Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Materi atau zat dikelompokan menjadi zat tunggal (murni) dan
campuran. Zat murni terdiri dari unsur dan senyawa. unsur merupakan zat murni
yang paling sederhana. Sedangkan senyawa gabungan dari dua atau lebih unsur
yang terbentuk melalui reaksi kimia. Suatu zat bisa berupa gas, cair, atau padat.
Saat benda padat berubah menjadi cair, maka disebut meleleh atau melebur atau
juga mencair. Jika benda cair berubah menjadi padat, maka disebut menguap. Ada
keunikan diantara zat tersebut. Ada beberapa zat yang sama yang juga dapat
dijumpai dalam bentuk yang berbeda. Air bisa kita jumpai dalam bentuk gas
(uap), cair (air), atau padat.
Salah satu tujuan mempelajari ilmu Kimia adalah mengkaji tentang
bagaimana partikel berukuran sangat kecil bergabung satu dengan lainnya
membentuk struktur materi yang sangat besar seperti kita lihat sehari-hari,
contohnya molekul air. Materi yang kita amati sehari-hari sesungguhnya tersusun
dari sejumlah partikel yang bergabung melalui ikatan kimia atau gaya
antarmolekul. Dengan diketahuinya jenis ikatan yang memperkokoh partikel,
diharapkan kita dapat meramalkan bentuk geometri suatu materi, khususnya
geometri molekul.
1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan wujud zat?
2. Apa yang dimaksud dengan fasa padat, liquid, dan gas?
3. Apa yang dimaksud dengan plasma?
4. Apa yang dimaksud dengan kondensat Bose-einstein?
5. Apa yang dimaksud dengan perubahan fasa?
1. 3 Manfaat
1. Dapat mengetahui apa itu zat
2. Dapat mengetahui apa itu fasa padat, liquid, dan gas

1
3. Dapat mengetahui apa itu plasma
4. Dapat mengettahui ap aitu kondesat Bose-einstein
5. Dapat mengetahui perubahan fasa

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Wujud Zat
Zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Sedangkan
wujud zat merupakan bentuk-bentuk berbeda yang diambil oleh berbagai fase
materi berlainan.
Sifat – sifat partikel suatu zat adalah sebagai berikut:
 Partikel tidak diam, tetapi selalu bergerak atau bergetar
 Diantara satu partikel dengan partikel yang lain terdapat gaya tarik-
menarik
 Diantara satu partikel dengan partikel yang lain terdapat ruang
antarpartikel yang disebut pori-pori
Wujud zat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
a. Zat Padat
Ciri zat padat yaitu bentuk dan volumenya tetap. Contohnya kelereng yang
berbentuknya bulat, dipindahkan ke gelas akan tetap berbentuk bulat. Begitu pula
dengan volumenya. Volume kelereng akan selalu tetap walaupun berpindah
tempat ke dalam gelas. Hal ini disebabkan karena daya tarik antarpartikel zat
padat sangat kuat. Pada umumnya zat padat berbentuk kristal (seperti gula pasir
atau garam dapur) atau amorf (seperti kaca dan batu granit). Partikel zat padat
memiliki sifat seperti berikut:
1. Letaknya sangat berdekatan
2. Susunannya teratur
3. Gerakannya tidak bebas, hanya bergetar dan berputar di tempatnya
b. Zat Cair
Zat cair memiliki volume tetap tetapi bentuk berubah-ubah sesuai dengan
yang ditempatinya. Apabila air dimasukkan ke dalam gelas, maka bentuknya
seperti gelas, apabila dimasukkan ke dalam botol akan seperti botol. Tetapi
volumenya selalu tetap. Hal ini disebabkan partikel-partikel penyusunnya agak

3
berjauhan satu sama lain. Selain itu, partikelnya lebih bebas bergerak karena
ikatan antar partikelnya lemah. Partikel zat cair memiliki sifat seperti berikut:
1. Letaknya berdekatan
2. Susunannya tidak teratur
3. Gerakannya agak bebas, sehingga dapat bergeser dari tempatnya, tetapi
tidak lepas dari kelompoknya
c. Zat Gas
Ciri dari gas di antaranya bentuk dan volume berubah sesuai dengan
tempatnya. Gas yang terdapat di balon memiliki bentuk dan volume yang sama
dengan balon. Gas yang terdapat di dalam botol, bentuk dan volumenya sama
dengan botol. Partikel-partikel gas bergerak acak ke segala arah dengan kecepatan
bergantung pada suhu gas, akibatnya volumenya selalu berubah. Partikel zat gas
memiliki sifat seperti berikut:
1. Letaknya sangat berjauhan
2. Susunannya tidak teratur
3. Gerakannya bebas bergerak, sehingga dapat bergeser dari tempatnya dan
lepas dari kelompoknya, sehingga dapat memenuhi ruangan
2.1.2 Fasa padat, liquid dan gas
Secara umum terbagi dalam 3 fase yaitu padat, cair, dan gas. Perbedaan
dari ketiga fase ini terletak pada tingkat keteraturan molekulnya. Padatan memiliki
keteraturan molekul yang lebih tinggi dibandingkan cairan dan gas. Perubahan
wujud zat adalah perubahan termodinamika dari satu fase benda ke keadaan wujud
zat yang lain. Perubahan wujud zat ini bisa terjadi karena peristiwa pelepasan dan
penyerapan kalor. Perubahan wujud zat terjadi ketika titik tertentu tercapai oleh
atom atau senyawa zat tersebut yang biasanya dikuantitaskan dalam angka suhu.
Perubahan wujud zat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Perubahan kimia
Perubahan yang menghasilkan zat baru Contoh: Makanan
membusuk, pembakaran, petasan yang meledak, dan fermentasi.

4
2. Perubahan Fisika
Perubahan yang tidak menghasilkan zat baru yang berubah hanya
wujud dan bentuknya. Contohnya: Es mencair, gula yang dilarutkan
kedalam air, air menjadi es.
Perubahan fisika di bedakan menjadi 6 peristiwa, yaitu :

a. Membeku
Peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi padat. Dalam
peristiwa ini zat melepaskan energi panas. Contoh peristiwa mencair yaitu
air yang dimasukkan dalam freezer akan menjadi es batu, lilin cair yang
didinginkan.
b. Mencair
Peristiwa perubahan wujud zat dari padat menjadi cair. Dalam
peristiwa ini zat memerlukan energi panas. Contoh peristiwa mencair yaitu
pada batu es yang berubah menjadi air, lilin yang dipanaskan.
c. Menguap
Peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi gas. Dalam peristiwa
ini zat memerlukan energi panas. Contohnya air yang direbus jika dibiarkan
lama-kelamaan akan habis, bensin yang dibiarkan berada pada tempat terbuka
lama-lama juga akan habis berubah menjadi gas.
d. Mengembun

5
Peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi cair. Dalam peristiwa
ini zat melepaskan energi panas. Contoh mengembun adalah ketika kita
menyimpan es batu dalam sebuah gelas maka bagian luar gelas akan
basah, atau rumput di lapangan pada pagi hari menjadi basah padahal sore
harinya tidak hujan.
e. Menyublim
Peristiwa perubahan wujud dari padat menjadi gas. Dalam
peristiwa ini zat memerlukan energi panas. Contoh menyublim yaitu pada
kapur barus (kamper) yang disimpan pada lemari pakaian lama-lama akan
habis.
f. Mengkristal
Peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi padat. Dalam
peristiwa ini zat melepaskan energi panas. Contoh mengkristal adalah pada
peristiwa berubahnya uap menjadi salju.
2.1.3 Plasma
Plasma dapat didefinisikan sebagai substansi atau wujud zat yang
memiliki kemiripan dengan wujud zat gas dengan bagian tertentu dari partikel
yang terionisasi. Plasma dapat bereaksi secara kuat dengan medan elektromagnet.
Hal ini dikarenakan adanya pembawa muatan berjumlah banyak yang membuat
plasma menjadi bersifat menghantarkan listrik (konduktor). Meskipun mirip,
antara plasma dan gas memiliki sifat yang jauh berbeda. Beberapa di antaranya
adalah sebagai berikut.
1. Konduktivitas Listrik
Sifat pertama yang menjadi pembeda antara plasma dan gas adalah sifat
konduktivitas listriknya. Wujud gas dikenal sebagai isolator yang sempurna
karena memiliki tingkat konduktivitas listrik yang sangat rendah. Berbeda sekali
dengan plasma yang memiliki tingkat konduktivitas listrik yang sangat tinggi.

2. Sifat Partikel Bebas


Partikel-partikel pada wujud gas bersifat sama dan saling bertumbukan. Partikel-
partikel tersebut juga dipengaruhi oleh gravitasi. Sedangkan pada plasma terdapat proton,
elektron, dan ion bebas yang memiliki kecepatan serta suhu yang masing-masing
memiliki perbedaan.

6
3. Kecepatan Distribusi
Tumbukan antar partikel pada semua jenis partikel gas mengakibatkan
distribusi dengan kecepatan Maxwell. Namun beberapa jenis gas memiliki
kecepatan yang lebih tinggi dari jenis lainnya. Berbeda dengan plasma, interaksi
tumbukan yang terdapat dalam plasma sangatlah rendah, energi luar dapat
menyebabkan plasma terdorong dan mempercepat pergerakan dari titik
keseimbangannya.
4. Interaksi
Interaksi berupa tumbukan antar partikel yang dialami oleh partikel gas
umumnya hanya terjadi pada dua partikel saja.Sangat jarang ditemukan adanya
tiga atau lebih partikel yang saling bertumbukan.Namun pada tumbukan plasma,
sering dijumpai adanya tumbukan antar banyak partikel.
Menurut suhu relatif pada elektron, ion, serta atom netral, plasma
digolongkan menjadi dua, yakni Plasma Thermal dan Plasma Non Thermal. Ciri
plasma thermal adalah adanya kesetimbangan pada suhu elektron dan ion dalam
jumlah yang sama. Sedangkan plasma non thermal merupakan gas yang
terionisasi non ekuilibrium dan memiliki dua suhu. Suhu elektron sangat tinggi
sedangkan suhu ion atom netral lebih rendah dan terkadang bersuhu kamar.
Contoh plasma non thermal dapat kamu jumpai pada lampu fluorescent, tepatnya
pada bagian gas merkurinya. Elektron pada gas merkuri lampu fluorescent dapat
mencapai suhu 10.000 K atau setara dengan 9.727°C. Sedangkan sisa gas
memiliki suhu yang sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan suhu kamar.
Dengan begitu, lampu fluorescent dapat disentuh saat menyala tanpa takut tangan
akan terbakar.
2.1.4 Adhesi dan Kohesi
Dalam fisika benda terkondensasi, kondensat Bose–Einstein (BEC) adalah
keadaan materi yang biasanya terbentuk ketika gas boson dengan kerapatan sangat
rendah didinginkan hingga suhu sangat mendekati nol mutlak (-273,15°C atau
−459,67 °F). Dalam kondisi seperti itu, sebagian besar boson menempati keadaan
kuantum terendah, di mana fenomena mekanika kuantum mikroskopis terutama
interferensi fungsi gelombang, menjadi jelas secara makroskopis. BEC dibentuk

7
dengan mendinginkan gas dengan kerapatan sangat rendah (sekitar 100.000 kali
lebih padat daripada udara normal) ke suhu sangat rendah. Keadaan ini pertama
kali diprediksi, umumnya, pada tahun 1924–1925 oleh Albert Einstein mengikuti
dan mengkredit makalah perintis oleh Satyendra Nath Bose di bidang baru yang
sekarang dikenal sebagai statistik kuantum.
2.15 Perubahan fasa
Fasa adalah sejumlah zat yang homogen baik secara kimia maupun fisika,
atau dapat juga dikatakan bahwa sebuah sistem yang homogen adalah suatu fasa.
Secara umum telah dikenal tiga kelompok fasa yaitu; fasa gas, fasa cair dan fasa
padat.
Sifat suatu fasa dinyatakan dengan properti-properti intensif, dan biasanya
properti-properti intensif yang diperhatikan adalah temperatur, tekanan, dan
konsentrasi. Banyaknya properti intensif yang harus ditetapkan atau harus
dinyatakan agar keadaan setimbang tidak menjadi samar-samar bisa dihitung
dengan menggunakan aturan fasa (Phase Rule). Aturan fasa untuk pertama kali
diperkenalkan oleh J. Willard Gibbs (tahun 1875), tetapi baru dipublikasikan 20
tahun kemudian.
Misalkan pada sebuah sistem terdapat p buah fasa dan C buah komponen
yang tersebar ke dalam setiap fasa, maka derajat kebebasan (degree of Freedom)
atau biasanya juga disebut Varian (f). Derajat kebebasan (degree of Freedom)
adalah banyaknya variabel intensif yang dapat secara bebas divariasikan tanpa
mengubah banyaknya fasa yang ada pada sistem, atau banyaknya variabel intensif
yang harus ditentukan agar nilai semua variabel yang tersisa dapat diketahui, atau
banyaknya variabel intensif yang digunakan untuk mencirikan suatu sistem,
dikurangi dengan banyaknya hubungan-hubungan atau batasan-batasan yang
menghubungkan setiap fasa. Dengan kata lain, sebuah sistem dengan p buah fasa
dan C buah komponen hanya dijelaskan atau di terangkan keadaan setimbangnya
dengan lengkap apabila diberikan nilai variabel intensif sebanyak f, dengan
definisi F=C– p +2
Sebagai contoh; pertimbangkan sebuah sistem yang terdiri dari satu
komponen dan satu fasa, dan keadaannya hanya dinyatakan dengan satu variabel

8
intensif saja, misalnya temperatur 30 oC. hal seperti ini belum memberikan
informasi yang cukup kepada kita tentang keadaan sistem tersebut, karena
temperatur sebesar 30 oC itu bisa saja berada pada tekanan 0.5 atm, 1 psi, 2 atm
dab sebagainya. Agar sistem itu bisa dinyatakan dengan lengkap maka harus ada
variabel intensif lain yang harus diberikan misalkan tekanannya 1 atm. Dengan
adanya dua variabel intensif yang diketahui nilainya, maka sistem tersebut (1 fasa
dan 1 komponen) dan telah dijelaskan dengan sempurna dan memenuhi aturan
fasa, yaitu;
f = 1- 1 +2 = 2

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Wujud zat terbagi menjadi tiga yaitu padat, cair dan gas. Pada saat
tertentu umumnya zat hanya berada dalam satu wujud saja, tetapi zat
dapat berubah dari wujud yang satu ke wujud yang lain.
2. Fasa Secara umum terbagi dalam 3 fase yaitu padat, cair, dan gas.
Perbedaan dari ketiga fase ini terletak pada tingkat keteraturan
molekulnya.
3. Plasma dapat didefinisikan sebagai substansi atau wujud zat yang
memiliki kemiripan dengan wujud zat gas dengan bagian tertentu dari
partikel yang terionisasi.
4. Kondensat Bose–Einstein (BEC) aalah keadaan materi yang biasanya
terbentuk Ketika gas boson dengan kerapatan sangat rendah
didinginkan hingga suhu sangat mendekati nol mutlak (-273,15°C atau
−459,67 °F ).
5. Perubahan fasa merupaka suatu kondisi fisis zat itu berubah dari suatu
bentuk ke bentuk lain.

10

Anda mungkin juga menyukai