Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini seringkali kita melihat di laboratorum, bahkan dalam

kehidupan kita sehari-hari beberapa zat yang tidak murni. Cara memurnikan zat

tersebut dapat diperoleh dengan berbagai cara. Memperoleh suatu senyawa kimia

dengan kemurnian yang sangat tinggi merupakan hal yang sangat esensi bagi

kepentingan kimiawi. Bila zat tersebut merupakan zat cair maka dapat dilakukan

metode destilasi untuk memurnikannya. Sedangkan jika zat tersebut berupa

padatan, maka tekhnik pemisahan dan pemurnian yang dilakukan adalah dengan

menggunakan metode kristalisasi, namun bila zat padat tersebut bersifat volatil

maka pemurniannya dilakukan dengan metode sublimasi. Sebagai contoh pada

kehidupan sehari-hari adalah proses pengkristalan garam dari air laut.

Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar.

Karena banyak zat padat seperti garam, kuarsa, dan salju ada dalam bentuk-bentuk

yang jelas simetris, telah lama para ilmuwan menduga bahwa atom, ion ataupun

molekul zat padat ini juga tersusun secara simetris (Keenan, 1979).

Kristalisasi merupakan metode untuk pemurnian zat dengan pelarut dan

dilanjutkan dengan pengendapan. Dalam kristalisasi senyawa organic dipengaruhi

oleh pelarut. Pelarut kristalisasi merupakan pelarut dibawa oleh zat terlarut yang

membentuk padatan dan tegantung dalam struktur Kristal-kristal zat terlarut

tersebut (Oxtoby, 1986).


B. Maksud dan Tujuan Percobaan

1. Maksud percobaan

Maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui definisi sublimasi

senyawa serta proses kimia yang terjadi pada sublimasi.

2. Tujuan percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu agar mahasiswa lebih mahir dalam

praktikum kimia organik dan mampu menjelaskan secara teoritis tentang

sublimasi yang menunjang pengembangan kimia organik.

C. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini yaitu penentuan berat kristal dari suatu zat/bahan dan

penentuan titik leleh dengan cara melakukan percobaan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Sublimasi merupakan cara yang digunakan untuk pemurnian senyawa –

senyawa organic yang berbentuk padatan. Pemanasan yang dilakukan terhadap

senyawa organic akan menyebabkan terjadinya perubahan sebagai berikut:

apabila zat tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan padat, pada tekanan

tertentu zat tersebut akan meleleh kemudian mendidih. Disini terjadi perubahan

fase dari padat ke cair lalu kefase gas. Apabila zat tersebut pada suhu kamar

berada dalam keadaan cair. Pada tekanan dan temperature tertentu (pada titik

didihnya) akan berubah menjadi fase gas. Apabila zat tersebut pada suhu kamar

berada dalam keadaan padat, pada tekanan dan temperature tertentu akan

langsung berubah menjadi fase gas tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Zat

padat sebagai hasil reaksi biasanya bercampur dengan zat padat lain. Oleh karena

itu, untuk mendapatkan zat-zat padat yang kita inginkan, perlu dimurnikan

terlebih dahulu. Prinsip proses ini adalah perbedaan kelarutan zat pengotornya.

Rekristalisai dapat dilakukan dengan cara melarutkan cuplikan kedalam pelarut

yang sesuai (Bustan, 2008; 169).

Prinsip dasar dari proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara

zat yang dimurnikan dengan zat pengotornya. Syarat – syarat pelarut yang sesuai

adalah: pelarut tidak bereaksi dengan zat yang dilarutkan, pelarut hanya dapat

melarutkan zat yang akan dimurnikan dan tidak melarutkan zat pencemarnya.
Titik didih pelarut harus lebih rendah dari titik leleh zat yang akan dimurnikan

agar zat tersebut tidak terurai (Fessenden, 1983; 435-436).

Kristal dapat digolongkan berdasarkan sifat ikatan antara atom-atom, ion-

ion atau molekul-molekul yang menyusunnya. Dan penggolongan seperti ini akan

sangat berguna. Pengolongan ini akan sangat berguna. Penggolongan ini akan

lebih mendasar menggunakan jumlah dan jenis unsur semestinya (Symmetry

Element). Bila hasil rotasi, pantulan atau invers suatu benda dapat dengan tepat

disuspensi pada benda asalnya, maka struktur itu dikatakan mengandung unsur

seperti simetri tertentu sumbu rotasi, bidang pantulan (cermin), atau titik pusat

(pusat invers). Operasi simetri ini dapat diterapkan pada bentuk-bentuk geometris,

pada suatu benda fisis atau stuktur molekul (Oxtoby, 1986; 165).

Titik leleh suatu zat adalah temperature pada fase padat dan cair ada dalam

kesetimbangan. Jika kesetimbangan semacam ini diganggu dengan menambahkan

atau menarik energi panas, sistem akan berubah bentuk lebih banyak zat cair atau

lebih banyak zat padat. Namun temperatur akan tetap pada titik leleh selama fase

itu masih ada perubahan dari cair menjadi padat disebut pembekuan dan proses

kebalikannya disebut pelelehan atau peleburan. Titik leleh suatu padatan sama

dengan titik beku suatu cairan (Fessenden, 1983; 391).

Naftalena (C10H8) merupakan senyawa murni pertama yang diperoleh dari

fiksasi didih lebih tinggi dari batu bara. Naftalen mudah di isolasi karena senyawa

ini menyublim dari gas sebagai padatan kristal tak bewarna yang indah, dengan

titik leleh 800C. Naftalen merupakan molekul planar dengan dua cincin benzen

yang berdifusi (bergabung). Sedangkan naftol merupakan senyawa yang


mempunyai struktur yang mirip atau hampir sama dengan naftalen kecuali ada

gugus OH yang berada pada struktur naftol sehingga naftalen dan naftol bukan

senyawa yang sama melainkan senyawa yang berbeda. Untuk memisahkan kedua

senyawa ini, metode ekstraksi tidak dapat langsung digunakan melainkan salah

satu senyawa tersebut harus ditransformasi menjadi ion sehingga mempunyai

kelarutan berbeda (Maulin, 2001; 145-146).

Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat

yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam

suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi

penguapan dan kristalisasi pendinginan (Mc.Cabe, 1985).

Adsorpsi (penyerapan suatu peruses pemisahan dimana komponen dari

suatu fase fluida berpindah kepermukaan zat padat yang menyerap (adsorben).

Biasanya partikel-partikel kecil zat penyerap dan zat yang diserap sehingga tidak

mungkin terjadi proses yang bolak balik (Mc.Cabe, 1985).

Kristalisasi merupakan sebuah peristiwa pembentukan partikel-partikel zat

padat didalam suatu fase homogen. Kristalisasi dapat terjadi sebagai pembentukan

partikel padat dalam uap, seperti dalam pembentukan salju sebagai pembekuan

(Solidification) didalam lelehan cair. Pada prinsipnya kristalisasi terbentuk

melalui dua tahap yaitu, nukleasi atau pembentukan inti Kristal dan pertumbuhan

kristal. Faktor pendorong untuk laju nukleasi dan laju pertumbuhan Kristal ialah

supersaturasi. Baik nukleasi maupun pertumbuhan tidak dapat berlangsung

didalam larutan jenuh atau tak jenuh. Inti kristal dapat terbentuk dari berbagai

jenis partikel, molekul, atom atau ion. Karena adanya gerakan dari partikel-
partikel tersebut, beberapa partikel mungkin membentuk suatu gerombol atau

klaster, klaster yang cukup banyak membentuk embrio pada kondisi leat jenuh

yang tinggi embrio tersebut membentuk inti Kristal (Pinalia, 2011).

Kristalisasi dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang

efisien. Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk pemisahan dan

pemurnian. Adapun sasaran dari proses kristalisasi adalah menghasilkan produk

kristal yang mempunyai kualitas seperti yang diinginkan. Kualitas kristal antara

lain dapat ditentukan dari tiga parameter berikut yaitu : distribusi ukuran kristal

(Crystal Size Distribution, CSD), kemurnian kristal (Crystal Purity) dan bentuk

kristal. Pada proses kristalisasi kristal dapat diperoleh dari lelehan (Melt

Crystallization) atau larutan (Crystallization From Solution). Dari kedua proses

ini yang paling banyak dijumpai di industri adalah kristalisasi dari larutan

(Setyopratomo, 2003).

Pada kristalisasi bahan pengikat pengotor yang ditambahkan bervariasi

konsentrasinya. Penambahan dilakukan secara bertetes-tetes hingga tidak

terbentuk endapan. Pemurnian ini diharapkan dapat mengurangi kadar air yang

terkandung dalam garam hasil pemurnian sehingga garam tidak mudah mencair.

Pada tahap kristalisasi menggunakan bahan pengikat pengotor yaitu larutan

Na2C2O4, Na2CO3 dan NaHCO3. Bahan-bahan ini ditambahkan untuk mengikat

pengotor yang ada pada garam dapur sesuai hasil analisis zat-zat pengotor garam

dapur yang telah dilakukan sebelumnya. Pengotor ion Fe3+ akan membentuk

senyawa Fe(OH)3 sedangkan pengotor dari Mg2+ dan Ca2+ akan membentuk

senyawa MgCO3 dan CaCO3. Semua senyawa yang terbentuk tersebut akan
mengendap sehingga dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa (Triastuti,

2010).

Jenis pelarut berperan penting pada proses kristalisasi karena pelarutan

merupakan faktor penting pada proses kristalisasi. Kelarutan suatu komponen

dalam pelarut ditentukan oleh polaritas masing-masing. Pelarut polar akan

melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar akan melarutkan senyawa non

polar. Diduga ada sedikit perbedaan polaritas dari komponen-komponen yang ada

dalam fraksi tidak tersabunkan DALMS, termasuk perbedaan polaritas tokoferol

dan tokotrienol serta masing-masing isomernya. Oleh karena itu, penentuan jenis

pelarut yang tepat penting dilakukan pada pembuatan konsentrat vitamin E. Pada

proses kristalisasi, pelarut mempengaruhi kecepatan nukleasi dan morfologi

Kristal (Rositawati, 2013).

Pada tahap sublimasi masalah tingginya konsumsi energy pada

pengeringan beku tersebut dipecahkan dengan penerapan pemanasan terbalik,

yaitu merambatkan panas melalui lapisan beku untuk meningkatkan laju

perpindahan panas. Pemanasan terbalik yang dilakukan pada penelitian adalah

dengan harapan panas akan berkonduksi melalui lapisan beku bahan yang

mempunyai nilai konduktifitas panas lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan

bahan kering brongga, sehingga waktu yang dibutuhkan akan lebih cepat (Siregar,

dkk., 2006).

Berdasarkan pelarut yang digunakan metode rekristalisasi terbagi menjadi

dua yaitu rekristalisasi dengan pelarut tunggal dan rekristalisasi dengan multi

pelarut. Sedangkan berdasarkan tekniknya, metode rekristalisasi dibagi menjadi


tiga yaitu rekristalisasi dengan penyaringan panas, rekristalisasi dengan nukleasi

spontan dan rekristalisasi menggunakan seeding dari filtrat. Meski sedikit masih

dimungkinkan senyawa pengotor terikut dalam kristal. Pelakasanaan proses

pemurnian ini yang berulang-ulang akan mengakibatkan hilangnya sejumlah

kristal karena terbatasnya kelarutan senyawa yang akan dimurnikan. Pada

dasarnya peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapan.

Endapan merupakan zat yang memisah dari satu fase padat keluar ke dalam

larutannya. Endapan terbentuk jika larutan bersifat terlalu jenuh dengan zat yang

bersangkutan (Pinalia, 2011).

B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Dirjen.POM, 2014; 63)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Aquadest, Air murni, Air suling, Aqua

Rumus Molekul : H2O

Berat Molekul : 18,02

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan

tidak berasa

Kelarutan : Melarutkan banyak zat kimia

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut


2. Asam benzoat (Dirjen.POM, 2014; 241)

Nama Resmi : ACIDUM BENZOICUM

Nama Lain : Asam benzoat, asam benzenkarboksilat

Rumus Molekul : C7H6O2

Berat Molekul : 122,12

Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur halus, ringan, tidak berbau dan tidak

berwarna

Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 350 bagian air, dalam

kurang lebih 3 bagian etanol (95%) P dan dalam

bagian eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai sampel

3. Karbon Adsorben (Dirjen,POM. 2014;

Nama Resmi : CARBON ADSORBENS

Nama Lain : Arang jerap, arang pengadsorbsi, arang serap,

active kool, norit, arang penyerap

Rumus Molekul : C5H11OH

Berat Molekul : 12,0107

Rumus Struktur :
Pemerian : Serbuk sangat halus, bebas dari butiran hitam,

tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol (95%)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Zat pengabsorbsi


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu corong, labu

erlenmeyer, cawan porselin, gelas arloji, spirtus, timbangan.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu asam benzoat,

carbon, kertas saring, air.

B. Cara kerja

1. Kristalisasi asam benzoat dalam air

a. Diucapkan bismillah

b. Disiapkan alat dan bahan

c. Dilarutkan asam benzoat

d. Didihkan campuran di atas penyaringan

e. Ditambah sedikit carbon di atas penyaringan

f. Dipasang corong dan kertas saring pada labu erlenmeyer

g. Diulang dalam keadaan panas

h. Dibiarkan filtrat dengan penurunan suhu 5ᵒC perlahan

i. Jika kristal sudah terpisah dilakukan penyaringan

j. Ukur titik leleh


2. Sublimasi

a. Diucapkan bismillah

b. Disiapkan alat dan bahan

c. Dilarutkan 1 gram asam benzoat

d. Dimasukkan dalam cawan porselin

e. Dipanaskan dengan spirtus

f. Disiapkan klem yang sudah dipasang gelas arloji secara terbalik

g. Dikumpulkan kristal dan timbang

h. Diukur titik didih


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan

1. Kristalisasi

PENGUKURAN BERAT
KRISTAL PENGUKURAN
SAMPEL HASIL CAPOR CAPOR + TITIK DIDIH
KOSONG KRISTAL

Terbentuk
Asam
Kristal 34,416 gr 41,318 gr 127ᵒC
Benzoat

Perhitungan berat kristal = (capor + kristal) – capor kosong

= 41,318 gr – 34,416 gr

= 6,909 gram

2. Sublimasi

SAMPEL PENGUKURAN PENGUKURAN


HASIL TITIK DIDIH
BERAT
KRISTAL

Asam
Terbentuk kristal 0,245 gram
benzoat
127ᵒC
B. Pembahasan

Sublimasi adalah proses perubahan zat dari fasa padat menjadi uap, dan

uap dikondensasi langsung menjadi padat tanpa melalui fasa cair. Pada proses

sublimasi, senyawa padat apabila dipanaskan akan menyublim, langsung terjadi

perubahan dari padat menjadi uap tanpa melalui fasa cair terlebih dahulu

(Basset,1994).

Percobaan yang dilakukan adalah kristalisasi asam benzoat dalam air dan

sublimasi. Pada percobaan pertama yakni asam benzoat dalam air, pertama

dilarutkan asam benzoat sebanyak 2 gram ke dalam air mendidih 100 ml. Asam

benzoat yang dilarutkan dalam air panas tersebut akan terurai ion-ionnya

kemudian dipasang kertas saring pada bagian mulut erlenmeyer yang dilapisi

kemudian dengan karbon. Penyaringan ini bertujuan utuk memisahkan antara zat

yang telah larus dengan zat pengaturnya agar diperoleh zat yang murni.campuran

kemudian dituang dalam keadaan panas kemudian dibiarkan filtrat hasil

penyaringan dengan penurunan suhu secara perlahan, hal ini bertujuan untuk

membuat larutan jenuh agar endapan kristal mudah terbentuk. Pada pendinginan

juga ditambahkan es batu pada wadah kemudian dimasukkan ke erlenmeyer yang

berisi filtrat pada tahap pendinginan hal-hal ini tujuannya agar endapan kristal

lebih cepat terbentuk. Setelah itu dilakukan penyaringan untuk memisahkan

kristal yang terbentuk dari kelarutannya. Kemudian dilakukan penimbangan pada

kristal dimana hasil yang diperoleh dari kristal yang terbentuk adalah kristal yang

memiliki berat 6,902 gram, dengan hasil pengukuran titik didihnya yaitu 127ᵒC.
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan tergatung pada dua

faktor yaitu laju pembentukan inti dan laju pertumbuhan kristal. Laju

pembentukan inti tergantung pada derajat, lewat jenuh larutan. Makin tinggi

derajat kurvat jenuh, makin besar kemungkinan untuk membentuk inti baru.

Kemudian laju pertumbuhan kristal, jika laju ini tinggi kristal-kristal besar alam

terbentuk yang dipengaruhi oleh derajat kurvat jenuh.

Pada percobaan kedua yaitu sublimasi asam benzoat, pertama masukkan 1

gram asam benzoat kedalam cawan poselin, disiapkan klem yang sudah

gterpasang dengan gelas arloji. Pada bagian atas gelas arloji tambahkan es batu,

karena suhu yang lebih rendah dari sampel akan mempercepat kristal yang

terbentuk saat penguapan. Setelah itu panaskan capor berisi asam benzoat dengan

spirtus, terjadilah penguapan zat padat dari asam benzoat menjadi gas ditandai

dengan terbentuknya asap sebagai sisa pembakaran yang ukurannya sangat ringan.

Kristal-kristal hasil penguapan akan menyerap pada bagian gelas arloji pada

neraca analitik kemudian ditimbang berat kristal dan diukur titik didihnya. Hasil

yang diperoleh pada penimbangan berat kristal yaitu 0,245 gram dan titik

didihnya yaitu 127ᵒC.

Dapat dilihan dari hasil sublimasi terbentuk padatan kristal. Hal ini dapat

terjadi dikarenakan suatu padatan senyawa pada suhu tertentu dipengaruhi tekanan

tertentu, kemudian kondensasi uap dari senyawa tersebut mengkristal.

Alasan perlakuan dimana pada kristalisasi pelarut yang digunakan adalah

air karena titik didih air lebih dari titik leleh asam benzoat yang sebesar 249ᵒC.

Sesuai dengan persyaratan sebagai pelarut yang sesuai yaitu titik didih pelarut
yang harus lebih rendah untuk memperoleh pembentukan kristal. Kemudian pada

sublimasi dilakukan penambahan es batu pada bagian gelas arloji tempat

menumpuknya padatan kristal yaitu sama seperti pada kristalisasi bertujuan untuk

mempercepat terbentuknya endapan kristal karena suhu yang lebih rendah akan

mempengaruhi kecepatan padatan kristal yang terbentuk saat penguapan.

Berdasarkan pada literatur, dikatakan bahwa syarat pemisahan campuran

dengan sublimasi adalah partikel harus memiliki perbendaan titik didih yang besar

sehingga menghasilkan uap dengan kemurnian tinggi. Pada kristalisasi sesuai

dengan literatur dikatakan bahwa pembentukan kristal dapat terjadi apabila suatu

larutan sudah melampaui titik jenuhnya. Hal ini sesuai dengan percobaan kami

dimana saat pendinginan larutan mengalami titik jenuh sehingga terbentuklah

endapan kristal yang memisah dari larutannya.

Faktor kesalahan yang terjadi pada percobaan ini adalah kurangnya

ketelitian dalam penimbangan kristal dan penyaringan yang tidak menggunakan

corong buchner sebagaimana mestinya untuk memperoleh kemurnian suatu

larutan sehingga mempengaruhi hasil pengamatan yang kami peroleh.

Hubungan praktikum ini dengan farmasi yang digunakan untuk

mengidentifikasi beberapa obat dan bahan sediaan farmasi. Dimana dalam proses

sublimasi mikro ini beberapa zat padat pada pendinginan mungkin dari fasa gas

berubah menjadi fasa cair terlebih dahulu kemudian menghablur dan ada zat dari

fasa gas berubah menjadi fasa padat. Masing-masing senyawa obat akan

menempatkan hasil yang spesifik.


Adapun ayat yang berhubungan dengan praktikum ini yaitu Q.S Al- Isra;

77 yang berbunyi sebagai berikut:

Terjemahannya:

“ (yang demikian itu) merupakan ketetapan bagi rasul sebelum engkau dan

tidak akan engkau dapati perubahan atas ketetapan kami”.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada percobaan yang telah dilakukan pada kristalisasi asam benzoat yang

diperoleh yaitu pada pembentukan kristalisasi dapat terjadi bila suatu larutan telah

melapaui titik jenuhnya, sedangkan pada sublimasi partikel harus memiliki

perbedaan titik didih tinggi agar terbentuk uap yang menempel berupa padatan

kristal.

B. Kritik dan Saran

1. Asisten

Diharapkan arahan dan bimbingan dari asisten demi kelancaran setiap kali

praktikum sehingga terjalin kerja sama yang baik antara asisten dan praktikan agar

tujuan praktikum bisa tercapai.

2. Laboratorium

Sebaiknya perlengkapan atau alat-alat praktikum yang ada di laboratorium

lebih dilengkapi karena praktikan akan terganggu dengan kurangnya alat dan

bahan yang dibutuhkan.


KEPUSTAKAAN

Bustan, M., Febryani, R., Dan Pakpahan, H., Pengaruh Waktu Ektraksi Dan

Ukuran Partikel Terhadap Berat Oleoserin Jahe Yang Diperoleh Dalam

Berbagai Jumlah Pelarut Organik (Methanol), Jurnal Teknik Kimia, No.4,

Vol.15. Palembang: Universitas Sriwijaya. 2008.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia, Edisi V. Jakarta:

Erlangga. 2014.

Fessenden, R.J dan J.S, Kimia Organik, Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga. 1983

Keenan, W., Kimia Untuk Universitas, Jakarta: Erlangga. 1979.

Maulin, Z. Crytalization 4 ed. Pp. 216-251 Butterworth-Heinemann: Oxford.

2001.

Mc Cabe, W. Unit Operations of Chemical Engineering, Singapore. Mc Graw-

Hill 80. 1985.

Oxtoby, D. W. Prinsip-Prinsip Kimia Modern, Edisi 4, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

1986.
Pinalia, A. Penentuan Metode Rekristalisasi Yang Tepat Untuk Meningkatkan

Kemurnian Kristal Amonium Perklorat (AP), Majalah Sains dan

Teknologi Dirgantara, Vol. 6 No. 2. 2011.

Rositawati, A. T, Rekristalisasi Garam Rakyat Dari Daerah Demak Untuk

Mencapai SNI Garam Industri, Jurnal Teknologi Kimia dan Industri,

Vol.2, No.4. Semarang: Universitas Dipenogoro. 2013

Setyopratomo, P., dkk. Studi Eksperimental Permurnian Garam NaCl Dengan

Cara Rekristalisasi, Unitas, Vol. 11 No. 2. 2003.

Siregar, K., dkk. Pengeringan Beku Dengan Metode Pembekuan Vakum Dan

Lempeng Sentuh Dengan Pemanasan Terbalik Pada Proses Sublimasi

Untuk Daging Buah Durian, Buletin Agricultural Engineering

BEARING, Vol. 2 No. 1. 2006.

Triastuti, A., dkk. Pemurnian Garam Dapur Melalui Metode Kristalisasi Air Tua

Dengan Bahan Pengikat Pengotor Na2C2O4 – NaHCO3 Dan Na2C2O4 –

Na2CO3. Vol. 8 No. 1. 2010.


LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Kristalisasi asam benzoat dalam air

Siapkan alat dan bahan

Larutkan asben 2 gr dalam air mendidih 100 ml

Didihkan campuran kasa asben

Tambahkan carbon diatas penyaringan

Pasang corong dan kertas saring pada labu erlenmeyer

Dituang dalam keadaan panas

Biarkan filtrat dengan penurunan suhu secara perlahan

Jika kristal sudah terpisah, lakukan penyaringan


Ditimbang dan diukur titik didih

2. Sublimasi

Siapkan alat dan bahan

Masukkan 1 gram asam benzoat dalam capor

Dipanaskan dengan spirtus

Disiapkan klem yang sudah terpasang gelas arloji secara terbalik

Kumpulkan kristal dan timbang

Ukur titik didihnya


B. Gambar Pengamatan

1. Kristalisasi
Gambar Keterangan

2 gram asam benzoat

Di panaskan air hingga mendidih

Pelarutan asam benzoat

Pencampuran asam benzoat yang


dilarutkan dalam air mendidih
Corong, kertas saring dan karbon
dipasang pada labu erlenmeyer.

Karbon diatas kertas saring.

Penuangan campuran dalam


keadaan panas.

Dibiarkan filtrat dengan penurunan


suhu diletakkan dalam wadah es
batu.
Kristal yang terbentuk telah terpisah
dari pelarutnya.

Dilakukan proses penyaringan

Ditimbang kristal dengan timbangan


analitik
2. Sublimasi
Gambar Keterangan

Pemanasan 1 gram asam benzoat


menggunakan spirtus

Penambahan es batu

Terbentuknya asap saat


pembakaran

Kristal yang terbentuk


Penimbahan kristal

Anda mungkin juga menyukai