TUGAS 2
UJI KLT DENGAN BERBAGAI ELUEN
KELOMPOK: 4
KELAS: G
DOSEN PEMBIMBING:
apt. Siti Rofida, M. Farm.
apt. Amaliyah Dina A., M. Farm.
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang terdapat pada seluruh produk
binatang (contoh: daging, produk susu dan telur). Kolesterol merupakan lipid
amfipatik yang penting dalam pengaturan permeabilitas dan fluiditas membran,
dan juga sebagai lapisan luar lipoprotein plasma (Murray, 2012).
Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks, yang 80% dihasilkan dari
dalam tubuh (organ hati) dan 20% sisanya dari luar tubuh (zat makanan).
Kolesterol yang terdapat dalam makanan berasal dari hewan seperi kuning telur,
daging, hati dan otak (Murray et al., 1999).
Kolesterol secara normal diproduksi sendiri oleh tubuh dalam jumlah yang
tepat. Tetapi ia bisa meningkat jumlahnya karena asupan makanan yang berasal
dari lemak hewani seperti daging ayam, usus ayam, telur ayam, burung dara, telur
puyuh, daging bebek, telur bebek, daging kambing, daging sapi, sosis daging,
babat, ampela, paru, hati, bakso sapi, gajih sapi, susu sapi, ikan air tawar, kepiting,
udang, kerang, belut, cumi-cumi (Welborn, 2007; Wang, 2005).
Kolesterol sangat dibutuhkan bagi tubuh dan digunakan untuk membentuk
membran sel, memproduksi hormon seks dan membentuk asam empedu, yang
diperlukan untuk mencerna lemak. Kolesterol sangat dibutuhkan untuk
memperoleh kesehataan yang optimal. Kadar kolesterol normal dalam darah <
200 mg/ dl dan apabila kadar kolesterol dalam darah sudah mencapai >240 mg/ dl
dapat dikatakan kadar kolesterol tinggi (Vella, 2009). Kolesterol sangat larut
dalam lemak, tetapi hanya sedikit larut dalam air dan mampu membentuk ester
dengan asam lemak (Guyton & Hall, 2007).
3
bersegi yang lengket pada pertemuan cincin AB dan CD, dan delapan adalah pada
rantai sisi perifer. Kolesterol tersusun oleh karbon hidrogen dan karbon, dengan
kelompok hidroksil soliter berlekatan pada C3. Kolesterol juga hampir jenuh
secara sempurna, memiliki hanya satu ikatan ganda C5 dan C6 (Dominick dan
Wallace, 2009).
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu metode yang paling banyak
digunakan dan paling mudah untuk memurnikan sejumlah kecil komponen.
Metode ini menggunakan lempeng kaca atau aluminium yang telah dilapisi
dengan penyerap (misalnya silica gel) dengan ketebalan tertentu tergantung pada
jumlah bahan yang akan dimuat ke dala lempeng (Heinrich, dkk. 2010).
4
2.6 Metode Pemisahan Pada Kromatografi
5
kecil. Metode pemisahan ini biasa disebut dengan kromatografi permeasi
gel.
a. n-Heksan
Heksana (C6H14) atau (CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3)
merupakan pelarut non-polar yang tidak berwarna dan mudah menguap
dengan titik didih 69°C, pada T dan P normal berbentuk cair. Senyawa
ini merupakan fraksi petroleum eter yang ditemukan oleh Castille da
Henri. Secara umum heksana dengan 6 rantai karbon lurus yang
didapatkan dari gas alam dan minyak mentah. Heksana biasanya
digunakan dalam pembuatan makanan termasuk ekstraksi dari minyak
nabati (Mursiti, 2013).
N-heksana merupakan jenis pelarut organik. Fungsi dari heksana adalah
untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga
merubah warna dari kuning menjadi jernih. n-Heksana merupakan cairan
tak berwarna dan dapat dibakar (Tiwari, et al., 2011).
b. Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus empiris
CH3COOC2H5. Senyawa ini merupakan ester dari ethanol dan asam
asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas.
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap),
tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat dibuat melalui reaksi
esterifikasi Fischer dari asam asetat dan etanol. Reaksi esterifikasi
Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks asam
karboksilat bersama etanol dengan katalis asam (Mursiti dan Mustofa,
2013).
6
c. Methanol
Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau
spiritus, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia
merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia
berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah
terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan
daripada etanol). Metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku,
pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan aditif bagi etanol industri.
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh
bakteri. Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di
udara. Setelah beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh
oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air
(Rusnaeni, 2017).
d. Kloroform
Kloroform merupakan turunan asam format dan termasuk senyawa
polihalogen yaitu senyawa turunan karboksilat yang mengikat lebih dari
satu atom halogen. Kata kloroform berasal dari kata halogen dan formiat
yang artinya struktur senyawa dapat diturunkan dari asam formiat dengan
menggantinya dengan atom halogen (Rusnaeni, 2016).
7
2.9 Metode Kromatografi Lapis Tipis
Metode dalam KLT dapat dihitung nilai Retention factor (Rf) dengan
persamaan:
1. Totolkan larutan uji dan larutan pembanding dengan jarak antara 1,5 cm –
2 cm dari tepi bawah lempeng, dan birkan mengering
2. Tempatkan lempeng pada alat penyangga, hingga tempat penotolan
terletak disebelah bawah, dan masukkan rak kedalam bejana kromatrografi
3. Larutan pengembang dalam bejana harus mencapai tepi bawah lapisan
penjerap totolan jangan sampai terendam
4. Letakkan tutup bejana pada tempatnya dan biarkan sistem hingga fase
gerak merambat sampai batas jarak rambat
5. Keluarkan lempeng dan keringkan di udara dan amati bercak dengan sinar
tampak, ultraviolet gelombang pendek (254 nm), kemudian dengan
ultraviolet gelombang panjang 366 nm)
6. Ukur dan catat jarak tiap bercak yang diamati
7. Tentukan harga Rf atau Rx
8. Jika diperlukan semprot bercak dengan pereaksi penampak bercak, amati
dan bandingkan kromatografi bahan uji dengan kromatogram pembanding
(DEPKES, 2008).
8
BAB III
PROSEDUR KERJA
Panaskan 100o C sampai timbul noda berwarna merah ungu atau ungu
9
3.2 Skema Kerja
10
3.2 Deskripsi Prosedur Kerja
11
BAB IV
4.1 Hasil
12
Penampakan plat KLT E2 di bawah
UV 365 nm setelah diberi penampak
noda
A. Hasil Nilai Rf
1. E1 n-Heksana & etil asetat (1:1) = 0,1
2. E2 Kloroform & etil asetat (4:1) = 0,46
3. E3 n-Heksana & etil asetat (4:1) = 0,69
4. E4 Kloroform & Methanol (4:1) = 0,18
13
3. Kloroform & Methanol (4:1) Chamber 3
Konstanta dielektrik campuran = (80% x 4,8) + (20% x 3.3) = 10,44
4. Kloroform & Etil asetat (4:1) Chamber 4
Konstanta dielektrik campuran = (80% x 4.8) + (20% x 6.0) = 5,04
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
dengan empat model campuran eluen. KLT adalah yang metode kromatografi
paling sederhana yang banyak digunakan. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan
untuk melaksanakan pemisahan dan analisis sampel dengan metode KLT cukup
sederhana yaitu bejana tertutup (chamber) yang berisi fase gerak atau eluen, dan
lempeng KLT yang telah ditotolkan sampel atau analit yang ingin di uji. Metode
pemisahan pada kromatografi sangat tergantung dari jenis fase diam yang
digunakan. Jenis fase diam yang digunakan menentukan interaksi yang terjadi
antara analit dengan fase diam dan fase gerak. Metode pemisahan pada
kromatografi terbagi menjadi 4 yaitu; Pemisahan berdasarkan polaritas,
pemisahan berdasarkan muatan ion, pemisahan berdasarkan ukuran molekul, dan
pemisahan berdasarkan bentukan spesifik.
Dalam KLT, fase diam yang sering digunakan adalah silika gel, alumina,
tanah diatom, dan selulosa. Silika yang dimodifikasi untuk KLT ada yang
mengandung gugus polar atau nonpolar, sehingga pemisahan lapisan tipis dan
normal dan fase terbalik dapat dilakukan (Nielsen, 1977). Dalam praktikum ini,
fase diam yang digunakan adalah Kiesel gel 254 yang dilapisi dengan indikator
fluorescent F254 agar ketika diamati dibawah UV 254 nm, plat yang tidak
terdapat titik sampel dapat berfluorensi menjadi hijau dan titik sampel akan
berwarna gelap (Asra, Zulharmita and Amrul, 2017), sehingga memudahkan
pengamatan.
Pada plat E3 dan E4, digunakan eluen kloroform-metanol (4:1) dan
kloroform-etil asetat (4:1). Nilai Rf yang dihasilkan berturut-turut adalah 0,69 dan
0,18. Nilai Rf plat E3 adalah yang paling tinggi diantara plat yang lain, sedangkan
plat E4 memiliki nilai Rf yang rendah. Namun kedua nilai tersebut tidak ideal
karena jauh diatas dan dibawah rentang 0,3-0,4, sehingga senyawa tidak terpisah
14
secara baik. Afinitas analit terhadap fase gerak sangat tinggi pada plat E3, nampak
dari jauhnya jarak noda yang ditempuh. Dilihat dari indeks polaritasnya, plat E3
menghasilkan indeks polaritas tertinggi yaitu 10,388 lalu disusul dengan plat E4
dengan indeks polaritas 5,025.
Pada plat E1, digunakan eluen n-heksan-etilasetat dengan perbandingan 1:1.
Nilai Rf yag dihasilkan adalah 0,1, dibawah rentang Rf ideal yaitu 0,3-0,4.
Dengan nilai Rf 0,3-0,4 dapat memisahkan senyawa-senyawa polar, non polar,
dan semi polar. Ketika analit berpartisi antara fase padat dan cair, faktor utama
pemisahan adalah adsorbsi (Wulandari, 2011). Kolesterol yang merupakan
senyawa non polar, memiliki afinitas lebih tinggi terhadap fase gerak (n-heksan)
yang juga merupakan senyawa non polar, sehingga akan dielusi terlebih dahulu
(Nielsen, 1977). Dilihat dari indeks polaritasnya, senyawa dengan indeks polaritas
yang tinggi memiliki polaritas yang tinggi pula, sehingga plat E1 dengan indeks
polaritas sebesar 3,95, menempati posisi ke-3.
Pada plat E2, digunakan eluen n-heksan-etilasetat dengan perbandingan 4:1.
Nilai Rf yang dihasilkan adalah cukup bagus yakni 0,46, sehingga nilai ini
termasuk ideal (0,3-0,4) dalam memisahkan senyawa polar, semi polar dan non
polar. Kolesterol yang merupakan senyawa non polar, memiliki afinitas lebih
tinggi terhadap fase gerak (n-heksan) yang juga merupakan senyawa non polar,
sehingga akan dielusi terlebih dahulu (Nielsen, 1977). Terlihat secara kasat mata,
noda yang dihasilkan menempuh jarak yang lebih jauh dibanding dengan plat E1.
Meskipun nilai Rf plat E2 lebih besar dari plat E1 dan E4, namun lat E2 memiliki
indeks polaritas paling kecil yaitu 2,708 dengan begitu plat ini memiliki tingkat
polaritas paling rendah diantara plat yang lain.
15
BAB V
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2008. Farmakope Herba Indonesia. Jilid I. Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan.
Gritter, R. J., J. M. Bobbit, and A. E. Schwarting. 1991. Pengantar Kromatografi
Ed. 2. Terjemahan Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit Institut
Teknologi Bandung.
Guyton, A. C. Hall, J. E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Johnson, E.L., Robert Stevenson. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Terjemahan
Dari Basic Liquid Chromatoghraphy. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. 2012. Biokimia Harper.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Mursiti, Jumina dan Mustofa. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Elusidasi Struktur
Senyawa Alkloid Ekstrak Metanol-Asam Nitrat dari Biji Mahoni. Jurnal
MIPA. Vol: 36 (2).
Rusnaeni, Ilmawati Desy dan Fitria. 2016. Identifikasi Asam Mafenamat Dalam
Jamu Rematik Yang Beredar Di Distrik Heram Kota Jayapura. Jurnal
Pharmacy, Vol: 13 (1).
Rofida, Siti dan Anggraeni, Amaliyah Dina. 2021. Buku Petunjuk Praktikum
Fitokimia. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Halaman 4.
Sastrohamidjojo, H. 2002. Kromatografi. Yogyakarta: Liberty. Halaman 35-36.
Simbala, H. E. I., 2009. Analisis Senyawa Alkaloid Beberapa Jenis Tumbuhan
Obat sebagai Bahan Aktif Fitofarmaka. Pasific Journal. Vol. 1 (4): 489-
94.
Tiwari, P. Kumar, B. Kaur, G. Kaur H. 2011. Phytochemical screening and
extraction: A Review. Internationale Pharmaceutica Sciencia. Vol. I,
Issue, I.
Welborn, T.A. 2007. Preferred clinical measures of central obesity for predicting
17