VI. Karbohidrat
a. Uji kelarutan
b. Sifat mereduksi
c. Hidrolisa disakarida dan polisakarida
d. Test umum karbohidrat
e. Test karbohidrat pereduksi
f. Test khusus fruktosa
VII. Lemak
a. Kekentalan dan bau
b. Noda lemak
c. Reaksi penyabunan
d. Uji ikatan rangkap pada lemak tak jenuh
Protein
a. Reaksi peptisasi
b. Reaksi khusus untuk protein.
Karbohidra berasal dari kata hidrat karbon berarti senyawa antara karbon
dengan air, dengan rumus molekul Cn(H2O)m. Karbohidrat disebut juga
dengan sakarida yang berasal dari kata ”sakar” yang artinya gula.
Karbohidrat terdapat sangat banyak di alam, seperti amilum (pati) yang di
hasilkan dari tumbuh-tumbuhan. Karbohidrat digolongkan mejadi
monosakarida, disakarida dan polisakarda. Pengolongan ini berdasarkan
reaksi hidrolisisnya, yaitu sebgai berikut.. Disakarida dapat dihidrolisis
menghasilkan dua molekul monosakarida, sedangkan Polisakarida jika
dihidrolisis akan menghasilkan molekul monosakarida dalam jumlah besar.
1. Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
karbohidrat yang lebih sederhana, berarti monosakrida merupakan
monomer yang paling sederhana. Strukur monosakarida digambarkan
dalam bentuk rantai terbuka (konformasi Fischer) dan dalam bentuk rantai
tertutup (konformasi Haworth)
Penggolongan Monosakarida berdasarkan jenis Gugus Karbonilnya
O
║ Aldehida
C-H
I
H – C - OH
I
HO – C – H
I
H - C – OH
I
H - C – OH
I
CH2OH
Contoh aldosa : Glukosa C6H12O6
CH2OH
║
C=O Keton
I
HO – C – H
I
H - C – OH
I
H - C – OH
I
CH2OH
Sifat-sifat monosakarida
- Mempunyai rasa manis
- Larut dalam air tetapi tidak terhidrolisis
- Bersifat optis aktif. Monosakarida yang larut dalam air akan mengalami
perubahan sudut putaran sampai diperoleh sudut putaran yang tetap,
perubahan sudut putaran ini disebut mutarotasi.
- Semua monosakarida adalah reduktor, sehingga disebut juga gula
pereduksi. Hal ini ditunjukkan reaksinya dengan oksidator, seperti
larutan benedict, fehling, dan Tollens. Beberapa aldoheksosa
teroksidasi menjadi asam karboksilat. Fruktosa meskipun merupakan
suatu ketoheksosa akan berubah menjadi aldosa jika terdapat suatu
basa.
Sifat monosakarida sebagai reduktor dimanfaatkan untuk uji pengenalan
monosakarida. Misalnya :
Uji Benedict
Larutan Benedict merupakan campuran dari CuSO4, natrium sitrat dan
Na2CO3. Karbohidrat yang mempunyai sifat pereduksi (misalnya glukosa)
akan memberikan endapan merah bata dengan larutan Benedict.
Uji Fehling
Uji Fehling untuk menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi
(monosakarida, laktosa, maltosa, dan lain-lain). Pereaksi Fehling dibuat
dari campuran larutan CuSO4 (Fehling A) dan Na-K-Tartrat (Fehling B).
Pereaksi ini akan membentuk endapan merah bata dengan
monosakarida.
Uji Tollens
Fungsinya membedakan gugus aldehida (- CHO) dan keton.
Karakteristik larutannya dibuat dengan mencampur NaOH, AgNO3, dan
NH3. Akan terbentuk ion kompleks [Ag(NH3)2]+. Dengan metode
pengamatan sebagai berikut ; Ion kompleks [Ag(NH3)2]+ direduksi oleh
aldehida membentuk endapan Ag menyerupai cermin pada sisi tabung.
Isomeri optis
1. Sumber cahaya
3. Cahaya tak terpolarisasi
4. Polarisator
6. Tabung sampel yang berisi senyawa organik
8. Analisator
9. Pengamat
Cermin
O O
║ ║
C–H C-H
I I
H – C – OH HO - C - H
I I
CH2OH CH2OH
Senyawa kiral
Kedua bentuk tersebut menunjukkan peristiwa isomerisasi optis.
Dua molekul yang saling berisomeri optis merupakan pasangan senyawa
dimana salah satu molekul merupakan banyangan cermin dari yang lain.
Senyawa yang berpasangan demikian disebut juga sebagai senyawa
khiral. (Latin : pasangan kanan kiri). Jumlah isomer optis dapat dibentuk
adalah 2n dengan n adalah jumlah atam karbon asimetris.
Contoh :
Senyawa dibawah ini mempunyai dua atom karbon asimetris,
maka dapat di buat 4 isomer optis
O
║
C–H
I
H – C - OH
I
H – C – OH
I
CH2OH
2. Disakarida
Adalah karbohidrat yang bila dihidrolisis terurai menjadi dua molekul
monosakarida
Reaksi yang terjadi melibatkan gugus –OH dari atom C anomerik pada
monosakarida pertama, dengan suatu gugus –OH yang terikat
pada suatu atom C dari monosaakarida kedua. Jenis ikatan
yang terbentuk adalah ikatan kovalen antara atom C anomerik
dengan atom O. Ikatan ini disebut ikatan glikosida (ikatanC-O).
Sifat-sifat disakarida
- Mempunyai rasa manis .
- Larut dalam air.
- Terhidrolisis menjadi dua monosakarida sejenis ataupun
berlainan jenis.
- Laktosa dan maltosa adalah gula pereduksi karena dapat
mereduksi larutan Benedict. Hal ini dikarenakan
pembentukan laktosa dan maltosa masih menyisakan satu
gugus hemiasetal bebas yang merupakan gugus pereduksi.
Sedangkan sukrosa bukan merupakan gula pereduksi
karena pembentukan sukrosa melibatkan gugus semiasetal
glukosa dan gugus hemiketal fruktosa , sehingga tidak
memiliki gugus pereduksi lagi.
Sukrosa
Adalah gula pasir biasa. Sukrosa diperoleh dari batang tebu atau umbi
tanaman bit dan juga terdapat dalam buah-buahan dan madu. Sukrosa +
6 kali lebih manis dari pada laktosa, tiga kali lebih manis dari pada
maltosa, sedikit lebih manis dari glukosa tetapi hanya setengah kali
kemanisan fruktosa.
Sukrosa terbentuk dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa.
Strukturnya sbb :
3. Polisakarida
Polisakarida adalah karbohidrat berupa polimer yang terbentuk dari
banyak monomer-monomer monosakarida melalui ikatan glukosida
dalam suatu reaksi polimerisasi kondensasi. Polisakarida memepunyai
rumus umum (C6H10O5)n dimana n adalah bilangan positif.
Jenis polisakarida yang paling banyak ditemukan di alam adalah
amilum, glikogen dan sellulosa yang tersusun dari monomer-monomer
glukosa, Perbedaan diantara ketiganya terletak pada struktur molekul,
terutama yang berikatan dengan jenis ikatan glikosida.
a. Amilum
a. Gula Pereduksi
Gula pereduksi dapat ditunjukkan dengan pereaksi Fehling, Benedict,
dan Tollens. Gula pereduksi dapat bereaksi dengan pereaksi tersebut.
Yang termasuk gula pereduksi adalah monosakarida (kecuali fruktosa)
dan disakarida (kecuali sukrosa).
b. Polisakarida
Polisakarida dapat ditunjukkan dengan larutan iodin. Reaksinya
menimbulkan warna seperti berikut.
1) Suspensi amilum dengan larutan iodin memberi warna biru.
2) Suspensi glikogen dengan larutan iodin memberi warnacokelat-
merah
3) Suspensi selulosa dengan larutan iodin memberi warna cokelat.
SOAL :
Jika molekul dalam air dididihkan dalam suasana asam atau basa
encer atau menggunakan katalis enzim tertentu dalam pencernaan, maka
molekul-molekul protein dihidrolisis menjadi asam-asam amino. Oleh
karena itu, protein merupakan bentuk polimer dari asam amino atau
satuan struktural protein adalah asam amino.
4. Asam Amino
Dalam asam amino, gugus amino (- NH2) selalu terikat pada atom
karbon di dekat gugus karboksil (-COOH). Secara umum, rumus molekul
asam amino adalah sebagai berikut.
H O
║ ן
H2N – C – C – OH atau R – CH - COOH
I I
R NH2
R – C H - COOH
I
NH2
Atom C Beta
R – CH –CH2 - COOH
I
NH2
Atom C gamma
R – CH – (CH)2 - COOH
I
NH2
Asam amino yang ada di alam hanyalah alfa amino, selanjutnya
asam amino yang akan dibicarakan adalah asam alfa amino.
Gugus alkil (R -) pada asam amino beraneka agam. Ke-20 jenis
asam amino hasil hidrólisis proein dibedakan atau perbedaan jenis gugus
alkilnya. Asam amino yang paling sederhana hádala jira gugus R-nya
berupa H, yaitu glisina dengan rumus struktur molekul sebagai berikut.
Glisina Alanin
Asam α amino etanoat Asam α amino Propanoat
Glisina Alanin
OH
I
CH3 – CH - CH – COOH HOCH2 – CH - COOH
I I
NH2 CH3
Trionin Serin
ION ZWITTER
H+
H O H O
I ║ ║ ן
H2N – C – C – OH H3N+– C – C – O-
I I
R R
Asam amino ion zwiter
Oleh karena mempunyai gugus asam dan gugus basa, maka asam
amino bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun dengan
basa). Jika direaksikan dengan asam, maka asam amino akan menjadi
suatu kation (bermuatan positif), sebaliknyajika direaksikan dengan baa
maka asam amino akan bersifat anion (bermuatan negatif)
H O H O
I ║ ║ ן
H3N+– C – C – O- + H+ H3N+– C – C – OH
I I
R R
H O H O
I ║ ║ ן
H3N+– C – C – O- + OH- H2N– C – C – O- + H2O
I I
R R
pH = 4 pH = 6 pH = 8
H O H H O H O H H O
║ ן I I ║ I ║ I I ║
H2N – C – C – OH + H - N – C – C – OH H2N – C – C – N – C – C - OH
I I I I
R1 R2 R1 R2
Monopeptida Monopeptida Dipeptida
Ikatan Peptida
H O H H O H O H H O
║ ן I I ║ I ║ I I ║
H2N – C – C – OH + H - N – C – C – OH H2N – C – C – N – C – C – OH + H2O
I I I I
CH3 H CH3 H
Ikatan peptida
Alanin (Ala) Glisin (Gly) Alanilglisin (Ala-Gly)
Ikatan Peptida
Dua molekul asam amino yang bergabung menghasilkan dipeptida.
Tiga molekul asam amino yang bergabung menghasilkan tripeptida, dan
seterusnya. Molekul asam amino yang bergabung dalam jumlah besar,
akan membentuk polipeptida (protein) tersebut adalah sebagai berikut :
H H O H H O H H O H H O
I ║ ן I I ║ I I ║ I I ║
H - N – C – C – OH + H - N – C – C – OH - N–C–C– N –C–C–O-
I I I I
R R R R
n
Ikatan Peptida
1. Uji Biuret
Uji biuret positif bagi semua zat yang mengandung ikatan peptida.
Zat yang akan diselidiki mula-mula larutan NaOH, kemudian larutan
CuSO4 encer. Jika terbentuk warna ungu, berarti zat itu mengandung
ikatan peptida.
2. Reaksi Xantoproteat
Pereaksi yang digunakan berupa asam nitrat pekat atau asam
asetat pekat dan dapat juga asam sulfat pekat. Larutan sampel yang
mengandung protein sebanyak 3 ml ditambah 2 ml HNO3 pekat lalu
dipanaskan pada penangas air. Bila sudah dingin ditambahkan NH3 atau
NaOH. Jika ditambah NH3 akan berwarna kuning dan jika ditambah NaOH
akan berwarna jingga. Uji Xantoproteat untuk menunjukkan adanya cincin
benzena pada protein.
3. Reaksi Millon
Motoda :
- Uji untuk protein dengan gugus fenil seperti triptofan
- Reagen millon terdiri atas suatu garam mercuri dalam asam nitrit.
- Reagen millon ditambahkan ke dalam zat dan dipanaskan. Jika zat
mengandung protein, maka zat akan menggumpal dan warna merah
jambu/merah terbentuk.
Soal
H O
║ ן
H2N – C – C – OH atau R – CH - COOH
I I
R NH2
a. Jika R adalah hydrogen, apakah nama asam amino tersebut ?
b. Apakah asam amino tersebut bersifat optis aktif ?
c. Mengapa asam amino bersifat amfoter ?
d. Tuliskan persamaan reaksi yang menggambarkan sifat amfoter
dari asam alfa amino
SOAL :
1. Bila ditinjau dari strukturnya , maka glukosa termasuk
dalam golongan karbohidrat . . . . .
A. Aldopentosa D. Optis aktif
B. Aldoheksosa E. Monosakarida
C. Pereduksi
B. C–N– E. – C – O – N -
║ I I
O H H
C. C–O–
║
O
6. Larutan protein dapat bereaksi dengan asam maupun basa. Hal
ini menunjukkan bahwa protein bersifat . . . . .
A. amfoter D. Basa lemah
B, asam lemah E. Netral
C. kovalen
A. maltosa D. fruktosa
B. fruktosa E. glukosa
C. sukrosa
Secara kimia lemak dengan minyak sangat mirip. Akan tetapi, pada
suhu ruang lemak membentuk padatan sedangkan minyak berada
pada fase cair. Hal ini terkait dengan asam lemak penyusunnya.
Lemak mengandung lebih banyak asam lemak jenuh yang hanya
mengandung ikatan tunggal C-C. Sedangkan minyak mengandung
lebih banyak asam lemak tak jenuh dengan satu atau lebih ikatan
rangkap C=C. Keberadaan ikatan rangkap C=C ini mengakibatkan
kerapatan molekul menurun sehingga titik leleh juga menjadi lebih
rendah.
H H H H H H H H H H H H H H H H H o
I I I I I I I I I I I I I I I I I ║
-C– C – C – C – C – C – C – C – C – C – C – C – C – C – C – C – C – C-OH
I I I I I I I I I I I I I I I I I
H H H H H H H H H H H H H H H H H
Asam lemak jenuh asam stearat adalah asam lemak jenuh yang hanya
Memiliki ikatan tunggal C-C
H H H H H H H H H H H H H H H H H O
I I I I I I I I I I I I I I I I I ║
-C– C – C – C – C – C = C – C – C = C – C – C – C – C – C – C – C – C-H
I I I I I I I I I I I I I
H H H H H H H H H H H H H
Asam lemak tak jenuh asam linoleat adalah asam lemak tak jenuh yang
memiliki ikatan rangkap dua C = C.
Jenis Nama Umum Nama Rumus
Ikatan
Asam Asam Laurat Asam dekanoat C11H23COOH
lemak Asam Miristat Asam tetradekanoat C13H27COOH
jenuh Asam Palmitat Asam heksa dekanoat C15H31COOH
Asam Stearat Asam oktadekanoat C17H35COOH
O
║
CH2 – O - C – C17H35 CH2 - OH
O
║
CH – O – C – C17H35 + 3 KOH CH - OH + 3 C17H35COOK
O
║
CH2 - O - C – C17H35 CH2 - OH
VOLUMETRI
Volumetri atau titrimetri adalah suatu cara analisis kwatitatif dari
reaksi kimia. Pada analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya,
direaksikan dengan zat lain yang telah diketahui konsentrasinya sampai
tercapai suatu titik ekivalen sehingga kepekatan (konsentrasi) zat yang
kita cari dapat dihitung.
Larutan yang kita ketahui konsentrasinya dengan pasti disebut
larutan standart. Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret
ke dalam suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan
kadarnya sampai reaksi selesai.
Proses ini dinamakan suatu titrasi. Titik dimana reaksi telah selesai
disebut titik akhir teoritis (Stoichiometric and point).
Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena karena terjadi suatu
perubahan warna. Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan standart
sendiri (misalnya KMnO4) atau karena penambahan suatu zat yang
disebut indikator. Titik dimana terjadi perubahan warna indikator ini
disebut titik akhir titrasi. Secara idial titik akhir titasi seharusnya sama
dengan titik akhir teoritis (titik akhir ekivalen).
Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut
kesalahan titrasi Analisa Volumetri dapat kita bagi sebagai berikut :
1. Asidi alkalimetri
2. Oksidimetri
3. Yodometri
4. Argentometri
TITRASI ASAM BASA
Titrasi asam basa merupakan prosedur penting dalam analisis kimia untuk
menentukan konsentasi / kemolaran larutan asam basa. Hal ini
dilakukan dengan meneteskan larutan standart asam/basa yang
kemolarannya sudah diketahui ke dalam larutan asam/basa yang
kemolarannya akan ditentukan menggunakan buret, Penambahan larutan
standar dilaksanakan sampai mencapai titik ekivalen, yakni titik dimana
asam dan basa habis bereaksi. Titik ekivalen dapat ditentukan dengan
menggunakan suatu indikator yang harus berubah warna di sekitar titik
tersebut. Titik dimana perubahan warna indikator terjadi disebut titik akhir
titrasi.
Contoh :
Sebanyak 25 ml larutan H2SO4 dititrasi dengan 32 ml larutan NaOH 0,15
M. Berapa kemolaran dari larutan H2SO4 tersebut
Jawab :
Perhitungan konsentrasi larutan H2SO4 ( M H2SO4)
Tulis persaman reaksi
M H2SO4 x V H2SO4 1
=
M NaOH x V NaOH 2
M NaOH x V NaOH
M H2SO4 = ½ x
V H2SO4
0,15 mol/l x 0,032 L
M H2SO4 = ½ x
0,025
[ H2SO4 ] = 1,5/40
= 0,0375 M
Soal :
Hasil suatu titrasi asam basa menunjukkan bahwa 25 ml larutan HCl dapat
dinetralkan oleh 29,6 ml larutan NaOH 0,18 M. Berapa kemolaran dari
larutan HCl tersebut ? (jawab : 0,213 M)
KOLOID
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara
larutan dan suspensi. Koloid merupakan sistem hetrogen dimana suatu
zat ”didispersikan” ke dalam suatu meda yang homogen.
Perbedaan larutan koloid dan suspensi dapat dilihat pada tabel berikut :
Sistem koloid
Macam-macam koloid
Sifat-sifat koloid
Muatan koloid
a. Elektroforesis : gerakan partikel koloid dalam
medan listrik
b. Adsorbsi : peristiwa penyerapan pada
permukaan
Contoh :
Hidrofil : agar-agar , kanji
Hidrofob : sol belerang , sol logam
Sifat-sifat khas koloid meliputi :
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel
koloid.
b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari
partikel koloid.
Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena Koloid As2S3 bermuatan negatif karena
permukaannya menyerap ion H+ permukaannya menyerap ion S2-
c. Adsorbsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan)
terhadap partikel atau ion atau senyawa yang lain.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus
dibedakan dari absorbsi yang artinya penyerapan sampai ke
bawah permukaan).
Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya
menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya
menyerap ion S2.
d. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk
endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi
tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan,
pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda
muatan.
SISTEM DISPERS
Sistem koloid pada hakekatnya terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan
medium pendispersi.
Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang
digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi.
JENIS KOLOID
Sistem koloid digolongkan berdasarkan pada jenis fase terdispersi dan medium
pendispersinya.
A. Cara Kondensasi
kondensasi
Partikel -------------- Partikel
Prinsip :
Molekular > Koloid
1. Reaksi Redoks
2 H2S(g) + SO2(aq) 3 S(s) + 2 H2O(l)
2. Reaksi Hidrolisis
FeCl3(aq) + 3 H2O(l) Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
3. Reaksi Substitusi
2 H3AsO3(aq) + 3 H2S(g) As2S3(s) + 6 H2O(l)
4. Reaksi Penggaraman
Beberapa sol garam yang sukar larut seperti AgCl, AgBr, PbI2,
BaSO4 dapat membentuk partikel koloid dengan pereaksi yang
encer.
AgNO3(aq) (encer) + NaCl(aq) (encer) AgCl(s) + NaNO3(aq)
(encer)
B. Cara Dispersi
Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik atau cara kimia:
1. Cara Mekanik
Cara ini dilakukan dari gumpalan partikel yang besar kemudian
dihaluskan dengan cara penggerusan atau penggilingan.
3. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar
atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi
(pemecah).
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3