Anda di halaman 1dari 3

DASAR TEORI

Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan
jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu
Kelarutan atau solubility (s) adalah kebanyakan senyawa dalam satuan garam
yang dapat membuat jenuh larutan. Jika volume larutan dm 3 maka kelarutan itu
mempunyai satuan molar (m) (Martin, 1990).
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu larutan juneh dalam sejumlah solven. Pada suatu temperatur
tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang tidak terlarut merupakan
contoh lain dari keadaan kesetimbangan dinamik (Mochtar, 1989).
Jika gambar ionik dimasukkan kedalam air, maka banyaknya garam yang dapat
larut dalam sejumlah pelarut tertentu merupakan nilai dari perkalian ion-ion yang
bergam dan merupakan salah stu sifat fisis dari senyawa/garam itu sendiri (Martin,
1990).
Banyaknya garam yang dapat larut dalam sejumlah pelarut disebut kelarutan, jika
volume larutan yang dipakai untuk melarutkan 1 dm3, maka kelarutan garam senyawa
tersebut dapat dinyatakan sebagai kepekaan garam atau senyawa tersebut (Arief, 2003).
Kelarutan suatu gram yang sedikit larut juga tergantung pada konsentrasi dari zat-
zat yang membentuk kompleks dengan kation gram dan hasil hidolisasi seperti
dikatakan diatas adalah suatu contoh yang pereaksi pembentuk kompleksnya yaitu ion
hidroksida (Roth,1994).
Telah lazim dikenal dalam bidang kimia bahwa senyawa tidak larut pun tidak
memiliki kelarutan. Oleh karena itu senyawa seperti ini lebih tepat dikatakan sebagai
senyawa yang sukar larut (Anief, 2003).
Besarnya kelarutan suatu senyawa adalah jenuh, misalnya senyawa yang
bersangkutan yang larut dalam sejumlah pelarut tertentu dan merupakan larutan yang
jenuh yang ada dalam kesetimbangan dengan bentuk padatnya (Ansel, 1989).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah
(Mirawati, 2007) :
1. Pengaruh pH
Zat aktif yang sering digunakan didalam dunia pengobatan adalah zat organik
yang bersifat asam lemah, kelarutan asam lemah seperti barbiturat dan sulfonamide
dalam akar akan bertambah dengan naiknya pH karena terbentuknya garam yang
mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organic seperti alkaloida dan anastetik
pada umumnya sukar larut.
2. Pengaruh temperatur
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung pada temperatur, titik leleh
zat padat, dan panas peleburan molar zat tersebut.
3. Pengaruh jenis pelarut
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar
akan melarutkan lebih baik zat-zat polar ionik, begitu juga sebaliknya.
4. Pengaruh konstanta dielektrik
Telah diketahui bahwa kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas
pelarut.
5. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel suatu zat.
Konfigurasi molekul dan bentuk sediaan susunan kristal juga mempengaruhi.
6. Pengaruh penambahan zat-zat lain
Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan kelarutan
suatu zat. Surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk agregat
yang dikenal sebagai misel.
Sifat yang penting dari misel ini adalah kemampuannya untuk menaikkan
kelarutan zat yang biasanya sukar larut dalam air. Proses ini dikenall sebagai solubility.
Solubility terjadi karena molekul zat yang sukar larut berasosiasi dengan misel
membentuk suatu larutan yang jernih dan stabil secara termodinamika. Lokasi molekul
zat terlarut dalam misel tergantung pada pelarut zat tersebut. Molekul non polar akan
masuk kedaerah polisade dan membentuk suatu misell campuran (Mirawati, 2007).
Selain penambahan surfaktan dapat juga ditambahkan zat-zat pembentuk
kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat, misalnya penambahan ureten dalam
pembuatan injeksi khirin (Mohtar, 1989).
Kelarutan suatu zat dalam pelarut tertentu diketahui dengan membuat larutan
jenuh dari zat itu pada suhu yang spesifik dan penentuan jumlah zat yang larut pada
sejumlah berat tertentu dan larutan dengan cara analisis kimia (Ansel, 2005).
Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain, terutama ion-
ion dalam campuran itu (Hardjaji, 1993)
Tipe larutan yang paling umum yang kita jumpai di laboratorium terdiri atas
solute yang terlarut dalam zat cair, oleh karena itu sebagian besar perhatian kita, kita
arahkan terhadap larutan tipe ini. Larutan yang berbentuk cair (contohnya NaCl dalam
air), melarutkan zat cair dalam zat cair (contohnya etilen glikol dalam air, larutan anti
beku), atau melarutkan gas dalam zat cair contohnya CO2 dalam air, efferfescens)
(Ditjen POM, 1979).
Untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam pengertian umum
kadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan perubahan kimia yang mungkin
terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut
adalah kelarutan pada suhu 20oC dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa, 1
bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume
tertentu pelarut, pernyataan kelarutan yang tidak disertai angka adalah kelarutan pada
suhu kamar, kecuali dinyatakan lain, zat jika dilarutkan boleh menunjukkan sedikit
kotoran mekanik seperti bagian kertas saring, serat dan butiran debu. Pernyataan bagian
dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat atau 1 ml zat cair dalam sejumlah dalam
sejumlah ml pelarut (Ditjen POM, 1979).
Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat
ditunjukkan dengan istilah sebagai bentuk (Ditjen POM, 1979).
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 10
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1.000
Sangat sukar larut 1.000 sampai 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

Tujuan Percobaan
1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif.
2. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan satu zat.
3. Menjelaskan usaha-usaha yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat
aktif dalam air dalam pembuatan sediaan cair.

Anda mungkin juga menyukai