I. Tujuan Praktikum
a. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
b. Menjelaskan pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
Larut 10 sampai 30
Tween 80
Struktur
Titik lebur -
0,1 =
m= = 0,3154 gram
Standarisasi NaOH
V1 = 11 ml
V2 = 10,9 ml
V3 = 11,2 ml
VNaOH NNaOH = Vas.oksalat Nas.oksalat
NNaOH =
NNaOH =
= 0,0906 N
5. Konsentrasi tween 80 = 1 ⁄
V1 = 0,7
V1 N1 = V2 N2
0,7 0,0906 = 5 N2
N2 = 0,012684 N
Bahan W1 W2 W3 W4 W5
Air (ml) 20 20 20 20 20
Tween 80 (gr ) 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0
V titrasi (ml) 0.35 0.4 0.45 0.6 0.7
Kurva perbandingan konsentrasi
0.2
0.1
0
0.2 0.4 0.6 0.8 1 Konsetrasi Tween 80 (gram)
VI. Pembahasan
Sebagaimana halnya pelarut campur, pada percobaan ini pun kita akan
melihat pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat. Kelarutan zat yang
dimaksud dalam percobaan ini adalah Asam benzoat pada pelarut air dengan
menambahkan surfaktan yakni Tween 80. Masing-masing konsentrasi Tween 80
telah ditentukan konsentrasinya, yakni 0,2gram : 0,4 gram : 0,6 gram : 0,8 gram: 1
gram dalam 20 ml air. Pencampuran antara air dan Tween 80 tersebut dilakukan
pada gelas kimia yang masing-masing telah diberi label. Kemudian, dilarutkan
asam benzoat sedikit demi sedikit ke dalam masing-masing gelas kimia tersebut.
Lalu, dikocok larutan dengan menggunakan mixer selama beberapa menit, jika ada
endapan yang larut selama pengocokan maka asam benzoat tersebut ditambahkan
lagi sampai didapat larutan yang jenuh kembali. Larutan yang telah jenuh tersebut
di saring dengan corong plastik dan kertas saring. Hasil filtrasi tersebut di titrasi
sedangkan residu dibuang.
Filtrat yang telah didapat kemudian dititrasi, dengan cara larutan basa yang
akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) dan
jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi.
Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan
mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet ukur. Untuk
mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen.
Dalam titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen. Cara ini
digunakan sebagaimana teori (syukri, 1999). Kemudian pada titrasi percobaan ini
digunakan filtrat masing-masing sebanyak 5ml dan NaOH 0,1 M sebagai larutan
basa yang banyaknya sebagaimana telah diketahui dan tertera pada hasil
pengamatan.
Titrasi diberhentikan setelah terjadi perubahan warna yaitu warna merah
muda. Sebagaimana dalam teori disebutkan bahwa Pada proses titrasi ini digunakan
suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang
dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah
tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 1999)
Dari hasil titrasi ini kita dapat menghitung konsentrasi Asam benzoat, yaitu
dengan menghitungnya menggunakan rumus :
V1 x M1 = V2 x M2
Dari masing-masing konsentrasi Asam Benzoat dan konsentrasi Tween 80 yang
digunakan maka dapat disimpulkan bahwa semakin banyak konsentrasi Tween 80
yang digunakan maka konsentrasi Asam benzoat semakin banyak yang didapatkan.
Jadi, penambahan surfaktan dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat. Penambahan
surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan.
Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun
konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi
konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel.
Dalam praktikum kali ini, digunakan suatu surfaktan dari golongan
nonionik yaitu tween 80 dengan konsentrasi yang berbeda. Konsentrasi yang
berbeda tersebut ditujukan untuk mengetahui peningkatan konsentrasi asam
benzoat yang terlarut dalam konsentrasi yang berbeda-beda tersebut. Dalam
praktikum kelarutan yang dipengaruhi surfaktan ini, fungsi surfaktan dalam
kelarutan memiliki andil yang cukup besar, ada beberapa mekanisme kerja
surfaktan yang akan dijelaskan, yaitu sebagai berikut :
Mekanisme Kerja Surfaktan
Pada aplikasinya sebagai bahan pembersih untuk material kain, tanah dan
sejenisnya, surfaktan dapat bekerja melalui tiga cara yang berbeda, yakni roll up,
emulsifikasi dan solubilisasi.
a. Roll up
Pada mekanisme ini, surfaktan bekerja dengan menurunkan tegangan
antarmuka antara minyak dengan kain atau material lain yang terjadi dalam
larutan berair.
b. Emulsifikasi
Pada mekanisme ini surfaktan menurunkan tegangan antarmuka minyak-larutan
dan menyebabkan proses emulsifikasi terjadi.
c. Solubilisasi
Melalui interaksi dengan misel dari surfaktan dalam air (pelarut), senyawa
secara simultan terlarut dan membentuk larutan yang stabil dan jernih.
Dari penjabaran diatas mekanisme kerja surfaktan yang berkaitan dengan
kelarutan zat dalam pelarut (air) yang dicampur dengan surfaktan adalah
mekanisme kerja yang ke 3 yakni solubilisasi.
Dalam praktikum, titrasi tidak dilakukan duplo karena pada titrasi pertama
telah ditemukan peningkatan konsentrasi asam benzoat. Dari hasil pengamatan
didapatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi surfaktan (tween), maka semakin
tinggi pula volume petitrat (NaOH) untuk mencapai volume titik akhir titrasi
(TAT) hal ini dikarenakan asam benzoat yang terlarut semakin banyak.
VII. Kesimpulan
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah solven.
Kelarutan suatu zat tergantung atas dua faktor, yaitu luasnya permukaan dan
kecepatan difusi.
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi
maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu
pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya
melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh.
Kelarutan diantara dua macam bahan kimia yang menentukan jumlah masing-
masing yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh
Semakin banyak konsentrasi Tween 80 yang digunakan maka semakin banyak
didapatkan konsentrasi Asam benzoat.
penambahan surfaktan dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat. Penambahan
surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan
larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan
konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan
ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi
membentuk misel.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel C. Howard, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Jakarta : Universitas Indonesia
Press.
Martin, Alfred, 1990, Farmasi Fisika Edisi I, Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Pharmaceutical Press.