Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KIMIA ANALITIK

KROMATOGRAFI

KELOMPOK 1

ILHAM (17176007)
ANNISA RAHMAH (17176001)
NAILUL HUSNI ASFAR (17176010)
SITI AISYAH (17176015)

Dosen Pembimbing :
Dr. MAWARDI, M.Si

PENDIDIKAN KIMIA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
KROMATOGRAFI

1. PENDAHULUAN
Pengertian Kromatografi
Kroma = warna; Graf (grafi) = tulisan, gambar
Teknik kromatografi diartikan sebagai suatu metoda yang digunakan untuk memisahkan
campuran komponen atau fraksi sejenis menjadi unit-unit yang terpisah satu dengan yang
lain yang didasarkan pada perbedaan sifat masing-masing. Perbedaan yang dimaksud
dapat berupa perbedaan kelarutannya di dalam pelarut, perbedaan kemampuannya
menyerap atau terikat pada komponen lain, perbedaan muatan ionik, ukuran molekul,
dan lain sebagainya.

Sejarah Kromatografi
Seorang ilmuwan botani dan Rusia, Michael Tswett, pada tahun 1906 dengan suatu
percobaan dapat mernisahkan zat warna hijau yang terdapat pada daun menjadi
beberapa komponen. Karoten (kuning oranye/pucat), feofitin (him keabu-abuan,
kadang-kadang tidak tampak), klorofil-b (hijau tua), klorofil-a (biru kehijauan), dan
xantofil (kuning) dapat dipisahkan melalui tabung yang diisi dengan bubuk kalsium
karbonat dan dielusi dengan petroleum eter.

Teori Dasar
1. Polaritas: sifat yang menunjukkan kecenderungan suatu senyawa untuk
mengumpul/mengelompok pada satu kutub.
2. Besarnya polaritas dinyatakan dengan konstanta dielektrika (suatu tetapan yang
menunjukkan besarnya gaya saling tarik antara dua muatan elektrik pada suatu jarak
tertentu di dalam ruang vakum atau di dalam suatu medium pada suhu tertentu).
3. Seri eluotropik berbagai pelarut, suatu daftar yang menunjukkan besarnya konstanta
dielektrika berbagai senyawa. Udara = 1,00 ; Heksan = 1,874 ; klorobenzena = 5,9 ;
ammonia cair = 15,5 ; air = 80,2 ; asam sianida = 95.
4. Dua atau lebih pelarut organik dapat dicampur untuk mendapatkan polaritas
tertentu. Micible (misibel) adalah pelarut-pelarut yang dapat bercampur satu sama lain
tetapi tidak saling melarutkan. Immicible (imisibel) adalah pelarut-pelarut yang tidak
dapat bercampur dan tidak saling melarutkan satu terhadap yang lain.
5. Prinsip “like disolve like”: senyawa atau komponen yang polaritasnya sama atau
hampir sama akan selalu bersama-sama, tetapi yang polaritasnya berbeda akan selalu
berjauhan, ada jarak, atau saling menolak.
6. Percobaan Craig mengembangkan pemisahan komponen-komponen dalam
pelarut melalui suatu tangki (kolom).

Istilah Dalam Kromatografi


1. Fase diam (stationer phase), yaitu bahan yang digunakan dalam
kromatografi yang tidak bergerak dan membentuk pelat-pelat teoritis. Fase diam dapat
berupa padatan, cairan, ataupun gas.
2. Fase bergerak (moving phase, mobile phase), yaitu bahan yang digunakan dalam
kromatografi yang kedalamnya dilarutkan (terdapat) campuran komponen yang akan
dipisahkan, yang bergerak sepanjang fase diam. Fase bergerak dapat berupa cairan
maupun gas.
3. Penyangga atau matrik (support), yaiu bahan padat yang digunakan pada
kromatografi untuk menahan fase diam yang berupa cairan atau gas supaya tidak
bergerak.
4. Penyerap (sorbent), yaitu bahan padatan yang berfungsi sebagai penyangga
sekaligus sebagai fase diam.
5. Solut (solute), adalah komponen-komponen yang terdapat dalam bentuk campuran
dalam pelarut yang akan dipisahkan melalui sistem kromatografi.
6. Pengembang (developer) atau eluen (eluent), adalah pelarut/larutan yang digunakan
untuk mengelusi carnpuran komponen yang sudah ada di dalam sistem kromatografi
supaya dapat bergerak sepanjang pelat-pelat teoritis (kolom).
7. Eluat, yaitu pengembang atau eluen yang keluar dan sistem kromatografi yang secara
periodik mengandung komponen-komponen yang sudah terpisahkan.
8. Elusi ialah pekerjaan atau usaha untuk menjalankan komponenkomponen dalam
pelarut untuk bergerak sepanjang kolom dalam sistem kromatografi dengan cara
mengalirkan eluen.
9. Pemuatan (loading) sampel, yaitu pekeijaan menempatkan sejumlah larutan sampel
yang mengandung komponen-komponen yang akan dipisahkan ke dalam ruang sampel
yang ada pada peralatan kromatografi.
10. Volume retensi (retention volume, void volume, hold-up volume), ialah jumlah
larutan pengelusi (fase bergerak) yang memenuhi rongga-rongga dan pori-pori dalam
kolom (matrik).
11. Volume bed (bed volume) adalah jumlah larutan pengelusi ditambah dengan
volume kolom.
12. Volume pengelusi (elution volume) ialah jumlah larutan pengeluasi yang harus
ditambahkan ke dalam sistem kromatografi untuk menghasilkan (mengeluarkan dari
kolom) sebuah puncak kromatogram.
13. Kolom adalah sejumlah matnik yang dimasukkan ke dalam tabung untuk
kromatografi.
14. Kromatogram adalah respon detektor dalam bentuk grafik di antara sumbu respon
versus waktu retensi atau dalam bentuk noda-noda di atas bahan penyerap atau fase
diam.

Sistem dalam Kromatografi


1. Sistem partisi, ialah pemisahan komponen yang didasarkan atas perbedaan polaritas
pada matrik (fase diam). Sistem ini terjadi pada kromatografi yang menggunakan fase
diam dan fase bergeraknya berupa cairan, fase diam dan fase bergeraknya berupa gas,
fase diam berupa cairan sedangkan fase bergerak berupa gas, atau fase diam berupa gas
sedangkan fase diamnya berupa cairan.
2. Sistem adsorpsi, ialah pemisahan komponen yang didasarkan pada kecenderungan
komponen-komponen mengadakan adsorpsi pada matrik (fase diam). Sistem ini terjadi
pada kromatografi yang menggunakan fase diam berupa padatan sedangkan fase
bergeraknya berupa cairan atau gas.
3. Sistem normal (normal phase) yaitu kromatografi yang menggunakan fase diam
bersifat polar dan fase bergeraknya bersifat non-polar.
4. Sistem sungsang atau sistem terbalik (reversed phase) jika dalam kromatografi
digunakan fase diam bersifat non-polar sedangkan fase bergeraknya bersifat polar.
5. Sistem penukar ion (ion exchange) ialah sistem kromatografi yang menggunakan
dasar perbedaan muatan antara komponen yang dipisahkan dengan muatan matriknya.
6. Sistem afinitas ialah pemisahan komponen dengan kromatografi yang mendasarkan
pada perbedaan afinitas (kemampuan bergabung) untuk mengadakan ikatan dengan fase
diam.
7. Sistem penyaring molekuler (molecular sieve) atau sistem ekslusi bentuk (size
exclussion) jika pemisahan komponen didasarkan pada perbedaan ukuran (bentuk) atau
berat molekulnya. Pada sistem ini molekul-molekul yang besar (berat molekul tinggi)
akan keluar terlebih dahulu karena molekul-molekul yang kecil mengadakan retensi
sementara waktu di dalam pori-pori matrik.
8. Sistem pasangan ion (ion pairing) jika ke dalam sistem kromatografi ditambahkan
bahan atau komponen yang dapat merubah tegangan ionik pada matrik atau eluen atau
keduanya. Kromatografi ini sering digabungkan dengan kromatografi fase normal atau
kromatografi fase sungsang.

2. JENIS/TIPE KROMATOGRAFI
1. Kromatografi kertas adalah kromatografi yang menggunakan kertas dengan sifat-
sifat tertentu sebagai alat sekaligus media untuk memisahkan campuran
komponen dalam pelarut. Gambar:

Prinsip Kerja Kromatografi Kertas


Pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen bergerak pada laju yang
berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna.
2. Kromatografi lapis tipis ialah kromatografi yang menggunakan matrik yang dibentuk
berupa lapisan tipis pada permukaan lempeng benda padat seperti kaca, aluminium,
atau plastik sebagai media untuk memisahkan campuran komponen dalam pelarut.
Gambar :

3. Kromatografi kolom yaitu kromatografi yang menggunakan matrik yang


dimasukkan ke dalam tabung sehingga membentuk kolom yang digunakan
sebagai media untuk memisahkan campuran komponen dalam pelarut.
Tipe kromatografi kolom di dalam praktek dapat merupakan:
a. Kromatografi kolom partisi yaitu kromatografi yang menggunakan fase diam berupa
cairan yang diadsorpsikan pada permukaan partikel- partikel matrik dalam kolom dan
menggunakan fase bergerak berupa cairan.
b. Kromatografi kolom adsorpsi yaitu kromatografi yang menggunakan fase diam
berupa padatan sekaligus sebagai matrik yang dimasukkan ke dalam suatu tabung dan
menggunakan fase bergerak berupa cairan.
c. Kromatografi gel yaitu kromatografi yang menggunakan bahan penyangga
padatan sebagai penyaring molekuler komponen.
d. Kromatografi gas cairan yaitu kromatografi kolom yang mengunakan fase diam
berbentuk cairan dan fase bergerak berbentuk gas.
e. Kromatografi gas padatan yaitu kromatografi kolom yang menggunakan fase diam
berupa padatan dan fase bergerak berupa gas.
f. Kromatografi kolom tekanan tinggi yaitu kromatografi kolom partisi atau adsorpsi
yang menggunakan tekanan tinggi untuk mempercepat laju gerakan larutan pengelusi
dan pemisahan komponen. Dalam praktek misalnya adalah HPLC (high performance
liquid chromatography).
4. Elektroforesis adalah pemisahan komponen-komponen yang didasarkan pada
perbedaan muatan ion antara satu komponen dengan yang lain melalui suatu matrik
di dalam lingkungan medan listrik. Sebagian ahli memandang elektroforesis tidak
termasuk dalam golongan kromatografi.
5. Kombinasi kromatografi dengan elektroforesis atau dengan
spektrofotometri.
3. TEORI KROMATOGRAFI

Hukum Distribusi

K = koefisien distribusi = koefisien partisi = kelarutan relatif;


k = konsentrasi solut

Faktor Retardasi (Rf)


Jika Vs dan Vm masing-masing adalah banyaknya (volume) fase diam dan fase
bergerak, maka pada fase bergerak:

Dan pada fase diam,

c = faktor kapasitas (besarnya setara dengan rasio jumlah solut yang berada di dalam
fase diam dan yang berada di dalam fake bergerak)

Di dalain praktek Rf digunakan untuk menentukan lokasi solut dalam sistem


kromatografi:

Vh = volume eluen yang diperlukan untuk mengisi kolom (hold-up volume)


Vr = volume eluen yang diperlukan untuk kromatogram (volume retensi).
mengelusi keluarnya
Pada kromatografi kertas dan lapis tipis lainnya besarnya Rf:
As = L x W= luas fase diam pada pada kertas atau lapis tipis
Lm = jarak yang ditempuh oleh fase bergerak
Ls = jarak yang ditempuh oleh fase diam
W = lebar kertas atau lapis tipis

Pada kromatografi kolom besarnya Rf:

Rf dapat diekspresikan sebagai rasio jarak tempuh solut (Am) dan jarak tempuh fase
bergerak/larutan pengelusi (Am+KAs) pada kertas atau lapis tipis, yaitu:

Waktu Retensi
Waktu retensi (tr) = lamanya solut tinggal di dalam sistem kromatografi = waktu yang
diperlukan untuk mengeluarkan solut dan dalam ke luar kolom = waktu yang
diperlukan untuk membentuk puncak kromatogram sejak sampel diaplikasikan.

L = panjang kolom, F = kecepatan solut bergerak melalui kolom (mengekspresikan


kecepatan aliran fase bergerak), t m = waktu yang diperlukan solut untuk menempuh
jarak di dalam kolom sampai keluar dan kolom. Jika kecepatan mengalir fase bergerak
konstan, maka:

sehingga Rf dalam sistem kolom dapat ditentukan berdasarkan:


Jumlah pelat teoritis (n) dapat dihitung (lihat Gambar): Teori
Lapisan (Pelat)

Ekivalensi pelat teoritis (EPT), high equivalent to a theoritical plate (HETP) =


rasio antara panjang kolom dengan jumlah pelat teoritisnya,

Jika nilai ekivalensi pelat teoritis kecil maka menguntungkan karena akan
menghasilkan kromatogram yang ideal.
Menurut Van Deemter dan Gidding:

A = konstanta “Eddy diffusion”,


B = konstanta difusi longitudonal
C = konstanta keseimbangan dinamis
F = kecepatan aliran linear fase bergerak.

Efisiensi Kromatografi

Menurut Van Deemter dan Gidding:

Resolusi

R = resolusi
Atr = jarak antara dua puncak yang memisah
WA = lebar garis dasar puncak A WB =
lebar garis dasar puncak B
Pengaruh berbagai faktor terhadap resolusi kromatogram.
(a) Pemisahan pada kolom pendek dengan sedikit lapisan teoritis. (b)
Kondisi (a) tetapi suhu dinaikkan, resolusi bertambah baik.
(c) Pemisahan pada kolom panjang dengan lapisan teoritis banyak. (d)
Kondisi (c) tetapi suhu dinaikkan, resolusi bertambah baik.

Tailing Dan Fronting


Tipe-tipe kromatogram (a) kromatogram berbentuk kurva Gaussian yang terbentuk pada
kromatografi kolom, (b) kromatogram berbentuk noda (spot) yang terbentuk pada
kromatografi kertas dan lapis tipis.
Dalam praktek sering terjadi tailing dan fronting, salah satu sebabnya adalah terlalu
banyak sampel dimuatkan pada sistem (overloading).

Identifikasi dan Analisis Kuantitatif


Evaluasi secara kuantitatif dilakukan sesudah evaluasi kualitatif.
1. Dengan menggunakan alat yang disebut dengan planimeter.
2. Dengan menghitung berat kromatogram.
3. Dengan menghitung luas kromatogram.
4. Dengan mengukur tinggi dan lebar kromatogram pada tengah-tengah ketinggiannya,
kemudian mengalikan keduanya satu dengan yang lain.
5. Dengan menggunakan integrator/recorder yaitu alat yang bekerja secara elektronik
yang dirancang secara khusus untuk keperluan tersebut (penghitungan luas
kromatogram).

Presisi metoda pengukuran kromatogram


Standar
Merupakan faktor koreksi untuk memperoleh konsentrasi yang sebenarnya
1. Metoda standar eksternal jika pengelusian standar dan sampel dilakukan terpisah
(sendiri-sendiri) dengan kolom dan kondisi yang sama. Senyawa- senyawa yang
digunakan sebagai standar sama dengan komponen- komponen yang ada pada sampel
sehingga waktu retensi standar dan sampel akan sama. Untuk menghitung
konsentrasi komponen dalam sampel:

Kurva standar hubungan antara luas area dengan konsentrasi


2. Metoda standar internal jika standar dan sampel dielusikan bersama-sama pada kolom
yang sama. Standar yang digunakan merupakan senyawa seri dari komponen-komponen
sampel dan yang kromatogramnya tidak muncul pada sampel (senyawa yang
digunakan untuk standar internal tidak terdapat pada sampel).
3. Metoda spiking ialah penggunaan standar internal dimana senyawa yang digunakan
sebagai standar internal terdapat di dalam sampel.

Anda mungkin juga menyukai