KELARUTAN
Oleh:
Kelompok 1D
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
LEMBAR PENGESEAHAN
Jurusan : Farmasi
Fakultas : Kedokteran
Kelompok : 1 (sesi 4)
Mengetahui,
Asisten
NPM. 2118031042
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam
larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Larutan memainkan peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari. Di alam kebanyakan reaksi berlangsung
dalam larutan air, tubuh menyerap mineral, vitamin dan makanan dalam
bentuk larutan. Sejalan dengan perkembangan penelitian di bidang obat, saat
ini tersedia berbagai pilihan obat, sehingga diperlukan pertimbangan yang
cermat dalam pemilihan obat untuk mengobati suatu penyakit, kelarutan
sangat besar pengaruhnya terhadap pembuatan obat dimana bahan-bahan
dapat dicampurkan menjadi suatu larutan sejati, larutan koloid, dan dispersi
kasar.
Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui dalam
pembuatan sediaan farmasi. Sediaan farmasi cairan seperti sirup, eliksir, obat
tetes mata, injeksi dan lain-lain dibuat dengan menggunakan pembawa air.
Bahkan untuk sediaan obat lainnya seperti suspensi, tablet atau kapsul yang
diberikan secara oral, data ini tetap diperlukan karena didalam saluran cerna
obat harus dapat larut dalam cairan saluran cerna yang komponen utamanya
adalah air agar dapat diabsorpsi.
Pada umumnya agar obat dapat diabsorpsi dari saluran cerna dalam keadaan
telarut kecuali kalau transport obat melalui mekanisme pinositosis. Oleh
karena itu salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu
sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya di dalam air.
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu adalah suhu, pH,
jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik bahan pelarut
dan penambahan surfaktan. Dalam bidang farmasi kelarutan sangat penting,
karena dapat mengetahui dan dapat membantu dalam memilih pelarut yang
paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-
kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis ( di
bidang farmasi ) dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji
kelarutan. Oleh karena itu , percobaan kelarutan sangat penting dilakukan agar
kita dapat mengetahui usaha – usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
kelarutan suatu obat yang dapat mempermudah absorpsi obat didalam tubuh
manusia.
B. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1) Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
2) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat
3) Menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
4) Menjelaskan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan zat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara kuantitatif, kelarutan merupakan konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh
pada suhu tertentu. Kelarutan juga didefinisikan sebagai interaksi spontan antara dua
atau lebih zat membentuk dispersi molekular yang homogen. Kelarutan merupakan
sifat intrinsik suatu zat yang hanya bisa diubah dengan adanya modifikasi kimia
molekul tersebut.
Beberapa metode dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu obat dengan
kelarutan yang rendah sehingga dapat meningkatkan bioavaibilitas obat tersebut
(Lestari dan Zaelani, 2014).
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri atas satu atau lebih zat terlarut
dalam pelarut yang sesuai membentuk sistem termodinamika yang stabil secara fisika
dan kimia di mana zat terlarut terdispersi dalam sejumlah pelarut tersebut. Bentuk
larutan dapat dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari seperti teh manis, larutan
garam, dan lain-lain. Dalam bidang Farmasi, larutan dapat diaplikasikan dalam
bentuk sediaan sirup obat, mouthwash, tetes hidung, tetes telinga, tetes mata, gargle,
betadine, dan lain-lain (Sinala,2016).
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu atau
kemampuan dari zat terlarut untuk larut kedalam dalam suatu pelarut
tertentu.Kelarutan dapat dinyatakan dalam jumlah maksimum banyaknya zat terlarut
yanglarut dalam suatu pelarut pada kondisi kesetimbangan. Larutan hasil
disebut dengan larutan yang jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dalam pelarut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut (Effendi, 2003).
Kelarutan adalah fungsi sebuah parameter molekul. Pengionan struktur dan
juga ukuran dari molekul stereokimia dan struktur elektronik, semuanya akan
mempengaruhi antar aksi pelarut dan terlarut, seperti pada bagian sebelumnya. Air
membentuk ikatan hidrogen dengan ion atau dengan senyawa yang bersifat
nonionik, sedangkan polar melalui gugus -OH, -NH, atau dengan pasangan
elektrontak mengikat pada atom oksigen atau dengan atom nitrogen. Ion atau
molekulakan memperoleh sampel hidratnya dan juga akan terpisahkan (Thomas,
1992).
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh
pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan,
untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalamcairan,
disamping itu terdapat juga larutan dalam keadaan padat misalnya gelas,serta
pembentukan kristal campuran. Kelarutan suatu zat dapat dinyatakan sebagai
konsentrasi dari suatu zat terlarut yang terdapat di dalam larutan yang
jenuhdengan keadaan suhu dan tekanan tertentu (Voight, 1994). Kelarutan
dinyatakan dalam milimeter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat misalnya 1
gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air.
1. Sifat Pelarut
Pelarut hanya akan melarutkan zat terlarut yang memiliki kepolaran yang
sama. Pelarut polar melarutkan senyawa polar, pelarut nonpolar akan
melarutkan senyawa nonpolar juga.
2. Suhu
Pengaruh suhu terhadap kelarutan hanya berpengaruh secara signifikan
apabila fase reaktan memiliki fasa padat atau gas. Pada umumnya, kenaikan
suhu akan meningkatkan kelarutan suatu zat dalam pelarut.
3. Konsentrasi Zat Pelarut
Semakin banyak zat terlarut yang dilarutkan dalam pelarut, maka semakin
sulit zat terlarut tersebut larut dalam pelarut.
4. Pengaruh pH
pH pelarut dapat mempengaruhi kelarutan zat terlarut yang bersifat asam atau
basa. Zat terlarut yang bersifat asam akan lebih mudah larut dalam pelarut
yang bersifat basa, dan sebaliknya.
5. Pengaruh Bentuk dan Ukuran Partikel
Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin luas permukaan partikelnya, zat
pelarut pun akan lebih cepat dan mudah melarutkan zat terlarut. Misalnya,
gula pasir akan lebih mudah larut dibandingkan dengan gula batu.
6. Cara Pengadukan
Pengadukan mempercepat gerakan antar partikel zat terlarut dalam pelarut,
partikel-partikel akan lebih mudah bertumbukan untuk terjadinya reaksi.
7. Consolvesi / Penambahan Pelarut
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.
BAB III
METODE PERCOBAAN
• Gelas kimia
• Gelas ukur
• Labu erlenmeyer
• Batang pengaduk
• Spatula
• Cawan penguap
• Pipet tetes
• Oven pengering
• Kertas saring
• Corong
• Neraca analitik
• Water bath
• Aquades
• Asam Benzoat
• Asam Salisilat
• Propilen glikol
1. Timbang 0,3 gram asam benzoat untuk larutan pertama dengan suhu 50°C,
kemudian timbang 0,3 gram asam benzoat untuk larutan kedua dengan suhu
70°C.
2. Masukkan asam benzoat yang telah ditimbang ke dalam masing-masing gelas
kimia 100 ml, kemudian tambahkan 50 ml aquades bersuhu 50°C untuk
larutan pertama dan tambahkan 50 ml aquades bersuhu 70°C untuk larutan
kedua. Aduk masing-masing campuran tersebut selama 2 menit pada suhu 50
°C dan 70°C.
3. Saring masing-masing campuran tersebut menggunakan kertas saring.
Letakkan kertas saring tersebut ke dalam masing-masing cawan penguap,
kemudian keringkan di dalam oven pada suhu 100°C selama 30 menit.
4. Timbang kedua sampel sisa asam benzoat kering yang tertinggal di atas kertas
saring.
5. Hitung kelarutan asam benzoat.
6. Bandingkan kelarutan asam benzoat pada masing-masing suhu pelarut.
1. Buatlah 20 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel di bawah ini.
Asam Benzoat
Asam Benzoat
Timbang 0,3 gram asam benzoat untuk larutan pertama dengan suhu
50°C, kemudian timbang 0,3 gram asam benzoat untuk larutan kedua
dengan suhu 70°C.
Masukkan asam benzoat yang telah ditimbang ke dalam masing-masing
gelas kimia 100 ml, kemudian tambahkan 50 ml aquades bersuhu 50°C
untuk larutan pertama dan tambahkan 50 ml aquades bersuhu 70°C
untuk larutan kedua. Aduk masing-masing campuran tersebut selama 2
menit pada suhu 50 °C dan 70°C.
Saring masing-masing campuran tersebut menggunakan kertas saring.
Letakkan kertas saring tersebut ke dalam masing-masing cawan penguap,
kemudian keringkan di dalam oven pada suhu 100°C selama 30 menit.
Timbang kedua sampel sisa asam benzoat kering yang tertinggal di atas
kertas saring.
Hitung kelarutan asam benzoat.
Hasil
Campuran Pelarut
Timbang sisa asam salisilat kering yang tertinggal di atas kertas saring.
Hasil
BAB IV
PEMBAHASAN
0,3 g − 0,2349 g
= × 100 %
0,3 g
= 21,7 %
0,0651 g
Kelarutan asam benzoat = = 0,0013 g/ml (sukar larut)
50 𝑚𝑙
1) Suhu 50 °C
0,3 g − 0,2048 g
= × 100 %
0,3 g
= 31,7 %
0,0952 g
Kelarutan asam benzoat = = 0,0019 g/ml (sukar larut)
50 𝑚𝑙
2) Suhu 70 °C
0,3 g − 0,183 g
= × 100 %
0,3 g
= 39 %
0,117 g
Kelarutan asam benzoat = = 0,0029 g/ml (sukar larut)
50 𝑚𝑙
A. Percobaan Pertama
Konstanta Dielektrik
70
Air = × 80,4 = 56,28
100
30
Propilen glikol = × 32 = 9,6
100
Konstanta dielektrik air + propilen glikol = 56,28 + 9,6 = 65,88
Residu = berat zat – berat kertas saring = 1,657 g – 1,635 g = 0,02 g
Sampel yang terlarut = berat awal – berat residu = 0,1 g – 0,02 g = 0,08 g
Berat awal − Berat residu
Kelarutan = × 100 %
Berat awal
0,1 g − 0,02g
= × 100 %
0,1 g
= 80 %
0,08 g 1
Kelarutan asam salisilat = = = 0,004 g/ml (sukar larut)
20 𝑚𝑙 250
B. Percobaan Kedua
Konstanta Dielektrik
70
Air = × 80,4 = 56,28
100
30
Ethilen 96% = × 30 = 9
100
Konstanta dielektrik air + ethilen 96% = 56,28 + 9 = 65,28
Residu = berat zat – berat kertas saring = 1 g – 0,85 g = 0,15 g
Sampel yang terlarut = berat awal – berat residu = 0,11 g – 0,15 g = -0,04 g
Berat awal − Berat residu
Kelarutan = × 100 %
Berat awal
0,11 g − 0,15 g
= × 100 %
0,11 g
= -36,36 %
−0,04 g
Kelarutan asam salisilat = = −0,0005 g/ml (sangat sukar larut)
50 𝑚𝑙
C. Percobaan Ketiga
Konstanta Dielektrik
70
Air = × 80,4 = 56,28
100
0,1 g − 0,02g
= × 100 %
0,1 g
= 80 %
0,08 g
Kelarutan asam salisilat = = 0,0008 g/ml (sangat sukar larut)
100 𝑚𝑙
4.3 Pembahasan
Kelarutan atau solubilotas adalah kemampuan suaatu zat kimia tertentu atau
kemampuan dari zat terlarut untuk larut ke dalam suatu pelarut tertentu. Kelarutan
dapat dinyatakan dalam jumlah maksimum banyaknya zat terlarut yang larut dalam
suatu pelarut pada kondisi kesetimbangan. Kelarutan dari adalah fungsi sebuah
parameter molekul. Pengionan struktur dan juga ukuran dari molekul stereokimia dan
struktur elektronik, semuanya akan mempengaruhi antar aksi pelarut dan terlarut. Zat-
zat tertentu dapat larut dalam pelarut dengan perbandingan apapun terhadap suatu
pelarut.
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan
jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang
berlainan, untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam
cairan. Kelarutan suatu zat dapat dinyatakan sebagai konsentrasi dari suatu zat
terlarut yang terdapat di dalam larutan yang jenuh dengan keadaan suhu dan tekanan
tertentu (Voight, 1994).
Zat terlarut yang sifatnya polar akan mudah larut dalam solvent yang polar pula.
Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Sedangkan zat terlarut yang
nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya, alkaloid basa (umumnya
senyawa organik) larut dalam kloroform.
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan
pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi
umumnya adalah:
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut
kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan
hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat
tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut
dikatakan bersifat endoterm karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
Contoh: Zat terlarut + pelarut + panas → larutan.
5. Salting Out
Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan
lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama
atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya: kelarutan minyak
atsiri dalam air akan turun bila ke dalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama
dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya: Riboflavin tidak larut dalam air tetapi
larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut
dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya: Iodium larut
dalam larutan KI atau NaI jenuh.
1. Ukuran Partikel
2. Suhu
3. Pengadukan
KESIMPULAN
1. Kelarutan suatu zat dalam pelarut tertentu dipengaruhi oleh faktor temperatur
(suhu), aksi dari luar (contohnya kecepatan pengadukan dan penambahan zat
lain), serta sifat-sifat zat terlarut.
2. Pada percobaan 2 saat suhu air 70 °C sampel larut lebih banyak dibandingkan
pada air suhu 50 °C.
3. Pada percobaan 2 dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu, semakin
tinggi kelarutan padatan tersebut dalam suatu pelarut.
4. Pada percobaan 3 pelarut campur antara air dan propilen glikol mempengaruhi
kelarutan sampel.
5. Pada percobaan 3 dapat disimpulkan bahwa asam salisilat sukar larut di
dalam air, namun mudah larut pada propilen glikol karena sebagai salah satu
kosolven yang dapat meningkatkan kelarutan.
DAFTAR PUSTAKA
Hardani, S. P., Idawati, S., Rahim, A., Ningrum, D. M., Ghozaly, M. R., Ulya,
T., Pertiwi, A. D. 2022. Buku Ajar Farmasi Fisika. Samudra Biru.
Kiagus Ahmad Roni, Netty Herawati. (2020). Kimia Fisika II. Palembang:
Rafah Press UIN Raden Fatah Palembang.
Sekaran, U. & Bougie, R.J. 2016. Research Methods for Business : A skill
Building Approach. 7th Edition, John Wiley & Sons Inc. New York,
US.
LAMPIRAN