OLEH :
NIM : 1900091
KELOMPOK : 1 (SATU)
ASISTEN DOSEN :
2020
KELARUTAN ZAT PADAT
I. Tujuan Praktikum
- Menentukan klasifikasi kelarutan zat padat
II. Tinjauan Pustaka
Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut
di dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan
dalam satuan milimeter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1
gram asam salisilat akan larut dalam 500 ml air. Kelarutan juga dinyatakan dalam
satuan molalitas, molaritas, dan persen (Tungandi,2009).
Pelepasan zat aktif dari bentuk sediannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia
dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat baru dapat di absorpsi
setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk
mempertinggi efek Farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat
aktifnya (Tungandi,2009).
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut
(solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam
jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan.
Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan
apapun terhadap suatu perlarut. Contohnya adalah etanol di dalam air, sifat ini lebih
dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut pada umumnya
merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang
terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut
seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah
“tak larut” (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun
sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang
terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik keseimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk
menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil
(Woedepss) (Tungandi,2009).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah :
• pH
• temperatur
• jenis pelarut
• bentuk dan ukuran partikel zat
• konstanta dielektrik pelarut
Kelarutan juga tergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan
non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat, maka
zat tersebut larut dalam air. Selain itu, penambahan surfaktan dapat juga
ditambahkan zat-zat pembentuk kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat,
misalnya penambahan uretan dalam pembuatan injeksi khinin (Tungandi,2009).
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun
ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya
dapat berubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tidak
dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis
sekalipun (Tungandi,2009).
Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Laruran gas misalnya udara.
Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan
cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri
dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute) (Tungandi,2009).
Larutan jenuh adalah suatu larutan yang zat terlarutnya berada dalam
kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut) (Sinko,2005).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pengadukan, suhu,
luas permukaan, viskositas, ukuran partikel, pH larutan, dan polimerfisme (Ditjen
POM, 1979)
Selain faktor diatas penambah surfaktan juga akan mempengaruhi kelarutan.
Surfaktan adalah suatu zat yang digunakan untuk menaikkan kelarutan suatu zat.
Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu polar dan non polar (Ditjen
POM,1979).
Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat
ditunjukkan dengan istilah berikut (Ditjen POM, 1979) :
Larut 10 sampai 30
Daya larut suatu zat dalam lain dipengaruhi oleh jenis zat terlarut, jenis zat
pelarut, temperatur dan tekanan, zat-zat dengna struktur kimia yang mirip umumnya
padat juga bercampur baik, sedang yang tidak biasanya sukar bercampur (Sukarjo,
1997).
Daya kelarutan suatu zat berkhasiat memegang peranan penting dalam formulasi
suatu sediaan zat. Lebih dari 50% senyawa kimia baru yang ditemukan saat ini
bersifat hidrofobik. Kegunaan secara klinik dari obat-obat hidrofobik menjadi tikad
efesien dengan rendahnya daya kelarutan, dimana akan mengakibatkan kecilnya
penetrasi obat tersebut didalam tubuh. Kelarutan seuatu karena kelarutan suatu obat
dengan tingkat disolusi obat tersebut sangat berkaitan (Jufri,dkk, 2004).
Dalam cara pengendapan, analit yang akan ditetapkan diendapkan dari larutannya
dalam bentuk senyawa yang tidak larut atau sukat larut, sehingga tidak ada yang
hilang selama penyaringan, pencucian dan penimbangan. Faktor-faktor yang
menetukan berhasilnya cara pengendapan adalah endapan harus sedemikan tidak
larut, sehingga tidak ada kehilangan yang berarti pada penyaringan. Dalam
kenyataannya, keadaan ini dizikan asalkan banyaknya banyaknya yang masi tinggal
(tika terendapkan) tidak melampaui batas minimum yang dapat ditunjukkan oleh
neraca analitik 0,1 mg ( Gandjar,dkk, 2007).
Secara teori jika pH dinaikkan, maka kelarutannya pun ikut meningkat, karena
selain terbentuk larutan jenuh obat dalam bentuk molekul yang tidak terionkan
(kelarutan intrinsic) juga terlarut obat yang berbentuk ion (Martin,dkk, 1990).
Secara khusus, penentuan kelarutan semu (apperent solubility) asam benzoat
dapat dilakukan dengan metode gravimetri. Gravimetri meruakan cara pemeriksaan
jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara
pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhanaan itu jlas kelihatan karena dalam gravimetri
jumlah zat ditentukan dengan menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari
zat-zat lain (Rivai, 1979).
Proses yang bersifat endotermis dalam satu arah adalah eksoterm dalam arah yang
lain. Karena proses pembentukan larutan dalam proses pengkristalan berlangsung
dengan laju yang sama dengan kesetimbangan maka perubahan-perubahan energi
netto adalah nol. Tetapi jika suhu dinaikkan maka proses akan menyrap kalor. Dalam
hal ini pembentukan larutan lebihdisukai. Segera setelah suhu dinaikkan tidak berapa
pada kesetimbangan karenaada lagi zat yang melarut. Suatu zat yang menyerap kalor
ketika melarut cenderung lebih mudah larut pada suhu tinggi (Klienfelter, 1996).
Pengaruh temperatur dalam kesetimbangan kimia ditentukan dengan Ho. Pada
reaksi endoterm konstanta kesetimabangan akan naik seiring dengan naiknya
temperatur. Pada reaksi eksoterm kontasta kesetimabangan akan turun dengan
naikknya temperatur (Silbey dkk, 1996).
Tipe Larutan
Larutan dapat digolongkan sesuai dengan keadaan terjadinya zat terlarut dan
pelarut, dan karena tiga wujud zat (gas, cair, padat kristal), ada sembilan
kemungkinan sifat campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut Larutan jenuh
adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase
padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang
mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan
untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. Larutan lewat jenuh adalah
suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada
yang seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak
larut (Martin. A, 1990).
III. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Buret
2. Erlemenyer
3. Neraca analitik
4. Spatula
b. Bahan
1. Aquadest
2. Amoxicillin
3. Coffein
4. NaCl
5. NaHCO3
6. Rivanol
7. Sulfadiazine
8. Vitamin B1
IV. Cara Kerja
1. Timbang masing-masing 1 gram zat yang akan ditentukan kelarutannya lalu
masukkan kedalam Erlemenyer.
2. Titrasi zat dengan aquadest/alkohol secara perlahan-lahan sampai zat uji larut.
3. Amati dan catat volume aquadest yang terpakai untuk melarutkan zat tersebut.
4. Kemudian tentukan kelarutannya berdasarkan istilah kelarutan yang terdapat
di Farmakope Indonesia.
V. Hasil dan Pembahasan
a) Hasil
Data
Volume Volume Melarutkan Tipe
No Nama Zat
Aquadest Etanol Farmakope Kelarutan
Indonesia
Air : 1-10 ml Mudah
larut
1. Vitamin B1 2,1 ml 3,3 ml
Etanol : 100- Sukar larut
1000 ml
Air : 10-30 ml Larut
2. NaHCO3 1,6 ml 3,4 ml Etanol : >10.000 Praktis
ml tidak larut
Air : 30-100 ml Agak sukar
3. Rivanol 3,9 ml 3,4 ml
larut
Etanol : 100- Sukar larut
1000 ml
Air : 100-1000 Sukar larut
ml
4. Amoxicillin 0,5 ml 9,8 ml
Etanol : 100- Sukar larut
1000 ml
Air : >10.000 ml Praktis
tidak larut
5. Sulfadiazine 28,1 ml 25,1 ml
Etanol : 30-100 Agak sukar
ml larut
Air : 1-10 ml Mudah
larut
6. NaCl 1,6 ml 10,5 ml
Etanol : 100- Sukar larut
1000 ml
Air : 30-100 ml Agak sukar
larut
7. Coffein 1,7 ml 7,2 ml
Etanol : 30-100 Agak sukat
ml larut
b) Pembahasan
Kelarutan merupakan parameter penting bagi suatu obat dalam mencapai
konsentrasi yng dibutuhkan untuk menghasilkan respon farmakologi. Banyak
obat memiliki kelarutan yang buruk didlam air, padahal obat harus berada
dalam bentuk terlarut ketika akan diabsorpsi, banyak teknik yang telah
dikembangkan untuk peningkatan kelarutan obat meliputi modifikasi fisik,
modifikasi kimia, ataupun teknik larut.
Pada percobaan kali ini mengenai kelarutan zat padat, bahan yang
ditentukan kelarutannya yaitu amoxicillin, coffein, rivanol, vitamin B1 dan
sulfadiadzin yang memiliki kelarutan dalam air dan alkohol yang berbeda-
beda dalam Farmakope Indonesia.
Pada percobaan ini zat padat seperti amoxicillin, coffein, NaCl, NaHCO3,
sulfadiadzin, rivanol dan vitamin B1dilarutkan dalam air dan alkohol.
Kelarutan dari zat pada ini menurut Farmakope Indonesia edisi III berbeda-
beda seperti NaHCO3 (Natrium Bikarbonat) larut dalam air,tetapi praktis tidak
larut dalam alkohol atau seperti vitamin B1 yang mudah larut da;am alkohol
namun sukar larut dalam alkohol.
NaHCO3 (Natrium Bikarbonat) adalah senyawa kimia dengan kelompok
garam. Senyawa ini merupakan Kristal yang sering terdapat dalam bentuk
serbuk natrium bikarbonat larut dalam air namun sukar larut dalam alkohl.
Pada hasil titrasi didapatkan hasil volume aquadest yang terpakai adalah
sebanyak 1,6 ml, sedangkan volume yang didapat pada etanol adalah
sebanyak 3,4 ml.
Sulfadiazin mempunyai warna putih sampai agak kuning, tidak berbau
atau hampir tidak berbau, stabil diudara tetapi pada pencampuran terhadap
cahaya pertahanan larutan menjadi hitam. Kelarutan yaaitu praktis tidak larut
dalam air, mudah lartu dalam atom mineral encer, dalam larutan kalium
hidroksida dalam larutan atom encer, agak sukar larut dalam etanol dan dalam
aseton sukar larut dalam serum manusia pada suhu 37°C. Pada hasil titrasi
yang kami dapatkan hasil volume aquadest yang terpakai adalah sebanyak
28,1 ml sedangkan volume yang terpakai pada etanol adalah sebanyak 25,1
ml.
Amoxicillin merupakan antibiotic berspektrum luas dan merupakan
turunan daru penicillin semi sintetik. Amoxicillin berbentuk serbuk, putih,
praktis tidak larut dalam udara, dalam methanol mengandung tidak kurang
dari pada percobaan kami. Amoxicillin sukar larut dalam air dan sukar larut
dalam dalam alkohol. Pada hasil titrasi volume etanol yang terpakai adalah
sebanyak 9,8 ml sedangkan volume pada aquadest yang terpakai adalah
sebanyak 0,5 ml.
Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi III Natrium Klorida mudah larut
dalam air dan sukar larut dalam alkohol. NaCl dlaam etanol tidak larut. Hal ini
dikarenakan oleh sifat dan struktur yang tidak sama atau berbeda larutan
garam dalam air (NaCl) merupakan larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat
menghantarkan listrik NaCL berwarna cerah dan transparan dan memiliki rasa
asam. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat biasanya stabil dan
tidak berbau, sedangkan garam yang berbentuk asam lemah dan basa lemah
lebih berbau karena disebabkan oleh asan konjugasi. NaCl terlarut didalam air
maka air tersebut akan mempunyai nilai atau tingkat konsentrasi yang tinggi
yang dapat mengklibasi kandungan air.
Rivanol adalah senyawa senyawa yang berbentuk serbuk hablur, kuning
tidak berbau, rasa sepat dan pahit, agak sukar larut dalam air. Rivanol berguna
untuk antiseptikum ekstern yaitu antibakteri untuk bagian luar.
Vitamin B1 mudah larut dalam air dan suka larut dalam etanol. Dengan
bentuk hablur kecil atau serbuk hablur putih berdasarkan hasil titrasi
didapatkan pada vitamin B1 volume aquadest yang terpakai adalah sebanyak
2,1 ml kelarutannya sukar larut sehingga volume alkohol yang terpakai lebih
banyak.
Coffein adalah senyawa dikoloid xantina berbentuk Kristal dan berasa
pahit. Coffein memiliki sifat agak sukar larut dalam air dan agak sukat larut
juga dlaam alkohol. Pada hasil titrasi kelompok kami mendapatkan volume
aquadest yang terpakai adalah sebanyak 1,7 ml sedangkan volume etanol yang
terpakai adalah sebanyak 7,2 ml.
Pada percobaan ini zat-zat yang agak sukar larut, sukar larut, sangat sukar
larut, bahkan praktis tidak larut diturunkan jumlah zatnya. Zatyang seharusnya
ditimbang sebanyak 1g, tetapi ditimbang 100 mg. untuk zat yang sukar larut
atau sangat sukar larut. Untuk zat yang praktis tidak larut dalam air atau
alkohol zat ditimbang sebanyak 10 mg untuk menghemat solvent (pelarut)
yang digunakan
Pelarut yang digunakan untuk melarutkan zat uji tersebut adalah aquadest
dan alkohol. Karena aquadest dan alkohol meruapak suatu pelarut yang biasa
digunakan untuk membandingkan tingkat kelarutan suatu zat untuk mengukur
volume pelarut yang digunkan untuk mengukur volume pelarut yang
digunakan untuk melarutkan zat uji dengan menggunakan buret dan dititrasi
dengan pelarut alkohol dan aquadest yang dimasukkan kedalam buret
VI. Kesimpulan
- Kelarutan suatu zat akan bertambah seiring semakin meningkatnya suhu. Hal ini
disebabkan karena semakin tinggi suhu/temperature tumbukan antar partikel-
partikel dimana zat tersebut semakin cepat, sehingga akan mempercepat
terjadinya reaksi (kelarutan).
- Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat yaitu semakin tinggi pH suatu larutan
maka kelarutan suatu zat semakin tinggi pula.
- Percobaan kali ini menggunakan bahan rivanol, coffein, vitamin B1, NaHCO3,
NaCl, sulfadiazine, amoxicillin.Yang mana tipe kelarutannya mudah larut, larut,
agak sukar larut, sukar larut, dan praktis tidak larut. Yang tidak ada tipe
kelarutannya adalah sangat mudah larut dan sangat sukar larut.
VII. Saran
Sebaiknya praktikan selalu didampingi asisten supaya mengurangi kesalahan yang
terjadi.
VIII. Daftar Pustaka
- Ditjen POM., 1979, “Farmakope Indonesia”, edisi III, Jakarta
- Gandjar, Ibnu Gholib, Abdul Rahman, 2007, ”Kimia Farmasi Analisis”,
Pustaka Pelajar. Yogyakarta
- Jufri, Mahdi, dkk, 2004. Formulasi Gameksan dalam Bentuk Mikroemulsi,
Majalah ilmu kefarmasian.
- Martin, A., 1990, “Farmasi Fisika”, Buku I, UI Press, Jakarta
- Sinko, P. 1990. Farmasi Fisika . Buku II, UI Press, Jakarta
- Tungadi, Robert. 2009.“Penuntun Praktikum Farmasi Fisika“. Jurusan Farmasi
Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo
- Willybrordus Yoga P.A.P., Rini Hendriani. “Review : Teknik Peningkatan
Kelarutan Obat”. Jurnal Vol 14 No 2
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 288
ABSTRAK
Kelarutan merupakan parameter penting bagi suatu obat dalam mencapai konsentrasi yang
dibutuhkan untuk menghasilkan respon farmakologi. Banyak obat memiliki kelarutan yang
buruk di dalam air, padahal obat harus berada dalam bentuk terlarut ketika akan diabsorpsi.
Banyak teknik yang telah dikembangkan untuk peningkatan kelarutan obat meliputi
modifikasi fisik, modifikasi kimia, ataupun teknik lain.
ABSTRACT
Pendahuluan
suatu senyawa baik padat, cair, ataupun dan Li, 2008; Vemula et al., 2010). Obat
gas yang terlarut dalam padatan, cairan, yang memiliki kelarutan rendah dalam air
atau gas yang akan membentuk larutan sering membutuhkan dosis yang tinggi
pada pelarut yang digunakan serta suhu setelah pemberian oral. Umumnya obat
dan tekanan (Lachman, 1986). Di bidang yang bersifat asam lemah atau basa lemah
farmasi, kelarutan memiliki peran penting memiliki kelarutan terhadap air yang buruk
dicapai pada sirkulasi sistemik untuk jumlah obat yang memiliki kelarutannya
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 289
rendah semakin meningkat. Kelarutan obat Dalam review ini akan dijabarkan
(Speiser, 1988). Umumnya obat dengan dalam meningkatkan kelarutan suatu obat.
dalam kelas II menurut Biopharmaceutics sumber data primer dari internet dengan
dari obat yang memiliki kelarutan rendah secara online seperti Google, NCBI,
akan berkurang, dan dosis yang dibutuhkan Penelusuran lebih lanjut dilakukan secara
akan lebih tinggi (Yellela, 2010; Sharma et manual berdasarkan pada daftar pustaka
al., 2009; Kumar et al.,, 2011). yang relevan sehingga didapatkan sumber
serta laju disolusi obat dengan berbagai berdasarkan kualitas baik secara
cara berupa : perubahan bentuk fisik, internasional ataupun secara nasional yang
zat dengan dijadikan bentuk garamnya kelarutan suatu obat dapat dikategorikan
2012).
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 290
Tabel 1.1. Teknik Memperbaiki Kelarutan berdasarkan Modifikasi Fisik, Kimia, dan Teknik
Lain
Teknik Contoh
nanosuspensi)
Ko-kristal
Solid disperse
Teknik kriogenik
Penggunaan buffer
Perubahan pH
Penggunaan kosolven
Hydrotrophy
Tabel 1.2. Teknik dan Peningkatan Kelarutan Obat dengan Berbagai Metode
peningkatan kelarutan
parasetamol
evaporation
Karbondioksida Superkritis
Hidroksipropil β-Siklodekstrin
dan HPMC E4
tidak cocok untuk obat yang memiliki shear fluid processor. Sediaan dibuat
dosis tinggi karena tidak akan mengubah dalam bentuk suspensi kemudian
kejenuhan kelarutan obat tersebut (Blagden dimasukkan kedalam katup dan ditekan
teknik yang efisien untuk obat – obat yang Mekanisme ini dapat memecah partikel
bersifat hidrofobik. Nanosuspensi dapat menjadi ukuran yang lebih kecil. Pada
kelarutan yang buruk di dalam air ataupun dengan pelarut organik yang mudah
minyak. Ukuran partikel padat yang menguap kedalam larutan yang dipanaskan
terdistribusi biasanya kurang dari satu sehingga akan terbentuk endapan dengan
mikron dengan ukuran partikel rata – rata adanya surfaktan (Patel et al., 2011).
zat aktif menjadi nanokristal kemudian salah satu teknik dalam meningkatkan
ditambahkan solven ataupun surfaktan. disolusi, absorpsi dan efek terapi suatu
obat oral dan parenteral dan memiliki hasil produk solid yang minimal terdiri atas dua
dilakukan dengan cara homogenisasi dan senyawa hidrofilik yang umum digunakan
ukuran partikel dalam skala industri dan Tween-80 juga dapat digunakan dalam
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 293
dispersi padat (Savjani et al., 2012). Pada dibawah vakum sehingga akan
teknik dispersi padat digunakan untuk obat untuk meningkatkan kelarutan suatu obat
a. Hot melt method / metode panas nanopartikel dan memiliki porositas yang
leleh : penggunaan metode ini tinggi dengan kondisi suhu yang sangat
obat dan pembawa hanya Metode yang paling mudah dan paling
suhu tinggi selama satu menit memiliki sifat asam atau basa diubah
pengaturan pH. Penggunaan buffer yang kurang larut dalam air, proses ini disebut
sesuai kapasitas dan tolerabilitas pH sangat salting in sedangkan zat yang menurunkan
penting dalam pengaturan pH. Bila kelarutan disebut salting out. Beberapa
eksipien yang terlarut menyebabkan pH garam dengan jumlah kation dan anion
lingkungan lebih tinggi dibandingkan pKa yang besar memiliki kelarutan yang tinggi
obat asam lemah maka meningkatkan dalam larutan berair. Klasifikasi senyawa
kelarutan obat tersebut (Jain et al., 2004). hidrotrop berdasarkan struktur molekul
kelarutan obat. Telah dilakukan penelitian dan nikotin) dan surfaktan ionik seperti
Hidrotropi merupakan proses zat berada pada suhu dan tekanan yang
besar zat terlarut lain untuk meningkatkan Fluida superkritis ini dapat diterapkan
kelarutan zat terlarut yang diinginkan di untuk meningkatkan kelarutan obat. Dalam
dalam air. Senyawa yang bertindak sebagai penelitian ini, disperse padat karbamazepin
karena suhunya rendah dan tekanan yang satu tahapan penting dalam absorpsi obat
membuat dapat menarik obat – obat yang di dalam saluran pencernaan. Berbagai
memiliki sifat termolabil, selain itu gas teknik dapat digunakan untuk
karbon dioksida tidak toksik dan murah meningkatkan kelarutan obat. Dapat
(Sareen et al., 2012; Dohrn et al., 2007). digunakan satu metode atau kombinasi
padat yang terdiri atas dua atau lebih formulasi yang lebih baik, bioavaibilitas
komponen padat yang membentuk satu kisi obat yang lebih, mampu untuk mengurangi
kristal yang berbeda dan dihubungkan dosis bahkan mengurangi biaya produksi.
ikatan hydrogen dan Van der Waals. Dalam menyelesaikan review ini,
Metode kokristal memiliki berbagai penulis menyadari banyak pihak yang telah
mempengaruhi kelarutan, laju disolusi dan Abdullah selaku dosen metodologi dan