Anda di halaman 1dari 38

PETUNJUK PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR (BI 1102)

Disusun oleh:
Staf Pengajar Program Studi Biologi

PROGRAM STUDI BIOLOGI


INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
KATA PENGANTAR

Materi praktikum yang disajikan dalam buku penuntun praktikum ini bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang Biologi dan cakupannya. Pada materi praktikum ini
diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang sudah didapat di kelas perkuliahan
sehingga mahasiswa dapat memiliki pemikiran ilmiah untuk memecahkan suatu
permasalahan. Tugas-tugas yang diberikan pada acara praktikum ini meliputi pengamatan,
melakukan percobaan, mempelaari suatu objek dan membuat kesimpulan diharapkan dapat
membentuk pola pikir pada mahasiswa sehingga bermanfaat dikemudian hari ketika
melakukan tugas akhir/ skripsi. Buku ini disusun untuk digunakan sebagai penunjang untuk
keberhasilan dan kelulusan mata kuliah Biologi Dasar di Tahun Persiapan Bersama (TPB).
Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan mempelajari terlebih dahulu buku ini sebelum
melakukan praktikum. Mengingat keterbatasan waktu, maka tidak semua teori di kelas
perkuliahan dapat dilakukan praktikum, akan tetapi hanya sebagian materi saja. Dengan
disusunnya buku ini semoga dapat memberikan gambaran dan mempermudah dalam
mempelajari mata kuliah Biologi Dasar.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3
TATA TERTIB PRAKTIKUM.......................................................................................... 4
ACARA 1. PENGENALAN MIKROSKOP ..................................................................... 6
ACARA 2. JARINGAN DASAR ...................................................................................... 11
ACARA 3. SISTEM OSMOSIS ....................................................................................... 12
ACARA 4. DASAR SELULAR REPRODUKSI ORGANISME .................................. 15
ACARA 5. LAJU FOTOSINTESIS ................................................................................. 20
ACARA 6. RESPIRASI AEROB DAN ANAEROB ...................................................... 22
ACARA 7. APLIKASI HUKUM MENDEL PADA MANUSIA ................................... 24
ACARA 8. ORGAN VEGETATIF PADA TUMBUHAN ANGIOSPERMAE ........... 29
ACARA 9. PENGAMATAN MORFOLOGI PROTISTA ............................................ 32
ACARA 10. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP .......................................... 34

3
TATA TERTIB PRAKTIKUM

A. UMUM
1. Setiap praktikan diwajibkan mengikuti seluruh materi praktikum. Jika
berhalangan hadir, praktikan diwajibkan memberikan surat keterangan tertulis
tertulis dari Direktorat Tingkat Persiapan Bersama (TPB) ITERA kepada
Koordinator atau Penganggungjawab Praktikum (PJP).
2. Jika praktikan tidak dapat mengikuti praktikum sesuai jadwal, maka dapat
mengikuti praktikum pada hari dan waktu lainnya dalam minggu tersebut dengan
terlebih dahulu melapor kepada Koordinator/PJP atau asisten praktikum.
3. Tidak ada praktikum susulan bagi praktikan yang tidak dapat mengikuti
praktikum pada acara tersebut

B. KETERTIBAN ALAT
1. Setiap praktikan dimohon untuk bekerja dengan hati-hati.
2. Kerusakan (pecah) atau kehilangan alat/ glassware akibat kecerobohan praktikan,
yang bersangkutan/ satu regu diwajibkan mengganti alat yang sama dalam jangka
waktu satu minggu setelah kejadian.
3. Asisten akan mengecek keutuhan dan kelengkapan alat setelah selesai praktikum.
4. Ketidakberesan administrasi/ penggantian alat yang rusak/ pecah dikenakan
sangsi atau nilai tidak dikeluarkan.

C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Praktikan diwajibkan memakai jas laboratorium selama mengikuti praktikum.
2. Selama praktikum hanya buku pedoman praktikum dan alat tulis menulis serta
barang berharga lain (uang, telpon genggam) yang diperbolehkan dibawa ke
dalam laboratorium.
3. Tas dimohon diletakkan pada tempat yang tersedia.
4. Selama praktikum, setiap kelas akan dibimbing oleh asisten dan
penganggungjawab praktikum.

4
5. Sebelum praktikum diadakan kuis harian dengan materi sesuai dengan materi
praktikum minggu yang bersangkutan.
6. Praktikan diwajibkan menjaga ketenangan, kebersihan, dan kesopanan selama
praktikum.
7. Tidak diperkenankan makan, minum, merokok, dan kegiatan lain yang bisa
menganggu kegiatan selama praktikum.
8. Sampah-sampah dimohon dibuang di tempat sampah yang telah disediakan,
jangan membuang sampah ke bak tempat cuci.
9. Beberapa alat/ bahan dibawa/ disediakan sendiri oleh praktikan, jenis dan bahan
akan ditentukan kemudian.
10. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan diatur kemudian.

D. NILAI PRAKTIKUM
1. Nilai praktikum akan menentukan kelulusan mata kuliah yang bersangkutan.
2. Nilai praktikum diambil dari: nilai laporan (50%), nilai kuis (20%) dan nilai ujian
praktikum (30%).
3. Bagi praktikan yang tidak mengumpulkan laporan, akan diberi nilai NOL untuk
materi yang bersangkutan.
4. Laporan dikumpulkan paling lambat satu minggu setelah praktikum/ kesepakatan
dengan asisten praktkikum yang bersangkutan.

E. LAPORAN
1. Setiap materi praktikum dibuat buku laporan yang telah ditentukan oleh
penanggungjawab praktikum.
2. Laporan dibuat perorangan oleh masing-masing praktikan, laporan berisi: Judul
(acara) praktikum, tujuan, hasil (dalam bentuk deskripsi, uraian gambar dan
keterangan, tabel, grafik atau analisis lainnya sesuai materi praktikum), dan
pustaka.

5
ACARA 1. PENGENALAN MIKROSKOP

A. DASAR TEORI
Mikroskop merupakan alat bantu yang memngkinkan kita mengamati obyek yang
berukuran kecil. Ada 2 jenis mikroskop yang dibedakan berdasarkan sumber radiasi
(penyinaran) yang digunakan dalam pengamatan, yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop
elektron. Mikroskop yang kita gunakan sehari-hari merupakan mikroskop cahaya.
Tipe Mikroskop
Berdasarkan kenampakan obyek yang diamati, mikroskop dapat dibedakan dalam 2
tipe, yaitu yang menghasilkan gambaran dua dimensi dan gambaran tiga dimensi. Tipe
mikroskop cahaya yang menghasilkan gambar 2 dimensi adalah mikroskop majemuk
(compound microscope), sedangkan yang membentuk gambaran tiga dimensi adalah
mikroskop stereo (dissecting microscope). Untuk mikroskop elektron merupakan mikroskop
elektron transmisi (transmission electron microscope) untuk pengamatan dua dimensi dan
mikroskop elektron payaran (scanning electron microscope) yang menghasilkan gambar tiga
dimensi.
Mikroskop majemuk. Mikroskop majemuk yang kita gunakan sehari-hari termasuk
kelompok mikroskop cahaya. Cahaya yang digunakan dapat berasal dari cahaya matahari
yang dipantulkan melalui cermin, atau cahaya lampu. Namun untuk penggunaan yang lebih
praktis, umumnya mikroskop dengan sumber cahaya lampu lebih banyak dikembangkan.
Mikroskop ini menghasilkan pembesaran antara 40-1000x. Mikroskop majemuk memiliki 3
sistem lensa, yaitu lensa obyektif, lensa okuler dan kondesor. Lensa obyektif dan lensa
okuler terletak pada kedua ujung tabung mikroskop. Lensa okuler merupakan lensa yang
berada dekat dengan mata kita, sedangkan lensa obyektif berdekatan dengan letak obyek
yang diamati. Lensa okuler dapat berupa lensa tunggal (monokuler) atau lensa ganda
(binokuler). Lensa obyektif yang berada pada ujung bawah tabung mikroskop terdapat dalam
satu dudukan berbentuk lingkaran. Pada dudukan tersebut terpasang 3 atau 4 lensa obyektif.
Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat.
Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi obyek dan
lensa-lensa mikroskop yang lain.
Mikroskop stereo. Mikroskop stereo merupakan mikroskop yang digunakan untuk
mengamati benda berukuran relatif besar. Berbeda dengan mikroskop majemuk yang
pembentukan bayangannya menggunakan cahaya yang diteruskan melalui obyek, pada

6
mikroskop ini cahaya yang diterima oleh lensa obyektif berupa cahaya pantul, sehingga
obyek yang diamati tidak harus berukuran tipis. Pada dasarnya mikroskop stereo merupakan
gabungan dari 2 sistem mikroskop majemuk, masing-masing dengan sepasang lensa
obyektif dan lensa okuler. Kedua sistem tersebut mengamati obyek yang sama dari sudut
yang berbeda, sehingga menghasilkan gambar 3 dimensi. Ada pula mikroskop stereo yang
hanya memiliki 1 lensa obyektif. Pada kondisi demikian cahaya pantul yang diterima oleh
lensa obyektif dikumpulkan oleh prisma-prisma sehingga membentuk sinar sejajar yang
diterima oleh kedua lensa okuler. Dengan demikian tetap terbentuk dua lintasan optik yang
terpisah.
Mikroskop stereo sering disebut juga dissecting microscope karena dapat digunakan
untuk keperluan pembedahan obyek berukuran kecil. Hal ini dimungkinkan karena:
1) Tersedia ruang kerja yang luas akibat jarak yang cukup jauh antara lensa obyektif dan
obyek pada meja preparat
2) Kemampuan menghasilkan gambar 3 dimensi
Pembesaran pada mikroskop stereo relatif lemah dibandingkan dengan mikroskop majemuk.
Pembesaran lensa okuler biasanya 10x, sednagkan lensa obyektif menggunakan sistem zoon
dengan pembesaran antara 0.7 sampai 5.0 kali, sehingga total pembesaran 50x. Pada
mikroskop ini meja preparat berada pada kaki mikroskop dan berupa meja yang statis.
Sumber cahaya dapat berupa lampu yang terpisah atau terpasang langsung pada mikroskop.
Pada mikroskop dengan lampu terpisah, arah sinar berasal dari samping atas, diarahkan jatuh
pada meja preparat. Bila lampu terpasang pada mikroskop biasanya terletak di sebelah
bawah lensa obyektif. Lampu ini dihubungkan dengan transfomator. Pengatur fokus obyek
terletak disamping tangkai mikroskop, sedangkan pengatur pembesaran terletak di atas
pengatur fokus.

7
(Sumber: https://courses.lumenlearning.com/microbiology/chapter/instruments-of-microscopy/)

Mikroskop elektron. Mikroskop elektron, dibuat dengan memanfaatkan sifat


pancaran elektron (electron beam) pada ruang hampa udara yang menghasilkan sinar
dengan panjang gelombang sangat pendek dibandingkan dengan cahaya. Ada 2 tipe
mikroskop elektron yaitu mikroskop elektron payaran (Scanning Electron Microscope
atau SEM) dan mikroskop elektron transmisi (Transmission Electron Microscope atau
TEM). SEM digunakan untuk pengamatan secara detail permukaan sel, organ atau
struktur renik lain, sedangkan TEM digunakan untuk mengamati struktur detail internal
sel. Seperti pada mikroskop majemuk, pada TEM pancaran elektron diteruskan
menembus obyek, sehingga obyek yang diamati harus berukuran sangat tipis dan
transparan. Demikian juga bayangan yang dihasilkan juga berupa gambaran 2 dimensi,
seperti pada mikroskop majemuk. Pada SEM dapat diamati benda berukran tebal.
Mikroskop ini serupa dengan mikroskop stereo dalam hal arah sinar yang digunakan
dalam pembentukan bayangan maupun bayangan yang dihasilkan. Pada SEM pancaran
elektron yang berperan dalam pembentukan bayangan berupa elektron sekunder yang
dipantulkan oleh obyek. Bayangan yang dihasilkan berupa gambaran 3 dimensi.

8
B. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari tipe-tipe mikroskop dan mengetahui cara
kerjanya.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang diperlukan meliputi mikroskop majemuk, mikroskop stereo, pipet, silet, pinset,
gelas obyek, dan gelas penutup serta cawan petri. Bahan digunakan dalam praktikum adalah
potongan kertas huruf “A”, organisme berukuran kecil misal: semut, umbi kentang,
ganggang Spirogyra, larutan iodine, foto hasil pengamatan mikroskop cahaya.

D. METODE
Sifat bayangan pada mikroskop majemuk
1. Letakkan potongan kertas berhuruf “A” pada gelas obyek dan tutup dengan gelas
penutup.
2. Amati dengan perbesaran lemah (10x10)
3. Amati apakah bayangan benda sama atau terbalik dan gambarkan!
4. Sambil memandang ke dalam lensa okuler, geser preparat dari kiri ke kanan dan dari atas
ke bawah. Amati kemana bayangan bergerak!
5. Ubahlah lensa obyektif ke perbesaran yang lebih besar. Amati apakah ada perubahan luas
bidang pandang!
6. Beberapa diameter bidang pandang mikroskop pada obyektif lemah (mm) dan berapa
pada obyektif kuat?

Pengamatan butir pati pada umbi kentang


1. Sayat tipis umbi kentang dengan silet, letakkan sayatan pada permukaan gelas obyek yang
telah diberi setets air, selanjutnya tutup dengan gelas penutup.
2. Amati di bawah mikroskop sel-sel penyusun umbi tersebut, serta butir-butir pati di
dalamnya.
3. Teteskan larutan iodin pada tepi kanan kaca penutup dan pada tepi kiri kaca penutup
kemudian tempelkan kertas hisap/ tissue.
4. Amati gambar di bawah mikroskop dan gambar perubahan yang terjadi pada butir-butir
pati tersebut.

9
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Peganglah erat-erat lengan mikroskop dengan tangan kanan, sedang tangan kiri
digunakan untuk menyangga kaki mikroskop.
2. Meja preparat tetap horizontal untuk mencegah agar preparat tidak jatuh. Meja preparat
dengan posisi miring juga kurang baik untuk pengamatan preparat segar, karena media
(air) akan mengalir ke bawah, sehingga preparat menjadi kering dan tidak dapat diamati.
3. Bersihkan lensa dengan kertas lensa (tissue khusus untuk lensa)
4. Pengamatan dengan menggunakan dua mata (pada mikroskop dengan lensa binokuler)
5. Gunakan perbesaran lemah dulu, kemudian setelah obyek yang akan anda amati
ditemukan, gunakan perbesaran yang lebih besar. Gantikan lensa obyektif lemah dengan
obyektif kuat tanpa mengubah pengatur fokus kasar. Gunakan pengatur fokus halus untuk
mendapatkan bayangan yang jelas.
6. Bersihkan semua kotoran yang ada pada mikroskop dengan menggunakan kertas tissue.

E. PERTANYAAN
1. Apa fungsi lensa obyektif pada mikroskop majemuk?
2. Apa fungsi kondensor pada lensa majemuk?
3. Bagaimana sifat bayangan dari mikroskop majemuk?
4. Kenapa meja praparat mikroskop harus dalam posisi horizontal?
5. Apa bentuk kloroplas spirogyra?
6. Bagaimana struktur pati pada kentang?

F. LAPORAN
1. Gambar huruf A dan bayangannya dengan mikroskop cahaya!
2. Gambar sel-sel penyusun umbi kentang, dan butir-butir pati di dalamnya!

10
ACARA 2. JARINGAN DASAR

A. DASAR TEORI

Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai
struktur dan fungsi yang sama. Jaringan dengan struktur yang khusus memungkinkan
mereka mempunyai fungsi yang spesifik. Sebagai contoh, otot-otot jantung yang
bercabang menghubungkan sel-jantung yang lainnya (Campbell et al. 1999). Ilmu yang
mempelajari jaringan disebut histologi. Jaringan didalam tubuh hewan mempunyai sifat
yang khusus dalam melakukan fungsinya, seperti peka dan pengendali (jaringan saraf),
gerakan (jaringan otot), penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat), absorbsi dan sekresi
(jaringan epitel), bersifat cair (darah) dan lainnya. Masing-masing jaringan dasar
dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai dengan fungsinya. Padasaat
perkembangan embrio, lapisan kecambah (germ layers) berdiferensiasi (dengan proses
yang disebut histogenesis) menjadi empat macam jaringan utama, yaitu jaringan epitel,
jaringan pengikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. Organ tumbuhan juga tersusun oleh
jaringan-jaringan dasar yaitu jaringan parenkim, selain itu juga ada jaringan penguat
berupa kolenkim dan skerenkim serta terdapat juga jaringan pembuluh.

B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada
hewan dan tumbuhan

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop cahaya, sedangkan bahan yang
digunakan adalah reparat awetan jaringan dasar hewan dan tumbuhan.

D. METODE
1. Disiapkan beberapa preparat awetan jaringan dasar hewan dan tumbuhan, kemudian diamati
dengan menggunakan mikroskop, amati preparat dengan perbesaran lemah (10X10), kemudian
dengan perbesaran kuat (10X40).

2. Gambar hasil pengamatan anda baik dengan perbesaran lemah dan perbesaran kuat. Dengan
perbesaran kuat, amati setiap tipe epitelium : bentuk sel, jumlah inti, letak inti, dan ciri morfologi
lainnya. Lengkapi gambar anda dengan keterangan.

11
ACARA 3. SISTEM OSMOSIS

A. DASAR TEORI
Osmosis adalah kasus khusus dari transpor pasif, dimana molekul air berdifusi melewati
membran yang bersifat selektif permeabel. Dalam sistem osmosis, dikenal larutan hipertonik
(larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut tinggi), larutan hipotonik (larutan dengan
konsentrasi terlarut rendah), dan larutan isotonik (dua larutan yang mempunyai konsentrasi
terlarut sama). Jika terdapat dua larutan yang tidak sama konsentrasinya, maka molekul air
melewati membran sampai kedua larutan seimbang. Dalam proses osmosis, pada larutan
hipertonik, sebagian besar molekul air terikat (tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga
hanya sedikit molekul air yang bebas dan bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan
hipotonik, memiliki lebih banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul
terlarut), sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran. Oleh sebab itu, dalam
osmosis aliran netto molekul air adalah dari larutan hipotonik ke hipertonik.
Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam. Perubahan bentuk sel terjadi jika
terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya
akan konstan. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama. Jika sel
terdapat pada larutan yang hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan banyak air,
sehingga bisa menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel
tumbuhan). Sebaliknya, jika sel berada pada larutan hipertonik, maka sel banyak kehilangan
molekul air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat menyebabkan kematian. Pada hewan,
untuk bisa bertahan dalam lingkungan yang hipo- atau hipertonik, maka diperlukan
pengaturan keseimbangan air, yaitu dalam proses osmoregulasi.

B. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari proses osmosis yang terjadi pada sel dan
pengaruh osmosis terhadap perubahan bentuk sel.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah silet, gelas ukur 10 ml, petridish, pinset,
gelas benda dan gelas penutup, mikroskop cahaya, jarum preparat, pipet. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah buah pepaya atau umbi kentang, Spyrogira sp. larutan isotonis
(H2O), larutan hipertonis (3%, CaCl2).
12
D. METODE
Umbi kentang
1. Buat larutan sukrose 0.3 m (m= molalitas = mol solut/1000 gr H2 O); BM sukrose = 342;
0.1 m sukrose = 0.1 x 342 = 34.2/1000 gr H2O
2. Dengan pelubang gabus, siapkan silinder buah pepaya muda ataupun umbi kentang dan
potong dengan ukuran yang sama (diameter 1 cm, panjang 3 cm). Jika tidak tersedia
pelubang gabus, dapat juga dibuat potongan umbi bentuk kubus atau persegi. Potongan
dibuat 5 potong sebagai ulangan. Letakkan pada tempat tertutup sebelum dilakukan
perlakuan selanjutnya.
3. Sebelum potongan silinder dimasukkan ke dalam larutan sukrose, terlebih dahulu diukur
volume awal. Caranya: isilah gelas ukur berukuran 10 ml dengan akuades sejumlah
volume tertentu (misal 5 ml akuades), kemudian masukkkan potongan silinder yang akan
diukur volume awalnya. Selanjutnya hitung dan catat pertambahan volume yang didapat
(volume awal potongan silinder = volume akhir akuades setelah ditambah dengan
potongan silinder - volume awal akuades yang belum ditambah dengan potongan
silinder). Setelah itu segera hilangkan air dari permukaan silinder dengan kertas
penghisap. Ingat setiap pengukuran awal volume potongan silinder harus dilakukan
dengan cepat untuk menghindari akuades keluar ataupun masuk ke sel.
4. Selanjutnya potongan silinder yang telah diketahui volume awalnya, direndam dalam
larutan sukrose.
5. Inkubasikan pada suhu kamar selama 1,5-2 jam dan setiap 15 menit goyangkan dengan
tangan.
6. Pada akhir inkubasi, segera hilangkan larutan sukrose dari permukaan silinder dengan
kertas penghisap. Ukur volume akhir setiap potongan silinder, caranya seperti penentuan
awal volume potongan silinder. Ukur diameter dan panjang umbi dengan menggunakan
jangka sorong (kaliper).
7. Masukkan data kelas anda dalam Tabel Pengamatan.

Pengamatan Perubahan Bentuk Sel.


1. Letakkan filamen Spyrogyra sp. pada gelas benda dengan air tempat hidupnya. Air ini
dianggap sebagai larutan isotonis.
2. Amati kenampakannya di bawah mikroskop

13
3. Buat preparat baru Spyrogyra sp. pada gelas benda dan tambahkan dengan larutan
hipertonik CaCl2, 3%. Amati kenampakkannya dibawah mikroskop.
4. Buat preparat Spyrogyra sp. baru dan tambahkan larutan hipotonis. Amati apa yang
terjadi.
5. Catat semua hasil pengamatan dan diskusikan hasilnya.

Tabel Pengamatan : Perubahan ukuran umbi dalam larutan sukrose ____ M.

Ulangan Pj. Awal Pj. Akhir Dmt. Awal Dmt. Akhir Vol. Awal Vol. Akhir

(mm) (mm) (mm) (mm) (mm3) (mm3)


1
2
3
4
5
Rata-rata

14
ACARA 4. DASAR SELULAR REPRODUKSI ORGANISME

A. DASAR TEORI
Organisme baru berasal dari organisme yang telah ada, baik melalui reproduksi seksual
yang didahului proses perkawinan ataupun melalui reproduksi aseksual atau bahkan cukup
melalui pembelahan biner seperti pada bakteri. Reproduksi ini merupakan salah satu ciri
uatama pembeda antara mahkluk hidup dengan benda tak hidup. Hal yang paling penting
dalam fase reproduksi adalah terbentuknya atau dihasilkannya keturunan yang membawa
atau mewarisi material genetik dalam bentuk molekul DNA dari induknya. Unit dasar
kehidupan ada pada tingkat sel. Oleh karena itu, untuk memahami fenomena reproduksi
organisme dengan baik perlu ditunjang dengan pemahaman yang cukup baik mengani dasar
seluler yang mencakup pembelahan sel atau reproduksi sel.
➢ Pembelahan Biner
Organisme prokariota yang mencakup bakteri dan archaea merupakan jenis organisme
bersel satu, sehingga siklus sel prokariot adalah juga tipe reproduksi organisme tersebut yaitu
melalui pembelahan biner (binary fission). Dalam organisme prokariot, prinsip pewarisan
materi genetik tetap terjadi meskipun jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan sel
eukariot. Pada umumnya organisme prokariot mempunya materi genetik berusa satu
molekul DNA sirkuler. DNA ini setelah berasosiasi dengan protein akan membentuk
kromosom yang juga jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan kromosom eukariot.
Tahapan umum pembelahan biner dan pewarisan materi genetik pada bakteri adalah sebagai
berikut: (i) pada sel bakteri dewasa, DNA menempel ke membran plasma ketika akan sedang
bereplikasi, (ii) sel tumbuh secara bertahap dan berkesinambungan sehingga titik
penempelan DNA yang bereplikasi pada membran plasma bergeser dan terpisah, (iii)
akhirnya dua molekul DNA hasil replikasi terpisah secara bersamaan komponen sitoplasma
mengganda, (iv) pembentukan membran plasma dan dinding sel baru yang membagi sel
menjadi dua bagian atau dua sel baru yang identik.
Pembelahan biner juga dijumpai pada organisme eukariota, yaitu protozoa seperti
paramaecium sp (gambar 9b). Paramaecium sp memiliki dua macam inti yaitu makronukleus
dan mikronukleus. Makonukleus berhubungan dengan metabolisme, sedangkan
mikronukleus berperan dalam transmisi informasi genetik selama pembelahan. Bersamaan
dengan pelekukan membran sel ke bagian dalam pada sel yang akan membelah,
makronukleus memanjang dan mengalami penggentingan sedangkan mikronukleus

15
membelah melalui proses mitosis. Pada akhirnya akan terjadi pembelahan sitoplasma dan
terbentuklah dua individu yang identik.
➢ Mitosis
Mitosis merupakan bagian dari siklus sel eukariot yang hanya mencakup sekitar 10% dari
total periode siklus sel. Bagian terutama dalam siklus sel adalah interfase yang terdiri dari
tiga subfase yang berkesinambungan yaitu G1, S dan G2. Pada periode G1 atau periode gap
pertama antara pembelahan sel dan sintesis DNA dimulai, akan terjadi pembentukan
senyawa-senyawa yang dibutuhkan untuk replikasi DNA dan penggandaan organel serta
komponen sitoplasma lainnya sehingga sel tumbuh membesar. Selanjutnya sel memasuki
subfase S, yaitu terjadinya proses replikasi DNA. Pada subfase berikutnya yaitu G2, sel aktif
melakukan metabolisme, khususnya dalam mensintesis protein utama untuk fase
pembelahan sel atau fase mitotik (M). Pada fase mitotik inilah proses mitosis terjadi yang
dilanjutkan sengan proses sitokinesis. Dengan dua tahapan pembelahan sel ini, mitosis dan
sitokinesis, akhirnya akan dihasilkan dua sel bersaudara yang secara genetik identik.
Mitosis merupakan proses perubahan yang dinamis dan berlanjutan, tetapi secara umum
dapat dikategorikan ke dalam empat fase yaitu profase, metafase, anafase dan telofase.
Beberapa ciri utama dari maisng-masing fase adalah sebagai berikut:
Profase: terjadi kondensasi molekul DNA (serat-serat kromatin) yang berasosiasi dengan
protein sehingga terbentuk kromosom yang memendek dan menebal. Pada tahap ini
kromosom dapat diamati dengan mikroskop cahaya dengan teknik pewarnaan DNA dalam
bentuk kromatid bersaudara yang masih disatukan oleh sentromer.
Metafase: membran inti terdegradasi sehingga tidak terlihat, tetapi muncul benang-benang
halus dari dua kutub yang berbeda. Bagian benang halus ini akan menempel pada sentromer
dan menarik kromosom sehingga berada pada bidang metafase (equator). Pada tahapan ini,
karena kromosom dalam kondisi penebalan yang maksimum dan posisi yang tersebar
sehingga terpisah satu dengan lainnya, merupakan fase yang tepat untuk menghitung jumlah
kromosom dan mempelajari morfologinya
Anafase: daya tarik benang kinetokor yang menempel ke sentromer ke arah dua kutub yang
berlawanan, menyebabkan kedua kromatid bersaudara akan lepas (bagian sentromer
membelah) menjadi dua kromosom baru. Kromosom ini akan tertarik dan bermigrasi ke dua
kutub berlawanan.
Telofase: tahapan ini diawali ketika kromosom-kromosom baru sudah terpisah dan
terkumpul pada dua kutub yang berbeda dalam sel. Tahapan terakhir, membran inti akan

16
terbentuk untuk membungkus dua kelompok romosom tersebut sehingga terbentuk dua inti
dalam satu sel.
Proses mitosis berlangsung pada setiap sel eukariot yang aktif membelah, misalnya pada
tanaman terjadi ada sel-sel meristem di ujung akar atau pucuk tanaman. Pada periode ini
material genetik berupa molekul DNA atau kromatin akan berasosiasi dengan protein
membentuk kromosom. Kromosom dapat diamati dengan mikroskop cahaya dengan teknik
pewarnaan DNA, misalnya dengan larutan aceto-orcein. Di luar proses pembelahan, DNA
sulit diamati karena berada dalam bentuk serabut yang sangat halus dan panjang dinamakan
kromatin. Mitosis terjadi juga pada sel-sel hewan dengan mekanisme yang sama seperti pada
tumbuhan. Perbedaan antara keduanya nampak pada proses sitokinesis. Pada sel hewan
pembentukan membran sel dengan cara membuat lekukan ke dalam (cleavage furrow),
sedangkan pada sel tumbuhan pembentukan membran dimulai dari tengah sel asal yang
diikuti pembentukan dinding sel.

17
➢ Meiosis
Meiosis berlangsung hanya pada jaringan dalam organ seks saat pembentukan gamet dan
berfungsi mereduksi jumlah kromosom, sehingga sel gamet yang dihasilkan hanya
mengandung jumlah kromosom setengahnya. Hal yang sama seperti sebelum mitosis,
sebelum memasuki proses meiosis sel akan menggandakan komponennya khususnya DNA
(Kromosom) telah bereplikasi. Proses meiosis terdiri dari dua tahapan pemisahan atau
pebelahan kromosom yang berkesinambungan yaitu meisosis I dan meisosis II. Pada meiosis
I terjadi pemisahan kromsom homolog dan pada meiosis II terjadi pembelahan kromatid
menjadi dua kromosom bersaudra yang terpisah. Dilihat dari material genetiknya, sebelum
meiosis terjadi hanya satu kali penggandaan dan dalam proses meiosisnya terjadi dua kali
pembelahan atau pemisahan, sehingga hasil akhirnya adalah empat sel yang masing-masing
dengan jumlah material genetik sel hanya setengah dari sel somatik atau sel sebelum fase S
dalam siklus sel. Contoh hasil meiosis ini adalah terbentuknya tetrad pada antera dalam
kuncup bunga.
Fase-fase dalam proses meiosis I maupun meiosis II pada dasarnya akan meliputi fase-
fase seperti pada mitosis yaitu profase, metafase, anafase dan telofase. Antara meiosis I dan
meiosis II dapat melalui tahapan sitokinesis ataupun tidak, sedangkan setelah meiosis II
selalu dilanjutkan dengan tahapan sitokinesis. Reduksi jumlah materi genetik dalam sel
gamet yang menjadi hanya setengahnya akan dipulihkan kembali dengan proses fertilisasi
yang didahului dengan proses perkawinan (misalnya pada hewan) dan penyerbukan pada
tanaman berbunga. Oleh karena itu proses pembentukan gamet atau meiosis dan fertilisasi
merupakan dasar reproduksi seksual.

B. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati tahapan-tahapan mitosis pada ujung akar
bawang.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol vial, beaker glass,
bunsen, silet, gelas objek dan gelas penutup, mikroskop. Sedangkat bahan yang digunakan
adalah ujung akar bawang merah, larutan Carnoy dan asetokarmin.

18
D. METODE
1. Umbi bawang merah dipilih yang masih baik dan berukuran agak besar. Di bawah air
mengalir, bawang kemudian dibersihkan dari sisa-sisa bagian akar yang sudah tua atau
partikel tanah.
2. Bawang diletakkan pada gelas kultur (botol vial) yang sesuai. Setelah itu, bawang
didiamkan di atas gelas kultur yang berisi air. Bagian dasar bawang harus dapat menyerap
air agar akar dapat tumbuh.
3. Setelah didiamkan selama 24 jam, bagian ujung akar dipotong dengan menggunakan
pisau scalpel dengan panjang berkisar 2-3 mm.
4. Ujung akar kemudian difiksasi (agar sel terjebak di fase mitosis) dengan mengunakan
larutan Carnoy pada suhu ruang selama 10-15 menit. Larutan Carnoy terdiri dari etanol
(90-95%) : asam asetat glacial= 3:1.
5. Setelah itu, ujung akar dipindahkan ke dalam gelas fial yang berisi larutan campuran HCl:
etanol 90-95% = 1:1-2.
6. Ujung akar disimpan selama 5 menit pada suhu ruang. Kemudian, ujung akar dicuci
dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit.
7. Ujung akar dipindahkan ke atas kaca objek. Setelah itu, ditetesi dengan beberapa tetes
asetokarmin kemudian dipanaskan selama beberapa saat tetapi tidak sampai mongering.
Setelah itu, dicuci dengan menggunakan asam asetat 45%. Kaca objek kemudian ditutup
dengan kaca tutup. Kaca tutup diketuk-ketuk dengan menggunakan ujung jarum jara
dengan hati-hati dan pelan-pelan sehingga ujung akar menjadi hancur. Setelah itu, ujung
akar dapat diamati di bawah mikroskop.

E. PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan siklus sel antara prokariot dan eukariot!
2. Pada fase mana dalam mitosis yang paling mudah untuk menghitung umlah kromosom?
Jelaskan!
3. Pada fase mana dalam meiosis yaang memungkinkan terjadinya pindah silang? Jelaskan!
4. Sebutkan perbedaan mitosis dan meiosis!

19
ACARA 5. LAJU FOTOSINTESIS

A. DASAR TEORI
Laju pembentukan oksigen dapat digunakan sebagai suatu petunjuk untuk
mengetahui laju fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan. Oksigen perlahan-lahan larut
dalam air, tampak gelembung-gelembung oksigen yang dibentuk oelh tumbuhan air yang
sedang berfotosintesis. Hal ini dapat diamati dengan mudah. Jika gelembung-gelembung tadi
dasarnya tetap sama, maka jumlah gelembung yang dibentuk setiap satuan waktu akan
menunjukkan laju fotosintesisnya, asalkan semua faktor lain yang mempengaruhi laju
fotositesis ini dibuat tetap.

B. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari pengaruh intensitas cahaya terhadap laju
fotosintesis dalam sejenis tumbuhan.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang diperlukan dalam praktikum ini meliputi gelas ukur 100 ml (2 buah), gelas
pengaduk (2 buah), lampu sorot, pisau atau silet, jam dengan jarum detik, pinset, penggaris.
Bahan yang diperlukan adalah tanaman Hydrilla sp., larutan natrium bikarbonat (0,25%),
dan benang/tali.

D. METODE
1. Sediakan 2 batang Hydrilla sp. yang cukup panjang dan utuh, potong pangkalnya,
masukkan satu batang Hydrilla sp dalam gelas ukur berisi air destilasi yang baru
dididihkan dan telah dingin. Batang yang satunya lagi dimasukkan dalam gelas ukur
berisi larutan natrium bikarbonat (0,25%) dengan panjang batang setinggi gelas ukur,
diikat agak longgar pada sebatang gelas pengaduk dan letakkan dalam keadaan terbalik.
2. Letakkan gelas pada jarak 1 m dari lampu sorot. Biarkan selama 5 menit. Hitung jumlah
gelembung gas yang keluar dari pangkal setiap menit selama 5 menit. Jumlah gelembung
merupakan perkiraan kasar tentang laju produksi oksigen dalam fotosintesis yang
menunjukkan laju fotosintesis.
3. Ulangi perhitungan jumlah gelembung pada kedua batang Hydrilla sp. pada jarak 0,75;
0,5; 0,2 dan 0,1 dari sumber cahaya. Pindahkan data yang diperoleh dalam bentuk grafik

20
dengan jarak pada absis dan jumlah gelembung pada ordinat. Terangkan hasil percobaan
yang diperoleh.

E. PERTANYAAN
1. Jika grafik telah selesai, kemanakah arah kemirigan garis grafik tersebut?
2. Bagaimana hubungan antara perubahan jarak lampu dari tumbuhan dan perubahan
intensitas cahaya yang diterima tumbuhan?
3. Bagaimana hubungan antara intesitas cahaya dan laju fotosinteis seperti yang tertera
dalam data Anda?
4. Faktor lingkungan apakah yang dapat mempengaruhi laju fotosintesis?
5. Dalam rancangan percobaan ini, faktor manakah yang diatur?
6. Adakah faktor-faktor yang tidak diatur? Jika ada, bagaimana kiranya Anda akan
mengubah rancangan percobaan ini untuk dapat mengatur faktor-faktor tersebut?

21
ACARA 6. RESPIRASI AEROB DAN ANAEROB

A. DASAR TEORI
Secara umum pengertian respirasi adalah oksidasi enzimatik dari molekul organik seperti
karbohidrat, protein dan lemak dengan menghasilkan energi yang berguna dalam bentuk
ATP (Adenosin Triphospat). Ada dua tipe respirasi yaitu respirasi aerob yang melibatkan
oksidasi lengkap seperti molekul organik dengan keberadaan oksigen dan respirasi anaerob
yang berlangsung tanpa adanya oksigen. Pada respirasi aerob, molekul oksigen merupakan
penerima akhir dari hidrogen dan elektron yang kemudian direduksi menjadi air. Jika
oksigen tidak tersedia maka proses respirasi berlangsung kurang efisien. Respirasi yang
terjadi tanpa adanya oksigen disebut respirasi anaerob. Salah satu contoh respirasi anaerob
adalah peristiwa fermentasi. Proses ini merupakan oksidasi sebagian dari karbohidrat dan
sejumlah senyawa organik lebih kecil. Pada respirasi anaerob dihasilkan energi yang lebih
sedikit dibandingkan pada respirasi aerob. Selama respirasi, enzim dehidrogenase membantu
transfer ion hidrogen dan elektron dari substansi intermediet ke akseptor ion elektron
hidrogen NAD+.

B. TUJUAN
Mahasiswa mengetahui proses respirasi aerob dan mempu membedakan dengan respirasi
anaerob (fermentasi).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah, tabung reaksi, gelas ukur,
timbangan, beaker glass, fernipan, air panas.

D. METODE
Respirasi Aerob
1. Ambil dua ml suspensi yeast segar (satu yeast kue segar disuspensikan dalam 15 ml air).
2. Tambahkan 10 ml glukosa 20% dari larutan stok untuk kemudian dicampurkan secara
merata.
3. Pindahkan campuran ke dalam tabung fermentasi yang tepat dengan pengisian secara
miring, tempatkan pada air hangat dan amati.

22
4. Setelah tabung terisi dengan larutan secara merata tambahkan 5 ml KOH 10%
menggunakan pipet.
5. Amati dan jelaskan apa yang terjadi?

Respirasi Anaerob
1. Sediakan 4 tabung reaksi dan beri label A, B, C dan D.
2. Buatlah larutan glukosa 10 ml dengan konsentrasi 20%.
3. Ambil ragi sebanyak 10 gr dan larutkan ke dalam 10 ml air kemudian 5 ml dari larutan
tersebut ditempatkan pada air mendidih, dan 5 ml sisanya dibiarkan dalam tabung.
4. Masukkan larutan ragi yang telah dipanaskan ke dalam tabung reaksi berlabel A dan B,
sedangkan ragi yang tidak dipanaskan ke dalam tabung berlabel C dan D.
5. Masukkan 2 ml larutan glukosa kedalam masing-masing tabung dan tambahkan indikator
metilen blue.
6. Tutup rapat dengan plastik dan karet untuk tabung A dan C.
7. Masukkan semua tabung (A-D) ke dalam air hangat (±40℃).
8. Amati perubahan setiap 10 menit sekali pada setiap tabung dan catat hasilnya pada tabel.

Kondisi pada setiap tabung


No. Waktu
A B C D
1.
2.
3.
4.
5.

E. PERTANYAAN
1. Apakah perbedaan antara respirasi aerob dan anaerob?
2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi?
3. Apa pengaruh pemanasan terhadap laju respirasi?

23
ACARA 7. APLIKASI HUKUM MENDEL PADA MANUSIA

A. DASAR TEORI
Hukum Mendel digunakan dalam pewarisan banyak karakter pada manusia seperti wajah
berbintik-bintik cklat (freckles) dan wajah mulus (no freckles), garis rambut rata (straight
hairline) dan garis rambut yang menjorok ke depan (widow’s peak). Karakter – karakter
tersebut ditentukan oleh gen tunggal. Gen merupakan sebuah unit hereditas yang terdapat
dalam kromosom. Gen memiliki alternatif bentuk yang disebut alel. Alel dimiliki oleh suatu
organisme melalui suatu pewarisan dari tetuanya. Alel yang menutupi alel lain disebut
dominan (biasanya ditulis dengan huruf kapital, misal T). Alel yang tertutupi oleh ekspresi
alel lain disebut resesif (ditulis dengan huruf kecil). Genotipe suatu organisme melibatkan
semua alel yang terdapat di dalam sel, baik dominan maupun resesif. Perwujudan secara
fisik suatu karakter disebut fenotip, sebagai contoh jika alel A dominan terhadap a, maka
fenotipe dominan dihasilkan dari organisme bergenotipe AA dan Aa. Fenotipe resesif
dihasilkan dari organisme bergenotipe aa.
Pada tahun 1908, ahli Matematika Inggris G.H Hardy dan ahli Fisika Jerman W.
Weinberg secara terpisah mengembangkan model matematika yang dapat menerangkan
proses pewarisan tanpa mengubah struktur gen di dalam populasi. Jika suatu populasi ada
dalam kondisi kesetimbangan Hardy-Weinberg, frekuensi alel di dalam populasi akan
kosntan dari suatu genrasi ke generasi lainnya, dengan syarat:
1) Populasi sangat besar
2) Tidak ada migrasi
3) Mutasi tidak mengubah kolam gen (gene pool)
4) Terjadi perkawinan acak (random mating)
5) Semua individu mempunyai kesemoatan yang sama dalam keberhasilan reproduksi (tidak
ada seleksi alam)
Untuk mempelajari kesetimbanga Hardy-Weinberg, kita ambil contoh populasi burung
bubi. Pada awal burung bubi berjumlah 500 yang teridiri dari 320 genotipe WW (kaki tidak
berselaput renang), 160 bergenotipe Ww (kaki tidak berselaput renang) dan 20 bergenotipe
ww (kaki berselaput renang). Alel W dominan terhadap w. Frekuensi genotipe WW yaitu
0.64 (320/500 = 0.64), Ww yaitu 0.32 (160/500 = 0.32) dan ww yaitu 0.04 (20/500 = 0.04).
dari frekuensi genotipe, dapat dihitung frekuensi masing-masing alel. Setiap individu bubi
membawa dua alel untuk tipe kaki, oelh karena itu populasi bubi mempunyai 1000 alel untuk

24
karakter tersebut. Penjumlahan alel W pada bubi bergenotipe WW; 2 x 320 = 640 dengan
bubi bergenotipe Ww; 160 menghasilkan alel W sebanyak 800. Frekuensi alel W (dominan)
diberi lambang p, sebesar 800/1000 atau 0.8, frekuensi alel w (resesif) diberi lanbang q,
sebesar 0.2. dalam keterangan di atas perlu diperhatikan bahwa p + q = 1. Jika gamet
berpasangan secara acak, maka peluang frekuensi homozigot WW = p2, peluang frekuensi
homozigot ww = q2, dan peluang heterozigot Ww = 2pq, maka p2 + 2pq + q2 = 1.

B. TUJUAN
1. Mempelajari karakter manusia yang diwariskan pola pewarisan dominan-resesif
2. Membedakan fenotipe dan genotipe pada manusia
3. Mempelajari penggunaan persamaan Hardy-Weinberg

C. ALAT DAN BAHAN


Dalam praktikum ini diperlukan 50 mahasiswa anggota kelompok dan tabel fenotipe serta
genotipe untuk anggota kelompok pada butir (1)
Karakter yang akan digunakan yaitu:
1) Widow’s peak (garis rambut menjorok); alel W (garis rambut rata) dominan terhadap alel
untuk garis rambut menjorok ke depan (w).
2) Bent little finger (jari kelingking melengkung dan merapat ke jari manis); letakkan telapak
tangan anda secara datar di atas permukaan meja dengan santai. Bila jari kelingking
merapat dengan jari keempat, maka anda memilik alel dominan B.
3) Attached earlobes (daun telinga yang menempel); alel A untuk daun telinga bebas
dominan terhadap alel resesif a untuk daun telinga menempel.

D. METODE
1) Tuliskan fenotipe yang dimiliki oleh anggota kelompok kecil anda pada setiap karakter
ke dalam tabel 1. Bila mingkin tulis pula genotipenya. Mungkin anda memiliki karakter
resesif untuk gen G. Contoh genotipe anda resesif homozigot (gg). Bila anda memiliki
karakter dominan dan salah satu orang tua anda memiliki karakter resesif, berarti anda
heterozigot (Gg) untuk karakter tersebut.
2) Berikan data dari kelompok kecil anda kepada asisten untuk dimasukkan ke dalam data
kelompok besar.

25
3) Untuk setiap karakter: (a) hitung frekuensi untuk setiap genotipe, (b) hitung frekuensi alel
untuk alel dominan dan resesif. Tuliskan hasil anda seperti contoh Tabel 2. Nilai yag
didapat merupakan frekuensi hasil pengmatan di dalam populasi baru dan jumlahnya
harus sama dengan 1.
4) Untuk menentukan frekusni harapan, gunakan frekusni alel yang telah ditentukan di awal
praktikum (perhatikan bahwa, misal frekusni A atau B = p dan frekusni a atau b = q).
Hitung frekuensi genotipe dengan rumus kesetimbangan Hardy-Weinberg: p2 + 2pq + q2
= 1. Jumlah individu harapan untuk setiap genotipe diperoleh dengan mengkalikan 50
(total besar populasi) dengan frekusni harapan. Tulisakn hasil anda seperti contoh pada
tabel 3. Untuk membandingkan hasil pengamatan dengan harapan, anda dapat
menggunakan uji statistik, Chi-square. Gunakan tabel 4 untuk melakukan uji ini.

E. PERTANYAAN
1. Berapa proporsi dominan homozigot di dalam populasi? Berapa proporsi resesif
homozigot di dalam populasi? Berapa proporsi heterozigot di dalam populasi?
2. Perhatikan hasil pengamatandan harapan, apakah kedua hsil tersebut tetap? Jika tidak
bagaimana anda menjelaskannya?
3. Apakah alel dominan dapat dipastikan mendominasi alel dalam populasi? Bagaimana
anda menjelaskan hasil ini?

26
F. LAPORAN
Tabel 1. Fenotipe dan genotipe pada ketiga karakter manusia
Karakter Fenotipe Genotipe Jumlah Jumlah
anda anda Genotipe Fenotipe
Widow’s Garis rambut WW/Ww WW: Garis rambut rata:
peak rata Ww:
ww: Garis rambut menjorok:
Garis rambut ww
menjorok
Bent Jari BB/Bb BB: Jari kelingking merapat:
little kelingking Bb:
finger merapat bb:
Jari kelingking jauh:
Jari bb
kelingking
jauh
Attached Daun telinga AA/Aa AA: Daun telinga bebas:
earlobes bebas Aa:
Aa:
Daun teliga aa Daun teliga menempel:
menempel

Tabel 2. Frekuensi genotipe dan alel hasil pengamatan dalam populasi baru
Frekuensi genotipe Frekuensi alel
AA Aa aa A a
........ ........ ........ ........ .........
( %) ( %) ( %)

27
Tabel 3. Frekuensi harapan alel dan genotipe pada populasi baru
Populasi awal Populasi baru
Frekuensi alel Jumlah genotipe Frekuensi alel
A a AA Aa aa A a
( %) ( %) (
%)

Tabel 4. Uji khi-kuadrat untuk membandingkan hasil pengamatan dan harapan


Genotipe Nilai Nilai o-e (o-e)2 (o-e)2/e
pengamatan harapan (e)
(o)
AA
Aa
Aa
X2
X2 tabel (α = 0.05, db = 1) = 3,841

28
ACARA 8. ORGAN VEGETATIF PADA TUMBUHAN
ANGIOSPERMAE

A. DASAR TEORI
Angiospermae terdiri atas satu divisi yaitu Anthophyta (tumbuhan berbunga) yang
merupakan 80% tumbuhan saat ini. Divisi ini dibedakan atas 2 kelas yaitu tumbuhan
monokotil (sekitar 65.000 spesies) dan tumbuhan dikotil (sekitar 170.000 spesies).
Tumbuhan dikotil dan monokotil dibedakan atas beberapa hal, antara lain: struktur biji
(jumlah kotiledon), struktur bunga, distribusi berkas pembuluh pada batang, dan struktur
akar. Angiospermae merupakan tumbuhan berpembuluh berbiji tertutup. Organ vegetatif
tumbuhan ini terdiri dari akar, batang, dan daun. Akar, batang dan daun terdiri dari 3 sistem
jaringan yang sama, yaitu: sistem jaringan dermal/penutup, sistem jaringan pembuluh dan
sistem jaringan dasar. Sistem jaringan dermal terdapat pada bagian terluar tubuh tumbuh-
tumbuhan. Pada tubuh tumbuhan primer, sistim jaringan ini terdiri dari jaringan epidermis,
sedangkan pada tubuh tumbuhan sekunder, epidermis digantikan oleh jaringan periderm.
Sistim jaringan pembuluh terdiri dari xilem dan floem. Xilem berfungsi mengangkut air dan
larutan garam dari akar ke daun melalui batang; sedangkan floem berfungsi mengangkut
hasil fotosintesis dari daun ke bagian organ lainnya. Sistim jaringan pembuluh terdapat
diantara sistim jaringan dasar, yang sebagian besar terdiri dari jaringan parenkim. Perbedaan
pokok antara ketiga organ tersebut terdapat pada distribusi relatif sistem jaringan pembuluh
dan sistim jaringan dasar.
Struktur Anatomi Akar
Secara umum struktur anatomi akar tersusun atas jaringan epidermis, sistem jaringan dasar
berupa korteks, endodermis, dan empulur; serta sistem berkas pembuluh. Pada akar sistem
berkas pembuluh terdiri atas xilem dan floem yang tersusun berselang-seling. Struktur
anatomi akar tumbuhan monokotil dan dikotil berbeda.
Struktur Anatomi Batang
Secara umum batang tersusun atas epidermis yang berkutikula dan kadang terdapat stomata,
sistem jaringan dasar berupa korteks dan empulur, dan sistem berkas pembuluh yang terdiri
atas xilem dan floem. Xilem dan floem tersusun berbeda pada kedua kelas tumbuhan
tersebut. Xilem dan floem tersusun melingkar pada tumbuhan dikotil dan tersebar pada
tumbuhan monokotil.

29
Struktur Anatomi Daun
Daun tumbuhan tersusun atas epidermis yang berkutikula dan terdapat stomata atau trikoma.
Sistem jaringan dasar pada daun monokotil dan dikotil dapat dibedakan. Pada tumbuhan
dikotil sistem jaringan dasar (mesofil) dapat dibedakan atas jaringan pagar dan bunga
karang, tidak demikian halnya pada monokotil khususnya famili Graminae. Sistem berkas
pembuluh terdiri atas xilem dan floem yang terdapat pada tulang daun.

B. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengenali ciri-ciri berbagai macam jaringan tumbuhan
serta membedakan tumbuhan monokotil dan dikotil.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah Mikroskop cahaya, Biji jagung,
Biji kedelai, Kertas merang, Gabus dan Silet, Kecambah jagung dan kedelai, Gelas obyek,
gelas penutup.

D. METODE
1. Kecambahkan biji kedelai dan biji jagung pada kertas merang yang lembab di tempat
gelap. Setelah berkecambah, amati kecambah secara morfologis tentang sistem
pertulangan daun dan sistim perakaran pada kedua tanaman tersebut (kecambah
disediakan oleh laboratorium).
2. Buatlah penampang melintang akar dan batang dari kedua tanaman tersebut dengan
menggunkan medium anilin sulfat.
3. Amati dengan mikroskop dan gambar secara diagramatik jaringan-jaringan yang
menyusun organ akar dan batang dari kedua tanaman tersebut.
4. Buatlah penampang melintang daun Ficus elastica dengan menyisipkan potongan
daun tersebut pada gabus (Gambar 4), disayat dengan menggunakan silet. Gunakan
media Anilin Sulfat dan Sudan III.
5. Amati dengan menggunakan mikroskop dan gambar dan beri keterangan jaringan
yang di amati.

30
PERTANYAAN
Tanaman Jagung
1. Tanaman jagung termasuk tumbuhan monokotil atau dikotil? Mengapa?
2. Bagaimana sistim pertulangan daun dan perakarannya?
3. Bagaimanakan penyebaran ikatan pembuluh pada batangnya?
4. Dapatkah anda membedakan sistim jaringan dasar pada batang jagung kedalam
korteks dan empulur?
5. Adakah korteks dan empulur pada akar tumbuhan ini dan berapa jumlah ikatan
pembuluh pada akarnya? Apakah tumbuhan ini mempunyai kambium?

Tanaman Kedelai
1. Tanaman ini termasuk tumbuhan monokotil atau dikotil? Mengapa?
2. Bagaimana sistim pertulangan daun dan sistim perakarannya?
3. Bagaimana penyebaran ikatan pembuluh pada batangnya?
4. Dapatkah anda membedakan sistim jaringan dasar pada batang kedelai kedalam
korteks dan empulur?
5. Adakah korteks dan empulur pada akar tanaman ini?
6. Berapa jumlah ikatan pembuluh pada akar dan apakah tumbuhan ini mempunyai
kambium?

Penampang Daun Ficus elastica


1. Di sisi manakah stoma banyak dijumpai dan adakah kloroplas pada lapisan
epidermis?
2. Pada jaringan apakah kloroplas banyak dijumpai dan apa fungsi utama jaringan
parenkim bunga karang?

31
ACARA 9. PENGAMATAN MORFOLOGI PROTISTA

A. DASAR TEORI
Protista merupakan salah satu dari Kingdom dari Animalia, yang mempunyai anggota
yang beragam. Terdapat tiga kelompok anggota Protista, yaitu ganggang (algae), protozoa,
dan kapang lendir. Ganggang adalah protista yang berfotosintesis, sedangkan protozoa
bersifat heterotrof, non-fotosintesis. Tipe makan pada protozoa mirip dengan hewan, dengan
cara memasukkan partikel makanan ke dalam tubuhnya. Makanan protozoa berupa bakteri
atau protozoa lain dan absorbsi nutrisi dari lingkungannya. Protozoa menempati habitat pada
bermacam-macam tipe perairan.
Protozoa mempunyai 4 kelompok taksonomi, yaitu Flagellata, Amoeba, Ciliata, dan
Apikomplexan. Flagellata ditandai dengan adanya satu atau lebih flagella dalam tubuhnya,
hidup bebas atau sebagai parasit. Sebagai contoh adalah Pteromonas, Euglena, dll. Amoeba
tidak mempunyai alat lokomosi permanen, pergerakan dilakukan dengan pseudopodia (kaki
semu) yang merupakan perpanjangan dari selnya, mengambil makanan atau mangsa dengan
menggunakan kaki semunya dan makanan kemudian masuk dalam vakuola makanan. Ciliata
ditandai dengan adanya silia diseluruh permukaan tubuhnya. Silia ini digunakan untuk
membantu pergerakan dan memasukkan makanan. Hampir semua anggota Ciliata hidup
bebas. Contoh yang umum dijumpai adalah Paramaecium sp. Paramaecium mempunyai dua
bahan genetik, yaitu makronukleus tunggal yang berperan dalam mengontrol aktifitas sehari-
hari, dan mikronukleus poliplod (dengan 1-80) dan berperan dalam reproduksi seksual.
Apikomplexan dengan anggota bersifat parasit dan banyak sebagai penyebab penyakit pada
manusia. Sebagai contohnya adalah Plasmodium. Dalam praktikum ini juga dipelajari cara
penyiapan preparat basah untuk mengamati mikroorganisme dalam keadaan hidup.Teknik
yang dapat digunakan adalah teknik lekapan basah, tetes gantung, dan penggunaan agar
motilitas. Dalam praktikum ini anda akan menggunakan teknik lekapan basah. Preparat yang
bersifat basah yang anda siapkan memungkinkan anda mengamati bentuk dan ukuran
mikroorganisme secara individu dan motilitasnya dalam keadaan alamiah.
Anda akan dapat membedakan motilitas mikroorganisme yang anda amati dengan gerak
Brown. Pergerakan sejati (motilitas) biasanya sangat cepat dan terarah. Sedangkan gerak
Brown merupakan gerakan menggetar partikel-partikel dalam cairan secara acak/tidak
terarah dan terus menerus. Hal ini menyebabkan mikroorganisme motil dan non motil
berubah posisinya dan terlihat seperti bergerak. Dalam pengamatan ini anda harus juga

32
membedakan pergerakan sejati dengan pergerakan yang disebabkan oleh arus cairan.
Keadaan ini disebabkan karena preparat basah yang anda buat mengandung gelembung
udara atau tidak tersegel dengan baik, sehingga timbul arus udara yang menyebabkan
mikroorganisme yang anda amati bergerak mengalir mengikuti arus cairan tersebut.
Pergerakan sejati mikroorganisme disebabkan karena adanya flagela (bakteri, beberapa
ganggang, dan protozoa), adanya silia atau pseudopodia (pergerakan amuboid) pada
beberapa protozoa. Flagella mungkin sukar untuk diamati dengan mikroskup cahaya. Pada
pewarnaan khusus atau pengamatan dengan menggunakan mikroskup elektron flagela ini
akan dengan mudah diamati.

B. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati morfologi beberapa macam anggota Protista,
terutama ganggang dan protozoa serta cara penyiapan preparatnya.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam prkatikum ini adalah mikroskup cahaya, lampu
spiritus, loup inokulasi/ose, air rendaman jerami umur 2-3 hari, Gelas benda dan gelas
penutup, vaselin, kertas lensa/tissue, air kolam.

D. METODE
1. Ambillah setetes air rendaman jerami/air kolam dan letakkan diatas gelas obyek.
2. Usapkan sedikit vaselin di ujung jari tangan kiri anda sehingga membentuk lapisan
tipis. Sentuhkan vaselin tersebut pada keempat sisi gelas penutup.
3. Arahkan muka kaca penutup yang telah bervaselin menghadap ke arah gelas obyek,
secara perlahan, letakkan kaca penutup dalam media dan tekan perlahan sehingga
tersegel baik.
4. Amati secara hati-hati dengan menggunkan mikroskop.
5. Amati apakah ada pergerakan, gambar dan beri keterangan tentang mikroorganisme
yang anda amati dan cantumkan pula perbesarannya.
6. Gambar spesimen yang anda amati dan beri keterangan seperlunya pada buku
laporan.
7. Bersihkan lensa mikroskop secara hati-hati dengan menggunakan kertas lensa,
setelah anda selesai pengamatan.

33
ACARA 10. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP

A. DASAR TEORI
Pada awal perkembangannya kenekaragaman organisme dimuka bumi ini digolong-
golongkan untuk memudahkan manusia mempelajarinya. Aristoteles mengolongkan
organisme menjadi dua kingdom yaitu Plantae dan Animalia. Kemudian pada akhir abad 19,
Ernest Haeckel mengajukan kingdom yang ketiga yaitu Protista yang meliputi semua mahluk
bersel tunggal yang dalam beberapa hal memiliki ciri antara hewan dan tumbuhan. Pada
perkembangan selanjutnya ada yang mengajukan Monera sebagai Kingdom yang keempat
yang mencakup organisme prokariot (intinya tidak terbungkus membran). Kingdom ini
meliputi bakteri dan gangang hijau-biru (blue-green algae) karena memiliki ciri khas
tersendiri. Pada akhir tahun 1969, RH Whittaker mengklasifikasikan organisme kedalam 5
Kingdom yaitu: Monera, Protista, Fungi, Plantae dan Animalia. Ia memisahkan kelompok
jamur dari kelompok tumbuhan ke dalam Kingdom tersendiri karena Fungi merupakan
kelompok organisme yang tidak mempunyai pigmen untuk berfotosintesis. Penggolongan
terakhir ini yang sampai saat ini dipakai.

34
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mengenal keanekaragaman Monera, Protista, Fungi, Plantae serta Animalia
2. Mahasiswa mampu menggolongkan kelompok organisme tersebut berdasarkan
kingdomnya
3. Mahasiswa mampu menunjukkan ciri-ciri dari beberapa kelompok organisme dalam
kingdomnya masing-masing

C. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas objek, gelas penutup,
mikroskop, pipet tetes, air kolam, preparat bakteri, tumbuhan paku/ lumut, tumbuhan berbiji,
jamur, hewan dari kelas molusca, crustacea, pisces, amphibi, aves dan mamalia.

D. METODE
Pengamatan Bakteri
1. Buatlah preparat olesan bakteri
2. Fiksasi 1-2 menit, kemudian teteskan 1-2 tetes cat diatas olesan tersebut dan biarkan 1-2
menit.
3. Cuci dengan air mengalir hingga cat habis dan dikering anginkan.
4. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000x memakai minyak emersi dan
gambar morfologi bakteri tersebut.
Pertanyaan : berbentuk apakah bakteri tersebut? berwarna apa bakteri tersebut?

Pengamatan Jenis Alga


1. Teteskan air kolam di atas gelas obyek, kemudian amati di bawah mikroskop
2. Lakukan identifikasi jenis alga yang anda temukan
3. Gambar bentuknya dan warnai sesuai aslinya
4. Ambil beberapa helaian alga yang berbentuk benang.
5. Amati di bawah mikroskop. Tentukan jenis alga yang anda temukan.

Pengamatan Jenis Jamur/fungi


1. Siapkan jamur tempe di bawah mikroskop
2. Amati bagian-bagian tubuhnya seperti hypha, sporangium dan sporanya
3. Teteskan yeast pada gelas obyek dibawah mikroskop.

35
4. Amati bentuk-bentuk sel dari yeast ini

Pengamatan Jenis Lumut/Bryophyta


1. Siapkan beberapa jenis lumut
2. Dengan menggunakan kaca pembesar amati bentuk-bentuk umumnya seperti thalus dan
percabangannya, sporofit rhyzoid, kapsul sporanya, letak antheredium dan
arkegoniumnya

Pengamatan Jenis Tumbuhan Paku/Pteridophyta


1. Siapkan tumbuhan paku yang akan anda amati
2. Bagaimanakah struktur akar, batang dan daunnya?
3. Apakah saudara temukan sorusnya?
4. Dimana letak sorus tersebut pada daun?
5. Apa perbedaan dan persamaan antara lumut dan paku?

Pengamatan Jenis Rumput


1. Bagaimana bentuk batang rumput ?
2. Adakah rongga pada batang tersebut?
3. Bagaimanakah struktur perakarannya?

Pengamatan Jenis Tumbuhan Dikotil


1. Bagaimana struktur akar dan batang dari tanaman kembang sepatu ?
2. Bagaimanakah bentuk dan duduk daunnya?
3. Berapakah jumlah sepal dan petalnya?
4. Bagaimana pula alat kelamin jantan dan betinanya?
5. Apakah perbedaan pokok antara tanaman monokotil dan dikotil?

Pengamatan Molusca
1. Amati seekor bekicot dan biarkan merayap pada sekeping kaca
2. Amati dari bawah gerakan otot perutnya.
3. Amati pula struktur tubuhnya, cangkang luar (eksoskeleton) yang mengandung kalsium
karbonat
4. Perhatikan batas antara kepala dan kaki, mulut, lubang genital, anus, mata dan tentakel!

36
Pengamatan Crustacea
1. Perhatikan struktur tubuh udang mulai bentuk kepala, abdomen dan karapaks
2. Amati segmen-segmen tubuhnya, berapa jumlahnya?
3. Bagaimana dengan alat gerak yang telah mengalami modifikasi terutama pada bagian
kepala seperti antena, mandibula, maksila, thoraks, abdomen dan uropodanya.
4. Apakah fungsi dari masing-masing alat gerak tersebut?

Pengamatan Pisces
1. Amati bagian-bagian tubuh ikan mulai kepala, truncus dan anggota geraknya
2. Amati pula organ-organ tubuh seperti mata, celah mulut, cekung hidung, insang, serta
lubang anusnya

Pengamatan Amphibia
1. Amati bagian-bagian kepala, truncus dan anggota gerak lain.
2. Amati organ tubuh lain seperti mata, celah mulut, alat pendengaran, lubang hidung, anus
dan anggota geraknya.
3. Apa perbedaan pokok kulit luar ikan dengan amphibi?
4. Bagaimana pula dengan anggota geraknya?

Pengamatan Aves
1. Amati bagian leher, sayap, ekor dan kaki serta organ tubuh lainnya seperti mata, paruh,
alat pendengar dan lubang hidung.
2. Rentangkan kedua sayapnya dan bulu ekornya. Bagaimana keadaannya (sayap, dada dan
ekor) jelaskan perbedaannya!

Pengamatan Mamalia
1. Amati bagian-bagian kepala, badan ekor dan anggota gerak.
2. Bagaimana anda membedakan hewan jantan dan betina berdasarkan ciri kelamin
primernya.
3. Bagaimana keadaan kulit luar tubuh marmut bila dibandingkan dengan ikan, amphibi dan
burung?

37
REFERENSI

Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P. 2008. Molecular Biology of


The Cell. Edisi ke 5. Penerbit Garland Science

Campbell NA, JB Reece, LG Mitchell. 2003. Biologi. Edisi Kelima Jilid 2. Penerbit
Erlangga.

Campbell NA, JB Reece, LG Mitchell. 1999. Biologi. Edisi Kelima Jilid 1. Penerbit
Erlangga.

Campbell NA, JB Reece, LG Mitchell. 1999. Biologi. Edisi Kelima Jilid 2. Penerbit
Erlangga.

Raven, Peter H; R.F. Evert and S.E. Eichhorn. 1992. Biology of Plants. 5th Ed. Worth
Publihers. New York.

38

Anda mungkin juga menyukai