BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kasar.
Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui
eliksir, obat tetes mata, injeksi dan lain-lain dibuat dengan menggunakan
pembawa air. Bahkan untuk sediaan obat lainnya seperti suspense, tablet
atau kapsul yang diberikan secara oral, data ini tetap diperlukan karena
didalam saluran cerna obat harus dapat melarut dalam cairan saluran
farmasetis (dibidang farmasi) dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai
B. Maksud Praktikum
C. Tujuan Praktikum
2. Menentukan kelarutan suatu zat dalam dua cairan yang tidak saling
becampur
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
satuan garam yang dapat membuat jenuh larutan. Jika volume larutan
dm3maka kelarutan itu mempunyai satuan molar (m). Jika gambar ionic
dimasukkan ke dalam air, maka banyaknya garam yang dapat larut dalam
beragam dan merupakan salah satu sifat fisis dari senyawa/garam itu
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur ( Martin, 2013,
a. Larutan jenuh yaitu suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam
b. Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh yaitu suatu larutan yang
mengandung jumlah solute yang kurang dari larutan jenuh dimana zat
c. Larutan lewat jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung zat terlarut
dalam konsentrasi lebih banyak dari pada yang seharusnya ada pada
Like dissolves like menyatakan bahwa kelarutan suatu zat yang pada
Solvasi adalah interaksi zat pelarut dalam zat terlarut (Martin, 2013, Hal :
564 - 568).
campuran pelarut dari pada dalam suatu pelarut saja.gejala ini dikenal
garam atau senyawa tersebut. Telah lazim dikenal dalam bidang kimia,
bahwa senyawa tidak larut pun tidak memiliki kelarutan. Oleh karena itu,
senyawa seperti ini lebih tepat dikatakan sebagai senyawa yang sukar
bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian
adalah kelarutan pada suhu kamar, kecuali dinyatan lain. Zat jika
kertas saring, seran dan butiran debu. Pernyataan bagian dalam kelarutan
berarti bahwa 1 g zat padat atau 1 ml zat cair dalam sejumlah ml pelarut
campuran dari dua cairan yang tidak bercampur, zat itu akan mendistribusi
diri diantara kedua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh. Jika zat
itu ditambahkan kedalam pelarut tidak bercampur dalam jumlah yang tidak
distribusi, jelas hanya dapat dipakai dalam larutan encer dimana koefisien
konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan
melarutkan suatu gram zat, pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat
dipengaruhi oleh sifat-sifat fisika dan kimia zat tersebut serta formulasinya.
Pada prinsipnya obat diabsorpsi setelah zat aktifnya larut dalam cairan
antara lain bahwa senyawa yang larut baik dalam bentuk lemak
tidak diambil oleh jaringan lemak. Karena itu ditentukan terutama dalam
ekstrasel (Ernest,1999).
Distribusi obat adalah proses suatu obat yang reversibel
terikat kuat pada protein plasma, obat tersebut terlalu besar untuk keluar
6% dari berta badan atau pada seorang individu yang beranya 70% kira-
pembatasan hanya dengan kesulitan yang besar, jika tidak sama sekali.
dasar dari teori pH-partisi. Penentuan derajat disosiasi atau harga pKa
penting terhadap evaluasi dari efek-efek yang mungkin pada absorbsi dari
B. Uraian Bahan
Sturktur Molekul :
HO NHCOOH
1,5 jam dengan stirer, jika ada endapan yang larut selama
masing-masing larutan.
dibawah ini
campuran pelarut.
3. Kocok larutan dengan stirer selama 1,5 jam. Jika ada endapan
menggunakan spektrofotometer.
Erlenmeyer 100 ml
sama lain
5. Buka tutup corong pisah, lalu pisahkan air dari minyak dengan
spektrofotometer
BAB III
METODE KERJA
1. Alat
erlenmeyer 100 mL, gelas ukur 10 mL, gelas ukur 50 mL, kertas saring,
2. Bahan
B. Cara Kerja
larutan.
(v/v) (v/v)
A 60 0 40
B 60 10 30
C 60 20 20
D 60 35 5
E 60 40 0
spektrofotometer.
sama lain.
e. Dibuka tutup corong pisah, lalu di pisahkan air dari minyak dengan
spektrofotometer.
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
Ppm Abs
2 0,159
6 0,279
8 0,399
10 0,655
12 0,787
Ppm Abs
4 0,156
6 0,254
8 0,349
10 0,427
12 0,529
14 0,617
4. Tabel koefisiendistribusi
Abs Kelarutan Kelarutan KoefisienDistribus
dalam air dalam i
(C1) minyak (C2)
0,782 19,86693016 79,9735 3,993
0,276 19,86 80,14 4,035
y −a
X1 = x fp fP =
b
v . ditambahkan
v .dipipet /sampel
0,562−0,025 50 mL
= x 100000 = x
0,063 0,1mL
100 mL
0,2mL
852380,9524
X1 = x 10 mL
1000
X1 = 8523,809524 mg / 10 mL
B. Pelarut Campur
1. Dik : a : 0,024
b : 0,046
r : 0.999
dit : konstanta (x) ?
y −a
X1 = x fp fP =
b
v . ditambahkan
v .dipipet /sampel
0,160−0,024 50 mL
= x 100000 =
0,046 0,3 mL
29565,21739
X1 = x 10 mL
1000
X1 = 29565,21739 mg / 10 mL
2. Dik : a : 0,024
b : 0,046
r : 0.999
dit : konstanta (x) ?
y −a
X1 = x fp fP =
b
v . ditambahkan
v .dipipet /sampel
0,223−0,024 50 mL
= x 100000 = x
0,046 0,1mL
100 mL
0,2mL
432608,6957
X1 = x 10 mL
1000
X1 = 4326,086957 mg / 10 mL
3. Dik : a : 0,024
b : 0,046
r : 0.999
dit : konstanta (x) ?
y −a
X1 = x fp fP =
b
v . ditambahkan
v .dipipet /sampel
0,253−0,025 50 mL
= x 10000 = x
0,046 0,1mL
100 mL
0,2mL
49565,21739
X1 = x 10 mL
1000
X1 = 4956,521739 mg / 10 mL
4 . Dik : a : 0,024
b : 0,046
r : 0.999
dit : konstanta (x) ?
y −a
X1 = x fp fP =
b
v . ditambahkan
v .dipipet /sampel
0,211−0,024 50 mL
= x 10000 = x
0,046 0,1mL
100 mL
0,2mL
406521,7391
X1 = x 10 mL
1000
X1 = 406,5217391 mg / 10 mL
5. Dik : a : 0,025
b : 0,046
r : 0.999
dit : konstanta (x) ?
y −a
X1 = x fp fP =
b
v . ditambahkan
v .dipipet /sampel
0,239−0,025 50 mL
= x 10000 = x
0,046 0,1mL
100 mL
0,2mL
467391,3043
X1 = x 10 mL
1000
X1 = 4673,913043 mg / 10 mL
C.Koefisien Distribusi
y −a v . ditambahkan
1. C1 = x fp fP =
b v .dipipet /sampel
0,782−0,025 50 mL
= x 166,67 =
0,063 0,3 mL
2002,685556
C1 = x 10 mL
1000
= 20,0268 mg / 10 mL
Pct larut dalam minyak
= 100 – 20,0268
= 79,9732 mg
C1
KD1 =
C2
79,9732
=
20,0268
= 3,993
KD1> 1
y −a v . ditambahkan
2. C1= x fp fP =
b v .dipipet /sampel
0,776−0,025 50 mL
= x 166,67 =
0,063 0,3 mL
1986,812222
C1 = x 10 mL
1000
= 19,8681 mg / 10 mL
= 100 – 19,8681
= 80,1318 mg
C1
KD2 =
C2
80,1318
=
19,8681
= 4,033
KD2 > 1
B. Pembahasan
larutan jenuh adalah larutan yang zat terlarutnya dapat melarut dalam
terjadi pada saat zat terlarut sudah melewati batas maksimal zat
dalam air (sukar larut). Sedangkan pada literatur (Ditjen POM Edisi III)
yang berarti agak sukar larut. Hasil yang kami hampir mendekati
kelarutan alcohol, propilglokulin, dan air terhadap zat padat dalam hal
oral, data ini tetap diperlukan karena dalam saluran cerna obat harus
BAB V
A. Kesimpulan
bahwa paracetamol dapat larut 150,5 g/10 ml bagian dalam air (sukar
hasil koefisien distribusi dari kelompok 1 yaitu 2,405 g/ml, dan hasil
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh., 2003, Ilmu Meracik Obat, Gajah Mada University, Press :
Yogyakarta