OLEH:
KELOMPOK 2
PRODI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
I. Judul Praktikum
Mula kerja, Puncak efek dan lama kerja obat analgetik pada pemberian
per oral dan intraperitoneal.
1. Antalgin
2. Xylomidon
Siapkan analgesimeter
pegang tikus
Lepaskan beban
Pegang tikus
50 𝑚𝑔 𝑥 48𝑚𝑔 500𝑚𝑔
Tikus II (IP) = =
200 𝑔 192 𝑔 𝑥 1 𝑚𝑙
Beban Kontrol
9,5+12,2+9,5
Tikus I = = 10,4 cm = 104 g
3
5,2+6+10
Tikus II = = 7,07 cm = 10,7 g
3
IX. Pembahasan
Pada praktikum kali ini adalah praktikum menguji onset of action, peak
of effect dan duration of action dari obat analgetik pada pemberian secara
peroral dan intraperitoneal. Dalam proses praktikum praktikan mengamati
dan menguji mula kerja, lama kerja, dan puncak kerjanya dengan media
hewan tikus (hewan uji) penggunaan tikus sebagai hewan uji karena memiliki
struktur dan sistem organ yang hampir mirip dengan manusia.
Tahap pertama dalam praktikum ini adalah menghitung dosis terlebih
dahulu untuk masing-masing tikus berdasarkan berat badan (BB) dan cara
pemberian obat yang akan dilakukan adalah dengan cara per oral dan
intraperitoneal. Setelah itu meminta acc kepada dosen yang bertanggung
jawab dalam proses berjalannya praktikum. Setelah dosis sudah di acc atau
diterima maka akan mulai membuat sediaan obat yang akan dimasukkan ke
dalam spuit dan sonde.
Tahap selanjutnya yang akan dilakukan yaitu menangkap atau memegang
tikus. Diusahakan untuk secara lembut dan perlahan agar tikus tidak merasa
tertekan dan stress, karena jika hewan uji mengalami stress dapat
menyulitkan praktikan dalam proses uji atau praktikum. Menangkap tikus
diawali dengan memegang ekornya terlebih dahulu, dengan tangan kiri dan
tangan kanan memposisikan jari-jari pada tikus.
Sebelum obat dimasukkan ke dalam badan tikus, terlebih dahulu
menentukan ambang nyeri dari ke-2 tikus (hewan uji). Caranya dengan
meletakkan sela-sela jari tikus atau selaput kaki tikus yang berada di sela-sela
jari tikus pada alat penekan selanjutnya beban digeser secara perlahan sampai
hewan uji menunjukkan respon jari (menarik kaki atau bersuara). Usahakan
dalam tiga kali uji ambang nyerinya.
Setelah menentukan ambang nyerinya, hewan uji diberikan obat analgetik
secara peroral dan intraperitoneal. Dalam pemberian obat secara peroral obat
yang digunakan adalah antalgin. Untuk obat intraperitoneal adalah antrain.
Kemudian amati efek pada hewan uji dengan cara di uji ambang nyerinya
lagi (setiap 5 menit) dan catat dalam tabel pengamatan.
Tikus 1
Pada tikus 1 diberikan obat analgesik secara peroral kemudian pada menit
ke 30’ obat analgesik mulai bekerja dan menunjukkan efeknya mulai
memasuki onset of action atau mula kerja obat pada menit ke 35’- 45’ mulai
memasuki peak of effect atau puncak efeknya kemudian sampai dengan
menit ke 50’ obat tetap tidak mengalami penurunan efeknya. Jadi duration of
action atau lama kerja dari analgesic peroral ini dari menit ke 30’ – 50’.
Tikus 2
Pada tikus 2 diberikan obat analgesic secara intraperitoneal kemudian
pada menit ke 5’ obat analgesic mulai bekerja dan menunjukkan efeknya
mulai memasuki onset of action atau mula kerja dan pada menit ke 10’ mulai
memasuki peak effect (puncak efek) pada menit ke 15’. Jadi duration of
action dari analgesic intraperitoneal ini dari menit ke 5’-15’.
Dari data yang telah di dapat setelah praktikum dapat dilihat bahwa
hewan uji 2 yang diberikan obat analgetik secara intraperitoneal memberikan
efek kerja obat lebih cepat, dibuktikan dengan respon hewan uji yang tidak
menarik kakinya ketika diberi beban sesuai hasil pengamatan ambang nyeri
sebelumnya. Sedangkan pemberian obat secara per oral baru memberikan
efek pada menit ke 30’ pada hewan uji.
Obat yang diberikan secara peroral biasanya membutuhkan waktu 30
menit sampai dengan 45 menit sebelum di absorbsi di dalam tubuh dan efek
puncaknya dicapai setelah 1 - 11⁄2 jam setelah pemerian obat.
Pemberian obat secara intraperitoneal lebih cepat memberikan efek
dibandingkan dengan peroral, karena pemberian obat peroral harus melalui
rute yang panjang (saluran cerna), sehingga absorbsi obat berjalan lambat.
Sedangkan pemberian obat secara intraperitoneal diberikan melalui rongga
perut yang kemudian langsung masuk ke dalam pembuluh darah.
Kesalahan praktikan dalam praktikum ini adalah kurangnya ke hati-hatian
dan ketelitian dalam memperlakukan hewan uji. Praktikan terlalu panik dan
tidak benar dalam penangkapan tikus. Sehingga hewan uji merasa terganggu
dan stress. Hal ini berpengaruh pada proses praktikum, yaitu praktikum
kesulitan mengatur posisi kaki (selaput) tikus atau hewan uji pada alat
penekan. Sehingga terjadi ketidak efisienan terhadap waktu (data lambat
terkumpul).
X. Kesimpulan
1. Pemberian obat oral lebih lama menunjukkan Onset of Action
disbanding secara intraperitoneal. Hal ini dikarenakan Intraperitoneal
tidak mengalami fase absorbsi tapi langsung kedalam pembuluh
darah. Sementara pemberian secara oral, obat akan mengalami
absorbsi terlebih dahulu lalu setelah itu masuk ke pembuluh darah
dan memberiakn efek (Absorbsi harus melewati berbagai system
tubuh, contoh secara oral)
2. Cara pemberian secara intraperitoneal dapat diberikan dengan cara
menginjeksi tepat pada bagian abdomen tikus.
3. Pemberian secara oral diberikan dengan menggunakan sonde yang
dimasukkan ke dalam mulut tikus dan langsung ke kerongkongan
4. Duration of Action pemberian secara oral lebih Panjang (lama) dari
pemberian secara intraperitoneal
5. Ketidaksamaan atau ketidak akuratan hasil penelitian dengan teori
diakibatkan karena berbaagai factor, misalnya ketidaktepatan
pemberian obat yaitu kesalahan saat menyuntikkan dosis sehingga
dosis yang diberikan tidak tepat yang akan menyebabkan over dosis
pada tikus, selaain itu kondisi tikus yang tidak tenang aatau stress
sangat mempengaruhi keberhasilan praktikum.
Bahan Diskusi
1. Mengapa mula kerja obat pada pemberian oral lebih lambat daropada pemberian
intraperitoneal? Jelaskan!
2. Sebutkan cara pemberian parenteral selain intraperitoneal serta keuntungan dan
kelebihan masing-masing!
3. Buatlah kurva waktu vs kadar!
Jawab :
1. Karena pemberian per oral memiliki banyak faktor yang dapat mempengaruhi
seperti terjadinya absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Sehingga
waktu onset yang didapatkan cukup lama, sedangkan pemberian yang cukup
efektif adalah intraperitoneal karena fase yang terjadi disini hanyalah distribusi,
metablisme, dan ekskresi dan tidak mengalami absorbsi. Karena tidak mengalami
absorbsi maka kadar obat dalam darah diperoleh secara cepat sehingga kerja obat
cepat.
2.
No. Rute Pemberian Kelebihan Kekurangan
1 Per Oral Mudah, ekonomis, Rasanya tidak enak,
nyaman, tidak perlu menyebabkan mual,
latihan khusus kemungkinan dapat
mengiritasi lambung dan
usus, obat dapat
mengalami metabolisme
lintas pertama