Anda di halaman 1dari 27

KELARUTAN 1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut di

dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Larutan

memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Di alam

kebanyakan reaksi berlangsung dalam larutan air, tubuh menyerap

mineral vitamin, dan makanan dalam bentuk larutan. Sejalan dengan

pesatnya perkembangan penelitian di bidang obat, saat ini tersedia

berbagai pilihan obat, sehingga diperlukan pertimbangan yang cermat

dalam pemilihan obat untuk mengobati suatu penyakit, kelarutan sangat

besar pengaruhnya terhadap pembuatan obat dimana bahan-bahan dapat

dicampurkan menjadi suatu larutan sejati, larutan koloid, dan dipersi

kasar.

Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui

dalam pembuatan sediaan farmasi. Sediaan farmasi cairan seperti sirup,

eliksir, obat tetes mata, injeksi dan lain-lain dibuat dengan menggunakan

pembawa air. Bahkan untuk sediaan obat lainnya seperti suspense, tablet

atau kapsul yang diberikan secara oral, data ini tetap diperlukan karena

didalam saluran cerna obat harus dapat melarut dalam cairan saluran

cerna yang komponen utamanya adalah air agar dapat di absorpsi.

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

Pada umumnya obat baru dapat diabsorpsi dari saluran cerna

dalam keadaan terlarut kecuali jika transport obat melalui mekanisme

pinositosis. Oleh karena itu, salah satu cara untuk meningkatkan

ketersediaan hayati suatu sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan

zat aktifnya di dalam air.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan adalah pH, jenis

pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik bahan pelarut,

dan penambahan surfaktan.

Dalam bidang farmasi kelarutan sangat penting, karena dapat

mengetahui dan dapat membantu alam memilih medium pelarut yang

paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi

kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan

farmasetis (dibidang farmasi) dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai

standar atau uji kelarutan.

Oleh karena itu, percobaan kelarutan sangat penting dilakukan

agar kita dapat mengetahui usaha-usaha yang dilakukan untuk

meningkatkan kelarutan suatu obat yang dapat mempermudah absorpsi

obat didalam tubuh manusia.

B. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar

pelarut dalam suatu kelarutan zat.

C. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitaif

2. Menentukan kelarutan suatu zat dalam dua cairan yang tidak saling

becampur

3. Menentukan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Kelarutan atau solubility (s) adalah kebanyakan senyawa dalam

satuan garam yang dapat membuat jenuh larutan. Jika volume larutan

dm3maka kelarutan itu mempunyai satuan molar (m). Jika gambar ionic

dimasukkan ke dalam air, maka banyaknya garam yang dapat larut dalam

sejumlah pelarut tertentu merupakan nilai dari perkalian ion-ion yang

beragam dan merupakan salah satu sifat fisis dari senyawa/garam itu

sendiri (Martin, 1990).

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat

kimia yang terlarut. Misalnya terdispersi secara molekular dalam pelarut

yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur ( Martin, 2013,

Hal : 558 - 559 ):

a. Larutan jenuh yaitu suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam

kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut).

b. Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh yaitu suatu larutan yang

mengandung jumlah solute yang kurang dari larutan jenuh dimana zat

terlarut dalam konsentrasi dibawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk

penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu .

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

c. Larutan lewat jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung zat terlarut

dalam konsentrasi lebih banyak dari pada yang seharusnya ada pada

temperatur tertentu (Martin 1990, Hal. 559).

Like dissolves like menyatakan bahwa kelarutan suatu zat yang pada

umumnya dapat diperkirakan hanya dalam kualitatif, setelah

mempertimbangkan hal-hal seperti polaritas, tetapan dielektrik, asosiasi,

solvasi, tekanan dalam, reaksi asam-basa, dan faktor-faktor lainnya.

Solvasi adalah interaksi zat pelarut dalam zat terlarut (Martin, 2013, Hal :

564 - 568).

Consolvency adalah seringkali zat terlarut lebih larut dalam

campuran pelarut dari pada dalam suatu pelarut saja.gejala ini dikenal

dengan melarut bersama. Coldolvent adalah seringkali pelarut yang dalam

kombinasi menaikan kelarutan zat terlarut (Martin, 2013 : 613).

Banyaknya garam yang dapat larut dalam sejumlah pelarut disebut

kelarutan, jika volume larutan yang dipakai untuk melarutkan 1 dm 3 , maka

kelarutan garam senyawa tersebut dapat dinyatakan sebagai kepekaan

garam atau senyawa tersebut. Telah lazim dikenal dalam bidang kimia,

bahwa senyawa tidak larut pun tidak memiliki kelarutan. Oleh karena itu,

senyawa seperti ini lebih tepat dikatakan sebagai senyawa yang sukar

larut (Anief, 2003).

Besarnya kelarutan suatu senyawa dalah jenuh. Misalnya, senyawa

yang bersangkutan yang larut dalam sejumlah pelarut tertentu dan

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

merupakan larutan yang jenuh yang ada dalam kesetimbangan dengan

bentuk padatnya (Ansel, 1989).

Untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam

pengertian umum kadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan

perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut.

pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan

pada suhu 20ºC dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa, 1

bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian

volume tertentu pelarut, pernyataan kelarutan yang tidak disertai angka

adalah kelarutan pada suhu kamar, kecuali dinyatan lain. Zat jika

dilarutkan boleh menunjukkan sedikit kotoran mekanik seperti bagian

kertas saring, seran dan butiran debu. Pernyataan bagian dalam kelarutan

berarti bahwa 1 g zat padat atau 1 ml zat cair dalam sejumlah ml pelarut

(Ditjen POM, 1979).

Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya

dapat ditunjukkan dengan istilah sebagai bentuk (Ditjen POM, 1979) :

Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan


untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 –10
Larut 10 – 30
Agak sukar larut 30 – 100
Sukar larut 100 – 1000
Sangat sukar larut 1000 – 10000
Praktis tidak larut Lebih dari 10000

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

Jika kelebihan caran atau zat padat ditambahkan kedalam

campuran dari dua cairan yang tidak bercampur, zat itu akan mendistribusi

diri diantara kedua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh. Jika zat

itu ditambahkan kedalam pelarut tidak bercampur dalam jumlah yang tidak

cukup untuk menjenuhkan larutan, maka zat tersebut tetap berdistribusi

diantara kedua lapisan dengan perbandingan konsentasi tertentu.


Jika C1 dan C2 adalah konsentrasi kesetimbangan zat dalam

pelarut 1 dan pelarut 2, persamaan kesetimbangan menjadi tetapan

kesetimbangan K dikenal sebagai perbandingan distribusi, koefisien

distribusi atau koefisien partisi. Persamaan diatas dikenal dengan hukum

distribusi, jelas hanya dapat dipakai dalam larutan encer dimana koefisien

keaktifan dapat diabaikan (Martin,1990).


Secara kuantitatif kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai

konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan

tertentu, kelarutan dinyatakan dalam mililiter pelarut yang dapat

melarutkan suatu gram zat, pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat

dipengaruhi oleh sifat-sifat fisika dan kimia zat tersebut serta formulasinya.

Pada prinsipnya obat diabsorpsi setelah zat aktifnya larut dalam cairan

tubuh sehingga salah satu usaha mempertinggi efek farmakologinya dari

sediaan adalah dengan menaikkan kerutan zat aktifnya (Martin,1990).


Faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena distribusi adalah

pengaruh sifat kelarutan bahan obat terhadap distribusi menunjukkan

antara lain bahwa senyawa yang larut baik dalam bentuk lemak

terkonsentrasi banyak lemak sedangkan sebaliknya zat hidrofil hampir

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

tidak diambil oleh jaringan lemak. Karena itu ditentukan terutama dalam

ekstrasel (Ernest,1999).
Distribusi obat adalah proses suatu obat yang reversibel

meninggalkan aliran darah dan masuk ke interstisium (cairan ekstrasel)

dan atau ke sel-sel jaringan. Pengiriman obat dari plasma ke interstisium

terutama tergantung pada alairan darah, permeabilitas kapiler, derajat

ikatan obat tersebut dengan protein plasma atau jaringan, dan

hidrofibisitas dari obat tersebut (Mary,1997).


Jika suatu obat memiliki berat molekul yang sangat besar atau

terikat kuat pada protein plasma, obat tersebut terlalu besar untuk keluar

melalui celah sempit endotel kapiler-kapiler dan dengan dengan demikian

terperangkap didalam kompartemen plasma (vaskuler) sebagai akibatnya

obat tersebut terdistribusi didalam suatu volume (plasma) yang kira-kira

6% dari berta badan atau pada seorang individu yang beranya 70% kira-

kira 4L cairan tubuh (Mary,1997).


Untuk memperoleh suatu respon biologis, molekul obat pertama-

tama harus menyeberangi suatu membran biologis beraksi sebagai suatu

pembatas lemak untuk kebanyakan obat-obat dan mengizinkan absorpsi

zat-zat yang larut dalam lemak dapat mendifusi menyeberangi

pembatasan hanya dengan kesulitan yang besar, jika tidak sama sekali.

Hubungan antara konstanta disolusi, kelarutan dalam lemak, dan pH pada

tempat absorpsi serta karakteristik absorbsi dari berbagai obat merupakan

dasar dari teori pH-partisi. Penentuan derajat disosiasi atau harga pKa

dari zat obat merupakan suatu karakteristik fisika-kimia yang relatif

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

penting terhadap evaluasi dari efek-efek yang mungkin pada absorbsi dari

berbagai tempat pemberian (Ansel,2005).

B. Uraian Bahan

1. Air Suling (Ditjen POM,1979 : 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air Suling

Rumus Molekul : H2O

Berat Molekul : 18,02 gram/mol.

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai pelarut.

Struktur Molekul : H-O-H

2. Alkohol (Ditjen POM, 2014 : 399)

Nama Resmi : AETHANOLUM.

Nama Lain : Alkohol/Etanol.

Rumus Molekul : C2H6O

Berat Molekul : 46,07 gram/mol.

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah

menguap, mudah bergerak, bau khas, rasa

terbakar pada lidah, mudah terbakar dengan

memberikan warna biru yang tidak berasap.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

dengan semua pelarut organik

Khasiat : Sebagai antiseptik.

Kegunaan : Membersihkan alat.

Struktur Molekul : CH3-CH2-OH

3. Minyak Kelapa (Ditjen POM, 1979 : 456)

Nama Resmi : OLEUM COCOS (FI. Ed.III hal. 456)

Nama Lain : Minyak Kelapa

Pemarian : Cairan jernih, tidak berwarna atau kuning

pucat, bau khas, tidak tengik

Kelarutan :Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada

suhu 60◦, sangat mudah larut dalam kloroform

P dan dalam eter P.

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

cahaya, di tempat sejuk

Penggunaan :Zat tambahan

4. Parasetamol (Ditjen POM, 2014 : 998)

Nama Resmi :ACETAMINOPHEN

Nama Lain :Parasetamol

RM/BM :C8H9NO2/151,16 gram/mol.

Kemurnian :Parasetamol tidak kurang dari 98% dan tidak

lebih dari 101% C8H9NO2.

Efek terapeutik :Analgetik dan antipiretik.

Pemerian :Hablur putih,tidak berbau,rasa sedikit pahit.

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus

cahaya. Simpan dalam suhu ruang, hindarkan

dari kelembapan dan panas.

Sturktur Molekul :

HO NHCOOH

5. Propilen Glikon (Ditjen POM, 2014 : 1070)

Nama Resmi :PROPYLENE GLYCOL.

Nama Lain :Propilen Glikon.

Rumus Molekul :C3H8O2

Berat Molekul :76,09 gram/mol.

Kelarutan :Dapat bercampur dengan air, dengan aseton,

dan dengan kloroform, larut dalam eter dan

beberapa minyak esensial, tidak dapat

bercampur dengan minyak lemak.

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan :Sebagai pelarut campuran.

Struktur Molekul :CH3CH(OH)CH2OH

B. Prosedur Kerja (anonim, 2018)

a. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif

1. Masukkan 100mg parasetamol dalam 5 ml air dan kocok selama

1,5 jam dengan stirer, jika ada endapan yang larut selama

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu parasetamol

sampai diperoleh larutan yang jenuh.

2. Saring dan tentukan kadar parasetamol yang terlarut dalam

masing-masing larutan.

b. Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat

1. Buatlah 100 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel

dibawah ini

Pelaru Air % (v/v) Alkohol 96% (v/v) Propilen glikol % (v/v)


t
A 60 0 40
B 60 10 30
C 60 20 20
D 60 35 5
E 60 40 0
2. Ambil 5 ml campuran pelarut masukkan kedalam vial, larutkan

parasetamol sebanyak 100 mg ke dalam masing-masing

campuran pelarut.

3. Kocok larutan dengan stirer selama 1,5 jam. Jika ada endapan

yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu

parasetamol sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.

4. Saring larutan dan tentukan kadar parasetamol yang larut dengan

menggunakan spektrofotometer.

5. Buatlah kurva antara kelarutan parasetamol dengan harga

konstanta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan.

c. Cara menentukan Koefisien Distribusi

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

1. Timbang 100 mg metil paraben, lalu dimaskkan dalam

Erlenmeyer 100 ml

2. Larutkan dengan aquadest, kemudin dicukupkan volume larutan

hingga 50 ml dengan aquadest

3. Ambil 25 ml dari larutan tersebut, masukkan dalam corong pisah,

dan tambahkan dengan 25 ml minyak kelapa

4. Kocok selama beberapa menit campuran di dalam corong pisah,

diamkan selama 10-15 menit hingga kedua cairan memisah satu

sama lain

5. Buka tutup corong pisah, lalu pisahkan air dari minyak dengan

menampung dalam Erlenmeyer

6. Tentukan kadar metil paraben dalam air menggunakan

spektrofotometer

7. Hitung koefisien distribusi

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

1. Alat

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu

aluminium foil, batang pengaduk, botol semprot, corong pisah,

erlenmeyer 100 mL, gelas ukur 10 mL, gelas ukur 50 mL, kertas saring,

sendok tanduk, stirer, timbangan analitik dan vial 10 mL.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu

alkohol, aquadest, minyak kelapa, paracetamol dan propilenglikol.

B. Cara Kerja

1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif.

a. Disiapkan alat dan bahan.

b. Dimasukkan 100 mg paracetamol dalam 5 mL air dan kocok selama

30 menit dengan stirer, jika ada endapan yang larut selama

pengocokan, ditambahkan lagi sejumlah tertentu parasetomol

sampai diperoleh larutan yang lewat jenuh.

c. Disaring, kemudian dikeringkan di dalam oven, lalu ditimbang dan

ditentukan kadar parasetomol yang terlarut dalam masing – masing

larutan.

2. Pengaruh pelarut campuran terhadap kelarutan zat.

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Dibuat 100 mL campuran bahan pelarut seperti yang tertera pada

tabel di bawah ini :

Pelarut Air %(v/v) Alkohol 96% Propilen glikol %

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

(v/v) (v/v)
A 60 0 40
B 60 10 30
C 60 20 20
D 60 35 5
E 60 40 0

c. Diambil 5 mL campuran pelarut, di masukkan ke dalam vial,

kemudian di larutkan paracetamol sebanyak 100 mg ke dalam

masing - masing campuran pelarut.

d. Dikocok larutan dengan stirer selama 30 menit, jika ada endapan

yang larut selama pengocokan di tambah lagi sejumlah parasetamol

sampai diperoleh larutan yang lewat jenuh kembali.

e. Disaring larutan, kemudian di keringkan lalu di timbang atau di

tentukan kadar parasetamol yang larut dengan menggunakan

spektrofotometer.

f. Kemudian di buat kurva antara kelarutan parasetamol dengan harga

konstanta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan.

3. Cara Menentukan Koefisien Distribusi

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Ditimbang 100 mg parasetamol, lalu di masukkan ke dalam

erlenmeyer 100 mL. Dilarutkan dengan aquadest, kemudian di

cukupkan volume larutan hingga 50 mL dengan aquadest.

c. Diambil 25 mL dari larutan tersebut, di masukkan ke dalam corong

pisah, dan di tambahkan 25 mL minyak kelapa.

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

d. Dikocok selama beberapa menit campuran di dalam corong pisah, di

diamkan selama 10-15 menit hingga kedua cairan memisah satu

sama lain.

e. Dibuka tutup corong pisah, lalu di pisahkan air dari minyak dengan

menampung dalam Erlenmeyer.

f. Ditentukan kadar parasetamol dalam air dengan menggunakan

spektrofotometer.

g. Kemudian di hitung koefisien distribusinya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

1. Tabel kurva baku kuantitatif dan konstanta dielektrik

Ppm Abs
2 0,159
6 0,279
8 0,399
10 0,655
12 0,787

2. Tabel kurva baku pelarut campur

Ppm Abs
4 0,156
6 0,254
8 0,349
10 0,427
12 0,529
14 0,617

3. Tabel kelarutan zat secara kuantitatif


Konsentrasi Konsentrasi pct Konsentrasi pct
absorban (ppm) (mg/10ml)
0,562 8523,809524 1,173

4. Tabel koefisiendistribusi
Abs Kelarutan Kelarutan KoefisienDistribus
dalam air dalam i
(C1) minyak (C2)
0,782 19,86693016 79,9735 3,993
0,276 19,86 80,14 4,035

5. Tabel pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat


Pelarut campur Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

absorban pct (ppm) pct


(mg/10ml)
A 0,160 295652,1739 2956,52
B 0,223 432608,69 432608,69
C 0,253 495652,1739 4956,521739
D 0,211 406521,7391 4065,22
E 0,239 467391,3043 4673,91

A. Kelarutan secara kuantitatif


1. Dik : a : 0,025
b : 0,063
r : 0.999
dit : konstanta (x) ?

y −a
X1 = x fp fP =
b

v . ditambahkan
v .dipipet /sampel

0,562−0,025 50 mL
= x 100000 = x
0,063 0,1mL

100 mL
0,2mL

= 852380,9524 ppm = 100000

852380,9524
X1 = x 10 mL
1000

X1 = 8523,809524 mg / 10 mL

B. Pelarut Campur
1. Dik : a : 0,024
b : 0,046
r : 0.999
dit : konstanta (x) ?

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

y −a
X1 = x fp fP =
b

v . ditambahkan
v .dipipet /sampel

0,160−0,024 50 mL
= x 100000 =
0,046 0,3 mL

= 295652,1739 ppm = 100000

29565,21739
X1 = x 10 mL
1000

X1 = 29565,21739 mg / 10 mL

2. Dik : a : 0,024
b : 0,046
r : 0.999
dit : konstanta (x) ?

y −a
X1 = x fp fP =
b

v . ditambahkan
v .dipipet /sampel

0,223−0,024 50 mL
= x 100000 = x
0,046 0,1mL

100 mL
0,2mL

= 432608,6957 ppm = 100000

432608,6957
X1 = x 10 mL
1000

X1 = 4326,086957 mg / 10 mL

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

3. Dik : a : 0,024

b : 0,046
r : 0.999
dit : konstanta (x) ?
y −a
X1 = x fp fP =
b

v . ditambahkan
v .dipipet /sampel

0,253−0,025 50 mL
= x 10000 = x
0,046 0,1mL

100 mL
0,2mL

= 495652,1739 ppm = 100000

49565,21739
X1 = x 10 mL
1000

X1 = 4956,521739 mg / 10 mL

4 . Dik : a : 0,024
b : 0,046
r : 0.999
dit : konstanta (x) ?
y −a
X1 = x fp fP =
b

v . ditambahkan
v .dipipet /sampel

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

0,211−0,024 50 mL
= x 10000 = x
0,046 0,1mL

100 mL
0,2mL

= 406521,7391 ppm = 100000

406521,7391
X1 = x 10 mL
1000

X1 = 406,5217391 mg / 10 mL

5. Dik : a : 0,025
b : 0,046
r : 0.999
dit : konstanta (x) ?
y −a
X1 = x fp fP =
b

v . ditambahkan
v .dipipet /sampel

0,239−0,025 50 mL
= x 10000 = x
0,046 0,1mL

100 mL
0,2mL

= 467391,3043 ppm = 100000

467391,3043
X1 = x 10 mL
1000

X1 = 4673,913043 mg / 10 mL

C.Koefisien Distribusi

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

y −a v . ditambahkan
1. C1 = x fp fP =
b v .dipipet /sampel

0,782−0,025 50 mL
= x 166,67 =
0,063 0,3 mL

= 2002,685556 ppm = 166,67

2002,685556
C1 = x 10 mL
1000
= 20,0268 mg / 10 mL
Pct larut dalam minyak

= Berat Awal – Berat Larutan

= 100 – 20,0268

= 79,9732 mg

C1
KD1 =
C2

79,9732
=
20,0268

= 3,993

KD1> 1

y −a v . ditambahkan
2. C1= x fp fP =
b v .dipipet /sampel

0,776−0,025 50 mL
= x 166,67 =
0,063 0,3 mL

= 1986,812222 ppm = 166,67

1986,812222
C1 = x 10 mL
1000

= 19,8681 mg / 10 mL

Pct larut dalam minyak

= Berat Awal – Berat Larutan

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

= 100 – 19,8681

= 80,1318 mg

C1
KD2 =
C2

80,1318
=
19,8681

= 4,033

KD2 > 1

B. Pembahasan

Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat

terlarut. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat melarut dalam

pelarut tertentu. Larutan pada umumnya dibagi menjadi tiga yaitu

larutan jenuh adalah larutan yang zat terlarutnya dapat melarut dalam

zat pelarutnya dalam konsentrasi yang maksimal. Larutan lewat jenuh

terjadi pada saat zat terlarut sudah melewati batas maksimal zat

pelarut untuk melarutkannya yang biasanya ditandai dengan

terbentuknya endapan. Larutan tak jenuh terjadi saat zat terlarut

belum mencapai batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya.

Pada praktikum ini dilakukan beberapa percobaan yaitu

pertama, pada kelarutan Paracetamol secara kuantitatif dimana

diperoleh hasil bahwa paracetamol dapat larut 150,5 g/10 ml bagian

dalam air (sukar larut). Sedangkan pada literatur (Ditjen POM Edisi III)

menyatakan bahwa kelarutan paracetamol yaitu 70 bagian dalam air

yang berarti agak sukar larut. Hasil yang kami hampir mendekati

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

range dengan literatur yang menunjukkan agak sukar larut namun

dengan angka yang berbeda.

Percobaan kedua adalah pengaruh pelarut campur dalam

kelarutan zat. Bertujuan untuk mengetahui perbandingan dari

kelarutan alcohol, propilglokulin, dan air terhadap zat padat dalam hal

ini dipakai zat padat paracitamol. Percobaan ini, menggunakan mesin

stirrer untuk mengaduk dalam waktu 1 jam. Sebelum distirer, kadar

paracitamol adalah 100 mg, lalu dilakukan penambahan kedua

sebanyak 200 mg pada menit ke 02 : 24, penambahan ketiga

sebanyak 201 mg pada menit ke 21 : 00, dan penambahan terakhir

sebanyak 100 mg pada menit ke 47 : 43. Tujuan penambahan karena

adanya endapan pada saat proses pengadukan. Hasil akhirnya, pada

menit ke 01 : 00 : 56 : 1 adalah 1,173/10mL.

Pada percobaan menentukan koefisien distribusi, Adapun

hasil dari 2 kelompok pratikkan, hasil koefisien distribusi dari

kelompok 2 yaitu 3,993g/ml, dan hasil koefisien distribusi dari

kelompok 4 yaitu 4,035 g/ml

Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk

diketahui dalam pembuatan sediaan farmasi cairan seperti sirup,

eliksir, obat tetes mata, injeksi dan lain-lain dibuat dengan

menggunakan pembawa air. Bahkan untuk bentuk sediaan obat

lainnya seperti suspensi, tablet atau kapsul yang diberikan secara

oral, data ini tetap diperlukan karena dalam saluran cerna obat harus

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

dapat melarut dalam cairan saluran cerna yang komponen utamanya

adalah air agar dapat diabsorbsi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada praktikum ini dilakukan beberapa percobaan yaitu pertama,

pada kelarutan Paracetamol secara kuantitatif dimana diperoleh hasil

bahwa paracetamol dapat larut 150,5 g/10 ml bagian dalam air (sukar

larut). Perobaan kedua adalah pengaruh pelarut campur Hasil akhirnya,

pada menit ke 01 : 00 : 56 : 1 adalah 357,34/5mL. Pada percobaan

menentukan koefisien distribusi, Adapun hasil dari 2 kelompok pratikkan,

hasil koefisien distribusi dari kelompok 1 yaitu 2,405 g/ml, dan hasil

koefisien distribusi dari kelompok 4 yaitu 1,93 g/ml

B. Saran

Sebaiknya asisten selalu memperhatikan praktikannya dalam

melakukan percobaan agar dapat memperoleh hasil yang sesuai. Untuk

laboratorium diharapkan agar memperhatikan kelayakan dan kelengkapan

alat yang akan digunakan, agar pratikum berjalan lebih efektif.

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2018, Farmasi Fisika, Universitas Muslim Indonesia : Makassar

Anief, Moh., 2003, Ilmu Meracik Obat, Gajah Mada University, Press :
Yogyakarta

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas


Indonesia Press : Jakarta

Ansel, H.C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat,


Universitas Indonesia Press : Jakarta

Ditjen POM, 1979, Farmakope indonesia edisi ketiga, Departemen


kesehatan RI : Jakarta

Ernest, 1999, Dinamika obat, ITB : Bandung

Martin, A., 1990, Farmasi Fisika Buku II, UI Press : Jakarta

Martin, A., 2013, Farmasi Fisika Jilid 1, Universitas Indonesia Press :


Jakarta

Mary, J.M., 2001,Farmakologi, Widya medika : Jakarta

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068
KELARUTAN 1

ANDI MIFTAHUL JANNAH YUSUF SRI FAJAR SARASWATI


15020170068

Anda mungkin juga menyukai