Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

KELARUTAN

Oleh:

Kelompok 1D

1. Carisa Nabila Defri (2318031068)


2. Keysha Shabrina Aulia (2358031009)
3. Nasywa Bilqis Zita (2358031007)
4. Mutiara Ardina Putri (2318031066)
5. Rani Hasanah Putri (2358031011)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2023
LEMBAR PENGESEAHAN

Judul Percobaan : Kelarutan

Tanggal Percobaan : 13 September 2023

Tempat percobaan : Laboratorium Kimia Analisis

Anggota : Carisa Nabila Defri (2318031068)

Keysha Shabrina Aulia (2358031009)

Nasywa Bilqis Zita (2358031007)

Mutiara Ardina Putri (2318031066)

Rani Hasanah Putri (2358031011)

Jurusan : Farmasi

Fakultas : Kedokteran

Kelompok : 1 (sesi 4)

Bandar Lampung, 20 September 2023

Mengetahui,

Asisten

Agaphe Suluh Brahmantio

NPM. 2118031042
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam
larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Larutan memainkan peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari. Di alam kebanyakan reaksi berlangsung
dalam larutan air, tubuh menyerap mineral, vitamin dan makanan dalam
bentuk larutan. Sejalan dengan perkembangan penelitian di bidang obat, saat
ini tersedia berbagai pilihan obat, sehingga diperlukan pertimbangan yang
cermat dalam pemilihan obat untuk mengobati suatu penyakit, kelarutan
sangat besar pengaruhnya terhadap pembuatan obat dimana bahan-bahan
dapat dicampurkan menjadi suatu larutan sejati, larutan koloid, dan dispersi
kasar.

Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui dalam
pembuatan sediaan farmasi. Sediaan farmasi cairan seperti sirup, eliksir, obat
tetes mata, injeksi dan lain-lain dibuat dengan menggunakan pembawa air.
Bahkan untuk sediaan obat lainnya seperti suspensi, tablet atau kapsul yang
diberikan secara oral, data ini tetap diperlukan karena didalam saluran cerna
obat harus dapat larut dalam cairan saluran cerna yang komponen utamanya
adalah air agar dapat diabsorpsi.

Pada umumnya agar obat dapat diabsorpsi dari saluran cerna dalam keadaan
telarut kecuali kalau transport obat melalui mekanisme pinositosis. Oleh
karena itu salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu
sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya di dalam air.
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu adalah suhu, pH,
jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik bahan pelarut
dan penambahan surfaktan. Dalam bidang farmasi kelarutan sangat penting,
karena dapat mengetahui dan dapat membantu dalam memilih pelarut yang
paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-
kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis ( di
bidang farmasi ) dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji
kelarutan. Oleh karena itu , percobaan kelarutan sangat penting dilakukan agar
kita dapat mengetahui usaha – usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
kelarutan suatu obat yang dapat mempermudah absorpsi obat didalam tubuh
manusia.

B. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1) Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
2) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat
3) Menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
4) Menjelaskan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan zat
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis kuantitatif merupakan pengumpulan data penelitian kuantitatif dilakukan


dengan menggunakan serangkaian instrumen penelitian berupa
tes/kuesioner. Pendekatan kuantitatif menekankan kepada hasil dari rata-rata
keragaman yang ada. Pendekatan kuantitatif dipandang sebagai suatu bersifat
eksploratoris dan induktif.. (Sekaran & Bougie, 2016).

Secara kuantitatif, kelarutan merupakan konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh
pada suhu tertentu. Kelarutan juga didefinisikan sebagai interaksi spontan antara dua
atau lebih zat membentuk dispersi molekular yang homogen. Kelarutan merupakan
sifat intrinsik suatu zat yang hanya bisa diubah dengan adanya modifikasi kimia
molekul tersebut.

Kelarutan dinyatakan dalam satuan milliliter pelarut yang dapat


melarutkan suatu gram zat. Kelarutan sangat dipengaruhi oleh sifat fisika dan kimia
zat terlarut dan pelarut, serta faktor-faktor lain seperti suhu, tekanan, atau pH larutan
(Martin et al., 2011).

Pemerian dan kelarutan Monografi dapat mencantumkan informasi pemerian suatu


bahan. Informasi ini secara tidak langsung dapat membantu evaluasi pendahuluan
suatu bahan, tetapi tidak dimaksudkan sebagai standar atau uji kemurnian. Kelarutan
suatu zat dapat dinyatakan sebagai berikut (Depkes RI,2020):
Istilah Jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk
Kelarutan melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 10
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

Beberapa metode dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu obat dengan
kelarutan yang rendah sehingga dapat meningkatkan bioavaibilitas obat tersebut
(Lestari dan Zaelani, 2014).

Larutan adalah campuran homogen yang terdiri atas satu atau lebih zat terlarut
dalam pelarut yang sesuai membentuk sistem termodinamika yang stabil secara fisika
dan kimia di mana zat terlarut terdispersi dalam sejumlah pelarut tersebut. Bentuk
larutan dapat dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari seperti teh manis, larutan
garam, dan lain-lain. Dalam bidang Farmasi, larutan dapat diaplikasikan dalam
bentuk sediaan sirup obat, mouthwash, tetes hidung, tetes telinga, tetes mata, gargle,
betadine, dan lain-lain (Sinala,2016).

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu atau
kemampuan dari zat terlarut untuk larut kedalam dalam suatu pelarut
tertentu.Kelarutan dapat dinyatakan dalam jumlah maksimum banyaknya zat terlarut
yanglarut dalam suatu pelarut pada kondisi kesetimbangan. Larutan hasil
disebut dengan larutan yang jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dalam pelarut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut (Effendi, 2003).
Kelarutan adalah fungsi sebuah parameter molekul. Pengionan struktur dan
juga ukuran dari molekul stereokimia dan struktur elektronik, semuanya akan
mempengaruhi antar aksi pelarut dan terlarut, seperti pada bagian sebelumnya. Air
membentuk ikatan hidrogen dengan ion atau dengan senyawa yang bersifat
nonionik, sedangkan polar melalui gugus -OH, -NH, atau dengan pasangan
elektrontak mengikat pada atom oksigen atau dengan atom nitrogen. Ion atau
molekulakan memperoleh sampel hidratnya dan juga akan terpisahkan (Thomas,
1992).

Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh
pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan,
untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalamcairan,
disamping itu terdapat juga larutan dalam keadaan padat misalnya gelas,serta
pembentukan kristal campuran. Kelarutan suatu zat dapat dinyatakan sebagai
konsentrasi dari suatu zat terlarut yang terdapat di dalam larutan yang
jenuhdengan keadaan suhu dan tekanan tertentu (Voight, 1994). Kelarutan
dinyatakan dalam milimeter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat misalnya 1
gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air.

Kelarutan dapat juga dinyatakan dalam satuan molalitas, molalitas dan


persen (Martin,1990). Besarnya kelarutan yang terdapat pada suatu
senyawa adalah jumlah maksimal senyawa bersangkutan yang larut dalam
sejumlah pelarut tertentu dan merupakan larutan jenuh yang ada dalam
kesetimbangan dengan bentuk padatnya. Hasil kali kelarutan adalah suatu tetapan
yang menghantarkan kelarutan suatu ion zat padat dan hasil kali konsentrasi ionnya
dalam larutan jenuh. (Herman, 1988).
Kelarutan suatu zat dalam pelarut tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut
adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat:

1. Sifat Pelarut
Pelarut hanya akan melarutkan zat terlarut yang memiliki kepolaran yang
sama. Pelarut polar melarutkan senyawa polar, pelarut nonpolar akan
melarutkan senyawa nonpolar juga.
2. Suhu
Pengaruh suhu terhadap kelarutan hanya berpengaruh secara signifikan
apabila fase reaktan memiliki fasa padat atau gas. Pada umumnya, kenaikan
suhu akan meningkatkan kelarutan suatu zat dalam pelarut.
3. Konsentrasi Zat Pelarut
Semakin banyak zat terlarut yang dilarutkan dalam pelarut, maka semakin
sulit zat terlarut tersebut larut dalam pelarut.
4. Pengaruh pH
pH pelarut dapat mempengaruhi kelarutan zat terlarut yang bersifat asam atau
basa. Zat terlarut yang bersifat asam akan lebih mudah larut dalam pelarut
yang bersifat basa, dan sebaliknya.
5. Pengaruh Bentuk dan Ukuran Partikel
Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin luas permukaan partikelnya, zat
pelarut pun akan lebih cepat dan mudah melarutkan zat terlarut. Misalnya,
gula pasir akan lebih mudah larut dibandingkan dengan gula batu.
6. Cara Pengadukan
Pengadukan mempercepat gerakan antar partikel zat terlarut dalam pelarut,
partikel-partikel akan lebih mudah bertumbukan untuk terjadinya reaksi.
7. Consolvesi / Penambahan Pelarut
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

• Gelas kimia
• Gelas ukur
• Labu erlenmeyer
• Batang pengaduk
• Spatula
• Cawan penguap
• Pipet tetes
• Oven pengering
• Kertas saring
• Corong
• Neraca analitik
• Water bath
• Aquades
• Asam Benzoat
• Asam Salisilat
• Propilen glikol

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Penentuan Kelarutan Asam Benzoat

1. Timbang 0,3 gram asam benzoat.


2. Masukkan asam benzoat yang telah ditimbang, ke dalam gelas kimia 100 ml,
kemudian tambahkan aquades sebanyak 50 ml. Aduk campuran tersebut
selama 2 menit pada suhu kamar
3. Saring campuran tersebut menggunakan kertas saring. Letakkan kertas saring
tersebut ke dalam cawan penguap, kemudian keringkan di dalam oven pada
suhu 100°C selama 30 menit.
4. Timbang sisa asam benzoat kering yang tertinggal di atas kertas saring.
5. Hitung kelarutan asam benzoat.

3.2.2 Pengaruh Suhu pada Kelarutan Asam Benzoat

1. Timbang 0,3 gram asam benzoat untuk larutan pertama dengan suhu 50°C,
kemudian timbang 0,3 gram asam benzoat untuk larutan kedua dengan suhu
70°C.
2. Masukkan asam benzoat yang telah ditimbang ke dalam masing-masing gelas
kimia 100 ml, kemudian tambahkan 50 ml aquades bersuhu 50°C untuk
larutan pertama dan tambahkan 50 ml aquades bersuhu 70°C untuk larutan
kedua. Aduk masing-masing campuran tersebut selama 2 menit pada suhu 50
°C dan 70°C.
3. Saring masing-masing campuran tersebut menggunakan kertas saring.
Letakkan kertas saring tersebut ke dalam masing-masing cawan penguap,
kemudian keringkan di dalam oven pada suhu 100°C selama 30 menit.
4. Timbang kedua sampel sisa asam benzoat kering yang tertinggal di atas kertas
saring.
5. Hitung kelarutan asam benzoat.
6. Bandingkan kelarutan asam benzoat pada masing-masing suhu pelarut.

3.2.3 Pengaruh Pelarut Campur terhadap Kelarutan Suatu Zat

1. Buatlah 20 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel di bawah ini.

Air (ml) Etanol (% v/v) Propilen glikol (% v/v)


70 0 30
70 30 0
100 0 0
2. Ambil 20 ml campuran pelarut, tambahkan asam salisilat sebanyak 0,1 g ke
dalam campuran pelarut. Aduk campuran selama 10 menit.
3. Saring larutan dengan menggunakan kertas saring. Letakkan kertas saring
tersebut ke dalam cawan penguap, kemudian keringkan di dalam oven pada
suhu 100°C selama 30 menit.
4. Hitung kelarutan asam salisilat.

3.3 Diagram Alir

3.3.1 Penentuan Kelarutan Asam Benzoat

Asam Benzoat

Timbang 0,3 gram asam benzoat.

Masukkan asam benzoat yang telah ditimbang, ke dalam gelas kimia


100 ml, kemudian tambahkan aquades sebanyak 50 ml. Aduk
campuran tersebut selama 2 menit pada suhu kamar

Saring campuran tersebut menggunakan kertas saring. Letakkan kertas


saring tersebut ke dalam cawan penguap, kemudian keringkan di
dalam oven pada suhu 100°C selama 30 menit
Timbang sisa asam benzoat kering yang tertinggal di atas kertas
saring.
Hitung kelarutan asam
benzoat.
Hasil
3.3.2 Pengaruh Suhu pada Kelarutan Asam Benzoat

Asam Benzoat
Timbang 0,3 gram asam benzoat untuk larutan pertama dengan suhu
50°C, kemudian timbang 0,3 gram asam benzoat untuk larutan kedua
dengan suhu 70°C.
Masukkan asam benzoat yang telah ditimbang ke dalam masing-masing
gelas kimia 100 ml, kemudian tambahkan 50 ml aquades bersuhu 50°C
untuk larutan pertama dan tambahkan 50 ml aquades bersuhu 70°C
untuk larutan kedua. Aduk masing-masing campuran tersebut selama 2
menit pada suhu 50 °C dan 70°C.
Saring masing-masing campuran tersebut menggunakan kertas saring.
Letakkan kertas saring tersebut ke dalam masing-masing cawan penguap,
kemudian keringkan di dalam oven pada suhu 100°C selama 30 menit.
Timbang kedua sampel sisa asam benzoat kering yang tertinggal di atas
kertas saring.
Hitung kelarutan asam benzoat.

Bandingkan kelarutan asam benzoat pada masing-masing suhu pelarut.

Hasil

3.3.3 Pengaruh Pelarut Campur terhadap Kelarutan Suatu Zat

Campuran Pelarut

Buatlah 20 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel

Ambil 20 ml campuran pelarut, tambahkan asam salisilat sebanyak 0,1 g ke


dalam campuran pelarut. Aduk campuran selama 10 menit.

Saring larutan dengan menggunakan kertas saring. Letakkan kertas saring


tersebut ke dalam cawan penguap, kemudian keringkan di dalam oven pada
suhu 100°C selama 30 menit.

Timbang sisa asam salisilat kering yang tertinggal di atas kertas saring.

Hitung kelarutan asam salisilat.

Hasil
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

a. Penentuan Kelarutan Asam Benzoat

Air (ml) Asam Kertas Kertas Residu (g) Sampel


Benzoat (g) Perkamen Perkamen yang Larut
(g) + residu (g)
setelah
dioven (g)
50 0,3 0,7726 1,0075 0,2349 0,0651

b. Pengaruh Suhu pada Kelarutan Asam Benzoat

Suhu Air (ml) Asam Kertas Kertas Residu Sampel


Benzoat Perkamen Perkamen (g) yang
(g) (g) + residu Larut (g)
setelah
dioven (g)
50 °C 50 0,3 0,7815 0,9863 0,2048 0,0952

70 °C 50 0,3 0,7661 0,9492 0,183 0,117

c. Pengaruh Pelarut Campur terhadap Kelarutan Suatu Zat

Perbandi- Asam K. Kertas Kertas Residu Sampel


ngan Salisilat Dielektrik Perkamen Perkamen (g) yang
(g) (g) + residu Larut
setelah (g)
dioven (g)
70 : 0 : 30 0,1 65,88 1,635 1,657 0,02 0,08

70 : 30 : 0 0,1 65,28 0,85 1 0,15 - 0,04

100 : 0 : 0 0,1 80,4 0,80 0,82 0,02 0,08


4.2 Perhitungan

4.2.1 Penentuan Kelarutan Asam Bnezoat

 Residu = berat zat – berat kertas saring = 1,0075 g – 0,7726 g = 0,2349 g


 Sampel yang terlarut = berat awal – berat residu = 0,3 g – 0,2349 g = 0,0651 g

Berat awal − Berat residu


 Kelarutan = × 100 %
Berat awal

0,3 g − 0,2349 g
= × 100 %
0,3 g

= 21,7 %
0,0651 g
 Kelarutan asam benzoat = = 0,0013 g/ml (sukar larut)
50 𝑚𝑙

4.2.2 Pengaruh Suhu pada Kelarutan Asam Benzoat

1) Suhu 50 °C

 Residu = berat zat – berat kertas saring = 0,9863 g – 0,7815 g = 0,2048 g


 Sampel yang terlarut = berat awal – berat residu = 0,3 g – 0,2048 g = 0,0952 g
Berat awal − Berat residu
 Kelarutan = × 100 %
Berat awal

0,3 g − 0,2048 g
= × 100 %
0,3 g

= 31,7 %
0,0952 g
 Kelarutan asam benzoat = = 0,0019 g/ml (sukar larut)
50 𝑚𝑙

2) Suhu 70 °C

 Residu = berat zat – berat kertas saring = 0,9492 g – 0,7662 g = 0,183 g


 Sampel yang terlarut = berat awal – berat residu = 0,3 g – 0,183 g = 0,117 g
Berat awal − Berat residu
 Kelarutan = × 100 %
Berat awal

0,3 g − 0,183 g
= × 100 %
0,3 g

= 39 %
0,117 g
 Kelarutan asam benzoat = = 0,0029 g/ml (sukar larut)
50 𝑚𝑙

4.2.3 Pengaruh Pelarut Campur terhadap Kelarutan Suatu Zat

A. Percobaan Pertama

 Konstanta Dielektrik
70
Air = × 80,4 = 56,28
100
30
Propilen glikol = × 32 = 9,6
100
Konstanta dielektrik air + propilen glikol = 56,28 + 9,6 = 65,88
 Residu = berat zat – berat kertas saring = 1,657 g – 1,635 g = 0,02 g
 Sampel yang terlarut = berat awal – berat residu = 0,1 g – 0,02 g = 0,08 g
Berat awal − Berat residu
 Kelarutan = × 100 %
Berat awal

0,1 g − 0,02g
= × 100 %
0,1 g

= 80 %
0,08 g 1
 Kelarutan asam salisilat = = = 0,004 g/ml (sukar larut)
20 𝑚𝑙 250

B. Percobaan Kedua

 Konstanta Dielektrik
70
Air = × 80,4 = 56,28
100
30
Ethilen 96% = × 30 = 9
100
Konstanta dielektrik air + ethilen 96% = 56,28 + 9 = 65,28
 Residu = berat zat – berat kertas saring = 1 g – 0,85 g = 0,15 g
 Sampel yang terlarut = berat awal – berat residu = 0,11 g – 0,15 g = -0,04 g
Berat awal − Berat residu
 Kelarutan = × 100 %
Berat awal

0,11 g − 0,15 g
= × 100 %
0,11 g

= -36,36 %
−0,04 g
 Kelarutan asam salisilat = = −0,0005 g/ml (sangat sukar larut)
50 𝑚𝑙

C. Percobaan Ketiga

 Konstanta Dielektrik
70
Air = × 80,4 = 56,28
100

 Residu = berat zat – berat kertas saring = 0,82 g – 0,80 g = 0,02 g


 Sampel yang terlarut = berat awal – berat residu = 0,1 g – 0,02 g = 0,08 g
Berat awal − Berat residu
 Kelarutan = × 100 %
Berat awal

0,1 g − 0,02g
= × 100 %
0,1 g

= 80 %
0,08 g
 Kelarutan asam salisilat = = 0,0008 g/ml (sangat sukar larut)
100 𝑚𝑙

4.3 Pembahasan

Kelarutan atau solubilotas adalah kemampuan suaatu zat kimia tertentu atau
kemampuan dari zat terlarut untuk larut ke dalam suatu pelarut tertentu. Kelarutan
dapat dinyatakan dalam jumlah maksimum banyaknya zat terlarut yang larut dalam
suatu pelarut pada kondisi kesetimbangan. Kelarutan dari adalah fungsi sebuah
parameter molekul. Pengionan struktur dan juga ukuran dari molekul stereokimia dan
struktur elektronik, semuanya akan mempengaruhi antar aksi pelarut dan terlarut. Zat-
zat tertentu dapat larut dalam pelarut dengan perbandingan apapun terhadap suatu
pelarut.
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan
jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang
berlainan, untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam
cairan. Kelarutan suatu zat dapat dinyatakan sebagai konsentrasi dari suatu zat
terlarut yang terdapat di dalam larutan yang jenuh dengan keadaan suhu dan tekanan
tertentu (Voight, 1994).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan :

1. Sifat dari solute (zat terlarut) dan solvent (pelarut)

Zat terlarut yang sifatnya polar akan mudah larut dalam solvent yang polar pula.
Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Sedangkan zat terlarut yang
nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya, alkaloid basa (umumnya
senyawa organik) larut dalam kloroform.

2. Cosolvensi (zat penambah kelarutan)

Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan
pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.

3. Kelarutan

Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi
umumnya adalah:

a. Dapat larut dalam air

Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut
kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.

b. Tidak larut dalam air

Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan
hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat
tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.

4. Temperatur

Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut
dikatakan bersifat endoterm karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
Contoh: Zat terlarut + pelarut + panas → larutan.
5. Salting Out

Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan
lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama
atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya: kelarutan minyak
atsiri dalam air akan turun bila ke dalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.

6. Salting In

Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama
dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya: Riboflavin tidak larut dalam air tetapi
larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.

7. Pembentukan Kompleks

Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut
dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya: Iodium larut
dalam larutan KI atau NaI jenuh.

Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :

1. Ukuran Partikel

 Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel.


 Makin luas permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat
larut.

2. Suhu

 Kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.

3. Pengadukan

 Pengadukan mekanik akan menambah kecepatan kelarutan.


BAB V

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah :

1. Kelarutan suatu zat dalam pelarut tertentu dipengaruhi oleh faktor temperatur
(suhu), aksi dari luar (contohnya kecepatan pengadukan dan penambahan zat
lain), serta sifat-sifat zat terlarut.
2. Pada percobaan 2 saat suhu air 70 °C sampel larut lebih banyak dibandingkan
pada air suhu 50 °C.
3. Pada percobaan 2 dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu, semakin
tinggi kelarutan padatan tersebut dalam suatu pelarut.
4. Pada percobaan 3 pelarut campur antara air dan propilen glikol mempengaruhi
kelarutan sampel.
5. Pada percobaan 3 dapat disimpulkan bahwa asam salisilat sukar larut di
dalam air, namun mudah larut pada propilen glikol karena sebagai salah satu
kosolven yang dapat meningkatkan kelarutan.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Farmakope Indonesia edisi VI. 2020. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

Hardani, S. P., Idawati, S., Rahim, A., Ningrum, D. M., Ghozaly, M. R., Ulya,
T., Pertiwi, A. D. 2022. Buku Ajar Farmasi Fisika. Samudra Biru.

Kiagus Ahmad Roni, Netty Herawati. (2020). Kimia Fisika II. Palembang:
Rafah Press UIN Raden Fatah Palembang.

Riyanto, A. 2019. Kelarutan dari Zat dan Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Kecepatan Pelarutan. Diakses pada 15 September
melalui http://www.amongguru.com/kelarutan-dari-zat-dan-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-kecepatan-pelarut.

Sinala, Santi. 2016. Farmasi Fisika. Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia : Jakarta Selatan.

Sekaran, U. & Bougie, R.J. 2016. Research Methods for Business : A skill
Building Approach. 7th Edition, John Wiley & Sons Inc. New York,
US.
LAMPIRAN

Gambar 1. Pengisian Aquades Gambar 2. Pengeringan zat dalam oven

Sumber gambar : Dokumen Pribadi Sumber gambar : Dokumen Pribadi

Gambar 3. Zat setelah pengeringan Gambar 4. Penimbangan zat

Sumber gambar : Dokumen Pribadi Sumber gambar : Dokumen Pribadi


Gambar 5. Aquades bersuhu 50°C Gambar 6. Pencampuran zat larutan

Sumber gambar : Dokumen Pribadi Sumber gambar : Dokumen Pribadi

Gambar 7. Penyaringan zat larutan Gambar 8. Pengadukan zat larutan

Sumber gambar : Dokumen Pribadi Sumber gambar : Dokumen Pribadi

Anda mungkin juga menyukai