangan digunakan untuk mengukur massa benda. Prinsip kerjanya
adalah keseimbangan kedua lengan, yaitu keseimbangan antara massa benda
yang diukur dengan anak timbangan yang digunakan. Dalam dunia
pendidikan sering digunakan neraca O’Hauss tiga lengan atau dua lengan.
Perhatikan beberapa alat ukur berat berikut ini.
Bagian-bagian dari neraca O’Hauss tiga lengan adalah sebagai berikut:
• Lengan depan memiliki skala 0—10 g, dengan tiap skala bernilai 1 g

31
• Lengan tengah berskala mulai 0—500 g, tiap skala sebesar 100 g
• Lengan belakang dengan skala bernilai 10 sampai 100 g, tiap skala 10 g

Gambar 1.7 Neraca


Pengukuran besaran waktu
Berbagai jenis alat ukur waktu misalnya: jam analog, jam digital, jam
dinding, jam atom, jam matahari, dan stopwatch. Dari alat-alat tersebut,
stopwatch termasuk alat ukur yang memiliki ketelitian cukup baik, yaitu
sampai 0,1 s.

Gambar 1.8 Alat ukur waktu

Suhu dan Pengukurannya


(1) Pengertian suhu
Ukuran derajat panas dan dingin suatu benda tersebut dinyatakan dengan
besaran suhu. Jadi, suhu adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran
derajat panas atau dinginnya suatu benda.
(2) Termometer sebagai alat ukur suhu
Suhu termasuk besaran pokok. Alat untuk untuk mengukur besarnya suhu
suatu benda adalah termometer. Termometer yang umum digunakan adalah
termometer zat cair dengan pengisi pipa kapilernya adalah raksa atau alkohol.

32
Pertimbangan dipilihnya raksa sebagai pengisi pipa kapiler termometer
adalah sebagai berikut :
 Raksa tidak membasahi dinding kaca.
 Raksa merupakan penghantar panas yang baik.
 Kalor jenis raksa rendah akibatnya dengan perubahan panas yang
kecil cukup dapat mengubah suhunya.
 Jangkauan ukur raksa lebar karena titik bekunya -39ºC dan titik
didihnya 357ºC.
Pengukuran suhu yang sangat rendah biasanya menggunakan termometer
alkohol. Alkohol memiliki titik beku yang sangat rendah, yaitu -114ºC.
Namun demikian, termometer alkohol tidak dapat digunakan untuk mengukur
suhu benda yang tinggi sebab titik didihnya hanya 78ºC.
Pada pembuatan termometer terlebih dahulu ditetapkan titik tetap atas dan
titik tetap bawah. Titik tetap termometer tersebut diukur pada tekanan 1
atmosfer. Di antara kedua titik tetap tersebut dibuat skala suhu. Penetapan
titik tetap bawah adalah suhu ketika es melebur dan penetapan titik tetap atas
adalah suhu saat air mendidih. Berikut ini adalah penetapan titik tetap pada
skala termometer:
 Termometer Celcius : Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas
diberi angka 100. Diantara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 100
skala.
 Termometer Reaumur : Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap
atas diberi angka 80. Di antara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi
menjadi 80 skala.
 Termometer Fahrenheit : Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap
atas diberi angka 212. Suhu es yang dicampur dengan garam ditetapkan
sebagai 0ºF. Di antara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 180
skala.
 Termometer Kelvin : Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka
nol. Titik ini disebut suhu mutlak, yaitu suhu terkecil yang dimiliki benda
ketika energi total partikel benda tersebut nol. Kelvin menetapkan suhu es

33
melebur dengan angka 273 dan suhu air mendidih dengan angka 373.
Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas termometer Kelvin dibagi
100 skala.
Titik tetap termometer :
Perbandingan skala antara temometer Celcius, termometer Reaumur, dan
termometer Fahrenheit adalah:
C : R : F = 100 : 80 : 180
C:R:F=5:4:9
Dengan memperhatikan titik tetap bawah 0ºC = 0ºR = 32ºF, maka hubungan
skala C, R, dan F dapat ditulis sebagai berikut :
tº C = 5/4 tºR
tº C = 5/9 (tºF – 32)
tº C = 4/9 (tºF – 32)
Hubungan skala Celcius dan Kelvin adalah :
t K = tºC + 273 K
Kita dapat menentukan sendiri skala suatu termometer. Skala termometer yang
kita buat dapat dikonversikan ke skala termometer yang lain apabila pada saat
menentukan titik tetap kedua termometer berada dalam keadaan yang sama.
Misalnya, kita akan menentukan skala termometer X dan Y. Termometer X
dengan titik tetap bawah Xb dan titik tetap atas Xa. Termometer Y dengan titik
tetap bawah Yb dan titik tetap atas Ya. Titik tetap bawah dan titik tetap atas
kedua termometer di atas adalah suhu saat es melebur dan suhu saat air
mendidih pada tekanan 1 atmosfer. Dengan membandingkan perubahan suhu
dan interval kedua titik tetap masing-masing termometer, diperoleh hubungan
sebagai berikut :
(Tx -Xb)/(Xa- Xb)=(Ty- Yb)/( Ya- Yb)
Keterangan :
Xa = titik tetap atas termometer X
Xb = titik tetap bawah termometer X
Tx = suhu pada termometer X
Ya = titik tetap atas termometer Y

34
Yb = titik tetap bawah termometer Y
Ty = suhu pada termometer Y
Konversi skala termometer
Termometer air raksa.
Seperti kita ketahui bahwa zat cair sebagai bahan pengisi termometer ada dua
macam, yaitu air raksa dan alkohol. Nah, ternyata zat cair tersebut memiliki
beberapa keuntungan dan kerugian.
Berikut ini beberapa keuntungan air raksa sebagai pengisi termometer, antara
lain :
 Air raksa tidak membasahi dinding pipa kapiler, sehingga pengukurannya
menjadi teliti.
 Air raksa mudah dilihat karena mengkilat.
 Air raksa cepat mengambil panas dari suatu benda yang sedang diukur.
 Jangkauan suhu air raksa cukup lebar, karena air raksa membeku pada
suhu – 400C dan mendidih pada suhu 3600C.
 Volume air raksa berubah secara teratur.
Selain beberapa keuntungan, ternyata air raksa juga memiliki beberapa
kerugian, antara lain :
 Air raksa harganya mahal.
 Air raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah.
 Air raksa termasuk zat beracun sehingga berbahaya apabila tabungnya
pecah.
Termometer alkohol
Keuntungan menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain :
 Alkohol harganya murah.
 Alkohol lebih teliti, sebab untuk kenaikan suhu yang kecil ternyata alkohol
mengalami perubahan volume yang besar.
 Alkohol dapat mengukur suhu yang sangat rendah, sebab titik beku
alkohol –1300C.
Kerugian menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain:

35
o Membasahi dinding kaca.
o Titik didihnya rendah (780C)
o Alkohol tidak berwarna, sehingga perlu memberi pewarna dahulu
agar dapat dilihat.
Mengapa air tidak dipakai dilihat.untuk mengisi tabung termometer?
Alasannya karena air membasahi dinding kaca, jangkauan suhunya terbatas,
perubahan volumenya kecil, penghantar panas yang jelek.
Memperhatikan dan menerapkan keselamatan kerja dalam pengukuran
Belajar fisika tidak dapat dipisahkan dari kegiatan laboratorium. Dalam
melaksanakan percobaan dan kegiatan di laboratorium mungkin saja terjadi
kecelakaan. Oleh karena itu, penting sekali untuk menjaga keselamatan dalam
bekerja. Salah satu usaha menjaga keselamatan kerja dan mencegah terjadinya
kecelakaan adalah dengan memperhatikan dan melaksanakan tata tertib di
laboratorium.
Mengapa kecelakaan dapat terjadi? Kecelakaan di laboratorium dapat terjadi
disebabkan beberapa hal, antara lain:
1) Tidak mematuhi tata tertib laboratorium
2) Tidak bersikap baik dalam melaksanakan kegiatan laboratorium
3) Kurangnya pemahaman dan pengetahuan terhadap alat, bahan, serta
cara penggunaannya
4) Kurangnya penjelasan dari guru atau tenaga laboratorium, dan
5) Tidak menggunakan alat pelindung.
Adapun bahaya-bahaya yang mungkin perlu diantisipasi di lingkungan
laboratorium adalah sebagai berikut:
1) Luka bakar akibat panas
2) Bahaya listrik
3) Bahaya radioaktif, dan
4) Bahaya kebakaran.

36
SESI PERKULIAHAN KE: 3 - 4

TIK : Setelah mengikuti pelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu


menjelaskan tentang :
1. Perkembangan teori atom
2. Stuktur atom

Pokok Bahasan : Teori dan Struktur Atom


Deskripsi singkat :
Bab ini menjelaskan mengenai : teori atom dan stuktur atom

Daftar Pustaka :

1. Brown, L. S., Holme, T. A., 2006, Chemistry for Engineering Students,


Kanada,Thomson Books/Cole.
2. Kleinfelter, Wood,1986, Kimia Untuk Universitas, jilid 1. Edisi Keenam
Diterjemahkan oleh Hadyana Pudjaatmaka, Jakarta, Penerbit Erlangga.

Pertanyaan Kunci/Tugas :
1. Jelaskan secara singkat teori perkembangan atom.
2. Diantara struktur atom yang terpenting untuk dipahami adalah elektron,
mengapa?.

37
BAB II
TEORI DAN STRUKTUR ATOM

2.1 Teori Atom


Hukum-hukum dasar dalam ilmu kimia telah ditemukan dan
dikembangkan sejak awal abad 19. Pada saat itu banyak ilmuwan mengemukakan
teorinya seperti hukum kekekalan massa oleh Lomorosof (1756), Hukum
perbandingan tetap oleh Proust (1797), hukum kelipatan perbandingan oleh
Dalton (1803). Selanjutnya Dalton menghasilkan hipotesis bahwa zat tidak
bersifat kontinyu, melainkan terdiri atas partikel-partikel kecil yang disebut atom.
Atom-atom dari unsur tertentu adalah identik. Keberhasilan dari teori atom
Dalton dalam menerangkan hukum kekekalan massa dan hukum perbandingan
tetap, serta dukungan yang diperoleh dari banyak hasil eksperimen membuat teori
ini sebagai salah satu penemuan yang besar pada waktu itu.
Dalton menganggap atom sebagai bola kaku yang tidak dapat diuraikan
lagi menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Pandangan ini ternyata tidak benar,
karena atom sesungguhnya terbentuk dari partikel yang lebih kecil. Telah
ditemukan sejumlah partikel sub atom, seperti elektron, proton dan netron yang
sangat penting dalam menjelaskan sifat-sifat kimiawi.

2.2 Struktur Atom


Dalam atom terdapat inti atom yang kecil dan rapat. Inti atom terdiri dari
netron dan proton, serta dikelilingi oleh elektron-elektron.
Tabel 2.1 Partikel-partikel yang terdapat dalam atom

Nama Letaknya Massa


Muatan Simbol
Partikel dalam Atom Relatif
Proton Inti +1 p, 11 p , 11H 1

1
Elektron Sekeliling inti -1 e, 11e , 10e
1837

Neutron Inti 0 n, 01n 1

38
(1) Nomor atom
Jumlah proton merupakan identitas dari suatu unsur. Nomor atom
menunjukkan jumlah proton dalam atom. Untuk atom-atom netral, jumlah
proton sama dengan jumlah elektron, karena muatan keduanya saling
menetralisir satu sama lain. Sebagai contoh natrium (Na) mempunyai 11
proton dalam intinya dan inti tersebut dikelilingi oleh 11 elektron. Jumlah
elektron atau elektron tidak menjadi masalah, karena identitas suatu unsur
selalu ditentukan oleh jumlah proton atau nomor atom.
(2) Nomor massa
Proton, elektron dan netron merupakan partikel yang sangat kecil. Proton
dan netron mempunyai massa 1,27 x 10-24 gram, sedangkan elektron lebih
1
ringan dan hanya mempunyai massa massa proton. Ternyata massa
1837
elektron sangat kecil bila dibandingkan dengan massa proton dan massa
netron. Nomor massa menyatakan jumlah proton dan netron yang terdapat
dalam inti atom.
Nomor massa = proton + netron

M=p+n

Contoh : Atom karbon C mempunyai 6 proton dan 6 netron. Nomor atom dari
atom C = 6 dan nomor massa = 12. Dapat dituliskan dengan dengan
simbol 12C atau 126C . Secara umum digunakan simbol
M
Z X

X menyatakan unsur
Z menyatakan nomor atom
M menyatakan nomor massa
(3) Isotop
Pada tahun 1913, Soddy membuktikan bahwa unsur neon dengan simbol
atom Ne mempunyai tiga jenis atom. Salah satu atom Ne mempunyai massa
20 dan atom lainnya mempunyai mempunyai nomor massa 22 dan 21. Neon

39
mempunyai mempunyai nomor atom 10. Karena nomor atom mempunyai
jumlah proton dalam inti, berarti ketiga jenis atom mempunyai sepuluh
proton dalam intinya.
Perbedaan nomor massa ternyata hanya menghasilkan perbedaan jumlah
netron pada ketiga atom neon. Soddy menamakan ketiga jenis atom sebagai
isotop, yaitu atom-atom yang berbeda jumlah netronnya, tetapi memiliki
proton yang sama banyaknya.
(4) Berat atom
Karena atom sangat kecil dan ringan, sulit sekali untuk mengukur massa
dari sejumlah atom, kemungkinan yang dilakukan adalah mengukur massa
relatif atom-atom. Sebagai pembanding untuk mengukur kerelatifan
digunakan isotop karbon 12 yang mempunyai massa tepat 12 satuan massa
atom (sma).
Massa atom karbon 12 diukur secara tidak langsung dan diperoleh harga
1,992 x 10-23g. Satu satuan massa atom (1 sma sama dengan satu per dua
belas massa karbon 12). 1 sma =1,660 x 10-24. Bila suatu isotop dari suatu
unsur beratnya setengah isotop karbon -12, maka massa isotop tersebut dalam
satuan massa atom adalah 1 x 12 = 6. Bila suatu isotop beratnya 2,84 kali
2

berat isotop karbon 12, maka massa isotop tersebut adalah 2,84 x 12 = 34,08
sma.
Sebagian besar unsur-unsur di alam mempunyai paling sedikit 2 isotop,
sehingga cuplikan dari unsur-unsur tersebut akan mengandung campuran
isotop-isotop.
Contohnya : Bila di alam terdapat 75,53% atom klor dengan massa 35 sma
dan 24,47% klor dengan massa 37 sma, maka massa rata-rata
dari klor adalah : (0,75553 x 35 sma) + (0,2447 x 37 sma) =
35,5 sma.
Selanjutnya pada perhitungan-perhitungan digunakan massa klor 35,5 sma. Angka
tersebut disebut sebagai berat atom klor. Secara umum dapat dikatakan bahwa
berat atom suatu unsur adalah berat rata-rata dari massa isotop-isotopnya.

40
2.2.1 Elektron
Model atom yang dikemukakan oleh Joseph John Thompson mempunyai
banyak kelemahan, demikian pula dengan model atom yang dikemukakan oleh
Ernest Rutherford. Model atom Rutherford tidak dapat menjelaskan alasan
mengapa elektron tidak dapat jatuh ke dalam inti. Fisika klasik menyatakan bahwa
apabila terdapat suatu partikel bermuatan yang bergerak menurut lintasan
lengkung maka energinya akan hilang dalam bentuk radiasi. Pernyataan fisika
klasik ini menjadi persoalan bagi model atom yang dikemukakan oleh Rutherford
karena jika elektron bergerak mengelilingi inti, maka elektron akan kehilangan
energinya dan energi kinetik elektron akan terus berkurang. Gaya tarik inti atom
terhadap elektron akan menjadi lebih besar dari pada gaya sentrifugal lintasan
elektron dan menyebabkan lintasan menjadi spiral dan akhirnya elektron jatuh ke
dalam inti atom. Apabila elektron jatuh ke dalam inti atom, maka atom menjadi
tak stabil. Hal ini bertentangan dengan pernyataan umum bahwa atom stabil.

Gambar 2.1 Lintasan spiral elektron

2.2.2 Teori Bohr


Seperti telah diketahui bahwa menurut Max Planck radiasi
elektromagnetik bersifat diskontinyu atau dalam bentuk kuanta. Max Planck
menurunkan persamaan untuk pernyataan tersebut sebagai berikut :
E=nhν
Keterangan :
n = bilangan bulat positif
h = tetapan Planck (6,6,3.10-34 J.s)
ν = frekuensi

41
Pernyataan tersebut bertentangan dengan pandangan fisika klasik yang
mengemukakan bahwa energi bersifat kontinyu. Untuk mengatasi perbedaan
tersebut, Niels Bohr melakukan penelitian dan mencoba menjelaskan dengan
pendekatan pemecahan spektrum garis hidrogen. Bohr menggunakan pendekatan
Max Planck untuk menjelaskan spektrum garis hidrogen.
Beberapa hasil penelitian Bohr diantara adalah :
 Elektron mengorbit pada lintasan tertentu dan dengan tingkat energi
tertentu.
 Lintasan orbit elektron berbentuk lingkaran dan disebut kulit.
 Momentum sudut elektron yang mengorbit berharga kelipatan.
h/2π Setiap elektron yang mengorbit mempunyai momentum sudut sebesar
n h /2π dengan n = 1, 2, 3,... yang merupakan bilangan bulat positif dan
disebut sebagai bilangan kuantum utama
Bilangan kuantum utama menyatakan kulit
Tabel 2.2 Hubungan lintasan, kulit dan bilangan kuantum
Lintasan Kulit Bilangan kuantum (n)
1 K n=1
2 L n=2
3 M n=3
4 N n=4

 Energi elektron berbanding terbalik dengan lintasan (kulit).


 Keadaan paling stabil adalah pada saat n = 1 yakni ketika elektron
memiliki energi paling minimal.
 Elektron berada dalam keadaan stasioner, tidak memancarkan dan
menyerap energi, ketika elektron megorbit mengelilingi inti atom .
Apabila elektron berpindah dari tingkat energi rendah menuju tingkat
energi tinggi maka energi akan diserap untuk melakukan proses tersebut. Elektron
yang berpindah dari tingkat energi rendah menuju tingkat energi yang lebih tinggi
menyebabkan elektron tereksitasi. Akan tetapi keadaan elektron tereksitasi ini

42
tidak stabil sehingga elektron kembali dari tingkat energi tinggi menuju tingkat
energi rendah yang disertai pelepasan energi dalam bentuk radiasi.

Gambar 2.2 Model atom Bohr

Teori Bohr berhasil menjelaskan spektrum garis atom hidrogen dan ion-
ion berelektron tunggal seperti 2He+ dan 3Li2+. Akan tetapi teori Bohr juga masih
menunjukkan kelemahan yaitu tidak mampu menjelaskan spektrum garis atom
berelektron banyak dan sifat spektrum garis dalam medan magnet serta tidak
dapat menjelaskan garis-garis halus spektrum garis atom hidrogen.

2.2.1 Konsep Orbital


Louise De Broglie mengemukakan bahwa materi yang bergerak memiliki
ciri-ciri gelombang secara matematis, sifat partikel sebagai gelombang
dirumuskan dengan :

h

mv

Dimana :
 = panjang gelombang (m)
h = tetapan Planck
v = kecepatan (m/s)
m = massa partikel (kg)

43
Menurut teori ini elektron-elektron mengalami dualisme sifat, yaitu
sebagai partikel dan sebagai gelombang.
 Werner Heisenberg mengemukakan teori keboleh jadian untuk
menentukan posisi elektron pada suatu titik yang berjarak tertentu dari
inti. Daerah atau ruang di sekitar inti yang terdapat keboleh jadian
posisi elektron disebut orbital.
 Erwin Schrodinger mengemukakan teori persamaan gelombang untuk
menggambarkan bentuk dan tingkat energi orbital dalam bentuk
bilangan kuantum (bilangan kuantum utama, bilangan kuantum
azimut, bilangan kuantum magnetik dan bilangan kuantum spin)

2.2.3 Konfigurasi Elektron


Konfigurasi elektron menggambarkan persebaran elektron ke dalam
orbital-orbital kulit elektron. Dalam penentuan konfigurasi elektron perlu
diperhatikan tiga hal yaitu :
(1) Prinsip Aufbau
Dalam prinsip aufbau pengisian orbital dimulai dari tingkat energi yang
rendah ke tingkat energi yang tinggi. Urutan pengisian orbital digambarkan
dengan diagram panah di bawah ini.

1s
2s 2p
3s 3p 3d
4s 4p 4d 4f
5s 5p 5d 5f 5g
6s 6p 6d 6f
7s 7p 7d

(2) Azas Larangan Pauli


Menurut azas ini, yang dikenal dengan prinsip eksklusi Pauli (1925),
dalam suatu sistem, baik atom maupun molekul, tidak terdapat elektron yang

44
mempunyai empat bilangan kuantum yang sama. Hal ini berarti bahwa tiap
orbital hanya dapat ditempati maksimal oleh dua elektron.
(3) Aturan Hund
Aturan ini disusun berdasarkan data spektroskopi. Menurut aturan ini
(tentang kelipatan maksimum)
 Pada pengisian elektron ke dalam orbital-orbital yang tingkat energinya
sama (misalnya ketiga orbital p atau orbital d) sebanyak mungkin elektron
berada dalam keadaan tidak berpasangan.
 Jika kedua elektron terdapat dalam dua orbital yang berbeda maka energi
terendah dicapai jika spinnya sejajar.
Konfigurasi tingkat dasar dari karbon ke flour yaitu :
No Unsur Konfigurasi Elektron

6 C 1s 2 2s 2 2 p1x 2 p1y

7 N 1s 2 2s 2 2 p1x 2 p1y 2 p1z

8 O 1s 2 2s 2 2 px2 2 p1y 2 p1z

9 F 1s 2 2s 2 2 px2 2 p y2 2 p1z

Penerapan kedua aturan di atas dapat ditunjukkan sebagai berikut :

N 1s 2 2s 2 2 p3

O 1s 2 2s 2 2 p4

(4) Orbital Penuh dan Setengah Penuh


Konfigurasi elektron suatu unsur harus menggambarkan sifat unsur
tersebut. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa orbital yang terisi penuh dan
orbital terisi setengah penuh merupakan struktur yang relatif lebih stabil.

45
24 Cr :  Ar  3d 5 4s1 bukan  Ar  3d 4 4s 2

29 Cu :  Ar  3d 10 4 s1 bukan  Ar  3d 9 4s 2

46
SESI PERKULIAHAN KE : 4 - 5

TIK : Setelah mengikuti pelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu


menjelaskan tentang :
1. Sifat-sifat periodik unsur
2. Keradioaktifan

Pokok Bahasan : Sistem Periodik


Deskripsi singkat :
Bab ini menjelaskan mengenai : Sifat-sifat periodik unsur dan keradioaktifan.

Daftar Pustaka :

1. Brown, L. S., Holme, T. A., 2006, Chemistry for Engineering Students,


Kanada,Thomson Books/Cole.
2. Kleinfelter, Wood,1986, Kimia Untuk Universitas, jilid 1. Edisi Keenam
Diterjemahkan oleh Hadyana Pudjaatmaka, Jakarta, Penerbit Erlangga.
Pertanyaan Kunci/Tugas :
1. Jelaskan sifat-sifat periodik unsur-unsur.
3. Jelaskan mengenai keradioaktifan.

47
BAB III
SISTEM PERIODIK

Pada awalnya, unsur hanya digolongkan menjadi logam dan nonlogam.


Dua puluh unsur yang dikenal pada masa itu mempunyai sifat yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Setelah John Dalton mengemukakan teori atom maka
terdapat perkembangan yang cukup berarti dalam pengelompokan unsur-unsur.
Penelitian Dalton tentang atom menjelaskan bahwa setiap unsur mempunyai
atom-atom dengan sifat tertentu yang berbeda dari atom unsur lain. Hal yang
membedakan diantara unsur adalah massanya.
Pada awalnya massa atom individu belum bisa ditentukan karena atom
mempunyai massa yang amat kecil sehingga digunakan massa atom relatif yaitu
perbandingan massa antar-atom. Berzelius pada tahun 1814 dan P. Dulong dan A.
Petit pada tahun 1819 melakukan penentuan massa atom relatif berdasarkan kalor
jenis unsur. Massa atom relatif termasuk sifat khas atom karena setiap unsur
mempunyai massa atom relatif tertentu yang berbeda dari unsur lainnya.
Penelitian selanjutnya melibatkan Dobereiner, Newlands, mendeleev dan Lothar
Meyer yang mengelompokkan unsur berdasarkan massa atom relatif.
(1) Triad Dobereiner
Johann Wolfgang Dobereiner pada tahun 1829 menjelaskan hasil
penelitiannya yang menemukan kenyataan bahwa massa atom relatif
stronsium berdekatan dengan massa rata-rata dua unsur lain yang mirip
dengan stronsium yaitu kalsium dan barium. Hasil penelitiannya juga
menunjukkan bahwa beberapa unsur yang lain menunjukkan kecenderungan
yang sama. Berdasarkan hasil penelitiannya, Dobereiner selanjutnya
mengelompokkan unsur-unsur dalam kelompok-kelompok tiga unsur yang
lebih dikenal sebagai triad. Triad yang ditunjukkan oleh Dobereiner tidak
begitu banyak sehingga tidak berpengaruh terhadap penggunaannya.
Contohnya :
Litium Kalsium Klor
Natrium Strontium Brom

48
Kalium Barium Yod

(2) Hukum Oktaf Newlnds


Kemudian pada awal tahun 1860 ahli kimia John Newlands, menjelaskan
hubungan antara sifat unsur dengan massa atom relatifnya. Jika unsur-unsur
didaftar menurut kenaikan bobot atom, unsur-unsur dengan sifat serupa
muncul secara berkala dalam daftar. Unsur yang disusun dalam kelompok
tujuh unsur, maka setiap unsur kedelapan mempunyai sifat yang sama dengan
unsur pertama dari kelompok sebelumnya.
Contoh :
Li Be B C N O F

Na Mg Al Si P S Cl

K Ca Cr Ti Mn F

(3) Sistem Periodik Mendeleev


Dmitri Ivanovich Mendeleev pada tahun 1869 melakukan pengamatan
terhadap 63 unsur yang sudah dikenal dan mendapatkan hasil bahwa sifat
unsur merupakan fungsi periodik dari massa atom relatifnya. Sifat tertentu
akan berulang secara periodik apabila unsur-unsur disusun berdasarkan
kenaikan massa atom relatifnya. Mendeleev selanjutnya menempatkan unsur-
unsur dengan kemiripan sifat pada satu lajur vertikal yang disebut golongan.
Unsur-unsur juga disusun berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya dan
ditempatkan dalam satu lajur yang disebut periode. Sistem periodik yang
disusun Mendeleev dapat dilihat pada tabel berikut :

49
Gambar 3.1 Sistem periodik Mendeleev

(4) Sistem periodik Moseley


Perkembangan terbaru mengenai atom menjelaskan bahwa atom dapat
terbagi menjadi partikel dasar atau partikel subatom. Atom selanjutnya
diketahui tersusun oleh proton, elektron dan netron. Jumlah proton
merupakan sifat khas unsur. Setiap unsur mempunyai jumlah proton tertentu
yang berbeda dari unsur lain. Jumlah proton suatu unsur dinyatakan sebagai
nomor atom.
Henry G. Moseley yang merupakan penemu cara menentukan nomor atom
pada tahun 1914 kembali menemukan bahwa sifat-sifat unsur merupakan
fungsi periodik nomor atomnya.
(5) Periode dan golongan
Sistem periodik modern tersusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan
kemiripan sifat. Lajur horisontal yang disebut periode, tersusun berdasarkan
kenaikan nomor atom sedangkan lajur vertikal yang disebut golongan
tersusun berdasarkan kemiripan sifat. Unsur golongan A disebut golongan
utama sedangkan golongan B disebut golongan transisi. Golongan dapat
diberi tanda nomor 1 sampai 18 berurutan dari kiri ke kanan. Berdasarkan
penomoran ini, golongan transisi mempunyai nomor 3 sampai 12.

50
Sistem periodik modern tersusun atas 7 periode dan 18 golongan yang terbagi
menjadi 8 golongan utama atau golongan A dan 8 golongan transisi atau
golongan B.

Logam, Non logam dan Metaloid


Unsur-unsur dapat dibagi tiga, yakni : logam, metaloid dan non logam.
1. Logam mempunyai sifat-sifat umum sebagai berikut: mengkilap, rapat, dapat
ditempa, tahan terhadap tarikan dan liat.
2. Non logam mempunyai kerapatan rendah dan getas bila berada dalam keadaan
padat, juga termasuk penghantar listrik yang buruk. Sebagian besar unsur non
logam mempunyai titik leleh rendah dan berbentuk gas pada suhu ruang.
Contoh : Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, klor.
3. Metaloid, tidak ada batas yang tajam antara unsur-unsur yang bersifat logam
dengan unsur non logam. Unsur-unsur yang berada dekat garis batas memiliki
kombinasi sifat logam dan non logam. Unsur-unsur tersebut dikenal sebagai
metaloid atau setengah logam, contonya As, Si, Ge.

3.1 Sifat-Sifat Periodik


Sifat yang berubah secara beraturan menurut kenaikan nomor atom dari
kiri ke kanan dalam satu periode dan dari atas ke bawah dalam satu golongan
disebut sifat periodik. Sifat periodik meliputi jari-jari atom, energi ionisasi,
afinitas elektron dan keelektronegatifan.
(1) Ukuran atom
 Pada satu golongan, jari-jari atom meningkat dari atas ke bawah.
 Jari-jari atom dalam satu perioda menurun dari kiri ke kanan. Hal ini
disebabkan oleh kenaikan muatan inti efektif dengan bertambahnya nomor
atom. Contoh Litium dan Berilium. Pada Litium, pengaruh muatan inti +3
terhadap elektron terluar 2s, ditahan oleh dua elektron pada orbital 1s,
sehingga elektron pada orbital 2 hanya dipengaruhi oleh muatan inti
efektif sebesar +3-2 = +1.
Pada Berilium pengaruh muatan inti +4 terhadap kedua elektron terluar 2s
ditahan oleh dua elektron pada orbital 1s, sehingga elektron-elektron 2s

51
hanya dipengaruhi muatan inti efektif sebesar +4-2=+2. Berarti elektron-
elektron terluar dari Berilium mengalami tarikan ke arah inti lebih besar
daripada elektron pada lithium, sehingga ukuran atom berilium menjadi
lebih kecil dari lithium.
(2) Jari - jari ionik
 Jari-jari ion dalam satu golongan meningkat dari atas ke bawah. Untuk
mengetahui perubahan perubahan jari-jari ion dalam satu perioda, harus
dibedakan antara kation dan anion.
Jari-jari kation < jari-jari atom netralnya.
Jari-jari anion > jari-jari atom netralnya
Semakin banyak elektron yang meninggalkan atomnya jari-jari ion
menjadi semakin kecil. Untuk kation isoelektron, yaitu kation-kation
yang mempunyai jumlah elektron sama, terjadi penurunan jari-jari
kation bila muatan bertambah. Contoh : jari-jari Na+ > Mg2+ > Al3+ .
Berarti jari-jari kation dalam satu perioda akan menurun dari kiri ke
kanan.
 Pada ion-ion isoelektron, jari-jari ion menurun dari anion ke kation
Contoh : N-3 > O2- > F- > Li+ > Be2+ > B3+
(3) Energi ionisasi
Energi ionisasi suatu unsur merupakan jumlah energi yang dibutuhkan
oleh satu atom pada keadaan gas untuk melepaskan satu elektron tingkat
energi terluar.
Contoh : M(g) 
 M+(g)
Dalam satu perioda, energi ionisasi secara umum meningkat dengan
meningkatnya nomor atom.
(4) Afinitas elektron
Afinitas elektron adalah energi yang dilepas bila sebuah elektron
ditambahkan pada atom netral dalam keadaan gas.
M(g) + e- 
 M-(g)
Sifat ini menunjukkan kemampuan atom untuk menarik elektron
 Afinitas elektron dalam satu golongan menurun dari atas ke bawah.

52
 Dalam satu perioda afinitas elektron bertambah dari kiri ke kanan.
 Logam-logam mempunyai afinitas elektron tinggi sedangkan gas mulia
memiliki afinitas elektron rendah.
(5) Kelektronegatifan
Keelektronegatifan merupakan ukuran kecendrungan dari atom-atom
untuk menarik elektron. Keelektronegatifan dalam satu golongan dan satu
perioda meningkat dari bawah ke atas dan dari kiri ke kanan.

3.2 Keradioaktifan
Semua inti yang mempunyai jumlah proton lebih besar dari 84 (mulai dari
unsur Polonium), bersifat tidak stabil dan radioaktif. (Ingat, muatan yang sejenis
saling tolak menolak). Inti yang tidak stabil akan meluruh sampai diperoleh inti
baru yang stabil. (gambar 2.4)

Gambar 3.2 Peluruhan dari inti yang tidak stabil dengan memancar sinar
radioaktif

Dalam proses peluruhan inti dipancarkan beberapa jenis sinar radioaktif.


Keradioaktifan menjelaskan peluruhan spontan dari inti yang tidak stabil menjadi
inti baru yang stabil dengan disertai pemancaran sinar radioaktif .
Faktor yang menentukan apakah suatu atom bersifat radioaktif atau tidak
adalah perbandingan netron terhadap proton dalam inti. Inti stabil dan unsur-unsur
yang ringan mempunyai perbandingan netron : proton sekitar 1 : 1. Untuk unsur-
unsur yang lebih berat, kestabilan dapat dicapai bila di dalam inti terdapat lebih
banyak netron dari pada proton. Pada gambar 2.5 dapat dilihat perbandingan
antara netron terhadap proton yang menentukan kestabilan suatu inti. Bila harga
perbandingan netron terhadap proton berada dalam pita kestabilan maka inti

53
bersifat stabil (perkecualian untuk isotop K – 40, isotop-isotop technisium dan
pronetium). Inti-inti yang berada di luar pita kestabilan akan meluruh melalui
proses yang terlihat pada gambar 2.5 sampai diperoleh inti baru yang berada
dalam pita kestabilan.

Gambar 3.3 Kurva kestabilan inti

Sinar Radioaktif
Wilst telah melakukan penyelidikan daya tembuss sinar radioaktif dari
radium, dan pada tahun 1899, Rutherford mendeteksi adanya dua jenis sinar yang
berbeda yang diberi nama sinar -  dan sinar -  . Sinar -  mempunyai daya
tembus lebih kuat dari sinar -  . Tidak lama kemudian, Pierre Curie (1900)
menemukan sinar jenis lain yaitu sinar -  yang mempunyai daya tembus jauh
lebih kuat. Sinar -  tidak dapat dibelokkan oleh medan listrik atau medan
magnet. Kecendrungan sinar -  (bermuatan positip) untuk dibelokkan bila
melalui plat negatif, lebih kecil dibandingkan pembelokan sinar -  (bermuatan
positip) yang melalui plat positip. Hal ini menunjukkana bahwa sinar - 
mempunyai massa lebih besar.

54
(1) Sinar - 
Sinar -  dipancarkan pada peluruhan inti dari unsur-unsur yang
mempunyai nomor atom lebih besar dari 83 (bismut). Partikel  merupakan
inti helium He2+, yang bergerak dengan kecepatan tinggi. Pada peluruhan
yang memancarkan sinar -  , nomor atom berkurang dua dan nomor massa
berkurang empat. Sebagai sumber sinar -  yang paling dikenal adalah isotop
uranium -238 yang meluruh menjadi isotop thorium -234.

238
92U 
 234
Th
90  4
2 He

Partikel-partikel  cepat kehilangan energinya bila bertumbukan dengan


molekul-molekul udara, sehingga akan berhenti dalam beberapa centimeter
saja. Radiasi sinar  dapat ditahan hanya oleh selembar kertas. Radiasi sinar
 dalam jumlah besar dapat menyebabkan luka pada kulit.
(2) Sinar - 
Sinar -  , seperti juga sinar -  , terdiri dari partikel-partikel. Sebagai

partikel pada sinar  adalah elektron ( 1o e ). Pada peluruhan yang

memancarkan Sinar -  , inti hasil peluruhan mempunyai nomor massa sama


dengan inti sebelumnya, tetapi memiliki nomor atom berbeda.
Th 
234
90  234
91 Pa  o
1 e
Partikel-partikel  , 7000 kali lebih kecil dari partikel  , karena itu
mempunyai daya tembus lebih besar. (bandingkan daya tembus sebatang
jarum pada kulit anda dengan daya tembus bola basket). Partikel-partikel 
dapat melalui selembar kertas, tetapi akan terhenti bila terdapat selembar
papan.
(3) Sinar 
Sinar  merupakan elektromagnetik dan tidak dapat dibelokkan oleh
medan listrik dan medan. Sinar  mempunyai energi tinggi, panjang
gelombang pendek dan selalu dipancarkan berupa foton-foton (paket energi).
Kecepatan partikel-partikel  sama dengan kecepatan sinar, mempunyai

55
jangkauan lebar serta dapat menembus timbal setebal 15 – 20 cm. Sinar 
sangat berbahaya karena daya tembusnya.
Sebagai contoh : radium -226 meluruh dengan memancarkan sinar  dan
sinar  sebagai berikut :
222
88 Ra 
 222
86 Rn  4
2 He  J
Proses lain yang diikuti oleh radiasi sinar  adalah penangkapan elektron
(biasanya elektron kulit K) oleh proton. Kekosongan pada kulit K diisi oleh
elektron dari tingkat energi yang lebih tinggi. Pada proses ini, satu proton
berubah menjadi netron, sehingga nomor atom inti yang baru menjadi
berkurang satu, sedangkan nomor massa tetap sama.
85
38 Sr  o
1 e 
 85
37 Rb  
Radiasi  dari inti-inti yang dibuat manusia, dapat disamakan dengan
radiasi positron. Positron mempunyai massa sama dengan elektron tetapi
e atau  . Positron
o 
bermuatan positip, dan dapat dituliskan dengan simbol
bebas bersifat stabil, tetapi bila terhadap materi lain, positron akan dengan
cepat berkombinasi dengan dan menghasilkan radiasi  . Proses ini dikenal
sebagai anihilasi.
Tabel 3.1 Partikel-partikel dan radiasi yang dipancarkan oleh inti
radioaktif

Partikel/sinar Jenis Muatan Simbol

Alpha partikel, inti helium 2+  , 24 He

Beta partikel, elektron 1- , 0


1 e

Gamma Radiasi elektromagnet 0 

1
Netron partikel 0 0n

Proton partikel 1+ 1
1 p , 11H

56
Positron partikel 1+ 0
1 e

Daya ionisasi dan daya tembus sinar radioaktif


Karena kemampuannya untuk mengionisasi atom-atom atau molekul-
molekul, sinar  ,  ,  dikenal juga sebagai sinar pengionisasi.
 > >
Sedangkan daya tembusnya sebagai berikut :
 >  >

57
SESI/PERKULIAHAN KE : 6 – 7

TIK : Setelah mengikuti pelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu


menjelaskan tentang :
1. Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai
kestabilannya dengan cara berikatan dengan unsur lain.
2. Menjelaskan proses terjadinya ikatan ion dan contoh senyawanya.
3. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen dan contoh
senyawanya.
4. Menjelaskan sifat fisis senyawa ion dengan senyawa kovalen.
5. Menjelaskan kepolaran ikatan dan hubungannya dengan
keelektronegatifan.
6. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan koordinasi dan contoh
senyawa sederhana.
7. Menjelaskan ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisis
logam.

Pokok Bahasan : Ikatan Kimia


Deskripsi Singkat :
Bab ini mejelaskan mengenai : ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen
koordinasi, ikatan logam. Di samping itu anda juga akan dapat mengetahui
berbagai cara bagaimana menentukan bentuk molekul suatu senyawa kovalen,
serta kepolarannya.

Daftar Pustaka :
1. Brown, L. S., Holme, T. A., 2006, Chemistry for Engineering Students,
Kanada,Thomson Books/Cole.
2. Keenan, Kleinfelter, Wood,1986, Kimia Untuk Universitas, jilid 1. Edisi
Keenam Diterjemahkan oleh Hadyana Pudjaatmaka, Jakarta, Penerbit
Erlangga.

58
Pertanyaan Kunci/Tugas :
1. Apakah semua atom unsur-unsur bersifat stabil?.
2. Bagaimanakah cara atom mencapai kestabilan?.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen
koordinasi.
4. Mengapa logam dapat dibengkokkan dan diulur, sedangkan kapur tidak dapat?.

59
BAB IV
IKATAN KIMIA
4.1 Ikatan Ionik (Ikatan Elektrovalen/Heteropolar)
Kimiawan Jerman Albrecht Kossel (1853-1927) menganggap kestabilan
gas mulia disebabkan konfigurasi elektronnya yang penuh (yakni, konfigurasi
elektron di kulit terluarnya/kulit valensi terisi penuh). Ia berusaha memperluas
interpretasinya ke atom lain. Atom selain gas mulia cenderung mendapatkan
muatan listrik (elektron) dari luar atau memberikan muatan listrik ke luar,
bergantung apakah jumlah elektron di kulit terluarnya lebih sedikit atau lebih
banyak dari atom gas mulia yang terdekat dengannya. Bila suatu atom kehilangan
elektron, atom tersebut akan menjadi kation yang memiliki jumlah elektron yang
sama dengan gas mulia terdekat, sementara bila atom mendapatkan elektron, atom
tersebut akan menjadi anion yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan
atom gas mulia terdekatnya. Ia menyimpulkan bahwa gaya dorong pembentukan
ikatan kimia adalah gaya elektrostatik antara kation dan anion. Ikatan kimia yang
dibentuk disebut dengan ikatan ionik.
Ikatan ionik dibentuk melalui gerakan elektron-elektron di kulit terluar
atom. Tiap atom memiliki kecenderungan untuk mengisi kulit terluarnya dengan
elektron sejumlah yang mampu ia tampung. Jumlah maksimum elektron yang
dapat ditampung oleh kulit terluar atom adalah 8 (oktet) dan 2 (duplet). Untuk
melakukan ini, atom menerima elektron dari atom lain demi melengkapkan
jumlah elektron kulit terluar menjadi 8 dan 2, atau jika atom ini memiliki elektron
lebih sedikit pada kulit terluar, ia memberikannya pada atom lain, membuat
subkulit yang sebelumnya telah dilengkapi di dalam orbit terluarnya.
Kecenderungan atom untuk saling bertukar elektron menyusun basis yang
memicu gaya ikatan kimia yang mereka bentuk di antara mereka.

Penjelasan lainnya bahwa ikatan ionik (elektrovalen/heteropolar) terbentuk


akibat adanya serah terima elektron membentuk ion positif dan ion negatif yang
isoelektronik dengan gas mulia, dan adanya gaya tarik menarik diantara kedua ion
tersebut. Beberapa kemungkinan terjadinya ikatan ionik : ikatan ini terjadi ketika
ada perbedaan tendensi yang sangat besar dari atom untuk melepas atau

60
menangkap elektron. Perbedaan terjadi antara logam yang reaktif (gol 1A) dan
non logam (gol 7A dan 6A atas). Atom logam (IE rendah) kehilangan satu atau
dua elektron valensi, sementara atom non logam (EA sangat negatif) menangkap
elektron. Terjadi transfer elektron antara logam dan non logam membentuk ion
dengan konfigurasi gas mulia. Gaya elektrostatik antar ion positif dan negatif
membentuk susunan padatan ionik dengan rumus kimia menunjukkan rasio kation
terhadap anion (rumus empiris). Apabila ion-ion terbentuk, mereka akan
menyusun dalam kristal 3-D dalam keadaan terpejal.

Gambar 4.1 Model ikatan ionik


Fokus utama model ikatan ionik adalah adanya transfer elektron dari logam
ke non logam untuk membentuk ion yang kemudian bersatu membentuk padatan
senyawa ionik. Berdasarkan fenomena yang terjadi Lewis mengajukan aturan
oktet, saat atom-atom berikatan, ia akan melepas, menangkap atau memakai
bersama elektron untuk mencapai pengisian kulit terluar 8 (atau 2) elektron
Melepas Elektron
Kecenderungan melepaskan elektron terjadi pada unsur logam yang
mempunyai energi ionisasi relatif kecil (bersifat elektropositif). Atom unsur
logam cenderung melepas elektron valensinya membentuk ion+. Atom-atom
melepaskan elektron agar elektron valensinya menjadi 8 (oktet) atau agar elektron
valensinya menjadi 2 (duplet), seperti gas mulia (golongan VIIIA/ gas inert).
Contoh :
Atom yang melepas elektron dari Gol IA dan IIA
Gol IA  elektron valensi= 1  melepas satu elektron, membentuk ion +1
Li+, Na+, K+, Rb+, Cs+

61
Gol IIA  elektron valensi= 2  melepas 2 elektron membentuk ion +2
Mg+2, Ca+2, Sr+2, Ba+2, Ra+2
OKTET
11Na (2. 8. 1)  ion Na+ (2 . 8)  melepas 1elektron
19K (2.8.8.1)  ion K+ ( 2.8.8)  melepas 1 elektron
12Mg (2. 8. 2)  ion Mg2+ (2 . 8)  melepas 2 elekron
20Ca (2.8.8.2)  ion Ca+2 ( 2.8.8)  melepas 2 elektron
Menangkap Elektron
Pencapaian kestabilan dengan menangkap elektron dilakukan oleh unsur
non logam karena mempunyai afinitas elektron atau kelektronegatifan yang relatif
besar (bersifat elektronegatif). Atom-atom menyerap/mengikat elektron supaya
memiliki elektron valensi 8 (oktet) atau 2 (duplet) seperti gas mulia (gas inert/
golongan VIIIA).
Contoh :
Atom yang menangkap elektron dari Gol IVA, VA, VIA, VIIA
9F (2.7) + 1e  ion F- (2.8)  menangkap 1 elektron
8O (2. 6) + 2e  ion O-2 (2 . 8)  menangkap 2 elektron
16S (2.8.6) + 2e  ion S-2 (2.8.8)  menangkap 2 elektron
7N (2. 5) + 3e  ion N-3 (2 . 8)  menangkap 3 elektron
Elektronegativitas
Merupakan sifat berkala (periodik) yang penting. Elektronegativitas ialah
besarnya daya menarik elektron ke dalam suatu atom dalam penggabungan kimia.
Logam Non Logam
- Mudah menyerahkan elektron - Mudah menerima elektron
- Membentuk kation - Membentuk anion
- Elekropositif - Elektronegatif

62
Gambar 4.2 Nilai Elektronegativitas
(fluorin: elektronegativitas = 4)

Cara penulisan transfer elektron:


1. Penggambaran dengan konfigurasi elektron
2. Penggambaran dengan diagram orbital
3. Penggunaan simbol titik elektron Lewis
Contoh :

Ciri-Ciri Ikatan Ionik


Beberapa ciri-ciri ikatan ionik adalah sebagai berikut :
1. Terbentuk karena adanya perpindahan elektron antara sebuah atom logam
dan sebuah atom bukan logam. Dalam perpindahan ini atom logam menjadi

63
ion yang bermuatan positif (kation) dan atom bukan logam menjadi ion yang
bermuatan negatif (anion).
2. Atom bukan logam memperoleh sejumlah elektron yang cukup untuk
menghasilkan anion dengan konfigurasi elektron gas mulia.
3. Dalam keadaan padat, setiap ion dikelilingi oleh ion-ion yang muatannya
berlawanan, membentuk suatu susunan yang disebut kristal.
4. Yang dimaksud satuan rumus suatu senyawa ion ialah sekelompok terkecil
ion-ion yang bermuatan listrik netral. Satuan rumus diperoleh secara otomatis
bila struktur Lewis dituliskan.

Aspek Energi Kisi Dalam Ikatan Ionik


Misalkan ada suatu reaksi antara unsur logam yang reaktif (Li) dan mudah
melepas elektron dengan gas halogen (F) yang cenderung menarik elektron :
Li(g)  Li+(g) + e- IE = 520 kJ
F(g) + e-  F-(g) EA = -328 kJ
Reaksi total:
Li(g) + F(g)  Li+(g) + F-(g) IE1 + EA = 192 kJ
Energi total yang dibutuhkan reaksi ini bahkan lebih besar karena kita harus
mengkonversi Li dan F ke dalam bentuk gas. Akan tetapi eksperimen
menunjukkan enthalpi pembentukan padatan LiF (∆H0f) = -617 kJ
Jika kedua unsur dalam bentuk gas :
Li+(g) + F-(g)  LiF(g) ∆H0 = -755 kJ
Energi kisi adalah perubahan enthalpi yang menyertai ion-ion gas yang bergabung
membentuk padatan ionik :
Li+(g) + F-(g)  LiF(s) ∆H0 kisi LiF = energi kisi = -1050 kJ
Sifat- Sifat Senyawa Ionik
Sifat-sifat senyawa ionik antara lain :
(1) Struktur/susunan kristal
Dalam keadaan padat, senyawa ionik terdapat dalam bentuk kristal dengan
susunan tertentu. Penafsiran terhadap hasil difraksi sinar-X pada senyawa ion
dapat memberi petunjuk mengenai susunan internal dari kristal ion tersebut.

64
Misalnya pada kristal NaCl dapat diketahui bahwa setiap ion Na+ dikelilingi
oleh 6 ion Cl- dan setiap ion Cl- juga dikelilingi oleh 6 ion Na+.

Gambar 4.3 Struktur/susunan kristal senyawa ionik NaCl


(2) Isomorf
Senyawa-senyawa ion yang mempunyai susunan yang mirip satu sama
lain seperti NaCl dan KNO3 mempunyai bentuk kristal yang sama yang
disebut isomorf. Di samping itu terdapat pula senyawa-senyawa yang
mempunyai muatan ion berbeda, tetapi mempunyai susunan kristal yang
sama, misalnya NaF dan MgO, CaCl2 dan K2S masing-masing mempunyai
susunan kristal yang sama. Fakta tersebut dapat dijelaskan dengan meninjau
konfigurasi elektron ion-ion penyusun kristal tersebut.
(3) Daya hantar listrik
Baik dalam keadaan cair (meleleh) maupun dalam larutannya senyawa
ionik dapat menghantarkan arus listrik.

Gambar 4.4 Daya hantar listrik senyawa ionik

65
Tabel 4.1 Daya hantar berbagai senyawa klorida dalam keadaan cair
(meleleh pada suhu titik lelehnya)

(4) Titik leleh dan titik didih


Ion positif dan ion negatif pada senyawa ionik, terikat satu sama lain oleh
gaya elektrostatis yang sangat kuat. Untuk memisahkan ion-ion tersebut baik
yang terdapat dalam bentuk kristal maupun dalam bentuk cairnya, diperlukan
energi yang cukup besar, yang mengakibatkan titik leleh dan titik didih
senyawa ionik juga tinggi.
Tabel 4.2 Titik didih beberapa senyawa klorida

(5) Kelarutan
Pada umumnya senyawa ionik larut dalam pelarut yang mengandung
gugus OH- seperti H2O dan C2H5OH yang merupakan senyawa kovalen polar.

66
Gambar 4.5 Kelarutan senyawa ionik NaCl
(6) Reaksi ion
Pada reaksi senyawa ionik, ion-ion tidak tergantung pada ion
pasangannya, misalnya bila NaCl dan AgNO3 (dalam larutan) dicampurkan,
maka segera terbentuk endapan AgCl. Reaksi yang terjadi adalah :
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s)
(7) Keras, kaku dan rapuh

Gambar 3.6 Sifat keras kaku dan rapuh senyawa ionik


Contoh mekanisme pembentukan ikatan ionik :
Pengaturan pada atom Na sebagai berikut:

konfigurasi atom Na : K = 2 , L = 8, M = 1
Natrium dapat dengan mudah melepaskan electron terluarnya membentuk ion
dengan muatan +1. ion ini stabil karena memiliki kulit terluar penuh.

konfigurasinya menjadi: K = 2, L = 8, M = 0

Pengaturan elektron dari atom klor adalah sebagai berikut:

67
konfigurasi atom Cl : K = 2, L = 8, M = 7
Diperlukan satu elektron tambahan untuk membentuk ion dengan kulit terluar
penuh, elektron ini diperoleh dari atom natrium, sehingga dihasilkan ion
dengan muatan -1.

konfigurasinya menjadi: K = 2, L = 8, M = 8
Pengaturan elektron baru dari natrium dan klor adalah sebagai berikut:

4.2 Ikatan Kovalen


Sekitar tahun 1916, dua kimiawan Amerika, Gilbert Newton Lewis (1875-
1946) dan Irving Langmuir (1881-1957), secara independen menjelaskan apa
yang tidak terjelaskan oleh teori-teori Kossel dengan memperluasnya untuk
molekul non polar. Titik krusial teori mereka adalah penggunaan bersama
elektron oleh dua atom sebagai cara untuk mendapatkan kulit terluar yang diisi
penuh elektron. Penggunaan bersama pasangan elektron oleh dua atom atau
ikatan kovalen adalah konsep baru waktu itu.
Teori ini kemudian diperluas menjadi teori oktet. Teori ini menjelaskan,
untuk gas mulia (selain He), delapan elektron dalam kulit valensinya disusun
seolah mengisi kedelapan pojok kubus sementara untuk atom lain, beberapa
sudutnya tidak diisi elektron. Pembentukan ikatan kimia dengan penggunaan
bersama pasangan elektron dilakukan dengan penggunaan bersama rusuk atau

68
bidang kubus. Dengan cara ini dimungkinkan untuk memahami ikatan kimia yang
membentuk molekul hidrogen. Namun, pertanyaan paling fundamental, mengapa
dua atom hidrogen bergabung, masih belum terjelaskan.

Gambar 4.7 Bentuk kubus ikatan kovalen

Aturan Penulisan Rumus Lewis


Lewis mengembangkan simbol untuk ikatan elektronik untuk membentuk
molekul (struktur Lewis atau rumus Lewis) dengan cara sebagai berikut :
1. Semua elektron valensi ditunjukkan dengan titik di sekitar atomnya.
2. Satu ikatan (dalam hal ini, ikatan tunggal) antara dua atom dibentuk dengan
penggunaan bersama dua elektron (satu elektron dari masing-masing atom)
3. Satu garis sebagai ganti pasangan titik sering digunakan untuk menunjukkan
pasangan elektron ikatan.
4. Elektron yang tidak digunakan untuk ikatan tetap sebagai elektron bebas. Titik-
titik tetap digunakan untuk menyimbolkan pasangan elektron bebas.
5. Kecuali untuk atom hidrogen (yang akan memiliki dua elektron bila berikatan),
atom umumnya akan memiliki delapan elektron untuk memenuhi aturan oktet.
Berikut adalah contoh-contoh bagaimana cara menuliskan struktur Lewis.
6. Ikatan atomik (ikatan kovalen) ini terjadi oleh penggunaan bersama sejumlah
elektron oleh kedua inti. Tipe ikatan ini sangat dominan jika atom-atom
mendekati konfigurasi gasa mulia dan jika perbedaan elektronegatif antara dua
atom tidak terlalu besar. misalnya : H2, CH4, Cl2, N2, C6H6, HCl dan
sebagainya. Beberapa atom dapat memperoleh konfigurasi electron yang stabil
dengan saling meminjamkan elektronnya. Dengan saling meminjamkan
electron ini atom-atom akan memperoleh susunan electron yang stabil tanpa

69
menyebabkannya menjadi bermuatan. Elektron ini masih mempunyai ikatan
dengan atom asalnya, tetapi juga sudah terikat dengan atom yang
meminjamnya, misalnya Ikatan kovalen dari chloride.

Gambar 4.8 Contoh ikatan kovalen


Para ilmuwan yang mempelajari ikatan antara atom menghadapi situasi
yang sangat menarik. Sementara sebagian atom saling bertukar elektron agar
ikatan terjadi, beberapa dari mereka justru saling berbagi elektron pada kulit
terluarnya. Penelitian lebih jauh mengungkap bahwa banyak molekul yang
memegang peranan kritis dalam kehidupan ada berkat ikatan kovalenini. Mari
kita tinjau sebuah contoh sederhana untuk menjelaskan ikatan-ikatan kovalen ini
dengan lebih baik. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya mengenai kulit-kulit
elektron, atom dapat membawa maksimal dua elektron pada kulit paling dalam.
Atom hidrogen mempunyai elektron tunggal dan ia memiliki kecenderungan
untuk melengkapkan jumlah elektronnya menjadi dua supaya stabil. Untuk itu,
atom hidrogen membentuk ikatan kovalen dengan atom hidrogen lainnya. Jadi,
kedua atom hidrogen berbagi elektron tunggal masing-masing sebagai elektron
kedua. Maka terbentuklah molekul H2.

Pada ikatan kovalen, dua atom dapat membentuk ikatan dengan sepasang,
dua pasang, atau tiga pasang elektron bergantung pada jenis unsur yang berikatan.
Ada 3 jenis ikatan kovalen,yaitu:

70
(1) Ikatan kovalen tunggal

(2) Ikatan kovalen rangkap dua

(3) katan kovalen rangkap tiga

Sifat-Sifat Senyawa Kovalen


Adapun sifat-sifat senyawa kovalen :
(1) Titik didih
Titik didih senyawa kovalen relatif rendah, Kebanyakan senyawa kovalen
mendidih dibawah 200oC. Senyawa kovalen pada suhu kamar, ada yang
berupa padatan dengan titik leleh yang relatif rendah, ada yang berupa cairan,
ada pula yang berupa gas. Titik didih berkaitan dengan gaya tarik-menarik
antar partikel (disebut juga kohesi), makin kuat kohesi, makin tinggi titik
didih. Air (titik didih 100oC) adalah suatu senyawa kovalen. Atom-atom
dalam mlekul air terikat kuat secara kovalen, tetapi ikatan antarmolekul
(kohesinya) tidak begitu kuat, sehingga air relatif mudah mendidih.

71
Gambar 4.9 Penididihan senyawa kovalen
(2) Kemudahan menguap (volatilitas)
Zat yang mudah menguap, seperti alkohol, cuka, parfum, minyak cengkeh,
dan bensin, kita sebut volatil atau atsiri. Zat-zat yang volatil adalah senyawa
kovalen dengan titik didih rendah, sehingga pada suhu kamar sudah cukup
banyak yang menguap (ingat! menguap berbeda dari mendidih; mendidih
adalah perubahan cairan menjadi gas pada titik didihnya; menguap adalah
perubahan pedatan atau cairan atau cairan menjadi uap, tidak harus pada titik
didihnya).
(3) Kelarutan
Kebanyakan senyawa kovalen tidak larut dalam air, mereka lebih mudah
larut dalam pelarut organik misalnya dalam pelarut trikoroetena.
(4) Daya hantar listrik
Senyawa kovalen tidak menghantarkan listrik baik dalam bentuk padat
maupun lelehan. Beberapa senyawa kovalen dapat menghantarkan jika
dilarutkan dalam air.

Ikatan Kovalen Non Polar


Suatu ikatan kovalen dikatakan non polar (tidak berkutub), jika PEI
(pasangan elektron ikatan) tertarik sama kuat ke semua atom.

Gambar 4.10 Ikatan kovalen non polar

72
Dalam tiap molekul di atas, ke-2 atom yang berikatan menarik PEI sama kuat
karena atom-atom dari unsur sejenis mempunyai harga keelektronegatifan yang
sama. Akibatnya muatan dari elektron tersebar secara merata sehingga tidak
terbentuk kutub.
Contoh lain pada CH4 :

Gambar 4.11 Ikatan kovalen non polar CH4


Meskipun atom-atom penyusun CH4 tidak sejenis, akan tetapi pasangan elektron
tersebar secara simetris diantara atom-atom penyusun senyawa, sehingga PEI
tertarik sama kuat ke semua atom (tidak terbentuk kutub).
Suatu ikatan kovalen disebut polar, jika Pasangan Elektron Ikatan (PEI)
tertarik lebih kuat ke salah 1 atom.Ikatan kovalen polar atau ikatan polar dimana
elektron-elektron menghabiskan lebih banyak waktunya untuk berada di dekat
salah satu atom.
contohnya pada HF :

Gambar 4.12 Mekanisme pembentukan ikatan kovalen non polar


Meskipun atom H dan F sama-sama menarik pasangan elektron, tetapi
keelektronegatifan F lebih besar daripada atom H. Akibatnya atom F menarik
pasangan elektron ikatan (PEI) lebih kuat daripada atom H sehingga letak PEI
lebih dekat ke arah F (akibatnya terjadi semacam kutub dalam molekul HF).
Jadi, kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan oleh adanya perbedaan
keelektronegatifan antara atom-atom yang berikatan.

73
Gambar 4.13 Nilai keelektronegatifan kepolaran suatu ikatan kovelen
Contoh lain yang merupakan ikatan kovalen polar yaitu H2O dan HBr.

4.3 Ikatan Kovalen Koordinasi


Dengan menggabungkan teori valensi dengan teori ikatan ion dan kovalen,
hampir semua ikatan kimia yang diketahui di awal abad 20 dapat dipahami.
Namun, menjelasng akhir abad 19, beberapa senyawa yang telah dilaporkan tidak
dapat dijelaskan dengan teori Kekulé dan Couper. Bila teori Kekulé dan Couper
digunakan untuk mengintepretasikan struktur garam luteo, senyawa yang
mengandung kation logam dan aminua dengan rumus rasional Co(NH3)6Cl3, maka
struktur singular (gambar 1.(a)) harus diberikan.
Struktur semacam ini tidak dapat diterima bagi kimiawan Swiss Alfred
Werner (1866-1919). Ia mengusulkan bahwa beberapa unsur termasuk kobal
memiliki valensi tambahan, selain valensi yang didefinisikan oleh Kekulé dan
Couper, yang oleh Werner disebut dengan valensi utama. Menuru Werner, atom
kobalt dalam garam luteo berkombinasi dengan tiga anion khlorida dengan valensi
utamanya (trivalen) dan enam amonia dengan valensi tambahannya (heksavalen)
membentuk suatu oktahedron dengan atom kobaltnya di pusat (gambar 3.4(b)).

74
Gambar 4.14 Dua struktur yang diusulkan untuk garam luteo
Setelah melalui debat panjang, kebenaran teori Werner diterima umum,
dan diteumkan bahwa banyak senyawa lain yang memiliki valensi tambahan.
Dalam senyawa-senyawa ini, atomnya (atau ionnya) yang memerankan peranan
kobalt disebut dengan atom pusat, dan molekul yang memerankan seperti amonia
disebut dengan ligan.
Sifat sebenarnya dari valensi tambahan ini diungkapkan oleh kimiawan
Inggris Nevil Vincent Sidgewick (1873-1952). Ia mengusulkan sejenis ikatan
kovalen dengan pasangan elektron yang hanya disediakan oleh salah satu atom,
yakni ikatan koordinat.. Jadi atom yang menerima pasangan elektron harus
memiliki orbital kosong yang dapat mengakomodasi pasangan elektron. Kekulé
telah mengungkapkan amonium khlorida sebagai NH3・HCl. Menurut
Sidgewick, asuatu iktan koordiant dibentuk oleh atom nitrogen dari amonia dan
proton menghasilkan ion amonium NH4+, yang selanjutnya membentuk ikatan ion
dengan ion khlorida menghasilkan amonium khlorida.

Gambar 4.15 Pembentukan ikatan kovalen koordinasi NH 4Cl


Amonia adalah donor elektron karena mendonorkan pasangan elektron, sementara
proton adalah akseptor elektron karena menerima pasangan elejtron di dalam
orbital kosongnya.
Ikatan Koordinat / Dativ / Semipolar Adalah ikatan yang terbentuk dengan
cara penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom yang

75
berikatan pasangan elektron bebas (PEB), sedangkan atom yang lain hanya
menerima pasangan elektron yang digunakan bersama. Pasangan elektron ikatan
(PEI) yang menyatakan ikatan dativ digambarkan dengan tanda anak panah kecil
yang arahnya dari atom donor menuju akseptor pasangan elektron.
Syarat pembentukan ikatan koordinasi
Ada dua persyaratan mutlak pada pembentukan ikatan koordinasi :
1. Atom yang satu memiliki pasangan elektron bebas
2. Atom lainnya memiliki orbital kosong
Sebagai contoh, atom N pada molekul amonia, NH3, mempunyai satu
PEB. oleh sebab itu, molekul NH3 dapat mengikat ion H+ melalui ikatan kovalen
koordinasi, sehingga menghasilkan ion amonium, NH4+.

Dalam ion NH4+ terkandung empat buah ikatan, yaitu tiga ikatan kovalen dan satu
ikatan kovalen koordinasi.

4.4 Ikatan Logam


Ikatan macam apakah yang terdapat di antara atom-atom logam dalam kisi
kristalnya? Ikatan ionis tidak mungkin terdapat di antara atom-atom logam,
karena tidak mungkin pula terjadi perpindahan elektron dari satu atom logam ke
atom yang sejenis. Ikatan kovalen juga tidak mungkin berbentuk, karena dalam
kristal logam, ternyata sebuah atom dikelilingi oleh 8 atau 12 atom yang lain,
sedangkan valensi elektron dari logam-logam adalah 1, 2, 3 atau 4.

76
Untuk menjelaskan berbagai sifat logam, dikemukakan beberapa teori mengenai
ikatan yang terdapat di anatara atom-atom logam sebagai berikut :

Teori awan elektron yang dikemukakan oleh Drude dan Lorentz


Menurut teori ini di dalam kristal logam, setiap atom melepaskan elektron
valensinya sehingga membentuk awan elektron dan kation yang bermuatan positif
dan tersusun rapat dalam awan elektron tersebut. Ion logam yang bermuatan
positif tersebut terdapat pada jarak terttentu satu sama lain dalam kristalnya.
Karena elektron valensi tidak terikat pada salah satu ion logam atau pasangan ion
logam, tapi terdelokalisasi terhadap semua ion logam, maka elektron valensi
tersebut bebas bergerak ke seluruh bagian dari kristal logam, sama halnya dengan
molekul-molekul gas yang dapat bergerak dengan bebas dalam ruangan tertentu.

Gambar 4.16 Awan elektron pada pembentukan ikatan logam


Jadi menurut teori ini, kristal logam terdiri dari kumpulan ion logam
bermuatan positif di dalam larutan elektron yang mudah bergerak. Ikatan logam
terdapat antara ion logam positif dan elektron yang mudah bergerak tersebut.
Teori awan elektron juga disebut teori elektron bebas, teori larutan elektron atau
fluida elektron secara kualitatif dapat menjelaskan berbagai sifat fisika dari logam,
seperti sifat mengkilap, dapat menghantarkan listrik dan panas, dapat ditempa,
dibengkokkan dan ditarik.
Sifat-Sifat Logam
Adapun sifat-sifat logam:
(1) Sifat mengkilap
Bila cahaya tampak jatuh pada permukaan logam, sebagian elektron
valensi yang mudah bergerak tersebut akan tereksitasi. Ketika elektron yang

77
tereksitasi tersebut kembali kepada keadaan dasarnya, maka energi cahaya
dengan panjang gelombang tertentu (di daerah cahaya tampak) akan
dipancarkan kembali. Peristiwa ini dapat menimbulkan sifat kilap yang khas
untuk logam.
(2) Daya hantar listrik
Daya hantar listrik pada logam, disebabkan karena adanya elektron valensi
yang mudah bergerak. elektron-elektron valensi tersebut bebas bergerak
dalam medan listrik yang ditimbulakan sumber arus sehingga listrik dapat
mengalir melalui logam.
(3) Daya hantar panas
Sama halnya dengan daya hantar listrik, daya hantar panas juga
disebabkan adanya elektron yang dapat bergerak dengan bebas. bila bagian
tertentu dipanaskan, maka elektron-elektron pada begian logam tersebut akan
menerima sejumlah energi sehingga energi kinetisnya bertambah dan
gerakannya makin cepat. Elektron-elektron yang bergerak dengan cepat
tersebut menyerahkan sebagian energi kinetisya kepada elektron lain
sehingga seluruh bagian logam menjadi panas dan naik suhunya.

Gambar 4.17 Pergerakan elekron pada ikatan logam


(4) Dapat ditempa, dibengkokkan dan ditarik
Karena elektron valensi mudah bergerak dalam kristal logam, maka
elektron-elektron tersebut mengelilingi ion logam yang bermuatan positif
secara simetri, karena gaya tarik antara ion logam dan elektron valensi sama
kesegala arah. Ikatan dalam kisi kristal logam tidak kau seperti pada ikatan

78
dalam senyawa kovalen, sebab dalam kisi kristal logam tidak terdapat ikatan
yang terlokalisasi. Karena gaya tarik setiap ion logam yang bermuatan positif
terhadap elektron valensi sama besarnya, maka suatu lapisan ion logam yang
bermuatan positif dalam kisi kristal mudah bergeser.
Bila sebuah ikatan logam putus, maka segera terbentuk ikatan logam baru.
karena itu logam dapat ditempa menjadi sebuah lempeng yang sangat tipis
dan ditarik menjadi kawat yang halus dan dibengkokkan.

79
SESI PERKULIAHAN KE : 7 – 8

TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu :


1. Menjelaskan cara penulisan persamaan kimia.
2. Menuliskan persamaan kimia dan sekaligus menghitung persamaan
kimia Stokiometri.
3. Menghitung massa pada persamaan kimia.
4. Menentukan pereaksi pembatas pada persamaan kimia.
5. Menjelaskan pengelompokan persamaan kimia.
6. Menyetarakan persamaan reaksi redoks.

Pokok Bahasan : Stokiometri


Deskripsi Singkat :
Bab ini mejelaskan mengenai : cara penulisan persamaan kimia, persamaan
kimia stokiometri, perhitungan massa pada persamaan kimia, pereaksi
pembatas pada persamaan kimia, pengelompokan persamaan kimia, cara
mudah menyetarakan persamaan reaksi redoks

Daftar Pustaka :
1. Jasin Maskoeri:1986, Ilmu Kimia Dasar, PT. Raja grafindo Persada, Jakarta.
2. James E. Brady, 1989. Kimia Uneversitas Edisi V, Binarupa Aksara Jakarta.
3. A.Hadyana Pudjaatmaka, 1990. Kimia Universitas Edisi VI, Erlangga Jakarta.

Pertanyaan Kunci/Tugas :
1. Jika 3,5 mol biogas dibakar dalam oksigen, hitunglah :
 Jumlah mol gas oksigen yang dibutuhkan untuk bereaksi sepenuhnya.
 Jumlah mol karbon dioksida dihasilkan.
2. Logam besi bereaksi dengan gas O2 membentuk besi oksida. Tulislah
persamaan reaksi dan cara menyatarakannya?.

80
BAB IV
STOKIOMETRI

Dalam ilmu kimia, persamaan kimia atau persamaan reaksi adalah


penulisan simbolis dari sebuah reaksi kimia. Rumus kimia pereaksi ditulis di
sebelah kiri persamaan dan rumus kimia produk dituliskan di sebelah kanan.
Koefisien yang ditulis di sebelah kiri rumus kimia sebuah zat adalah koefisien
stoikiometri, yang menggambarkan jumlah zat tersebut yang terlibat dalam reaksi
relatif terhadap zat yang lain. Persamaan kimia yang pertama kali dibuat oleh ahli
kimia Jean Beguin pada tahun 1615.

Gambar 4.1 Representasi grafis persamaan kimia pembakaran metana


Representasi grafis dari persamaan kimia pembakaran metana dalam
sebuah persamaan reaksi, pereaksi dan produk dihubungkan melalui simbol yang
berbeda-beda. Simbol → digunakan untuk reaksi searah, ⇆ untuk reaksi dua arah,
dan ⇌ untuk reaksi kesetimbangan. Misalnya, persamaan kimia pembakaran
metana (suatu gas pada gas alam) oleh oksigen dituliskan sebagai berikut :
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O
Persamaan kimia menggambarkan perubahan sesuatu bahan kimia kepada
bahan lain yang disebabkan oleh kecenderungannya melakukan tindak balas
apabila bercampur dengan bahan kimia lain atau penguraian tersendiri oleh
tindakan haba atau cahaya. Persamaan ini menggunakan simbol kimia untuk
menunjukkan apa yang berlaku di dalam sesuatu tindak balas kimia.

81
Bahan awal yang digunakan di dalam sesuatu tindak balas dikenal sebagai
reaktan manakala bahan yang berhasil dikenali sebagai hasil. Di dalam persamaan
kimia, setiap bahan yang terlibat diwakili oleh formula kimianya dengan semua
reaktan dituliskan di sebelah kiri dan hasil disebelah kanan. Bahan ini dipisahkan
daripada satu sama lain oleh satu anak panah yang menghala ke arah hasil
(reaktan → hasil). Jika terdapat lebih daripada satu reaktan atau hasil dalam
sesuatu tindak balas maka ini dipisahkan oleh tanda campur (+).
Contohnya, serbuk zink (Zn) dipanaskan bersama dengan serbuk sulfur
(S), serbuk putih zink sulfida (ZnS) dihasilkan. Tindak balas ini boleh
diwakili oleh persamaan kimia seperti berikut :
Zn (s) + S (s) → ZnS (s)
Huruf di dalam kurungan menunjukkan keadaan sebatian tersebut ketika tindak
balas berlangsung; padat (s), cair (l), gas (g) dan akueus (aq). Sebagai contoh
persamaan seimbang lain bagi tindak balas di antara gas hidrogen dan gas oksigen
ialah :
2H2 (g) + O2 (g) → 2H2O (aq)
Seringkali pada suatu persamaan kimia, wujud zat yang bereaksi dituliskan
dalam singkatan di sebelah kanan rumus kimia zat tersebut. Huruf s
melambangkan padatan, l melambangkan cairan, g melambangkan gas, dan aq
melambangkan larutan dalam air. Misalnya, reaksi padatan kalium (K) dengan air
(2H2O) menghasilkan larutan kalium hidroksida (KOH) dan gas hidrogen (H2),
dituliskan sebagai berikut :
2K (s) + 2H2O (l) → 2KOH (aq) + H2 (g)
Selain itu, di paling kanan dari sebuah persamaan kimia kadang-kadang
juga terdapat suatu besaran atau konstanta, misalnya perubahan entalpi atau
konstanta kesetimbangan. Misalnya proses Haber (reaksi sintesis amonia) dengan
perubahan entalpi (ΔH) dituliskan sebagai berikut :
N2 (g) + 3H2 (g) → 2NH3 (g) ΔH = -92.4 kJ/mol
Suatu persamaan disebut setara jika jumlah suatu unsur pada sebelah kiri
persamaan sama dengan jumlah unsur tersebut di sebelah kanan, dan dalam reaksi

82
ionik, jumlah total muatan harus setara juga. Contoh di bawah adalah reaksi antara
merkuri dengan oksigen :
HgO → Hg + O2
Pada reaksi kimia di atas, dapat diterjemahkan bahwa "Molekul HgO yang
terdiri dari satu atom merkuri (Hg) dan satu atom hidrogen (O), menghasilkan
(→) satu molekul yang terdiri dari satu atom merkuri (Hg), dan satu molekul yang
terdiri dari dua atom oksigen (O2).
Suatu reaksi kimia merupakan gabungan beberapa lambang, yang
selanjutnya dinamakan dengan persamaan kimia. Zat yang berada di sebelah kiri
anak panah disebut dengan pereaksi, sedangkan zat yang berada di sebelah kanan
anak panah disebut dengan hasil reaksi. Menurut hukum konservasi, bahwa dalam
reaksi kimia biasa tidak ada materi yang hilang meskipun mungkin berubah.
Jumlah atom dalam pereaksi harus tetap sama dengan yang dihasilkan, betapa pun
atom-atom itu berubah untuk membentuk pola molekul yang baru. Apabila suatu
persamaan memenuhi syarat-syarat itu, dapat dikatakan persamaan itu setimbang.
Sehingga, agar reaksi antara Hg dan O di atas menjadi persamaan yang setimbang,
maka persamaannya menjadi :
2HgO →2Hg + O2
Cara membaca persamaan reaksi kimia di atas adalah : 2 molekul merkuri
oksida (HgO) yang terdiri darisatu atom merkuri (Hg) dan satu atom oksigen (O)
menghasilkan dua molekul merkuri (Hg) yang masing-masing terdiri atas satu
atom merkuri (Hg), dan satu molekul oksigen (O2) yang terdiri atas dua atom
oksigen (O2).
Angka 2 di depan lambang Hg menyatakan jumlah molekul, bukan jumlah
atom. Sementara untuk menyatakan jumlah atom ditulis di belakang bawah
lambang reaksi.

4.1 Cara Penulisan Persamaan Kimia


Reaksi kimia adalah proses dimana terjadi perubahan kimia dan ditandai
dengan pembentukan zat baru. Sebagai contoh, ketika magnesium terbakar
diudara dihasilkan zat baru magnesium oksida. Persamaan pembakaran
magnesium dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut :

83
Magnesium + Oksigen → Magnesium oksida
Dengan mensubstitusikan rumus kimia ke dalam persamaan. Persamaan
kimia dapat diperoleh suatu hal yang dapat menunjukkan apa yang sedang terjadi
pada tingkat atom/molekul/ion. Persamaan kimia untuk pembakaran magnesium
adalah sebagai berikut :
2Mg(s) + O2 (g) → 2MgO(s)
Ketika menuliskan rumus kimia ke dalam konversi berikut ini disetujui :
1. Rumus reaktan ditulis disisi kiri panah dan rumus produk disisi kanan panah.
2. Koefisien ditulis didepan rumus menandakan jumlah partikel, yaitu atom,
molekul atau satuan rumus dari zat terhadap semua zat lain dalam reaksi.
3. Keadaan fisik reaktan dan produk dalam kondisi reaksi dapat dinotasikan
dengan menulis, disebelah kanan setiap rumus (g), (l), (s) masing-masing untuk
mewakili gas, cair dan padat. praktikan kimia sering menghilangkan reaksi ini
terjadi dalam larutan air simbol (aq) dapat digunakan untuk menunjukkan
dalam larutan air.
4. Jumlah atom setiap unsur disisi kanan dan sisi kiri persamaan harus sama.
5. Jumlah muatan disisi kanan dan sisi kiri persamaan harus sama
Persamaan kimia menunjukkan dua hal, yaitu :
(1) Kualitatif
Persamaan kimia menunjukkan rumus kimia peraksi dan hasil reaksi, serta
keadaan zat-zat yang beraksi. Kuantitatif: persamaan kimia menunjukkan
hubungan antara pereaksi dan hasil reaksi yang terdapat dalam jumlah dan
jenis atom yang setara.
(2) Menyetarakan persamaan kimia
Untuk menunjukkan reaksi kimia dengan benar, persamaan tersebut harus
setara/seimbang. Untuk menyetarakan, jumlah atom dari setiap unsur disisi
kiri dan sisi kanan persamaan harus sama. Menyetarakan reaksi dapat dicapai
dengan mengubah koefisien didepan rumus dalam persamaan.
Prosedur umum untuk menyetarakan persamaan kimia adalah sebagai berikut
1) Tulis kata persamaan untuk reaksi yang mencakup semua reaktan dan
produk.

84
2) Dibawah setiap reaktan dan produk dalam persamaan, tulis rumus yang
benar untuk spesies yang bersangkutan.
3) Mengubah koefisien di depan setiap rumus untuk menyeimbangkan
jumlah atom setiap unsur di kedua sisi persamaan.
4) Periksa apakah jumlah atom setiap unsur sama pada kedua sisi
persamaan.
5) Tulis dalam keadaan fisik untuk masing-masing spesies.

4.2 Persamaan Kimia Stokiometri


Persamaan kimia menunjukkan hubungan antara jumlah mol reaktan dan
produk dalam reaksi kimia. Sebagai contoh, persamaan yang mewakili
pembakaran gas butana :
2C4H10 (g) + 13O2 (g) → 8CO2 (g) + 10H2O (g)
Menunjukkan bahwa untuk setiap dua mol C4H10 yang bereaksi, tiga belas mol O2
yang diperlukan dan delapan mol CO2 dan sepuluh mol H2O dihasilkan.
Hubungan antara koefisien dalam kesetimbangan persamaan jumlah mol dari satu
zat yang akan bereaksi dengan, atau dihasilkan dari, suatu substansi kedua dapat
dihitung.
Contoh :
Jika 4,5 mol butana dibakar dalam oksigen, hitunglah :
1) Jumlah mol gas oksigen yang akan dibutuhkan untuk bereaksi sepenuhnya,
2) Jumlah mol karbon dioksida dihasilkan, dan
3) Jumlah mol air yang dihasilkan.
Jawaban :
2C4H10 (g) + 13O2 (g) → 8CO2 (g) + 10H2O (g)
2 mol + 13 mol → 8 mol + 10 mol
13 mol O2 bereaksi dengan 2 mol C4H10
n (O2) = 3/2 x n (C4H10) = 13/2 x 4.5 = 29 mol dari O2
8 mol CO2 yang dihasilkan dari 2 mol C4H10
n (CO2) = 8/2 x n (C4H10) = 4 x 4.5 = 18 mol dari O2
10 mol H2O dihasilkan dari 2 mol C4H10

85
n(H2O) = 10/2 x n (C4H10) = 5 x 4.5 = 22 mol dari O2

4.3 Perhitungan Massa pada Persamaan Kimia


Persamaan kimia mengindikasikan hubungan antara jumlah mol pereaksi
dengan produk pada reaksi kimia. Karena massa zat dihubungkan dengan jumlah
mol, persamaan kimia dapat digunakan untuk mendefinisikan hubungan antara
massa pereaksi dengan produk.
Misalnya, pada pembakaran karbon untuk membentuk karbon dioksida,
hubungan massa antara pereaksi dengan produk yaitu :
C (s) + O2 (g) → CO2 (g)
1 mol + 1 mol → 1 mol
12 g + 32 g → 44 g
Untuk setiap 12 g karbon yang terbakar, dibutuhkan 32 g oksigen dan dihasilkan
44 g karbon dioksida. Pada reaksi antara nitrogen dengan hidrogen yang
menghasilkan amonia, hubungan massanya yaitu :
N2 (g) + 3H2 (g) → 2NH3 (g)
1 mol + 3 mol → 2 mol
28 g + 6 g → 34 g
Kemampuan untuk menghitung massa zat baik yang direaksikan maupun
yang dihasilkan, atau kandungan lain adalah bagian yang sangat penting pada
bidang kimia. Hal ini sangatlah penting untuk cabang ilmu kimia analitik, yang
menyangkut tentang penentuan komposisi suatu zat. Sehingga menjadi bagian
yang vital dalam industri kimia, termasuk logam, pupuk, minyak bumi, industri
plastik dan masih banyak lagi.Metode perhitungan ini akan terus dikembangkan
untuk menyamakan berbagai macam cara perhitungan di bidang kimia.
Contoh :
Persamaan kimia untuk glukosa yang dihasilkan oleh prosese fotosintesis yaitu :
6 CO2 (g) + 6 H2O (l) → C6H12O6 (s) + 6 O2 (g)
Menghitung massa dari karbon dioksida yang diperlukan untuk menghasilkan 3,
61 g glukosa.
6 CO2 (g) + 6 H2O(l) → C6H12O6 (s) + 6 O2 (g)
6 mol + 6 mol → 1 mol + 6 mol

86
Menghitung mol yang diketahui (glukosa) :
M (C6H12O6) = 180,16 g mol-1
n (C6H12O6) = m/M = 3,61 / 180,16 = 0,02004 mol C6H12O6
Menghitung mol yang tidak diketahui (Karbon dioksida).
6 mol CO2 menghasilkan 1 mol C6H12O6
n (CO2) = 6 x n (C6H12O6)
= 6 x 0,02004
= 0,1202 mol CO2
Menghitung massa yang tidak diketahui (Karbon dioksida).
M (CO2) = 43,01 g mol-1
n (CO2) = m / M
0.1202 = m / 44,01
m = 0,1202 x 43,01
= 5,29 g CO2

4.4 Pereaksi Pembatas pada Persamaan Kimia


Dari penyetaraan persamaan reaksi kimia ini kemungkinan dapat
menghitung secara tepat banyaknya pereaksi yang direaksikan dan produk yang
terbentuk. Misalnya, ingat bahwa reaksi antara gas hidrogen dan gas oksigen
dalam membentuk air. Persamaan reaksinya yaitu :
2H2 (g) + O2 (g) → 2H2O (g)
Dari persamaan reaksi di atas, jelas bahwa setiap mol dari O 2 yang bereaksi,
dibutuhkan 2 mol H2 untuk menghasilkan 2 mol H2O. Tetapi, kadang kita
menjumpai situasi dimana perbandingan mol reaktan tidak sama dengan
perbandingan koefisien. Pada situasi seperti ini, salah satu reaktan akan menjadi
zat pembatas dan yang lain mengalami kelebihan.
Contoh :
Gas hidrogen dapat dihasilkan dari reaksi seng dengan asam klorida. Jika asam
klorida yang mengandung 2.74 g HCl di tambahkan dengan 3.27 g seng, hituglah
:

87
1) Zat pembatasnya,
2) Massa gas hidrogen yang dihasilkan dan
3) Massa zat yang berlebihan sisa reaksi
Zn(s) + 2 HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g)
1 mol + 2 mol 1 mol + 1 mol
1) Hitung harga mol dari kedua reaktan.
M (Zn) = 65.39 g mol -1
n (Zn) = m / M = 3,27 / 65,39 =0,05001 mol Zn
M (HCl) = 36.46 g mol -1
n (HCl) = m / M = 2,74 / 36,46 = 0,07515 mol HCl
Membandingkan stoikiometri dan rasio mol sebenarnya.
Rasio stoikiometri :
n(HCl) / n(Zn) = 2/1 = 2
Rasio mol sebenarnya :
n(HCl) / n(Zn) = 0,07515 / 0,05001 = 1,50
Rasio mol sebenarnya < rasio stoikiometri
HCl merupakan zat yang menjadi pembatas
2) Hitung harga mol dari H2
2 mol HCl menghasilkan 1 mol H2
n (H2) = 1/2 x n (HCl) = ½ x 0,07515 = 0,0378 mol H2
Hitung massa H2.
n (H2) = m/M
M (H2) = 2.016 g mol -1
0.03758 = m/2,016
m = 0.0758 g
3) Hitung harga mol Zn yang bereaksi.
1 mol Zn bereaksi dengan 2 mol HCl
n (Zn yang bereaksi) = n (H2) = 1/2 x n (HCl) = ½ x 0,07515
= 0,0378 mol H2
Hitung harga mol Zn sisa yang tidak bereaksi.
n (Zn tidak bereaksi) = n (Zn awal) – n (Zn setelah reaksi)

88
= 0.05001 - 0.03758
= 0.01243 mol Zn
Hitung massa Zn yang tidak bereaksi.
n (Zn) = m/M
0.01243 = m/65,39
m = 0.01243 x 65.39
= 0.813 g

4.5 Pengelompokan Persamaan Kimia


Beragamnya reaksi-reaksi kimia dan pendekatan-pendekatan yang
dilakukan dalam mempelajarinya mengakibatkan banyaknya cara untuk
mengklasifikasikan reaksi-reaksi tersebut, yang sering kali tumpang tindih. Di
bawah ini adalah contoh-contoh klasifikasi reaksi kimia yang biasanya digunakan.
Ada empat dasar persamaan kimia :
(1) Sintesis
Dalam reaksi kombinasi langsung atau sintesis, dua atau lebih senyawa
sederhana bergabung membentuk senyawa baru yang lebih kompleks. Dua
reaktan atau lebih yang bereaksi menghasilkan satu produk juga merupakan
salah satu cara untuk mengetahui kalau itu reaksi sintesis. Contoh dari reaksi
ini adalah gas hidrogen bergabung dengan gas oksigen yang hasilnya adalah
air.
Contoh lainnya adalah gas nitrogen bergabung dengan gas hidrogen akan
membentuk amoniak, dengan persamaan reaksi:
N2 + 3 H2 → 2 NH3
(2) Dekomposisisi
Reaksi dekomposisi atau analisis adalah kebalikan dari reaksi sintesis.
Sebuah senyawa yang lebih kompleks akan dipecah menjadi senyawa yang
lebih sederhana. Contohnya adalah molekul air yang dipecah menjadi gas
oksigen dan gas hidrogen, dengan persamaan reaksi:
2H2O → 2H2 + O2

89
(3) Penggantian tunggal
Dalam reaksi penggantian tunggal atau substitusi, sebuah elemen tunggal
menggantikan elemen tunggal lainnya di suatu senyawa. Contohnya adalah
logam natrium yang bereaksi dengan asam klorida akan menghasilkan
natrium klorida atau garam dapur, dengan persamaaan reaksi :
2Na(s) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + H2 (g)
(4) Penggantian ganda
Dalam reaksi penggantian ganda, dua senyawa saling berganti ion atau
ikatan untuk membentuk senyawa baru yang berbeda. Hal ini terjadi ketika
kation dan anion dari 2 senyawa yang berbeda saling berpindah tempat, dan
membentuk 2 senyawa baru. Rumus umum dari reaksi ini adalah :
AB + CD → AD + CB
Contoh dari reaksi penggantian ganda adalah timbal(II) nitrat bereaksi dengan
kalium iodida untuk membentuk timbal(II) iodida dan kalium nitrat, dengan
persamaan reaksi :
Pb(NO3)2 + 2KI → PbI2 + 2 KNO3
Contoh lainnya adalah natrium klorida (garam dapur) bereaksi dengan perak
nitrat membentuk natrium nitrat dan perak klorida, dengan persamaan reaksi :
NaCl(aq) + AgNO3(aq) → NaNO3(aq) + AgCl(s)
Beberapa contoh penyetaraan untuk membentuk persamaan kimia :
Dalam suatu persamaan kimia, jumlah zat yang bereaksi harus sama
dengan jumlah atom atom dari zat hasil reaksi. Aturan menyetarakan persamaan
reaksi :
1. Jangan mengganti angka indeks, karena itu berarti mengganti rumus kimianya.
2. Jangan menambahkan zat lain yang tidak ada dalam persamaan reaksi.
Setarakan jumlah atom dengan mengubah-ubah angka koefisiennya.
3. Mulailah menyetarakan jumlah atom dari atom-atom yang memiliki indeks
paling besar dan atom-atom tersebut berada dalam satu zat, baik diruas kiri
maupun ruas kanan.
4. Tetapkan koefisien reaksi dari zat dengan indeks terbesar tadi = 1 atau 2.

90
5. Setarakan jumlah atom yang terdapat lebih dari satu zat, baik diruas kiri
maupun ruas kanan.
Contoh (1)

Contoh (2)

Langkah-langkah menulis persamaan reaksi dan penyetaraannya


Dalam persamaan reaksi selalu diberi koefisien yang sesuai untuk
memenuhi hukum kekekan massa dan teori atom Dalton. Salah satu postulat atom
Dalton menyatakan jenis dan jumlah atom yang terlibat dalam reaksi kimia biasa
(tidak melibatkan reaksi fisi dan fusi) tidak berubah tetapi hanya mengalami
penataan ulang. Sebenarnya hal postulat atom Dalton ini hanya menjelaskan
hukum kekekalan massa.
Contoh (1)
Logam aluminium bereaksi dengan gas O2 membentuk aluminium oksida.
Tulislah persamaan reaksi dan penyetaraannya?
1) Menulis rumus kimia atau lambang unsur dari reaktan dan produk dengan
wujud masing-masing spesies.
Al (s) + O2 (g)→Al2O3 (s)

91
2) Tetapkan koefisien salah satu spesi sama dengan 1 (biasanya spesi yang
rumus kimianya lebih kompleks).
Pada reaksi di atas spesi yang lebih kompleks adalah Al 2O3 = 1
3) Setarakan unsur yang terkait langsung dengan zat yang telah diberi
koefisien 1.
Koefisien Al2O3 = 1
Maka Al diruas kanan = 2
Al diruas kiri = 1
Agar jumlah atom Al pada kedua ruas sama maka Al pada ruas kiri diberi
kofisien 2. Persamaan reaksinya menjadi:
2Al (s) + O2 (g) → Al2O3 (s)
Atom O
Koefisien Al2O3 = 1
atom O diruas kanan = 3
Jumlah atom O diruas kiri = 2
Agar jumlah atom O pada kedua ruas sama maka atom O pada ruas kiri
diberi koefisien 3/2. Persamaan reaksinya menjadi :
2Al (s) + 3/2O2 (g) → Al2O3 (s)
Agar koefisien tidak dalam bentuk pecahan koefisien pada kedua ruas
dikalikan dengan satu bilangan agar diperoleh suatu bilangan bulat. Untuk
memperoleh bilangan bulat maka kedua ruas dikali 2, sehingga diperoleh
persamaan reaksi yang setara dengan koefisien dalam bentuk bilangan
bulat :
4Al (s) + 3O2 (g) → 2Al2O3 (s)
4) Biasanya oksigen disetarakan paling terakhir jika masih terdapat unsur-
unsur lain.
Contoh (2)
Reaksi besi(III) oksida dengan larutan asam sulfat membentuk besi(III) sulfat
dan air. Tulislah persamaan reaksi dan setarakan persamaan reaksi tersebut?
Jawab :

92
1) Menulis rumus kimia atau lambang unsur dari reaktan dan produk dengan
wujud masing-masing spesies.
FeO3 (s) + H2SO4 → Fe(SO4)3 (aq) + H2O (l)
2) Tetapkan koefisien salah satu spesi sama dengan 1 (biasanya spesi yang
rumus kimianya lebih kompleks). Sedangkan koefisien yang lainnya
disetarakan huruf sebagai kofisien sementara.
Koefisien Fe2(SO4)3 = 1 dan koefisien yang lain menggunakan huruf.
Persamaan reaksi menjadi :
aFeO3 (s) + bH2SO4 → 1Fe(SO4)3 (aq) + cH2O (l)
3) Setarakan unsur yang terkait langsung dengan zat yang telah diberi
koefisien 1.
Dari reaksi tersebut unsur yang berikAtan langsung dengan zat telah diberi
koefisien 1 adalah Fe, S dan O. Namun O disetarakan terakhir karena
unsur O terdapat di lebih dari dua zat.
Penyetaraan atom Fe
Jumlah atom Fe di ruas kiri = 2a
Jumlah atom Fe di ruas kanan = 2
Maka jumlah atom Fe diruas kiri atau harga koefisien a = 2a = 2, a = 1
Penyetaraan atom S
Jumlah atom S di ruas kiri = b
Jumlah atom S di ruas kanan = 3
Maka jumlah atom S di ruas kiri atau harga koefisien b = 3
Persamaan reaksinya menjadi:
1FeO3 (s) + 3H2SO4 → 1Fe(SO4)3 (aq) + cH2O (l)
4) Setarakan atom lainnya. Atom O disetarakan setelah semua atom setara.
Penyetaraan atom H
Jumlah atom H di ruas kiri = 6
Jumlah atom H di ruas kanan = 2c
Maka jumlah atom H di ruas kanan atau harga koefisien b = 2c = 6, c = 3
Persamaan reaksinya menjadi:
1FeO3 (s) + 3H2SO4 (aq) → 1Fe(SO4)3 (aq) + 3H2O (l)

93
5) Setarakan atom O. Karena semua atom telah setara, maka oksigen
seharusnya telah setara juga. Untuk meyakinkan jumlah atom O pada
kedua ruas telah setara, maka dilakukan penjumlahan atom O pada kedua
ruas.
Jumlah atom O di ruas kiri = 3 + 12 = 15
Jumlah atom O di ruas kanan = 12 + 3 = 15.
Dari penjumlahan ini, terbukti jumlah atom O pada ruas kiri dan ruas
kanan telah setara. Jadi persamaan reaksi setaranya adalah sebagai beriktu
:
FeO3 (s) + 3H2SO4 (aq) → Fe(SO4)3 (aq) + 3H2O (l)
Contoh (3)
Reaksi antara tembaga dengan larutan asam nitrat encer menghasilkan
tembaga(II) nitrat, gas nitrogen monoooksida dan air. Tulislah persamaan
reaksi dan setarakan persamaan reaksi tersebut?
Jawab :
1) Menulis rumus kimia atau lambang unsur dari reaktan dan produk dengan
wujud masing-masing spesies.
Cu (s) + HNO3 (aq) → Cu(NO3)2 (aq) + NO (g) + H2O (l)
2) Tetapkan koefisien salah satu spesi sama dengan 1 (biasanya spesi yang
rumus kimianya lebih kompleks). Sedangkan koefisien yang lainnya
disetarakan huruf sebagai kofisien sementara.
Koefisien Cu(NO3)2 = 1, dan koefisien yang lain menggunakan huruf.
Persamaan reaksi menjadi:
aCu (s) + bHNO3 (aq) → 1Cu(NO3)2 (aq) + cNO (g) + dH2O (l)
3) Setarakan unsur yang terkait langsung dengan zat yang telah diberi
koefisien 1.
Pada reaksi di atas, hanya Cu yang dapat langsung disetarakan yaitu a = 1.
Untuk unsur yang lainnya walaupun terkait langsung dengan Cu(NO 3)2
tetapi tidak dapat langsung disetarakan karena terdapat di lebih dari dua
zat yang belum mempunyai harga korfisien. Maka untuk menyetarakannya
ikuti persamaan-persamaan berikut :

94
· Menyetarakan atom N → b = 2 + c ……………………… (1)
· Menyetarakan atom H → b = 2d …………………………. (2)
· Menyetarakan atom O → 3b = 6 + c + d ……………… (3)
Dari persamaan-persamaan di atas nyatakan nilai c dan d dalam b, sebagai
berikut:
· Dari persamaan (1), b = 2 + c → c = b – 2
· Dari persamaan (2), b = 2d → d = 0,5 b
Substitusikan nilai c dan d ke dalam persamaan (3)
3b = 6 + c + d
3b = 6 + (b – 2) + (0,5 b)
1,5b = 4
b = 4/1,5
nilai b yang telah diperoleh di substitusikan ke persamaan (1) dan (2)
untuk memperoleh nilai c dan d. Maka nilai c dan d berturut-turut adalah

persamaan reaksinya menjadi :


1Cu (s) + 8/3HNO3 (aq) → 1Cu(NO3)2 (aq) + 2/3NO (g) + 4/3H2O (l)
karena masih dalam bentuk pecahan maka dikalikan 3 agar diperoleh
koefisien dalam bentuk bilangan bulat.
3Cu (s) + 8HNO3 (aq) → 3Cu(NO3)2 (aq) + 2NO (g) + 4H2O (l)
Jumlah atom di produk dan reakta

Atom Reaktan Produk


Cu 3 3
H 8 8
N 8 8
O 24 24

Uji Kefahaman 1 | Uji Kefahaman 2 | Uji Kefahaman 3

95
Tutorial 1
Magnesium bertindak balas dengan Asid hidroklorik cair, untuk
menghasilkan Magnesium klorida, dan gas Hidrogen, . Tuliskan persamaan
mewakili tindak balas tersebut.
Penyelesaian:
Langkah 1: Tulis persamaan perkataan dari tindak balas
(Bahan tindak balas ditulis di bahagian kiri manakala hasil
tindak balas ditulis di sebelah kanan)

Langkah 2: Tulis formula kimia yang betul bagi reaktan dan hasil

Langkah 3: Senaraikan bilangan atom bagi setiap elemen pada kedua-


dua bahagian persamaan
Bahagian Kiri Bahagian Kanan

Ato
Mg= 1 (seimbang)
m
Atom Mg= 1
Ato 2 (tidak
Atom H= 1 H=
m seimbang)
Atom CI= 1
Ato 2 (tidak
CI=
m seimbang)

Langkah 4: Seimbangkan bilangan bagi setiap elemen pada kedua-dua


bahagian persamaan dengan mengubah koefisien (nombor di
hadapan formula kimia)

96
Bahagian Kiri Bahagian Kanan

Ato Mg 1
m = (seimbang)
Atom Mg = 1
Ato 2
Atom H = 2 H=
m (seimbang)
Atom CI= 2
Ato 2
CI=
m (seimbang)

Langkah 5: Letak simbol keadaan bagi setiap reaktan dan hasil

Menyetarakan Persamaan Kimia Sederhana – Persamaan reaksi adalah


pemaparan reaksi kimia (perubahan reaktan menjadi produk) dengan
menggunakan rumus kimia zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Contoh:
2H2 (g) + O2 (g) —> 2H2O (l)
Tanda panah menunjukkan arah reaksi dibaca ―membentuk‖ atau ―bereaksi
menjadi‖. Huruf kecil miring dalam tanda kurung mengikuti rumus kimia zat yang
bersangkutan.
Huruf : g = gas s = padatan (solid)
l = cairan (liquid) aq = larutan dalam air (aquerous)

4.6 Cara Mudah Menyetarakan Persamaan Reaksi Redoks


Diantara beberapa metode atau cara menyetarakan reaksi redoks ada satu
yang saya rekomendasikan untuk dipilih siswa. Metode penyetaraan persamaan
reaksi redoks tersebut adalah dengan menggunakan metode setengah rekasi yang
dimodifikasi. Bagian yang dimodifikasi adalah pada bagian menyetarakan jumlah
atom O.
Jika metode setengah reaksi adalah dengan menambahkan H2O pada ruas
atau sisi yang kekurangan O. Pada metode setengah reaksi yang dimodifikasi ini
adalah dengan menambahkan ion OH– untuk sisi yang kekurangan atom O,

97
apapun suasana reaksinya. Urusan suasana akan disesuaikan pada tahap akhir
penyetaraan. Pada metode ini tidak memerlukan perhitungan bilangan oksidasi
yang untuk sebagian siswa ini kadang merasa menyulitkannya.
Adapun langkah-langkah atau tahapan penyetaraannya adalah sebagai
berikut :
1. Membagi reaksi menjadi 2 bagian setengah reaksi, kumpulkan spesi-spesi yang
memiliki kesamaan atom (kecuali O dan H tidak perlu untuk diperhatikan).
Diperbolehkan menambahkan zat yang sama pada dua bagian setengah reaksi
jika diperlukan.
2. Menyetarakan jumlah atom selain atom O dan H
3. Menyetarakan jumlah atom O dengan menambahkan OH- untuk sisi yang
kekurangan O dalam suasana apapun, dan menyetarakan jumlah atom H
dengan menambahkan H+ untuk sisi yang kekurangan H
4. Menyetarakan jumlah muatan dengan menambahkan e–
5. Bila perlu mengalikan setiap setengah reaksi dengan bilangan bulat agar
elektron yang dilepas sama dengan yang diterima. Ingat reaksi redoks kan
reaksi serah terima elektron.
6. Menjumlahkan kedua setengah reaksi, dan menuliskan sisa selisih jika
dijumpai spesi sama yang ada di ruas kiri dan ruas kanan.
7. Menambahkan H+ atau OH– (sesuai dengan suasana yang diminta) jika
diperlukan.
8. Jika pada satu ruas terdapat ion H+ dan juga OH– maka perlu mengonversinya
jadi molekul H2O.
9. Memastikan jumlah atom dan muatan sudah setara.
Contoh (1)
Setarakan reaksi berikut :
Na2Cr2O7 + SnI2 + HI → CrI3 + SnI4 + NaI + H2O
1) Pisahkan reaksi menjadi 2 setengah reaksi, pastikan senyawa yang
berpasangan itu memiliki kesamaan atom (kecuali O dan H)
Na2Cr2O7 + HI → CrI3 + NaI + H2O
SnI2 → SnI4 ….

98
Bagian ini pasti akan bermasalah karena jumlah I tidak akan pernah sama
kalau kondisinya begitu. Oleh karena itu boleh ―diakali‖ dengan
menambahkan HI juga pada ruas kiri. Mengapa dipilih HI , karena ini
yang paling mungkin). Sehingga penulisannya menjadi seperti di bawah
ini.
Na2Cr2O7 + HI → CrI3 + NaI + H2O
SnI2 + HI → SnI4
2) Setarakan jumlah atom (selain O dan H) yang ada di ruas kanan dan kiri.
Menyetarakan atom O adalah dengan menambahkan OH- pada ruas yang
kekurangan atom O. Menyetarakan atom H adalah dengan menambahkan
H+ pada ruas yang kekurangan atom H
Na2Cr2O7 + 8HI → 2CrI3 + 2NaI + H2O + 6OH-
SnI2 + 2HI → SnI4 + 2H+
3) Setarakan muatan ruas kiri dan kanan dengan menambahkan e- pada ruas
yang lebih positif
Na2Cr2O7 + 8HI + 6e– → 2CrI3 + 2NaI + H2O + 6OH-
SnI2 + 2HI → SnI4 + 2H+ + 2e–
4) Samakan jumlah elektron yang dilepas dengan yang diterima
|x1| Na2Cr2O7 + 8HI + 6e– → 2CrI3 + 2NaI + H2O + 6OH-
x3| SnI2 + 2HI → SnI4 + 2H+ + 2e–
Na2Cr2O7 + 8HI + 6e– → 2CrI3 + 2NaI + H2O + 6OH-
3 SnI2 + 6HI → 3 SnI4 + 6H+ + 6e–
5) Jumlahkan spesi (molekul, ion, elektron) yang berada pada ruas yang sama
dari kedua reaksi, dan tuliskan sisa hasil selisih untuk spesi yang ada pada
kedua ruas
Na2Cr2O7 + 8HI + 6e– → 2CrI3 + 2NaI + H2O + 6OH-
3 SnI2 + 6HI → 3 SnI4 + 6H++ 6e
Na2Cr2O7 + 8HI + 6e– + 3SnI2 + 6HI → 2CrI3 + 2NaI + H2O + 6OH– + 3SnI4 +
6H+ + 6e–
Tuliskan sisa hasil selisih untuk spesi yang ada pada kedua ruas

99
Na2Cr2O7 + 8HI + 6e– + 3 SnI2 + 6HI → 2CrI3 + 2NaI + H2O + 6OH– + 3SnI4 +
6H+ + 6e–
Na2Cr2O7 + 8HI + 3SnI2 + 6HI → 2CrI3 + 2NaI + H2O + 6OH– + 3SnI4 + 6H+
6) Pada langkah ini tidak diperlukan penambahan ion H+ atau OH- karena
reaksi di atas termasuk reaksi yang telah lengkap, jadi secara otomatis atom
H dan OH akan sama (biasanya akan begitu, seperti reaksi ini).
Penerapannya coba lihat contoh 2.
7) Jika terdapat spesi H+ dan OH- dalam satu ruas dapat di konversi menjadi
H2O dan spesi yang sama digabungkan.
Na2Cr2O7 + 8HI + 3SnI2 + 6HI → 2CrI3 + 2NaI + H2O + 6OH– + 3SnI4 + 6H+
Na2Cr2O7 + 14HI + 3SnI2 → 2CrI3 + 2NaI + H2O + 6H2O + 3SnI4
Na2Cr2O7 + 14HI + 3SnI2 → 2CrI3 + 2NaI + 7H2O + 3SnI4
Jadi hasil penyetaraannya adalah:
Na2Cr2O7 + 14HI + 3SnI2 → 2CrI3 + 2NaI + 7H2O + 3SnI4

Contoh (2)
Setarakan reaksi berikut :
Bi2O3 + ClO–→ BiO3– + Cl–
1) Pemecahan menjadi setengah reaksi:
Bi2O3 → BiO3–
ClO– → Cl–
2) Menyamakan jumlah atom selain O dan H :
Bi2O3 → 2BiO3–
ClO– → Cl–
3) Menyamakan jumlah atom O dengan menambahkan OH- dan menyamakan
H dengan menambahkan H+ serta muatan :
Reaksi Oksidasi: Bi2O3 + 3OH– → 2BiO3– + 3H+
Reaksi Reduksi: ClO– + H+ → Cl–+ OH–
4) Menyamakan jumlah muatan dengan menambahkan e – dan menyamakan
elektron yang dilepas dan yang diterima dengan mengalikan ruas dengan
bilangan bulat yang sesuai :

100
|x1| Bi2O3 + 3OH– → 2BiO3– + 3H+ + 4e–
|x2| ClO– + H+ + 2e– → Cl–+ OH–
5) Menjumlahkan semua spesi yang ada di setiap ruas dengan
membandingkan ruas kiri dan kanan :
Bi2O3 + 3OH– → 2BiO3– + 3H+ + 4e–
2ClO– + 2H+ + 4e– → 2Cl–+ 2OH– +
=====================================================
===
Bi2O3 + 3OH– + 2ClO– + 2H+ + 4e– → 2BiO3– + 3H+ + 2Cl– + 2OH– + 4e–
6) Hilangkan setiap ruas jika dijumpai spesi yang sama, biasanya berupa e –
dan ion H+ atau ion OH- :
Bi2O3 + 3OH– + 2ClO– + 2H+ + 4e– → 2BiO3– + 3H+ + 2Cl– + 2OH– + 4e–
Bi2O3 + OH– + 2ClO– → 2BiO3– + H+ + 2Cl–
7) Reaksi dalam suasana asam atau basa?
Asam….Jika reaksi berlangsung dalam suasan asam maka perlu
menambahkan sejumlah H+ pada kedua ruas untuk menetralkan OH– :
Bi2O3 + OH– + 2ClO– + H+ → 2BiO3– + H+ + 2Cl–+ H+
Bi2O3 + 2ClO– + H2O → 2BiO3– + 2Cl– + 2H+
Basa…. Jika reaksi berlangsung dalam suasan BASA maka perlu
menambahkan sejumlah OH– pada kedua ruas untuk menetralkan H+ :
Bi2O3 + OH– + 2ClO– + OH– → 2BiO3– + H+ + 2Cl– + OH–
Bi2O3 + 2ClO– + 2OH– → 2BiO3– + 2Cl– + H2O
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi (redoks)
Jejaring Kimia - Berbagai macam persamaan kimia tanpa kita sadari,
begitu akrab dengan kehidupan kita.
(1) Pernahkah Anda melihat besi maupun seng berkarat?
(2) Benda perhiasan yang disepuh kembali karena warnanya yang pudar?
(3) Energi listrik yang ditimbulkan oleh aki kendaran bermotor?
(4) Atau yang lebih sederhana ketika kita mengupas buah apel, beberapa saat
akan terjadi perubahan warna. Mengapa hal itu bisa terjadi?

101
Semua kejadian atau peristiwa di atas merupakan contoh dari reaksi oksidasi atau
reduksi yang akrab kita sebut sebagai reaksi redoks. Sesuai dengan
perkembangannya, ada tiga konsep untuk menjelaskan reaksi oksidasi reduksi
(redoks). Konsep tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Konsep redoks berdasarkan pelepasan dan pengikatan oksigen.
(2) Konsep redoks berdasarkan pelepasan dan penerimaan elektron.
(3) Konsep redoks berdasarkan kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi.
Berikut penjelasan sederhana untuk ketiga konsep persamaan kimia oksidasi
reduksi (redoks) di atas.
(1) Konsep redoks berdasarkan pelepasan dan pengikatan oksigen.
Berdasarkan konsep pertama :
Oksidasi adalah peristiwa pengikatan oksigen
Adapun contoh yang terkait dengan reaksi oksidasi berdasarkan konsep ini
adalah sebagai berikut :
 Perkaratan logam besi
Reaksi perkaratan logam besi:
4Fe (s) + 3O2 (g) --> 2Fe2O3 (s) [karat besi]
Pembakaran bahan bakar (misalnya gas metana, minyak tanah,
LPG, solar)
Reaksi pembakaran gas metana (CH4): akan menghasilkan gas karbon
dioksida dan uap air.
CH4 (g) + O2(g) --> CO2(g) + 2H2O(g)
 Oksidasi glukosa (C6H12O6) dalam tubuh (respirasi). Di dalam
tubuh, glukosa di pecah menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti
carbon dioksida dan air.
C6H12O6(aq) + 6O2(g) --> 6CO2(g) + 6H2O(l)
 Oksidasi tembaga Cu, belarang S, dan belerang dioksida SO2 :
Cu(s) + O2(g) --> CuO(s)
S(s) + O2(g) --> SO2(g)
SO2(g) + O2(g) --> SO3(g)

102
 Buah apel maupun pisang setelah dikupas akan berubah warna menjadi
kecoklatan
 Minyak makan yang disimpan terlalu lama dan dalam kondisi terbuka
akan menyebabkan bau tengik hasil dari pengikatan oksigen
(teroksidasi)
 Menurut Anda, contoh apa lagi yang terkait dengan peristiwa oksidasi
berdasarkan konsep pertama?. Zat yang mengikat oksigen kita sebut
sebagai reduktor/pereduksi. Berdasarkan contoh-contoh reaksi oksidasi
di atas, maka reduktor untuk reaksi: 1) Besi Fe; 2) Metana CH4; 3)
Glukosa C6H12O6; 4) Cu, S, SO2
Reduksi adalah peristiwa pelepasan oksigen (kebalikan dari reaksi
oksidasi)
Adapun contoh yang terkait dengan reaksi reduksi berdasarkan konsep ini
adalah sebagai berikut:
 Reduksi mineral hematit F2O3 oleh karbon monoksida CO
F2O3(s) + CO(g) --> 2Fe(s) + CO2(g)
 Reduksi kromium(III) oksida Cr2O3 oleh aluminium Al
Cr2O3(s) + 2Al(s) --> 2Cr(s) + Al2O3(s)
 Reduksi tembaga(II) oksida CuO oleh gas hidrogen H2
CuO(s) + H2(g) --> Cu(s) + H2O(g)
 Reduksi SO3, KClO3, dan KNO3:
SO3(g) --> SO2(g) + O2(g)
3KClO3(s) --> 2KCl(s) + 3O2(g)
2KNO3(aq) --> 2KNO2(aq) + O2(g)
Zat yang melepas oksigen kita sebut sebagai oksidator/pengoksidasi.
Berdasarkan contoh-contoh reaksi reduksi di atas, maka oksidator
untuk reaksi: 1) Hematit Fe2O3; 2) Kromium(III) oksida Cr2O3; 3)
Tembaga(II) oksida CuO; 4) SO3, KClO3, KNO3.
(2) Konsep redoks berdasarkan pelepasan dan penerimaan elektron.
 Pelepasan dan penerimaan elektron terjadi secara simultan, artinya
jika suatu spesi melepas elektron berarti ada spesi lain yang

103
menyerapnya.
Oksidasi adalah peristiwa pelepasan elektron
 Reduksi adalah penerimaan elektron.
Adapun contoh yang terkait dengan reaksi oksidasi dan reduksi
berdasarkan konsep ini adalah sebagai berikut :
Reaksi natrium dengan clorin membentuk natrium klorida NaCl
Oksidasi : Na --> Na+ + e [melapas 1 elektron]
Reduksi : Cl + e --> Cl- [menerima 1 elektron]
-------------------------------------
Na + Cl --> Na+ + Cl- --> NaCl
Reaksi kalsium dengan belerang membentuk calsium sulfida
Oksidasi : Ca --> Ca2+ + 2e [melepas 2 elektron]
Reduksi : S + 2e --> S2- [menerima 2 elektron]
-------------------------------------
Ca + S --> Ca2+ + S2- --> CaS
Zat yang melepas elektron (oksidasi) disebut reduktor, sedangkan zat
yang menerima elektron (reduksi) disebut oksidator.
(3) Konsep redoks berdasarkan kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi.
Dalam berbagai kasus reaksi oksidasi yang kompleks, sulit untuk
menentukan spesi mana yang mengalami oksidasi dan reduksi. Contoh
reaksi berikut :
2KMnO4 + 3H2SO4 + H2C2O4 --> K2SO4 + 2MnSO4 + 2CO2 + 4H2O
Dapatkah Anda menyebutkan spesi mana yang mengalami reaksi
oksidasi dan reduksi?
Untuk menjawab pertanyaan ini, maka digunakan konsep reaksi oksidasi
reduksi berdasarkan kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi (biloks).
Berdasarkan konsep yang ketiga: oksidasi adalah pertambahan biloks,
reduksi adalah penurunan biloks.

104
SESI PERKULIAHAN KE : 9 - 10

TIK : Setelah mengikuti pelajaran ini, mahasiswa akan dapat :


1. Menjelaskan sifat dasar larutan
2. Menghitung konsentrasi larutan
3. Menjelaskan sifat koligatif larutan
4. Menjelaskan kelarutan endapan dan menghitung hasil kali kelarutan

Pokok Bahasan : Larutan


Deskripsi Singkat :
Bab ini menjelaskan mengenai : sifat dasar larutan, konsentrasi larutan, sifat
koligatif larutan, kelarutan dan hasil kelarutan.

Daftar Pustaka :
1. James E. Brady, 1989. Kimia Uneversitas Edisi V, Binarupa Aksara Jakarta.
2. A.Hadyana Pudjaatmaka, 1990. Kimia Universitas Edisi VI, Erlangga Jakarta.

Pertanyaan Kunci :
1. Apa yang dimaksud dengan larutan, konsentrasi, dan Ksp.
2. Bagaimana menyatakan konsentrasi.

105
BAB V
LARUTAN

Banyak reaksi kimia yang berlangsung dalam larutan, sehingga perlu


dibicarakan cara perhitungan stoikiometri larutan. Bab ini akan membicarakan
larutan dan sifat-sifatnya, juga cara menyatakan konsentrasi. Pembicaraan
mengenai masalah tersebut pada bab ini, dibagi dalam lima sub bab yaitu : sifat
dasar larutan, cara menyatakan konsentrasi larutan, sifat koligatif larutan,
kelarutan endapan dan hasil kali kelarutan.

5.1 Sifat Dasar Larutan


Suatu larutan adalah campuran homogen antara dua zat atau lebih. Larutan
terjadi karena komponen-komponen larutan terdispersi (tercerai-berai) menjadi
atom atau molekul atau ion-ion sehingga dapat bercampur-baur. Disebut homogen
karena susunannya begitu seragam sehingga tak dapat diamati adanya bagian-
bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Larutan dapat padat, cair, atau gas, namun lazimnya yang disebut larutan
ialah yang berupa cairan. Larutan terdiri dari komponen yang disebut pelarut
(solvent), yaitu yang terdapat dalam jumlah yang terbesar. Pada larutan yang
berupa cairan, pelarut juga cairan, misalnya air, alkohol, eter, aseton, benzene.
Komponen larutan selain pelarut ialah zat yang terlarut (solute), yaitu yang pada
umumnya terdapat dalam jumlah yang jauh lebih sedikit daripada pelarut, dapat
berupa gas, cairan ataupun padatan.
Mengapa zat melarut ? Proses pembentukan larutan dapat merupakan
peristiwa fisika biasa (larutnya NaCI dalam air), tetapi juga karena terjadi reaksi
kimia, misalnya besi larut dalam HCI.

5.2 Cara Menyatakan Konsentrasi Larutan


Dalam perhitungan segera muncul masalah konsentrasi larutan.
Konsentrasi menyatakan banyaknya solute dalam larutan. Misalnya dua gelas air
minum yang berisi air gula sama banyaknya (sama volumenya) tetapi yang satu
berisi gula lebih banyak dari yang lain, maka yang pertama tadi mempunyai
konsentrasi gula yang lebih besar dari pada yang kedua, tandanya rasanya lebih

106
manis. Larutan disebut "encer" (dilute), bila konsentrasinya kecil, lawannya ialah
"pekat" (concentrated).
Untuk perhitungan kimia, masalah konsentrasi harus lebih eksak. Ada dua
cara menghitung konsentrasi, yaitu :
(1) Konsentrasi sebagai perbandingan banyaknya solute terhadap banyaknya
pelarut.
(2) Konsentrasi sebagai perbandingan banyaknya solute terhadap banyaknya
larutan.
Disamping itu :
 Banyaknya solute dapat dinyatakan dalam : gram, mol, ekivalen, ml
 Banyaknya pelarut dapat dinyatakan dalam : gram, kg, mol, liter, ml
 Banyaknya larutan dapat dinyatakan dalam : gram, kg, liter, ml
Ada tujuh (7) cara menyatakan konsentrasi
Simbol-simbol dan artinya yang akan dipakai adalah sebagai berikut
Wp untuk massa (berat) pelarut
WA, WB untuk massa (berat) solute A, solute B
np untuk jumlah mol pelarut
nA, nB untuk jumlah mol solute A, solute B

(1) Fraksi mol (X)


Fraksi mol ialah berapa bagian jumlah mol zat dari keseluruhan jumlah
mol semua komponen yang ada dalam larutan. Untuk zat A sebagai solut
tunggal, fraksi mol A ialah :
nA
XA 
nA  n p

Fraksi mol biasa dinyatakan sebagai pecahan, tetapi ada kalanya juga sebagai
persentase. Jika komponen larutan lebih dari dua (solute lebih dari satu),
maka :
nA
XA 
nA  nB  nC  ...  n p

107
nB
XB 
nA  nB  nC  ...  n p

dan seterusnya
np
Xp 
nA  nB  nC  ...  n p

Jumlah XA + XB +... + XP = 1
Contoh
Hitunglah fraksi mol etil alkohol,C2H5OH, dan air dalam suatu larutan yang
dibuat dengan melarutkan 13,8 g alkohol ke dalam 27,0 g air.
Jawaban
13,8 g
Banyaknya mol C2 H 5OH   0,300 mol
46,1g / mol
27,0 g
Banyaknya mol H 2O   1,50 mol
18,0 g / mol
Jumlah total mol = 1,80 mol
mol C2 H 5OH 0,300
Fraksi mol C2 H 5OH    0,167
total mol 1,80

mol H 2O 1,50
Fraksi mol H 2O    0,833
total mol 1,80
(2) Persen berat
Persen berat (%-b atau %-b/b) ialah berapa persenkah berat zat dari berat
larutan atau lebih sederhana dikatakan : berapa gram zat terdapat dalam 100 g
larutan
WA gramA
%b  x100% 
WA  Wp 100 g laru tan

Gram larutan = gramA + gram pelarut (+ gram komponen-komponen lain


kalau ada).
Contoh
Suatu logam campuran (alloy) tembaga dan aluminium mengandung 65,6 g
Cu dan 423,1 g Al. Hitunglah persen berat (persen massa) komponen masing-
masing.

108
Jawaban
Logam campuran dapat dianggap sebuah larutan padat (solid solution)
berat Cu 65,6 g
%  b Cu   x100%  13, 4%
berat (Cu  Al ) (65,6  423,1) g
%-b A1 = (100 - 13,4)% = 86,6%

(3) Persen volume


Persen volume (%-v atau %-v/v) ialah berapa persenkah volume zat dari
volume larutan atau lebih sederhana dikatakan : berapa ml volume zat
terdapat dalam 100 ml larutan.
vA ml A
%v  x100% 
vA  v p 100 g laru tan

(4) Persen berat-volum


Persen berat-volum (%-b/v) ialah berapa gram solute terdapat dalam 100
ml larutan
WA gramA
%b  x100% 
v v v 100 g laru tan
A p

(5) Molaritas
Molaritas (M) adalah berapa mol zat terdapat dalam satu liter larutan nA
nA
MA 
literlaru tan
Molaritas merupakan cara yang paling lazim untuk menyatakan konsentrasi
dalam perhitungan kimia, antara lain karena mengukur volume larutan dapat
dilakukan jauh lebih mudah dan cepat daripada menimbang berat
larutan.Karena demikian sering dipakai maka sering kali bila dikatakan
konsentrasi tanpa keterangan lebih lanjut, maka yang dimaksud ialah M.
Larutan I M disebut larutan 1 molar atau molar saja
Contoh
Hitunglah molaritas suatu larutan yang dibuat dengan melarutkan 4,0 g
kalsium bromide, CaBr2, dalam air secukupnya untukmemperoleh 250 ml
larutan.
Jawaban

109
g zat terlarut
g
mol zat terlarut mol
M 
liter laru tan liter laru tan

4, 0 g CaBr2
200 g CaBr2 mol
M  0,10ml / L  0,10M
1L
200ml x
1000ml
(6) Molalitas
Molalitas (m) ialah berapa mol solut terdapat dalam l000g pelarut
nA
mA 
1000 g pelarut
Contoh
Hitunglah molalitas suatu larutan yang dibuat dengan melarutkan 262 g etilen
glikol, C2H6O2, dalam 8000 g air
Jawaban :
g zat terlarut
g
mol zat terlarut mol
m 
kg pelarut kg pelarut

262 g C2 H 6O2
62,1g C2 H 6O2 mol 0,527mol
   0,527m
1 kg kg pelarut
8000 g x
1000 g
(7) Normalitas
Normalitas (N) adalah banyaknya ekivalen zat terdapat dalam 1 liter larutan
banyaknya ekivalen zat
N
liter laru tan
Ekivalen ialah besaran yang nilainya tergantung dari reaksi yang dialami zat
yang bersangkutan.
Contoh
Hitunglah bobot kalium permanganate, KMnO4, yang terdapat dalam 500 ml
larutan 0,1000 N.Reaksi redoksnya adalah
2KMnO4+ 16HC1 - 2KC1 + 2MnCl2 + 502 + 8H2O

110
Jawab
Mn, berubah bilangan oksidasinya dari +7 dalam KMnO 4 menjadi +2 dalam
MnCl2. Ini menyatakan diperolehnya 5 mol elektron.
Jadi bobot ekivalen KMnO4 adalah 158,0/5 = 31,6 g
g zat terlarut
g
ekuiv zat terlarut ekuiv
N 
L laru tan L laru tan

g KMnO4
31, 6 g KMnO4
0,1000 ekuiv ekuiv
0,1000 N  
L 500 ml x 1L
1000 ml
0,1000 ekuiv 500 ml x 1L 31, 6 g KMnO4
g KMnO4 
L 1000 ml ekuiv

= 1,58 g KMnO4

5.3 Sifat Koligatif Larutan


Bila suatu zat terlarut dilarutkan dalam suatu pelarut, sifat larutan itu
berbeda dari pelarut murni.Sifat yang hanya tergantung pada jumlah partikel
dalam larutan dan tidak pada macamnya disebut sifat koligatif. Zat terlarut disini
adalah suatu bukan elektrolit yang tak atsiri atau tidak mudah menguap.
Sejauh mana sifat suatu larutan berubah dibandingkan dengan sifat pelarut
murninya, dinyatakan oleh hukum sifat koligatif , selisih tekanan uap, titik beku,
dan titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, titik didih pelarut
murni berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut .
(1) Penurunan tekanan uap
Pada temperatur tertentu pelarut mumi mempunyai tekanan uap tertentu,
P°. Kalau suatu zat dilarutkan ke dalamnya, tekanan uap akan berubah dari P°
menjadi P (P<P°).
Banyaknya molekul zat-terlarut dalam sejumlah tertentu molekul pelarut
dapat dinyatakan dalam konsentrasi molal atau fraksi mol. Tekanan uap suatu
larutan ideal dinyatakan oleh hukum Roult : Tiap komponen dalam suatu

111
larutan melakukan tekanan yang sama dengan fraksi mol kali tekanan uap
dari komponen murni.
PA = XA pA°
Contoh
Tekanan uap cairan A (BM 120 g/mol) adalah 70,0 torr pada 25,0°C.
Berapakah tekanan uap larutan yang mengandung 10,0 g C6H4C12 dalam 30,0
g A?
Jawaban
30,0 g
mol A   0, 25 mol
120 g / mol
10,0 g
mol C6 H 4Cl2   0,0680 mol
147 g / mol
0, 25mol
fraksi mol A   0,786 mol
 0, 25  0,068 mol
P = (0,786)(70 torr) =55,0 torr
(2) Titik Didih
Titik didih suatu larutan dapat lebih tinggi maupun lebih rendah daripada
titik didih pelarut, bergantung pada kemudahan zat terlarut itu menguap,
dibanding dengan pelarutnya. Jika zat terlarut itu tak-atsiri misalnya gula,
larutan itu mendidih pada temperature yang lebih tinggi dari pada titih didih
air, jika zat terlarut itu mudah menguap misalnya alcohol larutan itu mendidih
pada temperature di bawah titik didih air.
Perubahan titik didih dari pelarut mumi ke larutan, yakni 4tbP, berbanding
lurus dengan konsentrasi molal dari larutan itu :
tbp  kb m

kb adalah tetapan kenaikan titik didih molal dari pelarut itu, sedang m adalah
molalitas larutan.
Contoh
Hitunglah titik didih suatu larutan yang mengandung 1,5 g gliserin,
C3H5(OH)3, dalam 30,0 g air. Bobot molar gliserin adalah 92 g

112
Jawaban
mol zat terlarut
molalitas 
kg pelarut

1,5 g zat terlarut 1mol / 96 g 


molalitas 
30 g pelarut x 1 kg /1000 g
mol zat terlarut
 0,54  0,54 m
kg pelarut

tbp  kb m

0,512o C
 x 0,54 m  0, 28o
1m

Titik didih air + tbp = titik didih larutan

100 °C + 0,28 °C = 100,28 °C


(3) Titik beku
Penurunan titik beku, t fp , berbanding lurus dengan molalitas (m) dari

larutan. Perubahan dalam titik beku, hukum sifat koligatif berlaku baik untuk
zat terlarut atsiri maupun takatsiri.
t fp  k f m

Dimana kf adalah tetapan penurunan titik beku molal pelarut


Contoh
Hitunglah titik beku suatu larutan yang mengandung 2,0 g kloroform
(CHC13), yang dilarutkan dalam 50,0 g benzene. BM kloroform 119
Jawaban
mol zat terlarut
molalitas 
kg pelarut

2, 00 g zat terlarut 1mol /119 g 


molalitas 
50 g pelarut x 1 kg /1000 g
mol zat terlarut
 0,336  0,336 m
kg pelarut

t fp  k f m

113
4,90o C
 x 0,336 m  1, 65o
1m

Titik beku benzene - t fp = titik beku larutan

5,50 °C - 1,65 °C = 3,85 °C


(4) Tekanan Osmosis
Bila pelarut murni dan larutan terpisah oleh suatu selaput semipermeabel
yang hanya dapat dilalui oleh molekul pelarut dan tidak dapat dilalui oleh
molekul zat terlarut, maka molekul pelarut akan mengalir secara spontan ke
dalam larutan. Proses ini, disebut osmosis. Osmosis dapat dihindari dengan
mengadakan tekanan berlebih, n pada larutan. Tekanan osmosis adalah
tekanan yang harus digunakan kepada suatu larutan untuk menghindari
transfer netto apapun dari pelarut murni (pada tekanan 1 atm) ke dalam
larutan itu lewat suatu membrane semipermeabel.
Untuk larutan encer, besarnya tekanan osmosis  , berbanding lurus
dengan konsentrasi zat terlarut.
 = (0,0821 T)m
Dimana  adalah dalam atmosfir, dan T adalah temperature mutlak.

5.4 Kelarutan dan Hasil kali kelarutan


Zat apapun akan melarut dalam cairan apapun sampai tingkat tertentu,
meskipun itu mungkin sangat kecil. Misalnya, air raksa (Hg) akan larut dalam satu
liter air tak lebih dari 0,000006 g.
Tapi sekalipun suatu zat sangat mudah larut selalu ada batasnya. Batas ini,
konsentrasi maksimum yang bisa dicapai oleh suatu zat disebut kelarutan
(solubilyti) . Larutan dengan konsentrasi maksimal disebut jenuh. Lazimnya
kelarutan dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 cm 3 atau 100 g pelarut pada
temperature tertentu.
Suatu larutan tak jenuh (unsaturated) kalah pekat (lebih encer) daripada
suatu larutan jenuh, dan suatu larutan lewat jenuh (supersaturated) lebih pekat
dibandingkan suatu larutan jenuh.

114
Jika garam dilarutkan ke dalam air, ada yang sangat mudah larut tetapi ada
juga yang sukar atau tidak larut. Bila larutan garam mencapai konsentrasi
maksimum yang dimungkinkan, kita menyebutnya jenuh.
Garam melarut dalam air dengan mengionisasi :


H 2O  An Bm ( s ) 
 n A m  (aq )  m B n  (aq )

Pada kesetimbangan :
n m
 Am    B n  
Kc 
 H 2O  An Bm 
Karena  H 2O  An Bm  keduanya pada dasarnya konstan, maka kita mengabaikan

dan persamaannya menjadi :


n m
Ksp   Am   Bn 

Dimana Ksp adalah hasil kali kelarutan


Contoh
Larutan jenuh CaCO3 memiliki konsentrasi kalsium 6,76 x 10-5 M dan
konsentrasi
karbonat juga 6,7 x 10-5 M. Maka
Ksp = [Ca 2+ ] [CO3 2-+]
= (6,7 X 10-5) -2
= 4,57 x 10-4

115
SESI PERKULIAHAN KE : 11 - 12

TIK : Setelah mengikuti pelajaran ini, mahasiswa akan dapat :


1. Menjelaskan teori asam basa
2. Menentukan konstanta kesetimbangan
3. Menentukan kesetimbangan ion
4. Menentukan kesetimbangan asam, basa, tetapan hidrolisis air

Pokok Bahasan : Kesetimbangan Kimia


Deskripsi Singkat :
Bab ini menjelaskan mengenai : teori asam-basa, cara menyatakan konstanta
kesetimbangan, kesetimbangan ion, tetapan kesetimbangan asam (Ka), tetapan
kesetimbangan basa (Kb) serta tetapan hidrolisis air (Kw).

Daftar Pustaka :
1. James E. Brady, 1989. Kimia Uneversitas Edisi V, Binarupa Aksara Jakarta.
2. A.Hadyana Pudjaatmaka, 1990. Kimia Universitas Edisi VI, Erlangga Jakarta.

Pertanyaan Kunci :
1. Tulislah persamaan untuk menunjukkan semua tahap dalam pengionan zat
berikut : H2CrO4 sebagai asam diprotik, Zn(OH)2 sebagai basa dibasa, H3AsO4
sebagai asam triprotik.
2. Asam khlorida merupakan aasam yang sangat kuat dan asam sianida,HCN
asam yang sangat lemah, Ka = 6,2X10-10.Berapakah konsentrasi ion hidrogen
dalam HCl 0,1M dan dalam HCN 0,1 M? .
3. Garam NaF terhidrolisis.memberikan suatu larutan yang bersifat basa lemah
 Tulislah persamaan kesetimbangan untuk reaksi hidrolisis ini.
 Bagaimana rumus Kb untuk ion Fluorida ini.
 Hitung harga Kb untuk ion fluorida ( Ka untuk HF = 6,6 X10-4).
 Berapakah (H+) dalam NaF 0,5 M?.

116
BAB VI
KESETIMBANGAN KIMIA

Kestimbangan merupakan keadaan dimana tidak ada perubahan yang


teramati selama bertambahnya waktu. Jika suatu reaksi kimia telah mencapai
keadaan kesetimbangan, konsentrasi reaktan maupun produk konstan dan tidak
ada perubahan yang teramati dalam sistem. Akan tetapi aktivitas molekul tetap
berjalan, molekul-molekul reaktan secara terus menerus menjadi produk dan
molekul-molekul produk bereaksi menjadi reaktan.
Konsep kesetimbangan sangat penting dalam memahami reaksi yang
melibatkan ion, terutama ion dalam larutan. Pengionan beberapa molekul asam
kovalen polar seperti HCl, HNO3 dan HClO4 pada hakekatnya berlangsung
sempurna, Karena terdapat sedikit molekul yang tak terionkan pada
kesetimbangan, oleh karena itu untuk memahami kesetimbangan lebih lanjut,
maka perlu memahami dahulu mengenai teori asam basa.

6.1 Teori Asam-Basa


Asam dan Basa didefinisikan dengan definisi yang berangsur-angsur
makin bersifat umum. Teori Asam menurut Arrhenius adalah zat yang larut dalam
air menghasilkan ion H+ (atau H3O+) dan OH-.
Contoh :
HCl + H2O  H(H3O)+ + Cl-
HNO3 + H2O  H3O+ + NO3-
+
NH3 + H2O  NH4 + OH-
Teori yang lebih umum dan paling berguna untuk kebanyakan maksud dari
kimia anorganik mendefinisikan Asam Bronsted-Lowry sebagai suatu donor
proton, sedangkan Basa Bronsted-Lowry sebagai penerima proton, tanpa pelarut
maupun dalam pelarut apa saja. Bila suatu basa menerima proton, basa ini akan
menjadi asam konyugat.
Contoh :
HA + 
 H3O+
H2O 
 + A-
asam 1 basa 2 asam 2 basa 1

117
Asam yang hanya dapat menyumbangkan sebuah proton disebut asam
monoprotik, yang dapat menyumbangkan dua proton disebut diprotik . Sebuah
molekul yang dapat menyumbangkan atau menerima proton bergantung kepada
kondisi kimia disebut amfiprotik.
Kuat relatif asam dan basa dalam larutan bergantung pada afinitasnya
terhadap proton yang berlainan. Semakin kuat asam makin lemah basa
konyugatnya. Teori yang paling umum mengenai asam basa adalah teori dari GN
Lewis.
Suatu asam lewis adalah penerima pasangan elektron dan basa adalah
donor pasangan elektron.
Contoh :
.. .. _
+ +
H + :O–H : O – H atau H + OH H2O
..
H
Asam Basa
H
..
H+ + H–N-H H–N -H

H H
Asam Basa

6.2 Cara Menyatakan Konstanta Kesetimbangan


Konsep konstanta kesetimbangan sangat penting dalam ilmu kimia.
Konsep ini digunakan sebagai kunci untuk menyelesaikan berbagai kasus yang
melibatkan sistem kesetimbangan (stoikiometrinya). Pada reaksi kesetimbangan

 cC + dD
aA + bB 

dimana a, b, c, dan d adalah koefisien-koefisien stoikhiometri untuk spesies reaksi


A, B, C, D. Maka rumus konstanta kesetimbangan adalah :
CC Dd
Kc =
Aa Bb

118
Konsentrasi pereaksi-produk dinyatakan dalam mol per liter. Untuk sistem
kesetimbangan dalam sistem gas pada reaksi :

 2 NO2 (g)
N2O4 (g) 

Maka konstanta kesetimbangannya dituliskan sebagai berikut :


p NO2
Kp = ----------
pN2O4

dimana p NO2 dan pN2O4 masing masing adalah tekanan parsial (dalam atm)
NO2 dan N2O4.
Hubungan Kc dan Kp

 2H2(g)
Contoh pada reaksi 2H2O(g) 
 + O2(g)

Maka :

 pH 2   pO2 
2

Kp 
 pH 2O 
2

Tekanan (P) total adalah : P = pH2O + pH2 + pO2


Dari persamaan gas ideal PV = nRT
c = n/V = PRT ( c = konsentrasi)
Sehingga hubungan Kc dan Kp dinyatakan oleh :
Kc = Kp (1/RT) n
Contoh soal 1

 2NH3 (g) pada 10
Hitunglah Kp dan Kc untuk kesetimbangan N2(g) + 3H2(g) 

atm dan 200oC (p NH3 pada 10 atm dan 200oC adalah 50,7%)
Penyelesaian
P total = p NH3 + p N2 + p H2 = 10 atm
P NH3 = 50,7% X P total
= 0,507 X 10 atm = 5,07 atm
(p N2 + p H2 ) = (10 – 5,07) atm = 4,93 atm
Dari persamaan stoikhiometrinya, banyaknya molekul N2 : H2 adalah 1:3
Maka :
P N2 = ¼ X 4,93 atm = 1,23 atm

119
p H2 = ¾ X 4,93 atm = 3,7 atm

 pNH3    5, 07  = 4,13.10-1 atm


2 2

Kp 
 pN2  pH 2  1, 23 3, 7 
3 3

Kc = ( 4,13 X 10 -1) ( 1/0,0821 l atm.mol -1 K -1 x 473 K) -2


= 623 mol
Sistem kesetimbangan heterogen
Reaksi dapat balik yang melibatkan reaktan dan produk yang berbeda
fasanya disebut kesetimbangan heterogen. Misalnya kesetimbangan berikut yang
melibatkan fase gas maupun fase padat.

 2CO(g)
C(s) + CO2(g) 

Tetapan kesetimbangan Kc untuk sistem ini adalah :

CO
2

Kc 
C CO2 
Dalam kesetimbangan heterogen, jika zat-zat murni atau cairan murni
yang tak dapat campur adalah pereaksi dalam suatu sistem dengan satu gas atau
lebih , maka tetapan kesetimbangan dapat ditulis dalam hanya tekanan-tekanan
parsial gas. Karena konsentrasi zat padat murni atau zat cair murni praktis
konstan meskipun tekananya berubah.
C=k

CO
2

K 'c 
CO2 
CO
2

 K ' c K   Kc 
CO2 
Tetapan kesetimbangan Kp untuk kesetimbangan ini adalah :

 pCO 
2

Kp 
 pCO2 
Contoh soal 2
Pada 1000oC dan tekanan total 20 atm, CO2 merupakan 12,5 molar persen dari gas
dalam sistem C(s) + CO2 (g) 
 2CO (g)


120
1. Hitunglah Kp
2. Berapa persentase gas CO2 jika tekanan totalnya 40 atm
Penyelesaian
1. Tekanan total = 20 atm = p CO2 + p CO
p CO2 = 12,5% = 0,125 X 20 atm = 2,5 atm
p CO = (20 – 2,5) atm = 17,5 atm
Kp = (p CO)2/(p CO2) = (17,5)2 : 2,5 = 1,22 X 10 2
2. Jika p CO = X, maka pCO2 = (40 – X ) atm
Kp = 122 = X 2/ (40-X)
X 2 + 122X – 4880 = 0
Persamaan ini dipecahkan dengan rumus kuadrat dan diperoleh :
X = 31,7 atm = p CO
P CO2 = (40 – X) atm = (40 – 31,7)atm = 8,3 atm
Persen CO2 = 8,3/40 X 100% = 20,8%

6.3 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan


Kesetimbangan kimia menyatakan suatu kesetimbangan antara reaksi maju
dengan reaksi balik. Perubahan dalam kondisi percobaan dapat mengganggu dan
menggeser posisi kesetimbangan, sehingga mengurangi atau menambah produk
hasil reaksi. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi kesetimbangan adalah :
konsentrasi, tekanan, volume dan temperatur. Suatu aturan umum yang dapat
membantu kita memperkirakan arah mana reaksi kesetimbangan akan berjalan
jika terjadi perubahan perubah-perubah tersebut. Hukum ini dikenal sebagai
prinsip Le Chatelier yang menyatakan bahwa ; Jika kepada suatu system
kesetimbangan diberikan gangguan dari luar, maka system akan berubah dengan
sendirinya untuk mengurangi dampak dari gangguan tersebut.
Adapun yang dimaksud gangguan dalam hal ini adalah perubahan dalam
konsentrasi, tekanan, volume dan temperatur.
(1) Perubahan konsentrasi
Contohnya besi (III) tiosianat atau Fe(SCN)3 larut dengan segera dalam air
menghasilkan suatu larutan merah. Warna merah ini disebabkan adanya
hidrat ion FeSCN2-. Reaksi kesetimbangannya dinyatakan sebagai berikut :

121

 Fe3+(aq)
FeSCN2-(aq) 
 + SCN-(aq)
Merah kuning muda tak berwarna

Jika ke dalam sistem larutan tersebut ditambahkan Natrium tiosianat (Na


SCN) maka konsentrasi ion SCN- meningkat. Untuk mengatasi gangguan
tersebut maka ion Fe3+ bereaksi dengan ion SCN- yang ditambahkan dan
kesetimbangan bergeser dari kanan ke kiri :
FeSCN2+ (aq) 
 Fe3+(aq) + SCN-(aq)
Akibatnya warna merah larutan menjadi lebih gelap.
(2) Perubahan volume dan tekanan
Perubahan tekanan tidak mempengaruhi konsentrasi fasa padat dan cair;
akan tetapi konsentrasi gas sangat dipengaruhi oleh perubahan tekanan. Pada
persamaan PV = nRT, P dan V saling berhubungan secara timbal balik pada
jumlah mol dan T tetap. Semakin besar tekanan maka volume semakin kecil
,demikian pula sebaliknya.
Contoh :

 2NO2 (g)
N2O4 (g) 

Berada dalam silinder yang dilengkapi pinston. Kemudian tekanan gas dalam
tabung ditingkatkan dengan cara menekan piston, Oleh karena volumenya
menurun maka konsentrasi NO2 dan N2O4 meningkat.
Umumnya peningkatan tekanan (penurunan volume) lebih disukai oleh reaksi
yang jumlah mol total gasnya menurun (kecil), penurunan tekanan
(peningkatan volume) lebih disukai oleh reaksi yang meningkat jumlah mol
gas totalnya.
(3) Perubahan temperatur
Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume dapat mengubah posisi
kesetimbangan, tetapi tidak merubah harga konstanta kesetimbangannya.
Seandainya sistem temperatur berubah maka :
 Pada reaksi yang endotermis, peningkatan temperatur menyebabkan harga
K meningkat.
 Untuk reaksi eksotermis , peningkatan temperature menurunkan harga K.

122
 Untuk system kesetimbangan :

N2(g) + 3H2(g) 


 2NH3( g)

Persenyawaan N2 dan H2 membentuk NH3 adalah eksoterm, Δ Hro= -92,22


kJ. Penguraian NH3 menjadi N2 dan H2 bersifat endoterm, Δ Hr o= +92,22 kJ.
Jadi sistem kesetimbangan digeser ke kiri oleh suatu kenaikan temperatur.

6.4 Kesetimbangan Ion


(1) Tetapan Pengionan Asam (Ka)
Kesetimbangan antara ion dan molekul dapat ditangani secara matematis.
Perhatikan pengionan asam monoprotik berikut ini :
HA + H2O 


 H3O + + A

Tetapan Kesetimbangan (Kc) nya adalah :


 H 3O    A 
Kc 
 HA  H 3O 
 H 3O    A 
Kc 
 HA 55, 6
 H 3O    A 
Kc.55,6  
 HA
 H 3O    A 
Ka 
 HA
Kuat suatu asam dihubungkan dengan derajat pengionannya, yang besarnya
dicerminkan oleh harga tetapan pengionan.
Tabel 6.1 Tetapan pengionan asam-asam dalam larutan air pada 25 oC
Nama Reaksi pengionan yang disederhanakan Ka
Asam Klorida 
 H+ + Cl-
HCl 
 Besar
Asam Sulfat

 2H+ +SO42-
H2SO4 

Besar

 H + HSO3 + 
H2SO3 
 1,2 X 10 -2
Asam Sulfit 
 H+ + ClO2-
HClO2 

123

 H+ + H2PO4-
H3PO4 
 1,3 X 10-2
Asam Khlorit 6,3 X 10-8


H2PO4- 

+
H + HPO4 -2
1,1 X 10-2
Asam fosfat 
 H+ + PO4-3
HPO4-2 
 7,5 X 10-3

 H+ 6,2 X 10-8
HF 


 H+ + NO2-
HNO2 
 4,4 X 10-13
Asam fluorida 
 H+ + CHO2-
HCHO2  6,6 X 10-4

Asam nitrit 5,1 X 10-4



 H + C2H3O2
HC2H3O2 

+ -
Asam format

 H+ +HCO3-
H2CO3 
 1,8 X 10-4


 H+ + CO3-2
HCO3- 

Asam Asetat 1,8 X 10-5

 H+ + HS-
H2S 


 H+ + S-2
HS- 

Asam 4,3 X 10-7
Karbonat 
 H++ ClO
HClO 

5,6 X 10-11

 H+ + CN-
HCN 

Asam Sulfida 1,1 X 10-7


1,0 X 10-14

Contoh Asam poliprotik lemah pada pengionan H2CO3


 H    HCO3 

 H   HCO3
Tahap 1 : H 2CO3 
 Ka1 
 H 2CO3 
 H   CO3 2 

 H   CO32
Tahap 2 : HCO3 
 Ka2      
 HCO3 

(2) Tetapan pengionan basa (Kb)


Rumus untuk tetapan kesetimbangan pada larutan basa dapat diperoleh
dengan cara yang sama seperti untuk asam. Pada larutan air dari basa brosted-

124
lowry dan tak bermuatan ditandai dengan lambang B, persamaan
kesetimbangannya dan rumus Kc nya adalah :
 BH+ + OH

B + H2O 

 BH   OH    BH   OH  
Kc  
 Kc 
 B H 2O   B55,6
 BH   OH  
Kc.55,6    Kb
 B
Tabel 6.2 Tetapan pengionan basa dalam larutan air pada 25 oC
Nama Reaksi Pengionan Kb
-4
Dimetilamina 
 (CH3)2NH2+ + 5,9 X 10
(CH3)2NH + H2O 

OH-
Metilamina 4,2 X 10-4

 CH3NH3 + OH
CH3NH2 + H2O 

-

Etilendiamina H2NCH2CH2NH2 + H2O 




 3,6 X 10-4

H2NCH2CH2NH3+ + OH-


H2NCH2CH2NH3+ + H2O 

5,4 X 10-7
H2NCH2CH2NH3+2 + OH-
Trimetilamina 
 (CH3)3NH++ 6,3 X 10-5
(CH3)3N + H2O 

OH-
Amonia 1,8 X 10-5

 NH4 + OH
NH3 + H2O 

-

Hidrazina 
 N2H5+ + OH-
N2H4 + H2O 
 9,8 X 10-7


 N2H6+ 2 + OH-
N2H5+ + H2O 

1,3 X 10-15
Hidroksilamina 
 HONH3+ + OH-
HONH2 + H2O 

9,1 X 10-9

125
(3) Perhitungan yang melibatkan tetapan pengionan
Untuk menghitung tetapan pengionan elektrolit lemah, haruslah ditentukan
dengan suatu cara banyaknya ion yang terdapat dalam larutan dan banyaknya
molekul yang tak terionkan dari elektrolit itu.
Contoh 1.
Diketahui Ka untuk asam asetat = 1,8.10-5. Hitunglah konsentrasi molar ion
hidrogen (H+) dan pengionan persen dari asam asetat 0,5 M
Penyelesaian :
Misalkan X = mol CH3COOH yang terionkan per liter, maka X = mol ion H+
dan ion CH3COO- per liter yang dihasilkan. Mol ion CH3COOH yang
terionkan (0,5-X) per liter.
CH3COOH 
 H+ + CH3COO-


Pada awal (mol/L) 0,5 0 0


Terionkan (mol/L) X X
Pd.Kesetimbangan (0,5-X) X X
(mol/L)

 H   CH 3 COO  
Ka    
CH 3COOH 
 X  X 
1,8 X 10 5 
 0,5  X 
Untuk elektrolit lemah, derajat pengionannya kecil, dalam contoh ini (0,5-X)
agaknya sangat dekat pada 0,5 karenanya perhitungan dapat disederhanakan
menjadi :
 X  X 
1,8 X 105 
0,5

X 2  0, 9 X 105  9 X 106

X  9.106  3.103 M

 H    3.103 M

126
Mol zat terlarut terionkan
Pengionan persen = X 100%
Mol zat terlarut pada awal

= 3.10-3/0,5 X 100%
= 0,6 %
Contoh 2.
Hitunglah konsentrasi semua ion yang terdapat dalam asam sulfat (H2SO4)
0,05 M
Penyelesaian :
Pengionan H2SO4 adalah sebagai berikut
+ -
Tahap.1 : H2SO4 
 H + HSO4

Tahap.2 : HSO4  
 H+ + SO4 2


Pada tahap 1. terionkan 100 %


Pada tahap ini 0,05 M H2SO4 terionkan menjadi 0,05 M H+ dan 0,05 M
HSO4
H2SO4 
 H+ + HSO4
Setelah tahap pertama 0 0,05 0,05
pengionan
Ka untuk Tahap 2 adalah 1,2 X 10-3
HSO4 


 H+ + SO42

Pada awal (mol/L) 0,05 0 0


Terionkan X X X
Pada kesetimbangan (0,05-X) X X
(mol/L)
Sehingga :
 H    SO4  2 
Ka      
 HSO4 

 0,05  X  X 
1, 2.102 
 0,05  X 
6.10 4  1, 2 X 10 2 X  5.10 2 X  X 2

127
X 2  6, 2.10 2 X  6.10 4  0

6, 2.102   6, 2.10  2 2


 4 1  6.10 4 
X
2 1

X = 8,5X10-3 M = SO42-
H+ = 0,05 + X = (0,05 +8,5.10-3) M = 5,8.10-2 M
HSO4- = 0,05 – X = (0,05 -8,5.10-3) = 4,2.10-2 M
(4) Pengionan air
Air mengion secara terbatas sesuai persamaan :

 H+ + OH-
H2O 

Pengukuran daya hantar listrik air murni pada 25 oC menunjukkan susunan


ionnya adalah :
H+ = 1X10-7 mol/L dan OH- = 1X10-7 mol/L
Rumus tetapan kesetimbangan air adalah :
 H 3O   OH  
Kc 
 H 2O 2
 H 3O   OH  
Kc  
55,62
Kc. 55,6   H 3O   OH  
2

Kc. 55,6  Kw
2

Sehingga :
Atau : Kw = ( 1.10-7 ) ( 1.10-7)
= 1.10-14
Tetapan Kw disebut hasil kali untuk air
Dalam air, sifat asam biasa dikaitkan dengan ion hidronium dan sifat basa
biasa dikaitkan dengan ion hidroksida. Karena hasil kali konsentrasi =
konstan (1.10-14), maka:
Jika H+ lebih besar dari 1.10-7 M, larutan itu asam
Jika H+ kurang dari 1.10-7M, larutan bersifat basa
Jika H+ sama dengan 1.10-7 M, larutan itu netral.

128
(5) Tetapan hidrolisis kation yang bersifat asam dan anion yang bersifat
basa
 Kation yang bersifat asam
Larutan asam konyugat BH+ dari suatu basa lemah B, persamaan
Kesetimbangan untuk reaksi kation ini denngan air adalah :
BH+ + H2O 


 H3O+ + B

Tetapan Kesetimbangan Kc adalah :


 H 3O    B 
Kc 
 BH    H 2O 

 H 3O    B 
Ka 
 BH  

Dengan mengalikan [OH-] pada harga Ka, diperoleh persamaan sebagai


berikut:
 H    B  OH    B
Ka  X   H   OH   X
 BH   OH 

 BH  OH  

1
Ka  KwX
 Kb  untuk  B 
Kw
Ka 
Kb
Tabel 6.3 Tetapan Hidrolisis asam dari kation dalam larutan air
pada 25oC
Kation Ka
N2H6 2+ 7,7
N2H5 + 1 X 10-8
HONH2 + 1,1 X 10-6
NH4 + 5,6 X 10-10
(CH3)3NH + 1,6 X 10-10
CH3NH3 + 2,4 X 10-11
(CH3)2NH2 + 1,7 X 10-11

129
Tabel 6.4 Tetapan hidrolisis asam kation logam terhidrasi dalam
larutan pada 25oC
Kation Ka
Fe(H2O)6 +3 6,5 X 10-3
Al(H2O)6 3+ 7,2 X 10-6
Ag(H2O)2 + 1 X 10-7
Cu(H2O)4 2+ 3 X 10-8
Ni(H2O)6 2+ 4 X 10-10
Co(H2O)6 2+ 3 X 10-10
Fe(H2O)6 2+ 8 X 10-11
Mg(H2O)6 2+ 3,8 X 10-12

 Kation yang bersifat basa


Suatu anion basa A- dari suatu asam lemah HA, persamaan
kesetimbangan untuk reaksinya dengan air adalah :

A- + H2O 
 HA + OH-


Tetapan pengionan/hidrolisis biasanya dinyatakan sebagai :

 HA OH  
Kb 
 A 

Hubungan antara Ka dan Kb dapat dinyatakan dalam persamaan :


Ka X Kb = Kw
Sehingga :
Kb = Kw/Ka
Tabel 6.5 Tetapan hidrolisis basa anion-anion dalam larutan air
pada 25oC
Anion Kb Anion Kb
S2- 1 C2H3O2 5,6 X 10-10
HS- 9,1 X 10-8 CHO2- 5,6 X 10-11
PO43- 2,3 X 10-2 NO2- 2,0 X 10-11
HPO42- 1,6 X 10-7 F- 1,5 X 10-15
H2PO4- 1,3 X 10-12 SO42- 8,3 X 10-13
CO32- 1,8 X 10-4 HSO4- Sangat kecil
HCO3- 2,3 X 10-8 Cl- Sangat kecil
CN- 1,6 X 10-5
C2H3O2-

130
Contoh soal :
Diketahui bahwa Kb ion sianida (CN-) adalah 1,6 X 10-5, hitunglah
konsentrasi ion OH-dalam NaCN 0,05 M.
Penyelesaian :
Persamaan kesetimbangan untuk reaksi hidrolisis

H2O + CN- 


 HCN + OH-

Pada keadaan awal 0,5 0 0


(mol/L)
Pada kesetimbangan (0,5-X) X X

 HCN  OH    X  X 
Kb   1, 6 X 105 
CN 

 0,5  X 
Angka banding Kb/zat terlarut (1,6X10-5)/0,5 = 3,2 X 10-5 ini kurang
dari 2,5 X10-3
Sehingga perhitungan menjadi :
1,6 X 10-5 = X2/(0,5)
X2 = 8 X 10-6

X= 8.106  2,8.103
[OH-] = X =2,8 X 10-3 M
 Kation yang bersifat Asam dengan anion yang Bersifat Basa
Dalam beberapa garam, kation bertindak sebagai suatu asam dan anion
bertindak sebagai basa. Larutan yang diperoleh akan bersifat netral, asam
atau basa, bergantung pada kuat relatif kation asam versus anion basa
itu.Contohnya amonium asetat (NH4C2H3O2) yang dalam air sebagian
besar berupa ion NH4+ dan C2H3O2- yang terhidrasi. Karena ion NH4+(Ka
= 5,6 X 10-10) merupakan asam yang lebih kuat daripada air. Ion C2H3O2-
(Kb = 5,6 X 10-10) merupakan basa yang lebih kuat daripada air,maka
ion-ionnya cenderung bereaksi satu sama lain lebih banyak daripada
masing-masing bereaksi dengan air. Reaksi asam-basa utama yang terjadi
adalah :

131
NH4+ + C2H3O2- 


 NH3 + HC2H3O2

Karena baik Ka untuk NH4+ maupun Kb untuk C2H3O2- mempunyai


harga sebesar 5,6 X 10-10, kuat relatif mereka masing-masing sebagai
suatu asam dan suatu basa saling meniadakan. Untuk larutan –larutan
garam dalam mana kation dan anion masing-masing bereaksi seperti
asam dan basa, konsentrasi H+ dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :

Kw.Ka
 H   
Kb
6.5 Menyatakan Konsentrasi Ion Hidrogen
Untuk menyatakan konsentrasi ion hidrogen maupun ion hidroksida dalam
suatu bilangan kali sepuluh berpangkat suatu bilangan negatif. Metode yang
digunakan adalah dengan menyatakan konsentrasi ion hidrogen dari larutan asam,
basa dan netral yang encer,dalam pH. pH suatu larutan didefinisikan sebagai :
1
pH = log atau pH = - log [H+ ]
 H  

Sejauh mana keasaman atau kebasaan suatu larutan, dinyatakan secara


lengkap dan ringkas oleh harga pH nya :
Jika pH 7,0, larutan itu netral
Jika pH di bawah 7,0 larutan itu asam
Jika pH di atas 7,0 larutan itu basa
Pengukuran pH merupakan salah satu prosedur analitis yang amat penting
dan sering digunakan dalam biokimia. Penentuan yang cermat pH suatu larutan
dapat dilakukan dengan suatu alat yang disebut pH-meter.
Larutan Buffer/dapar
Suatu larutan yang mengandung suatu asam lemah plus suatu garam dari
asam itu, atau suatu basa lemah plus suatu garam dari basa itu mempunyai
kemampuan bereaksi baik dengan asam kuat maupun basa kuat. Sistem semacam
ini dirujuk sebagai Larutan berbuffer/berpenyangga.

132
SESI PERKULIAHAN KE : 13 – 14

TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu :


1. Menuliskan persamaan termokimia.
2. Menghitung entalpi dan energi dissosiasi ikatan.
3. Menghitung entropi suatu reaksi kimia.
4. Menjelaskan Daur Born-Harber.
5. Menjelaskan Hukum Termodinamika.

Pokok Bahasan : Termokimia dan Termodinamika

Deskripsi Singkat :
Bab ini mejelaskan mengenai : persamaan termokimia, entalpi pembentukan
standar, entalpi reaksi, energi dissosiasi ikatan, energi bebas gibbs. Selain itu
dijelaskan prinsip Daur-Born Harber yang berhubungan dengan perhitungan
termodinamika.

Daftar Pustaka :
1. Kleinfelter, Wood. 1986, Kimia Untuk Unversitas Jilid II. Diterjemahkan
oleh Hadyana Pudjaatmaka, Ph.D. Jakarta, Erlangga.
2. Sukarjo, 1985. Kimia Fisika Jakarta, Bina Aksara.
3. Harjadi, 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta, PT. Gramedia.

Pertanyaan Kunci/Tugas :
1. Bagaimana suatu reaksi dikatakan eksoterm dan endoterm, jelaskan
berdasarkan entalpi reaksinya.
2. Bagaimana hubungan antara energi bebas pembentukan standar dengan
entalpi dan entropi.

133
BAB VII
TERMOKIMIA DAN TERMODINAMIKA

Stoikhiometri membahas hubungan massa atau mol zat yang terlibat dalam
reaksi, sedangkan Thermodinamika dalam arti luas adalah pengkajian hubungan
kuantitatif antara kalor dan bentuk lain energi, seperti energi yang dikaitkan
dengan gejala elektromagnet, permukaan dan kimia.
Konsep termodinamika merupakan hal mendasar yang pentirng bagi
insinyur, ahli fisika dan ahli kimia. Sementara insinyur berkepentingan dalam
masalah pembakaran dan tenaga, dan ahli fisika dengan masalah radiasi dan
elektromagnet, maka ahli kimia mempunyai sasaran utama untuk menentukan
kelayakan atau kespontan suatu perubahan kimia.

7.1 Persamaan Termokimia


Perubahan panas yang dikaitkan dengan suatu reaksi kimia, maka
pernyataannya dirujuk sebagai persamaan thermokimia.
Contohnya :
C (s)  O2 ( g ) 
 CO2 ( g ) 393,52 Kj dibebaskan (1)

N 2( g )  2O2 ( g ) 
 2 NO2 ( g ) 66, 4 Kj diserap (2)
Persamaan (1) menunjukkan bahwa bila 1 mol (12 g) karbon padat bersenyawa
dengan 2 mol (32 g) gas oksigen membentuk 1 mol (44 g) karbondioksida gas,
dibebaskan kalor sebanyak 393,52 kj ke sekitarnya dan disebut sebagai reaksi
eksoterm. Reaksi pada persamaan (2) menyerap kalor sebesar 66,4 kj dari
sekitarnya dan disebut sebagai reaksi endoterm.
Dalam membahas perubahan energi selama reaksi , tiap zat mempunyai
suatu isi kalor tertentu atau entalpi (H). Perubahan kalor dalam suatu reaksi kimia
disebut perubahan entalpi (H ) . Perubahan entalpi merujuk ke perubahan kalor
selama suatu proses yang dilakukan pada suatu tekanan konstan.
Pada reaksi : C (s)  O2 ( g ) 
 CO2 ( g )  393,52 kj ditulis

C (s)  O2 ( g ) 
 CO2 ( g ) H  393,52 kj

 Bila entalpi produk > entalpi pereaksi, reaksinya endoterm.

134
 Bila entalpi produk < entalpi pereaksi, reaksinya eksoterm.
Kalor yang dibebaskan dalam suatu reaksi eksoterm sama besarnya dengan kalor
yang diserap dalam reaksi endoterm.

7.2 Entalpi Standar


F.D Rossini, seorang ahli thermokimia yang terkemuka, tujuan
thermokimia ialah memberikan data eksperimental untuk menyusun suatu tabel
harga-harga dari mana dapat dihitung kalor tiap - tiap reaksi kimia yang mungkin.
Dalam pentabelan, harga-harga entalpi (H ) untuk mencapai sasaran ini
telah disepakati untuk menetapkan bahwa kalor reaksi merujuk ke reaksi-reaksi
dengan unrur dan senyawaan dalam keadaan standar tertentu. Untuk suatu cairan
atau zat padat, keadaan standar ialah zat murni pada 1 atm, untuk suatu gas ialah
gas ideal hipotetis pada tekanan parsial 1 atm. H ro Lambang H untuk suatu
reaksi dimana reaksi dan produk dalam keadaan standar (pada 25 o, 1 atm dalam
kj/mol).
(1) Hukum Hess
Hess mengatakan ―untuk suatu reaksi keseluruhan tertentu, perubahan
entalpi selalu sama, tak peduli apakah reaksi itu dilaksanakan secara langsung
ataukah secara tak langsung dan lewat tahap-tahap yang berlawanan‖.
Contoh :
CO2 (g) dapat dibuat dengan dua cara, yaitu :
C (s)  O2 ( g ) 
 CO2 ( g ) H1  a

C ( s)  1 O (g) 
 CO ( g ) H 2  b
2 2

CO( g )  1 O (g) 
 CO2 ( g ) H3  c
2 2

135
Sesuai dengan hukum Hess, a = b + c, dalam bentuk lain dapat digambarkan
a
C(s) + O2(g) CO2(g)

b c

CO(g)

Dengan demikian, kalor suatu radiasi dapat dihitung dari kalor reaksi lain
yang telah diketahui, dengan menjumlahkan baik pereaksi dan hasil reaksi
maupun kalornya.
Reaksi yang diketahui dibuat sedemikian rupa sehingga jumlahnya adalah
reaksi yang ingin dicari kalornya.
Contoh 1 :
Tentukan kalor reaksi : 2CO( g )  O2 ( g ) 
 2CO2 ( g )
Jika diketahui :
C ( g )  O2 ( g ) 
 CO2 ( g ) H  394kj

2C (s)  O2 ( g ) 
 2CO( g ) H  220kj
Penyelesaian
2C (s)  2O2 ( g ) 
 2CO2 ( g ) H  788kj

2CO ( g ) 
 2C (s)  O2 ( g ) H  220kj

2CO( g )  O2 ( g ) 
 2CO2 ( g ) H  568kj
Contoh 2 :
Diketahui
2C2 H 2 ( g )  5O2 ( g ) 
 4CO2 ( g )  2H 2O( ) H  2602kj
2C2 H6 ( g )  7O2 ( g ) 
 4CO2 ( g )  6H 2O( ) H  3123kj
H 2 ( g )  1 O2 ( g )   H 2O( ) H  286kj
2
Tentukan kalor reaksi
C2 H 2 ( g )  2H 2 ( g ) 
 C2 H 6 ( g )

136
Penyelesaian

C2 H 2 ( g )  2 1 O2 ( g ) 
 2CO2 ( g )  H 2O( )
2
H  1301kj
2CO2 ( g )  3H 2O( ) 
 C2 H 6 ( g )  3 1 O2 ( g )
2
H  1561,5kj

2H 2 ( g )  O2 ( g ) 
 2H 2O( )
H  572kj

C2 H 2 ( g )  2H 2 ( g ) 
 C2 H 6 ( g )
H  312kj

Jadi H ro untuk pembentukan 1 mol C2H6(g) = -312 kj

(2) Entalpi pembentukan standar  Hf o 

Entalpi suatu zat merupakan suatu contoh fungsi keadaan, yakni fungsi
yang bergantung hanya pada keadaan sekarang suatu zat dan tidak pada jalan
bagaimana keadaan itu dicapai sekarang.
Entalpi mutlak zat-zat tidaklah diketahui, tetapi harga relatif entalpi-
entalpi dapat diperoleh dngan memilih suatu keadaan rujukan untuk entalpi
dan kemudian mengukur dengan tepat perubahan entalpi dari reaksi-reaksi.
Keadaan yang universal ialah unsur dalam keadaan standarnya pad 25o.
Dengan perjanjian entalpi pembentukan dari suatu unsur dalam keadaan
standar diberi harga nol.
Untuk hal-hal istimewa yang melibatkan suatu reaksi unsur-unsur kalor
reaksi ialah kalor pembentukan senyawaan yang dihasilkan yakni
H ro  Hf o

Entalpi pembentukan standar Hf o didefinisikan sebagai perubahan entalpi


untuk reaksi dimana 1 mol senyawa itu terbentuk dari unsur-unsurnya pada
kondisi standar. Tabel 7.1 Memaparkan beberapa hal yang yang menarik,
antara lain suatu senyawaan yang terbentuk dari unsur-unsurnya, reaksinya
dapat bersifat eksoterm ataupun endoterm. Senyawa yang terbentuk secara

137
eksoterm dari unsur-unsurnya, Hf o nya negatif. Untuk senyawaan yang

terbentuk secara endoterm Hf o nya positif.


Contohnya :
1. Hidrogen Azida (NH3) meledak bila dipanasi dan terurai menjadi
Hidrogen dan Nitrogen dengan membebaskan kalor 294 kj/mol.
2. Asetilena (C2H6) bersifat eksplosif pada temperatur kamar sebagai
cairan murni. Secara komersial tersedia sebagai gas bakar yang relatif
efisien dan merupakan senyawaan yang eksoterm.
Tabel 7.1 Entalpi pembentukan Hf o dalam kj/mol pada 25oC

Zat Hf o Zat Hf o

AgCl(s) -127,07 HBr(g) -36,4


AgCN(s) 146 HCl(g) -92,31
AlBr3(s) -511,12 HF(g) -271,1
AlCl3(s) -705,63 HI(g) 26,5
AlF3(s) -1,510 HCN(g) 135
AlI3(s) -310 HN3(g) 294
B2H6(g) 36 H2O( l ) -285,83
BrCl(g) 14,6 H2O(g) -241,82
CH4(g) -74,81 H2O2( l ) -187,8
C2H2(g) 226,7 H2O2(g) -136,1
C2H4(g) 52,26 H2S(g) -20,2
C2H6(g) -84,68 H2SO4( l ) -813,99
C6H6( l ) 48,99 ICl(g) 17,8
CH3NH2(g) -23,0 LiF(s) -616,93
CH3OH( l ) -239,0 NH3(g) -46,11
CH3OH(g) -201,1 N2H4( l ) 50,63
CO(g) -110,5 NH4Br(s) -270,8
CO2(g) -393,52 NH4Cl(s) -314,4

138
CS2(g) 117,1 NH4F(s) -463,96
ClF(g) -54,48 NH4I(s) -201,4
Ca O(s) -635,23 NaCl(s) -411,0
Ca(OH)2(s) -986,17 NaCl(aq) -407,1
CaCO3(s) -1,207 NO(g) 90,25
CaCl2(s) -795,8 NO2(g) 33,2
CaCl2 H2O(s) -1,109 O3(g) 143
CaCl2 2H2O(s) -1,403 SO2(g) -296,83
FeO3(s) -824,2 SO3(g) -395,7

Contoh 1
Hitunglah H r0 untuk pembakaran amonia (NH3(g)) yang menghasilkan

Nitrogen Oksida dan air. ( Hf o NH3(g)= -46,11, NO(g) = 90,25 H2O(l) =
-285,83)
Penyelesaian :
4 NH3 ( g )  5O2 ( g ) 
 6H 2O( )  4 NO( g )
4(-46,11) 0 6(-285,83) 4(90,25)
H r o = [361 + (-1714,98)] - (-184,44 + 0)]
Ini adalah entalpi standar untuk pembakaran 4 mol NH3.
Untuk pembakaran 1 mol NH3
1169,54
H r0    292,38kj
4
Contoh 2
Hitunglah Hf o oktana, C8H18( ) dari harga H r o eksperimental sebesar
-5470,68 kj/mol untuk pembakarannya.
Penyelesaian

C8 H18 ( )  12 1 O2 
 8CO2 ( g )  9H 2O( )
2
X 0 8(-393,52) 9(-285,83)

139
-5470,68 = H r o
-5470,68 = [(-3148,16) + (2572,47)] - (x+0)
X = [(-3148,16) + (2572,47)] + 5470,68
X = - 249,95 kj = Hf o . C8H18( )

7.3 Energi Dissosiasi Ikatan


Energi dissosiasi ikatan ( H dis
0
) didefinisikan sebagai banyaknya energi
per mol yang diperlukan untuk memutuskan ikatan dan menghasilkan dua atom,
dengan pereaksi dan produk berupa gas ideal dalam keadaan standar pada 25 oC.
Untuk dissosiasi molekul klor (Cl2) menjadi atom klor, H dis
0
adalah 242,6

kj/mol. Harga ini merupakan ukuran kekuatan ikatan kovalen yang


menggabungkan kedua atom itu. Makin besar harga H dis
0
, makin kuat ikatan

yang menggabung kedua atom.


Tabel 7.2 Energi dissosiasi ikatan ( H dis
0
) molekul diatom dalam kj/mol pada

25oC
Molekul H dis
0

H  H (g) 436,0
N  N (g) 945,3

O  O( g ) 498,3
F  F (g) 157
Cl  Cl ( g ) 242,6
Br  Br ( g ) 193,9

I  I (g) 152,6
H  F (g) 567,6
H  Cl ( g ) 431,6
H  Br ( g ) 366,3

H  I (g) 298,3

140
Cl  F ( g ) 254,3

Cl  Br ( g ) 218,6

Cl  I ( g ) 210,3

Dalam hal molekul diatom gas dari unsur-unsur Hf o sebuah atom sama dengan
setengah energi dissosiasi ikatan atau

H 0f  1 H 0
2 dis

Kalor pembentukan sebuah atom didefinisikan sebagai banyaknya energi yang


diperlukan untuk membentuk 1 mol atom gas dari unsur itu dalam keadaan
fisikanya yang lazim pada 25oC dan tekanan 1 atm.
Tabel 7. 3 Kalor pembentukan atom gas, dalam kj/mol pada 25 oC
Atom Hf o

H 218
N 472,6
O 249,2
F 78,5
Cl 121,3
Br 111,9
I 106,8
B 571,1
C 716,7
S 177,4

Contoh
Dengan menggunakan tabel 2 dan Tabel 3, Hitunglah energi dissosiasi
ikatan ( H dis
0
) untuk senyawa H – Cl.

Penyelesaian :
HCl(g) 
 H(g) + Cl(g)

141
H dis
0
H-Cl = Hf o H(g) + Hf o Cl(g) - Hf o HCl(g)
= 218 + 121,3 – (-92,31)
= 431,6 kj
(1) Energi ikatan rata-rata
Energi ikatan rata-rata ( H dis.avg ) ialah energi rata-rata perikatan yang

diperlukan untuk mendissosiasikan/memutuskan 1mol molekul menjadi


atom-atom penyusunnya.
Contoh :
Pada reaksi NH3(g) 
 3H(g) + N(g)
Dengan menggunakan tabel yang ada, energi reaksi ( H r ) penguraiannya
dihitung sbb :
H r o = 3 Hf o H(g) + Hf o N(g) - Hf o NH3(g)
= 3(218) + 472,6 – (-46,11) = 1172,7 kj
Energi dissosiasi ikatan ( H dis
0
) dalam amonia, ketiga energi dissosiasi
ikatannya berbeda setiap tahap.
NH3(g) 
 NH2(g) + H(g) H dis
0
= 431 kj

NH2(g) 
 NH(g) + H(g) H dis
0
= 381 kj

NH (g) 
 N (g) + H(g) H dis
0
= 360 kj
1172 kj
1172
Energi ikatan rata-ratanya = kj
3
= 391 kj
H ion
(2) Entalpi pengionan ( )
Diambilnya sebuah elektron dari suatu atom netral memerlukan energi.
Contoh :
Na + energi pengionan 
 Na+ + e-
Cl + energi pengionan 
 Cl+ + e-

142
Energi pengion beberapa unsur dapat dilihat pada tabel energi pengion dalam
elektron volt per atom, 1eV = 1,602 x 10-22 kj
Contoh soal
Hitunglah entalpi pengion ( H ion ) untuk unsur Na, jika diketahui energi
pengion unsur Na adalah 5,a4 eV.
Penyelesaian

  1, 602 x 10 kj   6, 022 x 1023atom 


22
 5,14 eV
H ion =    
 atom  1eV  1mol 

 5,14 eV  kj x atom 
=   96, 47 
 atom  mol x eV 

= 496 kj/mol natrium


H ion positip menyatakan bahwa energi terserap dalam proses itu.
(3) Entalpi afinitas elektron
Afinitas elektron biasanya didefinisikan sebagai energi yang dibebaskan
bila sebuah atom memperoleh satu elektron. Namun proses ini secara
eksperimen sukar dilaksanakan, sehingga energi yang diserap dalam reaksi
kebalikannyalah yang sebenarnya diukur untuk menentukan afinitas elektron.
Contoh :
X- 
 X + e- H ea
Tabel 7.4 Beberapa afinitas elektron pada 00K dalam kj/mol
Reaksi H ea
F 
 F  e 327,9
Cl   Cl  e
 348,6
Br   Br  e
 324,4
I 
 I  e 295,3
 
N 
 N  e 0
O  O  e
 141,3
S  S  e
 200,4
Na   Na  e
 52,9
K  K  e
 48,4

143
(4) Entalpi kristal Ion ( H xtal )

 Energi Kristal (atau enrgi kisi) disimbolkan dengan H xtal merupakan

perubahan entalpi per mol bila ion – ion berbentuk gas yang terpisah jauh
satu sama lain saling mendekati untuk membentuk zat kristal padat.
 Energi kristal suatu senyawaan ion secara teoritis dapat dihitung atas dasar
energi reaksi-reaksi yang diukur. Teknik ini disebut metodr Born – Harber
(dikembangkan pada rahun 1919).
Daur Born – Harber

Keadaan 4 Keadaan 3

H ea
X -(g) X(g)

H ion
M+(g) M(g)

H xtal H a,m H a ,n

H f
MX(s) M ( s)  1 X 2 ( g , atau s)
2

Keadaan 1 Keadaan 2

H f  H a,m  H a,n  H ea  H a,m  H xtal  0

Keterangan
Perubahan Entalpi Lambang

Pembentukan, unsur 
 senyawa padat H f

144
Pengatoman, logam padat 
 atom logam berbentuk gas H a ,m

Pengatoman, non logam X2 


 atom bukan logam gas H a ,n

Pengionan, atom logam gas M 


 ion M+ + e- H ion

Afinitas elektron, ion negatif gas X- 


 atom X + e- H ea

Energi kristal, ion gas 


 kristal H xtal

Dewasa ini, daur Born Harber digunakan untuk menghitung besaran


termokimia yang belum diukur sebelumnya, terutama energi kristal, H xtal .
Hukum Pertama Thermodimika
Ungkapan mengenai Hukum I Thermodinamika adalah
― Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain, namun enrgi tidak dapt
diciptakan maupun dimusnahkan‖ atau ―energi semesta ini konstan‖
(5) Energi dalam (internal energi)
Energi total suatu sistem dirujuk sebagai energi dalam E. Sama seprti
entalpi H, hanya mutlak energi dalam E, dari suatu keadaan tertentu tak dapat
ditentukan dan disebut E , (E2 – E1).
Perubahan kalor pada volume konstan dan tekanan konstan dapat dirumuskan
sebagai berikut :
H  E  nRT
E = perubahan energi dalam
H = entalpi
n = jumlah mol produk – jumlah mol reaktan dalam bentuk gas
R = tetapan gas (8,314 j/mol K)
T = temperatur mutlak (K)
Contoh soal
Kalor pembakaran benzene C6 H 6 (l ) yang ditentukan dalam bom

kalorimeter adalah -3263,9 kj/mol, pada suhu 25oC dan tekanan 1 atm.
Hitunglah perubahan entalpi H r0 untuk proses ini.

145
Penyelesaian
15
C6 H 6 (l )  O2 ( g ) 
 6CO2 ( g )  3H 2O(l )
2
E = -3263,9 kj/mol
T = 250C = (273 + 25) = 298 K
n = 6mol – 7,5 mol = -1,5 mol
H  E  nRT
H = -3263,9 kj + [(-1,5 mol)(8,314 j/mol . K)(298K)]
  8,314 j 1kj  
= -3263,9 kj +  -1,5 mol  x  (298K )
  mol.K 1000 j  
H r0 = -3263,9 kj + (-3,72 kj) = -3267,6 kj
Hukum pertama thermodinamika bermanfaat dalam menentukan perubahan enrgi
untuk berbagai proses, misalnya perubahan energi pada volume konstan ( E )
atau tekanan konstan ( H ).
Entropi
Benda – benda yang hampir sama bentuk dan ukurannya dapat disusun
dengan rapi. Contohnya sejumlah buku di atas meja itu tersentuh dan goyang
maka buku jatuh berantakan. Buku itu tidak mungkin tersusun kembali dengan
sendirinya. Hal ini menunjukkan bahwa proses dari teratur ke tidak teratur jauh
lebih mudah dari pada sebaliknya. Terlihat juga ada hubungan antara
ketidakkteraturan dengan kespontanan, yang spontan adalah yang menambah
ketidak teraturan.
Partikel materi (atom-atom) dalam sistem dapat dianggap sebagai benda
kecil, dan dalam keadaan tertentu mempunyai tingkat ketidakteraturan tersendiri.
Derajat ketidakteraturan partikel dalam sistem merupakan besaran
thermodinamika yang disebut entropi (s). Jika sistem kkemasukan kalor, maka
entropi bertambah, dan jika kalor keluar, maka entropi berkurang.
Hukum Kedua Thermodinamika
Banyaknya entropi total dalam alam semesta harus bertambah. Hukum
kedua thermodinamika menyatakan bahwa ―Bila perubahan spontan apa saja

146
berlangsung dalam suatu sistem tertentu, maka akan terjadi kenaikan entropi
dalam alam semesta‖. Konsep ini tidak memberikan cara yang praktis apapun
untuk meramalkan apakah proses itu spontan atau tidak.

147

Anda mungkin juga menyukai