Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA FARMASI

PENGARUH pH PADA REAKSI ENZIMATIK

Disusun oleh :

FARMASI
FAKULAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
PRAKTIKUM 1
PENGARUH pH PADA REAKSI ENZIMATIK

I. TUJUAN
Mengetahui pengaruh pH lingkungan terhadap kinerja enzim yang terkandung dalam
saliva.

II. DASAR TEORI


Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk
berbagai jenis reaksi kimia dalam system biologic. Hampir tiap reaksi kimia dalam system
biologis dikatalisis oleh enzim. Sintesis enzim terjadi didalam sel dan sebagian besar
enzim dapat di ekstraksi dari sel tanpa merusak fungsinya.
Enzim sebagai biokatalisator dapat mempercepat reaksi kimia dengan menurunkan
energy pengaktifan. Energy pengaktifan diartikan sebagai jumlah energy yang dibutuhkan
oleh suatu molekul zat, ada temperature tertentu untuk membawa semua molekul
kekeadaan reaktif dengan satuan kalori. Suatu reaksi kimia dapat berlangsung karena
molekul-molekul reaktan pada suatu waktu mengalami keadaan aktif yaitu apabila energy
molekul tersebut dalam keadaan energy pengaktifan. Dalam keadaan demikian ikatan
kimia dalam molekul dapat pecah sehingga meyakinkan terbentuk suatu produk. Keadaan
reaktif disebut keadaan transisi dengan bantuan enzim, dalam hal ini katalisator maka
reaksi mempunyai energy bebas dan terbentuklan suatu hasil reaksi (produk) dan
katalisator kembali dibebaskan ke keadaan semula (Wirahadikusuma, 2001).
Suatu enzim mempunyai ciri khas yaitu hanya bekerja pada suatu reaksi saja, untuk
dapat bekerja terhadap suatu zat atau substrat hanya ada kontak antara enzim dengan
substrat. Suatu enzim mempunyai ukuran yang lebih besar daripada substrat oleh karena
itu tidak seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan substrat. Bagian enzim yang
kontak dengan substrat dinamakan active site. Hubungan antara enzim dan substrat
menyebabkan terjadinya kompleks enzim-substrat. Kompleks ini merupakan kompleks
yang aktif yang bersifat sementara dan akan terurai lagi apabila reaksi yang telah terjadi
(Poedjiadi, 2012).
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah
pengaruh pH lingkungan masing-masing. Enzim mempunyai pH optimal untuk dapat
bekerjs dengan maksimal. Apabila aktivitas sebagian besar enzim digambarkan sebagai
suatu fungsi dari pH reaksi, biasnya akan tampak peningkatan kecepatan. Reaksi sering
dengan pergeseran pH dari tingkat yang sangat asam menuju rentang yang sangat basa.
Bentuk kurva didaerah asam mencerminkan ionisasi gugus fungsional spesifik di temat
aktif (di substrat) akibat peningkatan pH dan pembentukan ikatan hidrogen lebih umum
yang penting bagi konfirmasi keseluruhan enzim. (Down B, marks. Et al., 2000).
Faktor-Faktor yang dapat memengaruhi kerja enzim adalah :
1. Suhu
Enzim tidak dapat bekerja secara optimal apabila suhu lingkungan terlalu
rendah atau terlalu tinggi. Jika suhu lingkungan mencapai 0° C atau lebih enzim akan
mengalami denaturasi(rusak). Suhu optimal enzim bagi masing-masing organisme
berbeda-beda. Untuk hewan berdarah dingin, suhu optimalnya adalah 25°C, sementara
suhu hewan berdarah panas (termasuk manusia) adalah 37°C.
2. pH (Tingkat Keasaman)
Setiap enzym mempunyai pH optimal masing-masing, sesuai dengan "tempat
kerjanya". Misal enzym pepsin, karena bekerja dilambung yang bersuasana asam,
memiliki pH optimal 2. Enzim ptialin karena bekerja dimulut yang bersuasana basa
memiliki pH optimal 7.5-8.
3. Aktivator dan Inhibitor
Aktivator adalah zat yang dapat mrngaktifkan dan mrnggiatkan kerja enzim.
Inhibitor adalah zat yang dapat menghambat kerja enzim. Berdasarkan area kerjanya,
inhibitor dibagi menjadi dua, yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor non kompetitif.
Inhibitor kompetitif adalah inhibitor yang bersaing aktif dengan substrat untuk
mendapatkan situs aktif enzim. Inhibitor non kompetitif adalah inhibitor yang melekat
pada sisi lain selain situs aktif pada enzim, yang lama-kelamaan dapat mengubah sisi
aktif enzim.
4. Konsentrasi enzim dan Substrat
Semakin tinggi konsentrasi enzim akan semakin memercepat terjadinya reaksi,
dan konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi. Jika sudah mencapai
titik jenuhnya, makan konsentrasi substrat berbanding terbalik dengan kecepatan
reaksi. (Mura, 2007).
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terjadi atas
campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Enzim
amilase dapat diperoleh dari sekresi air liur atau saliva. Saliva dapat disebut juga kelenjar
ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu
mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu skeret yang disebut "saliva" (air liur atau
ludah). Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan fetus (4-12 minggu)
sebagai imajinasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi kedalam duktus atau jaringan
asinat. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0.01 mm yang melapisi seluruh jaringan
rongga mulut. Pengeluaran air ludah pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0.4 ml/menit
sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air ludah normal adalah 1-2 ml/menit.
Menurunnya pH air ludah (kapasitas dapar/asam) dan jumlah air ludah yang kurang
menunjukkan adanya resiko terjadinya karies yang tinggi. Meningkatnya pH air
ludah(basa) akan mengakibatkan pembentukan karang gigi. Saliva sebagian besar yaitu
sekitar 90% dihasilkan saat makan yang merupak reaksi atas rangsangan yang berupa
pengecapan dan pengunyahan makanan (Kidd, 1992).
III. PRINSIP REAKSI BIOKIMIA

Pati secara alami terdapat pada tumbuhan dan berfungsi penyimpanan energy
dalam bentuk polimer glukosa. Pada perlakuan dengan kondisi asam ataupun dengan
bantuan enzim, pati dapat terhidrolisis menjadi dextrin ( campuran dari polisakarida
dengan titik leburrendah, tersusun atas 3-8 unit glukosa), maltose dan akirnya D-
glukosa.keberadaan pati dalam makanan dapat di deteksi dengan larutan I2.
Amilum dan iodium membentuk komplek yang bewarna biru tua.hidrolisis amilum
oleh ptyalim secara berturut-turut akan membentuk dextrin dan oligosakarida yang bila
mengikat iodium akan membentuk komplek berwarna yang berbeda-beda warnanya.

Amilodektrin dengan iodum  membentuk warna biru


Eritrodektrin dengan iodium  membentuk warna merah
Akrodektrin dan maltos tidak dapat membentuk komplek bewarna dengan iodium
IV. PROSEDUR PRAKTIKUM
A. ALAT
 Bejana Erlenmeyer
 Pipet volumetric
 Buret
 Tabung reaksi (5 buah)
 Stopwatch

B. REAGENSIA
 Larutan enzim “E”  dibuat dengan mengencerkan saliva 1 ml dalam 10 ml air
suling
 Larutan NaCl 0,9 %
 Larutan dapar (buffer) dengan pH 1,0 ; 7,0 ; dan 13,0.
 Larutan substrat “S”  larutan amilum solani 2%
 Larutan KI-I2
 Larutan HCl 0,05 N
C. PELAKSANAAN
1. Masing-masing kelompok anggota kelompok depan melakukan percobaan pada
suatu pH tertentu (4,0; 6,0; 7,0; dan 8,0) sesuai dengan yang ditentukan oleh
pemimpin praktikum (Kelompok 8 : 13).
2. Siapkan 5 tabung reaksi bersih, beri masing-masing tanda 0’ ; 5’ ; 10’; 15’ ; 20’.
3. Siapakan bejana Erlenmeyer dan pipet volumetric.
4. Ambil berturut-turut 15 ml larutan dapar dengan pH yang telah ditentukan bagi
masing-masing kelompok, 3 ml larutan “S” dan 6 ml larutan NaCl 0,9 % dan
masukkan ke dalam Erlenmeyer. Goyangkan Erlenmeyer beberapa detik dengan
gerakan memutar agar isinya tercampur rata.
5. Isilah masing-masing tabung reaksi yang tersedia dengan 10 ml larutan HCl 0,05
N
6. Ambil dengan pipet 1 ml campuran larutan dan labu erlenmeyer dan masukkan ke
dalam tabung reaksi yang bertanda 0’ , campurlah isinya dengan beberapa kali
membalikkan tabung yang disumbat ibujari tangan.
7. Siapkan stopwatch.
8. Ambil dengan pipet 1 ml enzim dan tambahkan ke dalam campuran larutan yang
berada di dalam erlenmeyer. Jalankan stopwatch tepat pada saat enzim
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Goyangkan Erlenmeyer beberapa detik
dengan gerakan memutar agar enzim tercampur rata didalam larutan. Setelah itu
Erlenmeyer jangan digoyangkan lagi. (Diamkan di atas meja)
9. Kira-kira setengah menit menjelang menit ke-5 ambillah dengan pipet 1 ml
larutan dari labu erlenmeyer, dan tepat pada menit ke-5 masukkan cairan dan
dalam pipet tersebut ke dalam tabung reaksi bertanda 5’, campurlah isinya
dengan beberapa kali membalikkan tabung yang disumbat ibujari tangan.
10. Lakukan kembali seperti prosedur tahap 9 sekitar menit ke- 10, 15, 20
memasukkan cairan dan dalam pipet ke dalam tabung reaksi yang bertanda
10’,15’, dan mencampurkan dengan membalik-balikkan tabung dengan atau 20’.
11. Setelah semua selesai, tambahkan 1 ml KI-I2 dan buret ke dalam masing-masing
tabung reaksi. Campur merata dengan membalikkan beberapa kali tabung reaksi
yang disumbat ibujari tangan.
12. Kira-kira 5 menit setelah pemberian KI-I2, bacalah absorbance larutan dalam
masing-masing tabung reaksi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
620 nm (blanko tanpa “E” dan “S”).
13. Dari nilai absorbance yang terbaca, hitunglah persen substrat yang tercerna pada
9menit ke-0,5,10,15,20 dengan rumus :

Presentase substrat yang dicerna pada menit t =


(Presentase substrat semula) – (presentase substrat yang tersisa pada menit t)
Jadi :

𝐴𝑇𝑡
Presentase substrat yang dicerna pada menit t = 100% - 𝐴𝑇𝑜 x 100%

Keterangan : ATt = Absorbance larutan pada menit ke t


ATo = Absorbance larutan pada menit ke 0
14. Runutlah nilai presentase substrat yang dicerna pada ordinat grafik
menghubungkannya dengan lama berlangsungnya reaksi (T) pada absisnya.
Kurva yang terbentuk disebut progress curve
15. Bandingkan kinerja enzim pada berbagai pH di atas dan buatlah analisis mengapa
demikian.
V. BAGAN ALIR

Disiapkan 5 tabung reaksi, masing-masing diberi tanda 0'; 5'; 10'; 15';
dan 20'.

Setiap tabung reaksi diisi 15 ml larutan dapar dengan pH yang telah


ditentukan oleh dosen (kelompok 8 pH 13), ditambahkan 3 ml larutan
"S", ditambahkan 6 ml larutan NaCl 0,9 %. Dipindahkan ke dalam
erlenmeyer, campur ad homogen.

Diisi masing-masing tabung reaksi dengan 10 ml larutan HCl 0,05 N

Diambil 1 ml dengan pipet campuran larutan dan dimasukkan ke dalam


tabung reaksi bertanda 0' , lalu dikocok.

diambil 1 ml enzim dan ditambahkan ke dalam campuran larutan di


dalam erlenmeyer. Jalankan stopwatch pada saat enzim dimasukkan ke
dalam erlenmeyer. Kocok ad homogen.

menjelang menit ke-5, dipipet 1 ml campuran dari erlenmeyer lalu


dimasukkan ke tabung reaksi hingga semua tabung reaksi menurut
waktu masing-masing (5' , 10' , 15' , dan 20').

Setelah selesai semua tambahkan larutan KI-I2 1 ml di masing-masing


tabung reaksi. Kocok ad homogen.

Setelah 5 menit penambahan KI-I2, lalu membaca absorbance larutan


dalam masing-masing tabung reaksi dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 620 nm. dan dibuat blanko tanpa "E" dan "S".
VI. HASIL PRAKTIKUM

Tabung menit Absorbansi Absorbansi Absorbansi


ke- Kelompok 2 Kelompok 5 Kelompok 8

Ph 1,0 Ph 7,0 Ph 13,0

0’ 0,656 0,272 0,378

5’ 0,710 0,011 0,399

10’ 0,768 0,012 0,362

15’ 0,810 0,007 0,215

20’ 0.833 0,010 0,155

𝐴𝑇𝑡
Presentase substrat yang dicerna pada menit t = 100% - 𝐴𝑇𝑜 x 100%

 pH 1,0
0,656
1. Menit 0’ = 100% − (0,656 × 100%) = 0 %
0,710
2. Menit 5’ = 100% − (0,656 × 100%) = −8,23 %
0,768
3. Menit 10’ = 100% − (0,656 × 100%) = −17,07 %
0,810
4. Menit 15’ = 100% − (0,656 × 100%) = −23,48 %
0,833
5. Menit 20’ = 100% − (0,656 × 100%) = −26,98 %

Kurva Persentase Substrat (pH 1,0)


70%
60% 59.00%
50%
Persentase (%)

43.12%
40%
30%
20%
10%
4.23%
0% 0%
0' -5.56%
5' 10' 15' 20'
-10%
Menit (t)
 pH 7,0
0,272
1. Menit 0’ = 100% − (0,272 × 100%) = 0 %
0,011
2. Menit 5’ = 100% − (0,272 × 100%) = 95,96 %
0,012
3. Menit 10’ = 100% − (0,272 × 100%) = 95,59 %
0,007
4. Menit 15’ = 100% − (0,272 × 100%) = 97.43 %
0,010
5. Menit 20’ = 100% − (0,272 × 100%) = 96,32 %

Kurva Persentase Substrat (pH 7,0)


70%

60% 59.00%
50%
Persentase (%)

43.12%
40%

30%

20%

10%
4.23%
0% 0%
0' -5.56%
5' 10' 15' 20'
-10%
Menit (t)

 pH 13
0,378
1. Menit 0’ = 100% − (0,378 × 100%) = 0 %
0,399
2. Menit 5’ = 100% − (0,378 × 100%) = −5,56 %
0,362
3. Menit 10’ = 100% − (0,378 × 100%) = 4,23 %
0,215
4. Menit 15’ = 100% − (0,378 × 100%) = 43,12 %
0,155
5. Menit 20’ = 100% − (0,378 × 100%) = 59,00%
Kurva Persentase Substrat (pH 13,0)
70%

60% 59.00%
50%
Persentase (%)

43.12%
40%

30%

20%

10%
4.23%
0% 0%
0' -5.56%
5' 10' 15' 20'
-10%
Menit (t)

Kurva Total Hasil Pengamatan

Kurva Total pH (1,0 ; 7,0 ;13,0)


120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%
0' 5' 10' 15' 20'
-20%

-40%

Presentase pH 1,0 Presentase pH 7,0 Presentase pH 13,0


VII. PEMBAHASAN
Enzim merupakan sekelompok protein dengan sifat khasnya yang berfungsi sebagai
katalisator untuk berbagai reaksi kimia dalam sistem biologi didalam tubuh manusia.
Tanpa adanya katalisator dalam tubuh, reaksi kimia berlangsung sangat lambat.
Cara kerja enzim dan factor yang mempengaruhi kinerja enzim berhubungan satu
sama lain. Enzim bekerja pada pH dan suhu tertentu dimana pH dan suhu termasuk faktor
yang mempengaruhi kinerja enzim. Enzim bekerja pada pH tertentu sebagian besar enzim
bekerja secara optimal pada pH 6-7.
Pada pH rendah ataupun pH yang terlalu tinggi, enzim kurang aktif bekerja. Bentuk
kurva aktivitas pH ditentukan oleh : denaturasi enzim pada pH yang tinggi atau rendah dan
perubahan pada status muatan enzim dan ataupun substrat. Untuk enzim, pH dapat
mempengaruhi aktivitas dapat mengubah struktur atau dengan mengubah muatan residu
fungsional pada pengikatan substrat tau katalis.
Pada praktikum kali ini digunakan enzim ptyalin dari saliva yang terdapat di
rongga mulut. Enzim ptyalin memiliki fungsi mengubah amilum menjadi maltose. pH yang
digunakan saat praktikum yaitu 1,7,13.
Pada pH 1,0 didapat hasil absorbansi pada menit ke 0’,5’,10’,15’ dan 20’ berturut-
turut adalah 0,656 ; 0,710 ; 0,768 ; 0,810 ; 0,833. Setelah dihitung menggunakan rumus %
substrat yang dicerna didapatkan hasil 0%, -8,23%, -17,07%, -23,48%, dan -26,98%. Hal
ini menunjukkan bahwa pada pH 1,0 enzim tidak bisa mencerna substrat atau enzim tidak
bekerja secara optimal dikarenakan suasana pH yang sangat asam.
Pada pH 7,0 didapatkan hasil absorbansi pada menit ke 0’,5’,10’,15’ dan 20’
berturut turut adalah 0,272 ; 0,011 ; 0,012 ; 0,007 ; 0,010. Setelah dihitung menggunakan
rumus % substrat yang dicerna didapatkan hasil 0%, 95,96%, 95,59%, 97,43%, 96,32%.
Hal ini menunjukkan bahwa kinerja enzim dalam mencerna substrat semakin lama
semakan cepat dan hampir dapat mencerna substrat 100%.
Pada pH 13,0 didapatkan hasil absorbansi pada menit ke 0’,5’,10’,15’ dan 20’
berturut-turut adalah 0,378 ; 0,399 ; 0,362 ; 0,215 ; 0,155. Setelah dihitung menggunakan
rumus % substrat yang dicerna didapatkan hasil 0%, -5,56%, 4,23%, 43,12%, dan 59,00%.
Terlihat pada menit ke- 5 enzim belum dapat bekerja namun seiring berjalannya waktu
persentase substrat yang dicerna semakin meningkat . persentase substrat tertinggi yang
didapat pada pH 13,0 yaitu 59,00%. Hal ini menunjukkan bahwa pada pH 13,0 enzim
dapat bekerja namun belum terlalu optimal dalam mencerna substrat.
Dari data hasil praktikum dapat diketahui bahwa nilai absorbansi yang tinggi
menunjukkan kinerja enzim yang belum optimal. Sedangkan nilai absorbansi yang
semakin rendah menunjukkan kinerja enzim yang semakin meningkat.
VIII. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan:
1. Enzim merupakan katalisator reaksi kimia dalam tubuh yang kinerjanya
dipengaruhi pH. Pada pH tertentu enzim akan bekerja secara optimal.
2. Pada pH 1,0 enzim tidak dapat bekerja atau tidak dapat mencerna substrat karena
suasana pH yang sangat asam, sedangkan pada pH 7,0 enzim bekerja dengan
optimal dengan persentase substrat yang dicerna hampir mencapai 100% dan pada
pH 13 enzim dapat bekerja namun belum terlalu optimal.ssssss
IX. DAFTAR PUSTAKA
 Wirahadikusuma,M,2001. Biokimia Protein, Enzim dan Asam Nukleat.Bandung:ITB
 Dawn B,Marks.et al.,2000.Biokimia Kedokteran Dasar.Jakarta,EGC.
 Mulia,I.2007.Enzim.http://Metabolismelink.freehtostia.com.Maret 2019
 Kidd,B.1992.Dasar-dasarKaries penyakit dan Penanggulangannya.Jakarta.EGC
 Poedjiaji,A.dkk.2009.Dasar-dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia (UI-
Press): Jakarta

Anda mungkin juga menyukai