Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Kromatografi


Pengertian Awal Kroma = warna; Graf (grafi) = tulisan, gambar Teknik
kromatografi diartikan sebagai suatu metoda yang digunakan untuk memisahkan
campuran komponen atau fraksi sejenis menjadi unit-unit yang terpisah satu dengan
yang lain yang didasarkan pada perbedaan sifat masing-masing. Perbedaan yang
dimaksud dapat berupa perbedaan kelarutannya di dalam pelarut, perbedaan
kemampuannya menyerap atau terikat pada komponen lain, perbedaan muatan ionik,
ukuran molekul, dan lain sebagainya.
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan
pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa
molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan
melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat
dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan
lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan
pergerakan pada kolom.
Sejarah Kromatografi Seorang ilmuwan botani dan Rusia, Michael Tswett, pada
tahun 1906 dengan suatu percobaan dapat mernisahkan zat warna hijau yang terdapat
pada daun menjadi beberapa komponen. Karoten (kuning oranye/pucat), feofitin (him
keabu-abuan, kadang-kadang tidak tampak), klorofil-b (hijau tua), klorofil-a (biru
kehijauan), dan xantofil (kuning) dapat dipisahkan melalui tabung yang diisi dengan
bubuk kalsium karbonat dan dielusi dengan petroleum eter.
Teori Dasar :
1. Polaritas: sifat yang menunjukkan kecenderungan suatu senyawa untuk
mengumpul/mengelompok pada satu kutub.
2. Besarnya polaritas dinyatakan dengan konstanta dielektrika (suatu tetapan
yang menunjukkan besarnya gaya saling tarik antara dua muatan elektrik
pada suatu jarak tertentu di dalam ruang vakum atau di dalam suatu medium
pada suhu tertentu).
3. Seri eluotropik berbagai pelarut, suatu daftar yang menunjukkan besarnya
konstanta dielektrika berbagai senyawa. Udara = 1,00 ; Heksan = 1,874 ;
klorobenzena = 5,9 ; ammonia cair = 15,5 ; air = 80,2 ; asam sianida = 95.
4. Dua atau lebih pelarut organik dapat dicampur untuk mendapatkan polaritas
tertentu. Micible (misibel) adalah pelarut-pelarut yang dapat bercampur satu
sama lain tetapi tidak saling melarutkan. Immicible (imisibel) adalah pelarut-
pelarut yang tidak dapat bercampur dan tidak saling melarutkan satu
terhadap yang lain.
5. Prinsip like disolve like: senyawa atau komponen yang polaritasnya sama
atau hampir sama akan selalu bersama-sama, tetapi yang polaritasnya
berbeda akan selalu berjauhan, ada jarak, atau saling menolak.
6. Percobaan Craig mengembangkan pemisahan komponen-komponen dalam
pelarut melalui suatu tangki (kolom).
Istilah Dalam Kromatografi:
1. Fase diam (stationer phase), yaitu bahan yang digunakan dalam kromatografi
yang tidak bergerak dan membentuk pelat-pelat teoritis. Fase diam dapat
berupa padatan, cairan, ataupun gas.
2. Fase bergerak (moving phase, mobile phase), yaitu bahan yang digunakan
dalam kromatografi yang kedalamnya dilarutkan (terdapat) campuran
komponen yang akan dipisahkan, yang bergerak sepanjang fase diam. Fase
bergerak dapat berupa cairan maupun gas.
3. Penyangga atau matrik (support), yaiu bahan padat yang digunakan pada
kromatografi untuk menahan fase diam yang berupa cairan atau gas supaya
tidak bergerak.
4. Penyerap (sorbent), yaitu bahan padatan yang berfungsi sebagai penyangga
sekaligus sebagai fase diam.
5. Solut (solute), adalah komponen-komponen yang terdapat dalam bentuk
campuran dalam pelarut yang akan dipisahkan melalui sistem kromatografi.
6. Pengembang (developer) atau eluen (eluent), adalah pelarut/larutan yang
digunakan untuk mengelusi carnpuran komponen yang sudah ada di dalam
sistem kromatografi supaya dapat bergerak sepanjang pelat-pelat teoritis
(kolom).
7. Eluat, yaitu pengembang atau eluen yang keluar dan sistem kromatografi
yang secara periodik mengandung komponen-komponen yang sudah
terpisahkan.
8. Elusi ialah pekerjaan atau usaha untuk menjalankan komponenkomponen
dalam pelarut untuk bergerak sepanjang kolom dalam sistem kromatografi
dengan cara mengalirkan eluen.
9. Pemuatan (loading) sampel, yaitu pekeijaan menempatkan sejumlah larutan
sampel yang mengandung komponen-komponen yang akan dipisahkan ke
dalam ruang sampel yang ada pada peralatan kromatografi.
10. Volume retensi (retention volume, void volume, hold-up volume), ialah
jumlah larutan pengelusi (fase bergerak) yang memenuhi rongga-rongga dan
pori-pori dalam kolom (matrik).
11. Volume bed (bed volume) adalah jumlah larutan pengelusi ditambah dengan
volume kolom.
12. Volume pengelusi (elution volume) ialah jumlah larutan pengeluasi yang
harus ditambahkan ke dalam sistem kromatografi untuk menghasilkan
(mengeluarkan dari kolom) sebuah puncak kromatogram.
13. Kolom adalah sejumlah matnik yang dimasukkan ke dalam tabung untuk
kromatografi.
14. Kromatogram adalah respon detektor dalam bentuk grafik di antara sumbu
respon versus waktu retensi atau dalam bentuk noda-noda di atas bahan
penyerap atau fase diam.
Tehnik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi diantara dua
fase, satu diantaranya fase diam, yang lainnya fase bergerak. Fase bergerak zat terlarut
melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya, yang tereluasi lebih awal atau
lebih akhir.
Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh aliran suatu pelarut
berbentuk cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai zat
seperti penyerap alumina yang diaktifkan, silikagel, dan resin penukar ion, atau dapat
bertindak melarutkan zat terlarut sehingga menjadi partisi antara fase diam dan fase
gerak. Dalam proses terakhir ini suatu lapisan cairan pada suatu penyangga yang iner
berfungsi sebagai fase diam. Partisi merupakan mekanisme pemisahan yang utama dalam
kromatografi gas, cair, kertas, dan bentuk kromatografi kolom yang disebut kromatografi
cair-cair. Dalam praktek, seringkali pemisahan disebabkan oleh suatu kombinasi efek
adsorpsi dan partisi.
Jadi berdasarkan perbedaan fase diam dan fase geraknya, kromatografi dapat berupa
kromatografi kolom, kromatografi gas, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis dan
kromatografi cair kinerja tinggi. Kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis
umumnya lebih bermanfaat untuk tujuan identifikasi, karena mudah dan sederhana.
Kromatografi kolom memberikan pilhan fase diam yang lebih luas dan berguna untuk
pemisahan masing-masing senyawa secara kuantitatif. Kromatografi gas dan
kromatografi cair kinerja tinggi keduanya mebutuhkan peralatan yang lebih rumit dan
umumnya merupakan metode dengan resolusi tinggi yang dapat mengidentifikasi serta
menetapkan secara kuantitatif bahan dalam jumlah yang sangat kecil.
Pengunaan baku pembanding dalam uji indentifikasi dalam kromatografi kertas
dan kromatografi lapis tipis, perbandingan jarak rambat ( diukur sampai titik yang
memberikan intensitas maksimum pada bercak ) suatu senyawa tertentu terhadap jarak
rambat fase gerak, diukur dari titik penotolan, dinyatakan sebagai harga R, senyawa
tersebut perbandingan jarak rambat suatu senyawa tertentu dengan jarak perambatan
baku pembanding yang sama dengan uji pada kromatogram yang sama.
Untuk maksud ini kromatogram dibuat dengan menotolkan larutan uji, larutan
baku pembanding, dan suatu campuran uji dan baku pembanding dalam jumlah yang
kurang lebih sama pada penjerat lapis tipis atau kertas, dalam satu garis lurus sejajar
dengan tepi lempeng kromatografi atau kertas. Tiap penotolan contoh mengandung zat
uji yang bobotnya kurang lebih sama. Jika zat uji yang dindentifiksai dan baku
pembanding itu sama, terdapat kesesuaian dalam warna dan harga R pada suatu
kromatogram, dan kromatogram dari campuran mengahasilkan bercak tunggal, yaitu
harga R adalah 1,0.

2.2 Prinsip Kerja Dialisis dan Kromatografi


2.2.1 Hemodialisis
Hemodialisis berasal dari kata hemo artinya darah, dan dialisis artinya
pemisahan zat-zat terlarut. Hemodialisis berarti proses pembersihan darah dari zat-
zat sampah, melalui proses penyaringan di luar tubuh. Hemodialisis
menggunakanginjal buatan berupa mesin dialisis. Hemodialisis dikenal secara awam
dengan istilah cuci darah.[1]
Hemodialisis terdiri dari 3 kompartemen:
1) kompartemen darah,
2) kompartemen cairan pencuci (dialisat), dan
3) ginjal buatan (dialiser).
Darah dikeluarkan dari pembuluh darah vena dengan kecepatan aliran tertentu,
kemudian masuk ke dalam mesin dengan proses pemompaan. Setelah terjadi proses
dialisis, darah yang telah bersih ini masuk ke pembuluh balik, selanjutnya beredar di 13
dalam tubuh. Proses dialisis (pemurnian) darah terjadi dalam dialiser (Daurgirdas et al.,
2007).
Prinsip kerja hemodialisis adalah komposisi solute (bahan terlarut) suatu larutan
(kompartemen darah) akan berubah dengan cara memaparkan larutan ini dengan larutan
lain (kompartemen dialisat) melalui membran semipermeabel (dialiser).
Perpindahan solute melewati membran disebut sebagai osmosis. Perpindahan ini
terjadi melalui mekanisme difusi dan UF. Difusi adalah perpindahan solute terjadi
akibat gerakan molekulnya secara acak, utrafiltrasi adalah perpindahan molekul terjadi
secara konveksi, artinya solute berukuran kecil yang larut dalam air ikut berpindah
secara bebas bersama molekul air melewati porus membran. Perpindahan ini
disebabkan oleh mekanisme hidrostatik, akibat perbedaan tekanan air (transmembrane
pressure) atau mekanisme osmotik akibat perbedaan konsentrasi larutan (Daurgirdas et
al., 2007).
Pada mekanisme UF konveksi merupakan proses yang memerlukan gerakan
cairan disebabkan oleh gradient tekanan transmembran (Daurgirdas et al., 2007).
thermometer
Dialysis
Dialysis
tubing
fluid
artery
Vein

shunt
Blood
pump

Bubble
trap flowmeter
Cutaway
view of
dialyzer
Sumber:
(Janice Smith, 2010)

2.2.2 Kromatografi
Sistem dalam Kromatografi
1. Sistem partisi, ialah pemisahan komponen yang didasarkan atas perbedaan
polaritas pada matrik (fase diam). Sistem ini terjadi pada kromatografi yang
menggunakan fase diam dan fase bergeraknya berupa cairan, fase diam dan
fase bergeraknya berupa gas, fase diam berupa cairan sedangkan fase bergerak
berupa gas, atau fase diam berupa gas sedangkan fase diamnya berupa cairan.

2. Sistem adsorpsi, ialah pemisahan komponen yang didasarkan pada


kecenderungan komponen-komponen mengadakan adsorpsi pada matrik (fase
diam). Sistem ini terjadi pada kromatografi yang menggunakan fase diam
berupa padatan sedangkan fase bergeraknya berupa cairan atau gas.

3. Sistem normal (normal phase) yaitu kromatografi yang menggunakan fase


diam bersifat polar dan fase bergeraknya bersifat non-polar.

4. Sistem sungsang atau sistem terbalik (reversed phase) jika dalam


kromatografi digunakan fase diam bersifat non-polar sedangkan fase
bergeraknya bersifat polar.

5. Sistem penukar ion (ion exchange) ialah sistem kromatografi yang


menggunakan dasar perbedaan muatan antara komponen yang dipisahkan
dengan muatan matriknya.

6. Sistem afinitas ialah pemisahan komponen dengan kromatografi yang


mendasarkan pada perbedaan afinitas (kemampuan bergabung) untuk
mengadakan ikatan dengan fase diam.

7. Sistem penyaring molekuler (molecular sieve) atau sistem ekslusi bentuk


(size exclussion) jika pemisahan komponen didasarkan pada perbedaan ukuran
(bentuk) atau berat molekulnya. Pada sistem ini molekul-molekul yang besar
(berat molekul tinggi) akan keluar terlebih dahulu karena molekul-molekul
yang kecil mengadakan retensi sementara waktu di dalam pori-pori matrik.

8. Sistem pasangan ion (ion pairing) jika ke dalam sistem kromatografi


ditambahkan bahan atau komponen yang dapat merubah tegangan ionik pada
matrik atau eluen atau keduanya. Kromatografi ini sering digabungkan dengan
kromatografi fase normal atau kromatografi fase sungsang.

Jenis/Tipe Kromatografi
1. Kromatografi kertas adalah kromatografi yang menggunakan kertas dengan
sifat-sifat tertentu sebagai alat sekaligus media untuk memisahkan campuran
komponen dalam pelarut.

2. Kromatografi lapis tipis ialah kromatografi yang menggunakan matrik yang


dibentuk berupa lapisan tipis pada permukaan lempeng benda padat seperti
kaca, aluminium, atau plastik sebagai media untuk memisahkan campuran
komponen dalam pelarut.

3. Kromatografi kolom yaitu kromatografi yang menggunakan matrik yang


dimasukkan ke dalam tabung sehingga membentuk kolom yang digunakan
sebagai media untuk memisahkan campuran komponen dalam pelarut.

Tipe kromatografi kolom di dalam praktek dapat merupakan:


a. Kromatografi kolom partisi yaitu kromatografi yang menggunakan
fase diam berupa cairan yang diadsorpsikan pada permukaan partikel-
partikel matrik dalam kolom dan menggunakan fase bergerak berupa
cairan.

Sistem partisi, ialah pemisahan komponen yang didasarkan atas


perbedaan polaritas pada matrik (fase diam). Sistem ini terjadi pada
kromatografi yang menggunakan fase diam dan fase bergeraknya
berupa cairan, fase diam dan fase bergeraknya berupa gas, fase diam
berupa cairan sedangkan fase bergerak berupa gas, atau fase diam
berupa gas sedangkan fase diamnya berupa cairan.
Peralatan
Kromatografi kolom partisi menggunakan suatu tabung yang terbuat
dari kaca, nilon, fiberglass, atau logam tahan karat. Pada bagian
bawah (dasar) tabung diberi penahan (glasswool dan atau pasir)
untuk menahan bahan penyangga supaya tidak keluar dan tabung.
Di bagian bawah tabung terdapat pipa bergaris tengah kecil, dapat
dilengkapi dengan keran yang dapat dibuka atau ditutup untuk
mengalirkan atau menghentikan aliran pelarut dan dalam tabung.
Tabung kemudian diisi dengan kolom yang sudah disiapkan terlebih
dahulu. Tinggi kolom paling sedikit 20 kali diameternya. Pada bagian
atas tabung ditempatkan reservoir eluen. Cara mengoperasikan
peralatan adalah dengan mengelusi sampel yang diletakkan di atas
kolom. Elusi dihentikan jika diperkirakan semua komponen telah
terpisahkan.

Bahan Penyangga (Matrik = Kolom)


Bahan penyangga dan sifatnya yang banyak digunakan pada
kromatografi kolom partisi antara lain seperti pada Tabel 1.
Tabel 1
Bahan penyangga komersial untuk kromatografi kolom

Preparasi Bahan Penyangga


Untuk bahan penyangga berupa tanah diatome atau gel silika, maka
bahan penyangga ini harus dicampur dengan fase diam yang akan
digunakan dengan perbandingan 0,5-1,0 bagian fase diam dengan 1,0
bagian bahan penyangga. Pencampuran harus baik, misalnya dengan
menggunakan mortar atau blender sehmgga akan dihasilkan semacam
pasta atau bubur yang tidak terlalu basah tetapi juga tidak kering. Fase
diam yang akan digunakan kemudian ditambahkan berlebihan pada
pasta tersebut sehingga terjadi sluri. Setelah itu sluri dimasukkan
tabung, sluri diaduk dengan pengaduk berbentuk cakram yang
diameternya lebih kecil sedikit daripada diameter tabung. Pada pusat
cakram diberi tangkai panjang. Jika cakram dimasukkan ke dalam
tabung dan digerakkan berkali-kali sepanjang tabung ke atas dan ke
bawah, maka cakram akan dapat bergerak leluasa, dan sluri akan
dapat bergerak melalui sela-sela cakram dengan dinding tabung.
Gerakan cakram harus perlahan-lahan, dilakukan beberapa kali.
Sesudah itu cakram diambil dan kelebihan fase diam dikeluarkan
melalui mulut tabung yang terletak di bagian dasar tabung.
Untuk kolom selulosa, maka bubuk selulosa direndam ke dalam
aseton. Campuran kemudian dituangkan ke dalam tabung. Kelebihan
aseton dikeluarkan melalui mulut tabung yang terletak di bagian dasar
tabung. Kolom kemudian dicuci dengan fase bergerak sampai teijadi
keseimbangan. Kadang-kadang sebelum dicuci dengan fase bergerak,
dicuci terlebih dahulu dengan air berlebihan.
Teknik Elusi
Ada beberapa cara mengeluasi sampel. Yang pertama dengan cara
bertahap (batch elution atau stepwise elution), yaitu mengelusi kolom
dengan suatu jenis pelarut (dapat merupakan campuran dua macam
atau lebih pelarut) sampai sejumlah volume eluat tertentu
dikumpulkan, kemudian elusi dilanjutkan dengan jenis pelarut lain
dengan cara yang sama, demikian seterusnya dengan jenis pelarut
yang lain lagi sampai selesai. Keuntungan dengan menggunakan cara
ini adalah mudah dilakukan penyeimbangan (conditioning) kolom.
Dengan demikian fraksi fraksi yang ingin dipisahkan dapat dielusi
dengan sesedikit mungkin eluen.
Cara yang kedua adalah mengalirkan eluen secara berterusan
(continuous elution). Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
pompa peristaltik atau secara sederhana dengan meletakkan tangki
penyedia freservoir) pelarut tepat di atas kolom.
Cara yang ketiga adalah mengelusi kolom dengan dua macam atau
lebih pelarut sekaligus dengan rasio yang berubah selama elusi. Cara
ini lazim disebut sebagai pengelusian bertingkat (gradient elution).
Dengan cara ini konsentrasi suatu pelarut dapat dinaikkan atau
diturunkan secara bertahap selama proses elusi berlangsung. Jadi
seandainya eluen yang digunakan terdiri atas dua macam pelarut, A
dan B, maka konsentrasi A dapat dibuat naik secara bertahap
sedangkan konsentrasi B secara otomatis akan menurun, atau dibuat
sebaliknya. Yang dapat dibuat bertingkat bukan hanya rasio antara
pelarut-pelarut yang digunakan tetapi juga misainya dapat konsentrasi
garam, nilai pH, polaritas, dan sebagainya. Pelaksanaan elusi
bertingkat dapat dikerjakan dengan dua tanghki yang dihubungkan
menjadi satu. Tangki kedua dilengkapi dengan keran untuk
mengeluarkan isinya, yang terhubungkan dengan kolom. Tipe
kenaikkan bertingkatnya dapat berbeda jika ukuran tangki pertama
dan kedua berbeda. Jika ukuran kedua tangki sama besarnya, maka
perubahan gradien akan tetap (konstan) atau mengikuti garis linear.
Jika ukuran tangki pertama lebih besar atau lebih kecil daripada
ukuran tangki kedua, maka perubahan gradien masing-masing pelarut
akan berlangsung makin menurun atau menaik, tidak mengikuti garis
linear.
Penggunaan
Kromatografi kolom partisi banyak digunakan untuk memisahkan
berbagai komponen yang terdapat dalam bahan pangan dan pakan
termasuk juga bahan hasil pertanian pada umumnya, antara lain:
1. Asam-asam lemak C2-C8, dengan fase diam campuran air dan
asam sulfat dengan perbandingan tertentu, dan fase bergerak
campuran kloroform dan n-butanol.

2. Senyawa-senyawa golongan lipida, dengan fase diam campuran


trikiorometan dan alkana dan fase bergerak 2-propana.

3. Karbohidrat dan glukosida dengan fase diam 1,2-etanadiol


monometileter dan fase bergerak 2-propana.

4. Golongan fenol dengan fase diam berupa air dan fase bergerak
campuran metanol, n-butanol, dan kloroform.

5. Untuk memisahkan aidrin-dieldrin (keduanya adalah insektisida)


dengan fase diam nitrometan dan fase bergerak n-heksana.

b. Kromatografi kolom adsorpsi yaitu kromatografi yang menggunakan


fase diam berupa padatan sekaligus sebagai matrik yang dimasukkan
ke dalam suatu tabung dan menggunakan fase bergerak berupa cairan.

Berbeda dengan kromatografi partisi, maka dalam


kromatografi adsorpsi yang menjadi fase diam adalah berupa padatan
yang sekali gus juga berperan sebagai penyangga. Permukaan
partikel-partikel penyangga mempunyai sifat aktiv yang dapat
mengikat komponen-komponen atau molekul-molekul tertentu.
Pengikatan komponen-komponen tersebut dapat disebabkan karena
interaksi ionik (elektrostatik), gaya Van der Wals, atau tenaga-tenaga
lainnya mau pun kombinasinya. Selama kromatografi berlangsung
akan terjadi penyerapan molekul-molekul yang dipisahkan (solut)
yang terdapat dalam larutan pada permukaan penyangga. Kekuatan
penyerapan dipengaruhi oleh sifat penyangga dan solut. Pada
umumnya penyangga merupakan komponen yang mempunyai
polaritas tinggi, sehingga penyerapan solut pada permukaan
penyangga sangat tergantung pada polaritas solut. Komponen-
komponen yang mempunyai polaritas tinggi akan terikat kuat pada
permukaan penyangga, sedangkan yang polaritasnya rendah kurang
kuat atau tidak terikat pada permukaan penyangga.
Sebagai bahan penyangga harus dipilih sesuai dengan
komponen-komponen yang akan dipisahkan. Dalam praktek pada
umumnya sering digunakan alumina yang dapat digunakan untuk
memisahkan hanipir semua komponen organik.
Sifat eluen atau pelarut juga berpengaruh pada kromatografi
adsorpsi. Umumnya digunakan pelarut yang polaritasnya rendah.
Kekuatan pelarut mengelusi komponen-komponen yang terikat pada
penyangga meningkat dengan meningkatnya polaritas.
Peralatan
Pada kromatografi kolom adsorpsi juga digunakan tabung
seperti halnya pada kromatografi kolom partisi dan cara penyiapannya
juga tidak berbeda dengan penyiapan kolom partisi. Partikel-partikel
penyangga dibuat sluri dengan menggunakan pelarut yang akan
digunakan sebagai fase bergerak, kemudian dimasukkan ke dalam
tabung dan dibiarkan beberapa waktu lamanya supaya partikel-
partikel penyangga mengendap. Cara memuatkan sampel, teknik
mengelusi, dan pengumpulan fraksifraksi, serta cara-cara analisisnya
sama dengan yang telah diterangkan pada kromatografi kolom partisi.
Komponen yang keluar kolom terlebih dahulu tergantung pada sistem
kromatografi yang digunakan. Pada kromatografi adsorpsi dengan
sistem fase normal, maka yang keluar kolom lebih awal adalah
komponen yang mempunyai sifat lebih nonpolar daripada komponen-
komponen yang membentuk puncak kromatogram lebih akhir.
Sebaliknya pada kromatografi adsorpsi dengan sistem fase sungsang,
maka yang membentuk puncak kromatogram lebih awal adalah
komponen yang bersifat lebih polar danpada yang kemudian.

c. Kromatografi gel yaitu kromatografi yang menggunakan bahan


penyangga padatan sebagai penyaring molekuler komponen.
Pada kromatografi gel, partikel-partikel yang dipisahkan
berupa molekulmolekul berdasarkan pada ukurannya. Oleh
karenanya kromatografi gel sering kali disebut dengan kromatograli
penyaring molekuler. Yang bertindak sebagai penyaring adalah
suatu kolom gel yang dipersiapkan dan bahan-bahan tertentu,
misalnya dekstran. Perbedaannya dengan penyaringan biasa adalah
bahwa dalam kromatografi gel molekul-molekul yang berukuran
besar akan lobs lebih dahulu, sedangkan molekul-molekul yang
kecil ukurannya akan muncul lebih akhir.

Bahan Penyangga (Kolom)


Suatu gel adalah jaringan tiga demensi yang biasanya
mempunyai struktur acak dan suatu komponen bahan. Persyaratan
utama gel yang dapat digunakan pada kromatografi gel adalah yang
inert, artinya tidak bereaksi dengan atau mempengaruhi sifat-sifat
molekul-molekul yang dipisahkan atau dengan komponen-
komponen pelarut atau larutan penyangga yang digunakan. Di
samping itu gel juga harus tidak bermuatan (positif atau negatif) .
Tiga macam gel yang banyak digunakan pada kromatografi gel
adalah dekstran, agarosa, dan poliakrilamida. Dekstran merupakan
polisakarida dengan sub-unit penyusunnya adalah glukosa.
Komponen-komponen dekstran adalah glukosa yang membentuk
ikatan satu sama lain dan bercabang pada ikatan -1,6- glikosidik.
Gel dekstran banyak dijual beikan dengan nama komersial antara
lain Sephadex yang dibuat oleh Pharmacia Fine Chemicals, Inc.
Agar merupakan polisakarida yang diperoleh dan tanaman
rumput laut yang berwarna merah. Ada dua jenis agar, yaitu agarosa
yang berisfat netral dan agaropektin yang mengandung gugus asam
(gugus karboksilat, -COOH) dan gugus sulfat. Agarosa merupakan
polimer D-galaktosa dan 3,6-anhidro- 1-galaktosa, membentuk gel
melalui ikatan hidrogen yang ada. Agarosa diperdagangkan dengan
berbagai nama, antara lain Sepharose yang diproduksi oleh
Pharmacia Fine Chemicals, Inc. dan Biogel yang diproduksi oleh
Bio-Rad Laboratories. Agaropektin jarang digunakan dalam
kromatografi gel.
Gel poliakrilarnida dibuat dengan mencampur akrilamida
(CH2+=CH-CO-NH2) dengan N,N-metilenabisakrilamida
(H2C=CH-C(=O)-NH-CH2-NH- C(=0)-CH=CH2). Salah satu gel
poliakrilamida yang dipasarkan adalah Bio-gel-P yang diproduksi
oleh Bio-Rad laboratories.
Penyiapan kolom untuk kromatogrfai gel hampir tak ada
bedanya dengan penyiapan kolom untuk kromatografi adsorpsi atau
partisi. Berikut ini diberikan beberapa petunjuk cara menyiapkan
kolom dan beberapa gel.
1. Gel dekstran.- Butiran-butiran dekstran (BM 40.000)
sebanyak 500g dicampur dengan 200m1 aquades dan
300ml larutan 5N NaOH. Selanjutnya 135g epiklorohidrin
ditambahkan sambil dilakukan pengadukkan. Campuran
kemudian dipanaskan pada suhu 400C sambil terus
diaduk sampal menjadi sluri, yang kemudian dapat
dituangkan ke dalam tabung kromatografi. Setelah 1 jam
biasanya kolom siap untuk digunakan.
2. Gel agarosa.- Agar dicampur dengan aquades sehingga
memperoleh konsentrasi seperti yang diinginkan.
Kemudian dilakukan pemanasan pada suhu 1200C selama
20 menit dengan menggunakan otoklav. Setelah itu
didinginkan sampai tampak larutan gel mulal menjadi
kental (viscus), dan segera dimasukkan ke dalam tabung
kromatografi. hasil kolom akan menjadi lebih baik, jika
larutan gel dalam keadaan panas disaring terlebih dahulu
dengan menggunakan penyaring hampa. Setelah itu filtrat
gel dibiarkan agak dingin lalu dimasukkan ke dalam
tabung kromatografi.
3. Gel poliakrilamida.- Akrilamida sebanyak 57g dan
N,Nmetilenabisakrilamida sebanyak 3g dilarutkan
bersama-sama 500 ml air (aquades). Udara di dalam air
terlebih dahulu sudah harus dihilangkan dengan cara
degassing selama 10 menit. Air juga dapat diganti
dengan larutan penyangga (buffer) yang sama dengan
yang akan digunakan untuk mengelusi kolom, tetapi pH
larutan penyangga hendaknya sedikit di atas nilai 6,0 dan
telah dilakukan degassing selama 2-3 menit. Adanya
oksigen di dalam air atau larutan penyangga dapat
menghambat polimerisasi akrilamida. Degassing dapat
dilakukan dengan cara menghembuskan gas nitrogen atau
hidrogen melalui pipa berdiameter kecil ke dalam air atau
larutan penyangga, atau dengan cara menghampakan
udara di dalam wadah yang berisi air atau larutan
penyangga tersebut. Kemudian 1 ml
dimetilaminopropionitril dan 1 g ammonium persulfat
ditambahkan ke dalamnya sambil dilakukan pengadukan.
Sluri kemudian dimasukkan ke dalam tabung
kromatografi. Biasanya dalam waktu 10 menit kolom
sudah siap untuk digunakan, tetapi lebih baik (dianjurkan)
menggunakannya setelah beberapa jam kemudian.
Kromatografi gel mempunyai keuntungan dan kerugian
antara lain dalam operasinya gel hampir tak dipengaruhi oleh suhu,
pH, tegangan ionik, dan komposisi larutan penyangga. Pengaruh
adsorpsi hampir tidak ada sehingga tidak mempengaruhi sifat-sifat
komponen yang dipisahkan.
Pada kromatografi gel, pita-pita (daerah, zona) pemisahan
lebih tegas dan sempit daripada yang terjadi pada teknik-teknik
kromatografi lainnya.
Gaya gravitasi mempengaruhi kecepatan pemisahan. Oleh
karena itu kromatografi gel berjalan lambat. Molekul-molekul yang
kecil akan tidak muncul atau munculnya memerlukan waktu yang
sangat lama. Untuk mengatasi hal tersebut dapat diberikan tekanan
untuk mempercepat aliran eluen. Kromatografi gel merupakan cara
yang terbaik untuk memisahkan komponen- komponen berdasarkan
berat molekulnya dengan recovery sempurna ( 100%), mempunyai
reprodusibeitas (hasil yang sama pada banyak pengulangan) tinggi,
dan dapat digunakan untuk keperluan analisis dan preparatif dan
memerlukan waktu yang pendek serta tanpa memerlukan biaya yang
mahal. Komponen-komponen dengan selisih berat molekul kecil
dapat dipisahkan dengan cara ini dengan hasil yang sangat balk.
Penggunaan
Pada umumnya kromatografi gel digunakan untuk mengestimasi
berat molekul komponen-komponen bahan. Untuk ini diperlukan
beberapa standar dengan berat molekul yang bervariasi dan
diketahui. Dalam praktek, yang sering dikerjakan adalah
menggunakan standar dengan berat molekul 103-106 dalton. Standar
dilarutkan dalam pelarut kemudian dielusikan ke dalam kolom.
Standar dengan berat molekul tinggi akan keluar membentuk puncak
kromatogram terlebih dahulu, makin kecil berat molekulnya akan
lama membentuk puncak-puncak kromatogram, dan yang paling
kecil berat molekulnya akan keluar membentuk puncak
kromatogram paling akhir. Dengan demikian akan dapat dibuat
suatu kurva yang menunjukkan hubungan antara waktu retensi
dengan berat molekul.
d. Kromatografi gas cairan yaitu kromatografi kolom yang mengunakan
fase diam berbentuk cairan dan fase bergerak berbentuk gas.
Ada dua macam kromatografi gas, yaitu kromatografi gas
cairan (gas liquid chromatography, GLC) dan kromatografi gas
padatan (gas solid chromatography, GSC). Fase diam pada
kromatografi gas cairan adalah cairan yang mempunyai titik didih
tinggi yang ditahan/diikatkan pada penyangga. Pemisahan komponen
pada kromatografi gas cairan asarkan pada proses sorpsi partisi. Pada
kromatografi gas padatan diam yang digunakan adalah padatan yang
sekaligus berfungsi gai bahan penyerap.
Peralatan

Fase Diam
Persyaratan untuk fase diam harus innert terhadap sampel,
bahan penyangga, dan bahan tabung, dan tidak mudah menguap
(nonvolatile), stabil pada suhu operasi kromatografi, mempunyai
kemurnian tinggi, tidak tercampur oleh bahan lain. Fase diam ada
yang bersifat polar misalnya poliester yang berat molekulnya tinggi,
golongan ester, carbowax, amin, dan yang berisfat non-polar misalnya
hidrokarbon, minyak (lemak), silikon. Pada penggunaannya
sebaiknya digunakan fase diam yang mempunyai sifat kimiawi mirip
dengan komponen-komponen yang dipisahkan. Perbedaan polaritas
akan menyebabkan tailing atau fronting. Pemisahan hidrokarbon
dengan menggunakan squalane atau lemak siikon DC200, Pemisahan
komponen-komponen yang mempunyai polaritas yang bervariasi,
diperlukan beberapa kali uji coba fase diam dengan menggunakan
fase bergerak yang berbeda-beda sebelum digunakan untuk sampel.
Tabel 2.
Berbagai jenis fase diam untuk kromatografi gas

Fase Bergerak
Merupakan gas pembawa yang ditempatkan dalam tabung
bertekanan tinggi (rata-rata 40 psi) untuk menghasilkan kecepatan
aliran gas 10-100cm3/menit. Gas pembawa harus murni (tidak
mengandung uap air, hidrokarbon, atau gas-gas lain). Yang populer
adalah nitrogen, gas argon, gas helium, dan gas hidrogen.
Penggunaanya tergantung pada jenis detektor yang digunakan,
ketersediaan gas, dan biaya/harga.
Bahan Penyangga
Fungsi bahan penyangga untuk kromatografi gas cairan adalah
sebagai bahan yang mengikat/menahan fase diam berbetuk cairan atau
gas, sedangkan pada kromatografi gas padatan berfungsi sebagai fase
diam. Persyaratan untuk bahan penyangga adalah innert, murni (tidak
tercampur bahan lain, dan logam, tidak mengandung silanol (Si-OH)).
Sebelum digunakan bahan penyangga hams dicuci dengan larutan
asam atau basa untuk menghilangkan cemaran logam, dilakukan
silanasi untuk mengubah gugus Si-OH menjadi Si-O-Si(CH3)3.
silanasi dapat dilakukan dengan mencuci bahan penyangga dengan
dimetil dikiorosilan atau dengan heksametildisilazan.
Bahan penyangga pada kromatografi gas cairan yang populer
adalah tanah diatome dan silika yang di dalam perdagangan
dipasarkan sebagai celite, chromosorb, dan stermachol. Bahan
penyangga pada kromatografi gas padatan umumnya adalah gel silika
atau bahan-bahan yang digunakan untuk kolom pada kromatografi
gel.
Makin kecil partikel bahan penyangga akan makin tinggi
efesiensinya. Bahan penyangga berukuran 80/ 100 mesh - 100/200
mesh banyak digunakan untuk kolom yang bergaris tengah 3mm atau
0,1251n, bahan penyangga berukuran 40/60 mesh 60/80 mesh
digunakan untuk kolom yang bergaris tengah lebih besar (misalnya
6mm atau O,25in).
Jumlah fase diam yang dapat ditahan oleh bahan penyangga
berpengaruh pada pemisahan. Jumlah 15-30% w/w akan
menghasilkan lapisan film yang tebal, pemisahan sukar terjadi,
jumlah 1-10% w/w merupakan jumlah yang ideal, pemisahan
sempurna, sedangkan jumlah kurang dan 1% menyebabkan sampel
overloading, dapat menyebabkan tailing atau pun fronting.
Kolom
Kolom yang dapat digunakan pada kromatografi gas ada dua
macam, yaitu kolom tertutup (packed column) dan kolom
terbuka(open-tubular column atau capillary column). Kolom tertutup
berukuran panjang 1- 20m, diameter 3-10mm atau 0,125-0,375in.
Garis tengah kolom sangat menentukan kapasitas/kemampuannya.
Kolom tertutup umumnya mempunyai lapisan teoritis kurang
daripada 10.000 (rata-rata 1000- 3000/ 1m). Kolom terbuka berukuran
panjang 10-50m, diameter 0,2-1,2mm. Cara preparasi kolom terbuka
ada dua macam, yaitu wallcoated open tubular (WCOT, melapisi
langsung dinding bagian dalam tabung dengan fase diam berbentuk
cairan) dan support-coated open tubular (SCOT, melapisi dinding
bagian dalam tabung dengan sluri campuran bahan penyangga dengan
fase diam). WCOT bergaris tengah 0,25mm, panjang 50- 150m,
ketebalan lapisan fase diam 1pm. SCOT bergaris tengah rata-rata
0,5mm, panjang 16m, jumlah lapisan teoritis 600.000 (rata-rata 1000-
4000/ 1 m). SCOT yang berupa kolom kapiler panjangnya dapat
mencapai 3000m dengan diameter kolom < 0, 1 mm. Kelebihan
kolom kapiler dibanding kolom lainnya adalah pemisahan komponen
menjadi lebih tegas, lebih reprodusibel, dan lebih efisien.
Kolom ditempatkan di dalam oven. Suhu oven merupakan
suhu kolom dan dapat diprogram dan suhu rendah sampai suhu tinggi.
Pemrograman dan suhu tinggi ke rendah tidak umum dikerjakan.
Suhu kolom bisa sama bisa tidak sama dengan suhu injection port.
Dapat digunakan prekolom yang ditempatkan sebelum kolom.
Injection Port
Tempat untuk memasukkan sampel (cair) dinamakan injection
port. Cara memasukkan sampel dapat secara on-column injection atau
secara flash evaporation (biasanya hanya digunakan untuk sampel
yang mempunyai titik didih sangat tinggi). Hexaport adalah ijection
port untuk sampel berbentuk gas, sedangkan injection splitter adalah
injection port untuk kolom kapiler. Jumlah sampel tergantung pada
kemampuan/kapasitas kolom dan kepekaan detektor. Kapasitas kolom
kapiler rata-rata 0,01l. Sampel berbentuk cairan (larutan) encer
cukup 0,1-10l, sedangkan sampel berbentuk gas : 1-10ml. Jika
digunakan kolom kapiler, maka jumlah sampel cairan cukup 10-3 -
10-2pl. Prekolom dapat menampung sampel sampai 20l. Splitter
dapat memasukkan sampel ke dalam kolom kapiler 0,05-0,0001 dan
banyaknya sampel yang diinjeksikan. Untuk memasukkan sampel ke
dalam kolom dapat digunakan automatic sampler. Keuntungannya
dapat menghindari terjadinya gelembung udara dalam siring yang jika
diinjeksikan adanya gelembung udara dapat menyebabkan
kromatogram tidak sempurna, dapat mengurangi sisa sampel yang
tertinggal, mengukur jumlah sampel lebih tepat, dapat menghasilkan
kromatogram yang reprodusibel dan lebih presisi daripada jika
dilakukan secara manual. Dengan alat ini juga dapat dilakukan
pekerjaan lainnya sementara pemuatan sampel berlangsung.
Detektor
Fungsi detektor adalah mendeteksi komponen-komponen yang
dipisahkan setelah melalui kolom. Berbagai macam detektor dapat
digunakan, antara lain:

1. Thermal conductivity detector (TCD) .- Disebut pula


katharometer. Peralatannya terdiri atas sepasang benang logam yang
membentuk suatu jembatan Wheatstone. Cara kerjanya berdasarkan
ketergantungan kecepatan kehilangan panas bahan pada konduktivitas
panasnya dan komposisi gas Iingkungannya. Kepekaan TCD
tergantung pada perbedaan konduktivitas panas antara gas pembawa
dalam keadaan murni dan gas pembawa yang telah digunakan untuk
mengelusi kolom sehingga sudah mengandung komponen-komponen
dan sampel. Makin besar perbedaannya makin besar pula
sensitivitasnya. TCD jarang digunakan untuk keperluan analisis
kuantitatif. Menghasilkan data yang reliabel, sensitivitasnya moderat
(sedang) saja dan bervariasi untuk masing-masing komponen yang
berbeda. Sensitivitas akan menjadi sangat besar jika digunakan gas
hidrogen atau helium.
Kelemahan TCD kepekaannya non-linear, berubah dengan
perubahan suhu dan kecepatan aliran gas.
2. Flame ionization detector (FID).- Prinsip kerja berdasarkan
adanya hubungan bahwa konduktivitas elektris suatu gas secara
Iangsung proposional dengan konsentrasi partikel (komponen) yang
bermuatan yang terdapat di dalamnya . FID mempunyai sensitivitas
yang sangat tinggi, reliabelitasnya juga tinggi, dapat digunakan untuk
hampir semua komponen organik kecuali asam format, udara, dan
gas-gas organik lainnya. Kepekaan FID untuk komponen-komponen
organik proposional pada atom karbon yang teroksidasi, sehingga
kalau tidak dicermati kadang-kadang menghasilkan interpretasi yang
salah. FID tidak respon terhadap gugus-gugus karbon yang
teroksidasi seperti misalnya gugus karbonil dan karboksil. Juga tidak
mempunyai respon terhadap eter, gugus halogen, gugus amin, gugus
hidroksil, komponen inorganik yang berasal dan senyawa-senyawa
tersebut yang mudah terionisasi pada api campuran udara dan
hidrogen. Terhadap gas-gas karbon monooksida, karbondioksida,
karbondisuffida (CS2), sulfurdioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S),
ammonia (NH3), NO2, NO, N2O, SiF4, dan SiC14, FID kurang
menunjukkan sensitivitasnya sehingga hal ini sangat menguntungkan
jika bahan-bahan organik runutan (trace) yang terdapat pada sampel
dianalisis. Respon FID sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran gas
pembawa, suhu pembakaran, perbedaan potensial gas pembawa, suhu
pembakaran, dan
perbedaan potensial antara kutub-kutub elektroda. Suhu operasi FID
rata-rata berkisar antara 100-400oC.

3. Electron capture detector (ECD).- Prinsip kerjanya berdasarkan


perbedaan kemampuan molekul (komponen) dalam eluat untuk
menangkap elektron yang dihasilkan oleh suatu elektroda radioaktif,
yang mengakibatkan perubahan (penurunan) aliran listrik yang dapat
diubah menjadi puncak-puncak kromatogram.

4. Hidrogen flame detector (HFD) .- Hanya digunakan jika gas


hidrogen sebagai gas pembawa (fase bergerak). Prinsip kerjanya
mendeteksi perubahan warna gas hidrogen pada pembakaran. Dalam
keadaan murni, pembakaran gas hidrogen tidak memberikan warna.
Dalam keadaan mengandung komponen, pembakaran gas hidrogen
menghasilkan perubahan warna, yang intensitasnya (tingginya nyala
dan luminositas nyala) tergantung pada konsentrasi komponen.
Dengan suatu thermocouple dapat diukur suhu nyala atau dengan
suatu sel foto dapat diukur kekuatan lumennya. Perlu dicatat bahwa
detektor ini tidak sensitif terhadap komponen-komponen anorganik.

5. Gas density detector (GDD).- Tidak begitu populer, tetapi


mempunyai kelebihan tanpa memerlukan kalibrasi pada
penggunaannya untuk analisis kuantatif. Prinsip kerjanya seperti
TCD, yaitu mengalirkan gas pembawa melalui suatu benang logam
sirkuit yang membentuk jembatan Wheatstone. Sensitifitas detektor
proposional terhadap perbedaan densitas sedangkan respon
merupakan fungsi linear dan konsentrasi komponen.
e. Kromatografi gas padatan yaitu kromatografi kolom yang menggunakan
fase diam berupa padatan dan fase bergerak berupa gas.

f. Kromatografi kolom tekanan tinggi yaitu kromatografi kolom partisi


atau adsorpsi yang menggunakan tekanan tinggi untuk mempercepat laju
gerakan larutan pengelusi dan pemisahan komponen. Dalam praktek
misalnya adalah HPLC (high performance liquid chromatography).
Kelemahan pada kromatografi kolom, baik yang partisi, adsorpsi,
atau pun kromatografi gel, adalah waktu operasinya yang lama. Selain itu
waktu yang lama dapat memberikan peluang kemungkinan terjadinya
perubahan sifat pada komponen atau sampel. Dengan memberikan
tekanan yang tinggi, maka aliran eluen melewati kolom dapat dipercepat
sehingga waktu operasi dapat diperpendek. HPLC sangat fleksibel
penggunaannya, dapat digunakan untuk memisahkan dan menganalisis
hampir semua komponen atau senyawa dalam bahan. Berdasarkan tekanan
yang tinggi yang dipergunakan pada HPLC, maka seringkali HPLC
diartikan sebagai kepanjangan dan high pressure chromatography.
Tekanan yang digunakan pada HPLC dapat mencapai 5.000psi, bahkan
beberapa alat dirancang menggunakan sampai 10.000psi. Oleh karena
HPLC merupakan pengembangan dan kromatografI kolom, maka
tergantung pada kolom digunakan HPLC dapat merupakan kromatografi
kolom partisi, tografi kolom adsorpsi, kromatografi gel, kromatografi
penukar ion
Peralatan HPLC
Peralatan HPLC dapat digambarkan secara skematik sebagai
berikut.
Satu unit peralatan HPLC terdiri atas beberapa komponen, yaitu tangki
penyedia pelarut fase bergerak freservoir), pompa tekanan tinggi, monitor
tekanan, injector, kolom, detektor, dan kolektor. HPLC dioperasikan pada
tekanan tinggi, rata-rata 8.000psi, tetapi beberapa peralatan HPLC
dioperasikan pada tekanan yang lebih besar lagi. . Tekanan yang dihasilkan
oleh pompa harus dapat diamati, dan ini dilakukan dengan peralatan yang
dapat memngendalikan (memonitor) secara langsung besarnya tekanan.
Dengan adanya monitor tekanan, maka besarnya tekanan dapat dikendalikan.
Berbeda dengan tempat pemuatan sampel yang digunakan pada
kromatografI gas, pada HPLC tempat pemuatan sampelnya hams dapat
tekanan yang tinggi sehingga semua sampel yang dapat masuk ke dalam
kolom. Alat yang digunakan untuk memasukkan sampel pada HPLC
dilengkapi dengan katup injeksi. Alat demikian mempunyai dead volume nol
dan dapat menahan tekanan sampai 5.000psi.
Kolom untuk HPLC dikemas dalam tabung baja tahan karat atau bahan
lain yang inert, dan tahan tekanan tinggi. Kolom ditempatkan di dalam ruang
yang bersuhu tetap (konstan). Jenis kolom yang digunakan tergantung
komponen-komponen yang dipisahkan, sistem kromatografi (pasangan ion,
normal, sungsang), jenis kromatografi (partisi, adsorpsi, size exlusion, afinitas,
penukar ion, dil.). Di dalam perdagangan dikenal berbagai macam kolom,
misalnya LiChrosorb, LiChrospher, Perisorb, dan iain sebagainya.
Untuk mendeteksi komponen yang memisah digunakan detektor.
Refraktometer merupakan detektor yang digunakan untuk menera pemisalan
karbohidrat, sedangkan spektrofotometer (uv, uv-vis) merupakan detektor
yang paling banyak digunakan untuk menera protein dan turunannya. Untuk
keperluan ini panjang gelombang yang digunakan pada umumnya adalah
220nm, 254nm, atau 280nm. Detektor fluorometer digunakan untuk
mendeteksi steroida, vitamin, nukleotida, amin.
Kolektor atau penampung eluat digunakan untuk menampung eluat
yang sudah melalui detektor. Beberapa peralatan lainya dapat digabungkan,
misalnya alat pencatat data (recorder), pengontrol pompa dan pemrogram
operasi.
4. Elektroforesis adalah pemisahan komponen-komponen yang didasarkan
pada perbedaan muatan ion antara satu komponen dengan yang lain melalui
suatu matrik di dalam lingkungan medan listrik. Sebagian ahli memandang
elektroforesis tidak termasuk dalam golongan kromatografi.

5. Kombinasi kromatografi dengan elektroforesis atau dengan


spektrofotometri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kromatografi?
2. Bagaimana prinsip kerja dialisis dan kromatografi?
3. Bagaimana cara memilih kromatografi yang sesuai dengan kebutuhan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kromatografi
2. Untuk mengetahui prinsip kerja dialisis dan kromatografi
3. Untuk mengetahui bagaimana cara memilih kromatografi yang sesuai dengan
kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai