Uji Kelarutan
Disusun oleh :
Harpaen (201810410311058)
Cindy (201810410311110)
Kelompok 2
Farmasi A
PRODI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
1
I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiwa diharapkan mampu untuk:
1. Menentukan kelarutan zat secara kuantitatif
2. Menjelaskan faktor - faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat
3. Menjelaskan usaha - usaha yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kelarutan zat aktif dalam pembuatan sediaan cair.
Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui
dalam pembuatan sediaan farmasi. Sediaan farmasi cairan seperti sirup,
eliksir, obat tetes mata, injeksi dan lain-lain dibuat dengan menggunakan
pembawa air. Bahkan untuk sediaan obat lainnya seperti suspense, tablet
atau kapsul yang diberikan secara oral, data ini tetap diperlukan karena
didalam saluran cerna obat harus dapat melarut dalam cairan saluran cerna
yang komponen utamanya adalah air agar dapat diabsorpsi.
Pada umumnya obat baru dapat diabsorpsi dari saluran cerna dalam
keadaan telarut kecuali kalau transport obat melalui mekanisme pinositosis.
Oleh karena itu salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati
suatu sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya di dalam
air.Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu adalah suhu,
pH, jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik bahan
pelarut dan penambahan surfaktan. Dalam bidang farmasi kelarutan sangat
penting, karena dapat mengetahui dan dapat membantu dalam memilih
medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat membantu
mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan
larutan farmasetis (dibidang farmasi) dan lebih jauh lagi dapat bertindak
sebagai standar atau uji kelarutan.
2
meningkatkan kelarutan suatu obat yang dapat mempermudah absorbsi obat
di dalam tubuh manusia.
Kuantitatif :
Kualitatif :
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat
terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH
larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada terbaginya zat
terlarut. Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai
konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu,
sedangkan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua
atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen.
Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam
kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau
larutan hamper jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut
3
dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan
sempurna pada temperatur tertentu. Larutan lewat jenuh adalah suatu
larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak dari
yang seharusnya ada pada temperatur tertentu.
F=C–P+2
4
Karena tingginya tetapan dielektrik, pelarut polar mengurangi gaya
tarik-menarik antara ion dalam Kristal yang bermuatan berlawanan.
Pelarut polar memecahkan ikatan kovalen dari elektrolit kuat dengan
reaksi asam basa karena pelarut ini amfiprotik.
Suatu sediaan obat yang diberikan secara oral di dalam saluran cerna
harus mengalami proses pelepasan dari sediaannya dan kemudian zat aktif
akan melarut untuk selanjutnya diabsorbsi. Proses pelepasan zat aktif dari
sediaannya dan proses pelarutannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat
kimia dan fisika zat terlarut serta formulasi sediaannya. Salah satu sifat zat
aktif yang penting untuk diperhatikan adalah kelarutan karena pada
umumnya, zat baru diabsorbsi setelah terlarut dalam cairan saluran cerna.
Oleh karena itu, salah satu usaha untuk meningkatkan ketersediaan hayati
suatu sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya.
Cx
ε
Cv
Besarnya konstanta dielektrik, menurut Moore, dapat diatur dengan
menambahkan bahan pelarut lain. Tetapan dielektrik suatu campuran bahan
pelarut merupakan hasil penjumlahan tetapan dielektrik masing-masing
sesudah dikalikan dengan % volume setiap komponen pelarut.
5
Adakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran
dibandingkan dengan pelarut tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan
istilah co-solvency. Bahan pelarut di dalam pelarut campur yang mampu
meningkatkan kelarutan zat disebut co-solvent. Etanol, gliserin, dan
propilen glikol merupakan contoh-contoh co-solvent yang umum digunakan
dalam bidang farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan eliksir.
6
III. ALAT DAN BAHAN
Alat
1. Spektrofotometer Uv-Vis,
2. waterbath shaker,
3. erlenmeyer,
4. labu ukur (25 ml dan 50 ml),
5. pipet volume 1,0 ml,
6. mikropipet,
7. gelas beker,
8. batang pengaduk,
9. filter holder,
10. membrane filter 0,45 µm.
Bahan
1. parasetamol (p.g),
2. Gliserin (p.g),
3. propilenglikol (p.g),
4. aquades (air suling)
7
ALAT – ALAT UJI KELARUTAN
Waterbath Shaker
Hot Plate
Spektrofotometer UV – VIS
8
IV. CARA KERJA
A. Penentuan Kelarutan
1. Ke dalam erlenmeyer 100 ml diisi pelarut sebanyak 50,0 ml
2. Gelas erlenmeyer ditempatkan pada waterbath shaker yang telah
dilengkapi dengan penangas air pada suhu konstan (35 ± 0,5°C)
3. Timbang parasetamol ±1,5 gram, dimasukkan ke dalam erlenmeyer
yang telah berisi pelarut (2)
4. Dikocok pada kecepatan dan suhu konstan sampai diperoleh larutan
parasetamol jenuh (dikocok selama 1 jam)
5. Setelah tercapai kesetimbangan larutan jenuh, pengocokan
dihentikan dan didiamkan selama 10 menit.
6. Diambil larutan bagian atas dengan semprit injeksi sebanyak 3 ml
lalu disaring menggunakan filter holder yang telah dilengkapi
membran filter 0,45 µm dipasang, semprit injeksi ditekan dan larutan
ditampung ke dalam tabung injeksi.
7. Dipipet 10 µl larutan dimasukkan labu ukur 25,0 ml dan diencerkan
secara kuantitatif
8. Ditentukan kadarnya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 244 nm.
9. Ditentukan kadar parasetamol dengan menggunakan kurva baku
yang tersedia.
Kadar Absorbansi
2,096 0,1356
5,240 0,3441
8,384 0,5395
10,480 0,6422
20,960 1,4065
Persamaan regresi : Y = 0,06740x – 0,01610 (r=0,99928)
9
V. SKEMA KERJA
Gelas erlenmeyer ditempatkan pada waterbath shaker yang telah dilengkapi dengan
penangas air pada suhu konstan (35 ± 0,5°C)
Timbang parasetamol ±1,5 gram, dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang telah berisi
pelarut (2)
Dikocok pada kecepatan dan suhu konstan sampai diperoleh larutan parasetamol jenuh
(dikocok selama 1 jam). Setelah tercapai kesetimbangan larutan jenuh, pengocokan
dihentikan dan didiamkan selama 10 menit.
Diambil larutan bagian atas dengan semprit injeksi sebanyak 3 ml lalu disaring
menggunakan filter holder yang telah dilengkapi membran filter 0,45 µm dipasang,
semprit injeksi ditekan dan larutan ditampung ke dalam tabung injeksi.
Dipipet 10 µl larutan dimasukkan labu ukur 25,0 ml dan diencerkan secara kuantitatif
10
VI. DATA DAN PERHITUNGAN
Aquadest A :
Y = 0,06740x – 0,01610
0,240 = 0,06740x – 0,01610
3,7997 ppm = x
Aquadest B
Y = 0,06740x – 0,01610
0,554 = 0,06740x – 0,01610
8,4585 ppm = x
Glycerin 5%
Y = 0,06740x – 0,01610
0,095 = 0,06740x – 0,01610
1,5484 ppm = x
Glycerin 10%
Y = 0,06740x – 0,01610
0,079 = 0,06740x – 0,01610
1,4110 ppm = x
Propilen glikol 5 %
Y = 0,06740x – 0,01610
0,035 = 0,06740x – 0,01610
0,7582 ppm = x
11
Propilen glikol 10 %
Y = 0,06740x – 0,01610
0,040 = 0,06740x – 0,01610
0,8323 ppm = x
Kadar X pengenceran
Aquadest A :
=3,7997 ppm x 1000
= 3779,7 ppm
Aquadest B
=8,4585 ppm x 1000
= 8458,5 ppm
Glycerin 5%
=1,6484 ppm x 2500
= 4121 ppm
Glycerin 10%
=1,4110 ppm x 2500
= 3527,5 ppm
Propilen glikol 5 %
=0,7582 ppm x 5000
= 3791 ppm
Propilen glikol 10 %
=0,8323 ppm x 5000
= 4161,5 ppm
Kelarutan
Aquadest A
3799,7 mg
3799,7 ppm = 1000 𝑚𝑙
3799,7 mg = 3,7997 g
3,7997 g 1 𝑔
=
1000 𝑚𝑙 𝑥 𝑚𝑙
X = 263,18 ml
Aquadest B
8458,5 mg
8458,5 ppm = 1000 𝑚𝑙
8458,5 mg = 8,4585 g
8,4585 g 1 𝑔
=
1000 𝑚𝑙 𝑥 𝑚𝑙
X = 118, 22 ml
12
Glycerin 5%
4121 mg
4121 ppm = 1000 𝑚𝑙
4121 mg = 4,121 g
4,121 g 1 𝑔
=
1000 𝑚𝑙 𝑥 𝑚𝑙
X =242,66 ml
Glycerin 10 %
3527,5 mg
3527,5 ppm = 1000 𝑚𝑙
3527,5 mg = 3,5275 g
3,5275 g 1 𝑔
=
1000 𝑚𝑙 𝑥 𝑚𝑙
X =283,49 ml
Propilen glikol 5%
3791 mg
3791 ppm = 1000 𝑚𝑙
3791 mg = 3,791 g
3,791 g 1 𝑔
=
1000 𝑚𝑙 𝑥 𝑚𝑙
X =263,78 ml
13
VII. PEMBAHASAN
Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat terlarut.
Kelarutan juga merupakan kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu.
Dalam kelarutan dikenal istilah cosolvent dan cosolvency dimana cosolvent
merupakan bahan yang digunakan untuk meningkatkan kelarutannya misalnya
seperti penggunaan pelarut campur sedangkan cosolvency merupakan peristiwa
peningkatan kelarutan. Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan
kadar kelarutan paracetamol terhadap tiga jenis pelarut yaitu Aquadest, Gliserin
(5% dan 10%) dan propilen Glikol (5% dan 10%) . Dimana di dalam farmakope
Indonesia ED. V halaman 998 dan FI ED III halaman 37 dinyatakan bahwa
kelarutan Parasetamol adalah larut dalam 70 bagian air, 40 bagian gliserol dan
9 bagian propilen glikol.
14
proses penelitian yang mungkin terjadi pada saat pengenceran atau pembuatan
pelarut campur.
15
VIII. KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Martin,A.,1993, physical pharmacy, 4 th ed.,lea & febiger, philadelphia,
london, p.324-361
2. Florence A.T.,and attwood D.,1998, physicochemical principles of
pharmacy, 3rd Ed.The macmillan press Ltd.
17