Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM FITOKIMIA

Identifikasi Senyawa Golongan Glikosida Saponin, Triterpenoid Dan Steroid


(Ekstrak Sapindus rarak DC)

Disusun oleh :

Nyayu Miakesuma Asnidia


201610410311056
Farmasi B
Kelompok 2

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MALANG
2019
TUGAS II
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN GLIKOSIDA SAPONIN,TRITERPENOID
DAN STEROID
(Ekstrak Sapindus rarak DC)

1. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan glikosida
saponin,triterpenoid dan steroid dalam tanaman.

2. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman (Sapindus rarak DC)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta,
Sub Divisi : Angiospermae,
Kelas : Dicotyledone,
Ordo : Sapindales,
Famili : Sapindaceae,
Genus : Sapindus,
Spesies : Sapindus rarak DC.
Morfologi Larek Semak, perdu, atau pohon, kadang-kadang liana dengan alat-
alat pembelit. Daun tunggal atau majemuk atau menyirip tunggal atau berganda,
duduknya tersebar, jarang berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga
banci berkelamin tunggal, atau poligam, seringkali berumah 2, tersusun dalam
rangkaian yang bermacam-macam, biasanya berbentuk malai, zigomorf dengan
bidang simetri miring. Daun kelopak 5, bebas atau berlekatan, tersusun seperti
genting atau katup. Daun mahkota 3-5, sering tidak terdapat. Cakram biasanya
terdapat seringkali pada satu sisi saja di luar lingkaran benang sari. Benang sari 8,
kadang-kadang 5-10, atau banyak, tertanam di sebelah dalam cakram, tangkai sari
bebas, sering berambut. Kepala sari beruang 2. Bakal buah menumpang, dekat
pangkal berlekuk atau berbagi, biasanya sering beruang 3, sering hanya beruang
2, tiap ruang kebanyakan hanya berisi 1 bakal biji, adakalanya 2 atau lebih.
Buahnya buah kendaga, buah keras, buah batu atau buah berbagi, sering bersayap.
Biji mempunyai salut, tanpa endosperm, lembaga terlipat atau terpilin
(Citosupomo,2004).
Kandungan Senyawa Kimia Larek Pengujian secara kualitatif senyawa yang
terdapat pada daging buah diantaranya adalah triterpen, alkaloid, steroid,
antrakinon, tanin, fenol, flavonoid, dan minyak atsiri. Pada kulit buah, biji, kulit
batang dan daun lerak mengandung saponin dan flavonoid, sedangkan kulit buah
juga mengandung alkaloida dan polifenol. Kulit batang dan daun tanaman lerak
mengandung tanin. Senyawa aktif yang telah diketahui dari buah lerak adalah
senyawa -senyawa dari golongan saponin dan sesquiterpen (Sunaryadi, 1999).

B. Senyawa (Glikosida)
Glikosida terdapat pada tanaman tinggi. Dapat membentuk larutan
koloidal dalam air. Bila dikocok akan membuih. Glikosida dapat menurunkan
tegangan permukaan disebabkan oleh molekul saponin terdiri dari hidrofob
dan hidrofil. Bagian hidrofob adalah aglikonnya, bagian hidrofil adalah
glikonnya. Beberapa glikosida mengandung lebih dari satu jenis gula dalam
bentuk disakarida atau trisakarida. Pengelompokan glikosida berdasarkan
struktur bukan gula terbagi atas : glikosida jantung, glikosida antrakinon,
glikosida saponin, glikosida sianogenik, glikosida isotiosianat, glikosida
flavonol, glikosida alkohol, glikosida alkohol, glikosida aldehida, glikosida
lakton, glikosida fenol dan tanin.(Penuntun Fitokimia dalam Farmasi, 2007)
Saponin sebagian besar bereaksi netral (larut dalam air), beberapa ada
yang bereaksi asam (sukar larut dalam air), sebagian kecil bereaksi basa.
Aglikon dari saponin disebut sapogenin. Sapogenin sukar larut dalam air.
Saponin dapat berupa senyawa yang mempunyai satu rantai gula atau dua
rantai gula yang sebagian besar bercabang. Menurut Steinegger dan Hansel,
saponin dibagi menjadi 2 golongan :
1. Saponin sterol
Saponin ini bila terhidrolisis akan membentuk senyawa sterol.
2. Saponin triterpen
Saponin ini bila terhidrolisis akan membentuk senyawa triterpe
Menurut Tschsche, Wollf, dan Gerlach, saponin dibagi menjadi 3 golongan:
1. Saponin spirostanol
Disebut juga saponin netral. Contoh: sarsasapogenin.
2. Saponin triterpena
Disebut juga saponin asam. Contoh: asam oleanolat
3. Saponin sterol
Disebut juga saponin basa. Saponin golongan ini dibagi menjadi 2 tipe,
yaitu:
a. Tipe demisin atau solanin, contoh : solanidin, solatubin
b. Tipe tomatin, contoh : tomatidin
Saponin yang terdapat dalam tanaman merupakan prekursor kortison.
(Penuntun Fitokimia dalam Farmasi, 2007)
Saponin dapat mempertinggi resorpsi berbagai zat oleh aktivitas
permukaan. Saponin juga dapat meregang partikel tak larut dan menjadikan
partikel tersebut tersebar dan terbagi halus dalam larutan. Saponin bisa juga
sebagai prekursor hormon steroid seperti Dioscorea Sp, Yucca Sp. emulgator
seperti Quiliaja saponaria. Tonika atau Roboransia seperti Panax gingseng,
Smilax Sp. Untuk bahan pencuci seperti Sapindus rarak. Untuk racun ikan
seperti Derris eliptica. Keracunan ini disebabkan kerusakan pada alat
pernafasan (ingsang). (Penuntun Fitokimia dalam Farmasi, 2007)
Triterpenoida berupa senyawa yang tidak berwarna dan berbentuk
kristal. Uji yang banyak digunakan adalah reaksi Liebermann-Burchard yang
dengan kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru.
Triterpenoida dapat dibagi menjadi empat golongan senyawa, yaitu triterpena
sebenarnya, steroida, saponin dan glikosida jantung. Kedua golongan terakhir
terutama terdapat sebagai glikosida. Steroida merupakan suatu senyawa yang
mengandung inti siklopentanoperhidrofenantren. Steroida memiliki berbagai
aktivitas biologic.(Harborne, 1996)

C. Cara identifikasi senyawa


Cara identifikasi :
a. Uapkan 0,1 ml larutan percobaan diatas penangas air, larutan sisa dalam 5 ml
asam asetat anhidrat P. Tambahkan 10 tetes asam sulfat P; terjadi warna biru
atau hijau, menunjukkan adanya glikosida (rekasi Liebermann Burchard)
b. Masukkan 0,1 ml larutan percobaan dalam tabung reaksi uapkan di atas
penangas air. Pada sisa tambahkan 2 ml air dan 5 tetes Molish LP. Tambahkan
hati-hati 2 ml asam sulfat P; terbentuk cincin berwarna ungu pada batas cairan,
menunjukkan adanya ikatan gula (reaksi Molish)
(Penuntun Fitokimia dalam Farmasi, 2007)
3. Alat dan Bahan

Alat Bahan

 Pipet  Ekstrak Sapindus rarak DC


 Tissue dan kain lap  Aquades
 Sudip  Etanol
 Label  H2SO4 pekat
 Penjepit kayu  HCl 2 N
 Aluminuim foil  Asam asetat anhidrat
 Pinset vial 10 ml  NH4OH
 KLT  n-heksana-etil asetat (4:1)
 Plat kaca  Kiesel Gel GF 254
 Anisaldehida asam sulfat
4. Prosedur Kerja
a. Uji Buih

Ekstrak sebanyak 0,2 gram + air


suling 10 ml, dikocok kuat-kuat
selama kira-kira 30 detik

Tes buih Hasil positif: buih yang stabil


selama lebih dari 30 menit dengan
tinggi 3 cm di atas permukaan cairan.

b. Reaksi Warna

Preparasi • 0.5 gram ekstrak + 15 ml etanol,dibagi menjadi 3


bagian masing-masing 5 ml, disebut sebagai larutan
Sampel IIA, IIB, dan IIC

• Larutan IIA sebagai blanko. Larutan IIB sebanyak 5 ml +


Uji 3 tetes asam asetat anhidrat dan 5 tetes H2SO4 pekat.
kocok perlahan Amati perubahan warna yang terjadi
Lieberman- • Warna hijau biru : + saponin steroid
burchard • Warna merah ungu : + saponin triterpenoid
• Warna kuning muda : + saponin triterpenoid/steroid jenuh

• Larutan IIA digunakan sebagai blanko. Larutan IIC


uji sebanyak 5 ml + 1-2 ml H2SO4 pekat melalui dinding
tabung reaksi. Jika timbul cincin warna merah
salkowski menunjukan adanya steroid tak jenuh
c. Kromatografi Lapis Tipis

• 0,5 gram ekstrak+ 5 ml HCI 2N,


didihkan dan tutup dengan corong
berisi kapas basah slm 50 menit utk
menghidrolisis saponin.
• Setelah dingin + ammonia sampai
basa, kemudian ekstraksi dengan 4-5
Identifikasi sapogenin ml n-heksana sebanyak 2x, lalu
uapkan sampai tinggal 0,5 ml. Siap
steroid /triterpenoid ditotolkan pada plat KLT.
• Fase diam : Kiesel Gel 254
• Fase gerak : n-heksana-etil asetat
• Penampak noda : Anisaldehida asam
sulfat (dengan pemanasan)
• Sapogenin positif : warna merah
ungu (ungu) untuk anesaldehida
asam sulfat.

• Sedikit ekstrak +beberapa tetes


etanol, aduk ad larut totolkan pada
fase diam.
Identifikası • Fase diam : Kiesel Gel 254
terpenoid/steroid • Fase gerak : n-heksana-etil asetat
bebas secara KLT • Penampak noda : Anisaldehida asam
sulfat (dengan pemanasan)
• Terpenoid/steroid positif : warna
merah ungu (ungu)
5. Hasil

a. Uji Buih
 Identifikasi Saponin
 Tinggi buih : 6,5 cm
 Kestabilan : > 30 menit
 Kesimpulan : Positif mengandung saponin
b. Uji Lieberman-Burchard
 Identifikasi : Saponin triterpenoid
 Warna : Merah-ungu
 Warna yg muncul : merah-ungu pada bagian permukaan
 Kesimpulan : positif mengandung saponin triterpenoid
c. Uji Salkowski
 Identifiksi : Steroid tak jenuh
 Ciri : terbentuk cincin
 Pengamatan : terbentuk cincin
 Kesimpulan : positif mengandung steroid tak jenuh
d. Identifikasi dengan KLT
 Harga Rf
1,4 𝑐𝑚 4,6 𝑐𝑚
 = 0,175 cm = 0,575
8 𝑐𝑚 8 𝑐𝑚
2,2 𝑐𝑚 5 𝑐𝑚
 = 0,275 cm = 0,625
8 𝑐𝑚 8 𝑐𝑚
3,7 𝑐𝑚 6,8 𝑐𝑚
 = 0,4625 cm = 0,85
8 𝑐𝑚 8 𝑐𝑚
4,2 𝑐𝑚
 = 0,525 cm
8 𝑐𝑚
Total : 3,488 cm
 Identifikasi saponin steroid/triterpenoid dengan KLT
 Identifikasi : sapogenin steroid/triterpenoid
 Penampakan noda : anisaldehid-asam sulfat
 Warna noda : merah-ungu
 Pengamatan : muncul noda warna merah-ungu
 Kesimpulan : positif mengandung sapogenin steroid/triterpenoid
 Identifikasi steroid/triterpenoid bebas dengan KLT
 Identifikasi : steroid/triterpenoid bebas
 Penampakan noda : anisaldehid-asam sulfat
 Warna noda : merah-ungu
 Pengamatan : muncul noda warna merah-ungu
 Kesimpulan : positif mengandung steroid/triterpenoid bebas
NO Keterangan Gambar

1 Uji Buih

Reaksi Warna

Uji Liebermann-
Burchard
( Merah Ungu =
2 Saponin triterpenoid )
(Kuning Muda =
Saponin triterpenoid/
steroid jenuh)
Uji Salkowski
( Timbul cincin warna
merah)

Kromatografi Lapis Tipis

Kiri : Identifikasi
terpenoid/steroid
bebas secara KLT

Kanan : Identifikasi
sapogenin steroid /
triterpenoid

UV 254 sebelum
dieluasi

Kiri : Identifikasi
terpenoid/steroid
bebas secara KLT

Kanan : Identifikasi
sapogenin steroid /
triterpenoid

UV 254 setelah
dieluasi
Kiri : Identifikasi
terpenoid/steroid
bebas secara KLT

Kanan : Identifikasi
sapogenin steroid /
triterpenoid

Setelah diberi
penampak noda

Kiri : Identifikasi
terpenoid/steroid
bebas secara KLT

Kanan : Identifikasi
sapogenin steroid /
triterpenoid

UV 365 setelah
dieluasi dan diberi
penampak noda
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995. Materia Medika Indonesia, 210-215,336, Departemen Kesehatan


RI,Jakarta.
Sirait, Midian, 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung:ITB.
Citrosupomo, Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).Yogyakarta.
Gajah Mada University Press.
Harbone, JB, 1987, Phytochemical Methods, Terbitan kedua diterjemahkan oleh
Padmawinata. K dan Soediro L,14-15,21-24,147-156,ITB, Bandung

Anda mungkin juga menyukai