Anda di halaman 1dari 20

PERCOBAAN VI

KELARUTAN
Tujuan Percobaan
1. Menentukan kelarutan suatu zat
2. Menjelaskan pengaruh consolvent terhadap kelarutan zat
3. Menjelaskan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan zat
Dasar Teori
Secara

kuantitatif,

kelarutan

suatu

zat

dinyatakan

sebagai

konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan
tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat
melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam
500 mL air. Kelarutan juga dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas
dan persen (Tungandi, 2009).
Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh
sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya
obat baru dapat di absorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus,
sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek Farmakologi dari
sediaaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya (Tungandi,
2009).
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia
tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent).
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut
dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan
jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap
suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam
bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya
merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran.
Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan

bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut,
seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering
diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada
sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut.
Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui
untuk

menghasilkan

suatu

larutan

yang

disebut

lewat

jenuh

(supersaturated) yang metastabil (Woedepss) (Tungandi, 2009).


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara
lain adalah :

pH
temperatur
jenis pelarut
bentuk dan ukuran partilel zat konstanta dielektrik pelarut

Kelarutan juga tergantung pada struktur zat, seperti perbandingan


gugus polar dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus
non polar suatu zat makin zat tersebut larut dalam air. Selain itu,
penambahan surfaktan dapat juga ditambahkan zat-zat pembentuk
kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat, misalnya penambahan
uretan dalam pembuatan injeksi khinin (Tungandi, 2009).
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul,
atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena
susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena
susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagianbagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun
(Tungandi, 2009).
Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas
misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan
logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan

lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut
(solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah
air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol.
Jika pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya
larutan garam dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol
disebutkan), tetapi larutan garam dalam air disebut larutan garam (air
tidak disebutkan) (Tungandi, 2009).
Larutan adalah sebagai bagian dari sediaan-sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan
dalam

air,

yang

karena

bahan-bahannya,

cara

peracikan

atau

penggunaannya, tidak dimasukkan kedaam olongan produk lainnya (Ansel,


2004).
Larutan jenuh adalah suatu larutan yang zat terlarutnya berada
dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut) (Sinko, 2005).
Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang
mengandung zat trlarut dalam konsentrasi yang dibutuhkan untuk
penjenuhan sempurna pada temperature tertentu (Martin, 1990).
Larutan lewat jenuh adalah suatu laruta yang mengandung zat
terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada seharusnya pada
temperature tertentu dan terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (SInco,
2005).
Menurut metode kelarutan, sejumlah besar obat ditempatkan dalam
wadah yang tertutup baik, bersama-sama dengan larutan zat pengomplek
dalam berbagai konsentrasi dan botol dikocok dalam bak pada temperature
konstan sampai tercapai kesetimbangan. Cairan supernatant dalam porsi
yang cukup diambil dan dianalisis (Alfred, 1990).

Adapun

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

kelarutan

adalah

pengadukan, suhu, luas permukaan, fikositas, ukuran partikel, pH larutan,


dan polimerfisme (Ditjen POM, 1979).
Selain faktor di atas penambah surfaktan juga akan mempengaruhi
kelarutan. Surfaktan adalah suatu zat yang digunakan untuk menakkan
kelarutan suatu zat. Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu polar
dan non polar (Ditjen POM, 1979).
Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya
dapat ditunjukkan dengan istilah berikut (Ditjen POM, 1979) :
Istikah Kelarutan

Jumlah bagian pelarut yang diperlukan

Sangat mudah larut


Mudah larut
Larut
Agak sukar larut
Sukar larut
Sangat sukar larut
Praktis tidak larut

untk melarutkan 1 bagian zat


Kurang dari 1
1 sampai 10
10 sampai 30
30 sampai 100
100 sampai 1000
1000 sampai 10.000
Lebih dari 10.000

Daya larut suatu zat dalam lain dipengaruhi oleh jenis zat terlarut,
jenis zat pelarut, temperatur dan tekanan, zat-zat dengna struktur kimia
yang mirip umumnya padat juga bercampur baik, sedang yang tidak
biasanya sukar bercampur (Sukarjo, 1997).
Daya kelarutan suatu zat berkhasiat memegang peranan penting
dalam formulasi suatu sediaan zat. Lebih dari 50% senyawa kimia baru
yang ditemukan saat ini bersifat hidrofobik. Kegunaan secara klinik dari
obat-obat hidrofobik menjadi tikad efesien dengan rendahnya daya
kelarutan, dimana akan mengakibatkan kecilnya penetrasi obat tersebut
didalam tubuh. Kelarutan seuatu karena kelarutan suatu obat dengan
tingkat disolusi obat tersebut sangat berkaitan (Jufri,dkk, 2004).

Dalam cara pengendapan, analit yang akan ditetapkan diendapkan


dari larutannya dalam bentuk senyawa yang tidak larut atau sukat larut,
sehingga tidak ada yang hilang selama penyaringan, pencucian dan
penimbangan.

Faktor-faktor

yang

menetukan

berhasilnya

cara

pengendapan adalah endapan harus sedemikan tidak larut, sehingga tidak


ada kehilangan yang berarti pada penyaringan. Dalam kenyataannya,
keadaan ini dizikan asalkan banyaknya banyaknya yang masi tinggal (tika
terendapkan) tidak melampaui batas minimum yang dapat ditunjukkan
oleh neraca analitik 0,1 mg ( Gandjar,dkk, 2007).
Secara teori jika pH dinaikkan, maka kelarutannya pun ikut
meningkat, karena selain terbentuk larutan jenuh obat dalam bentuk
molekul yang tidak terionkan (kelarutan intrinsic) juga terlarut obat yang
berbentuk ion (Martin,dkk, 1990).
Secara khusus, penentuan kelarutan semu (apperent solubility) asam
benzoat dapat dilakukan dengan metode gravimetri. Gravimetri meruakan
cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana
dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhanaan itu
jlas kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan
menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain (Rivai,
1979).
Proses yang bersifat endotermis dalam satu arah adalah eksoterm
dalam arah yang lain. Karena proses pembentukan larutan dalam proses
pengkristalan berlangsung dengan laju yang sama dengan kesetimbangan
maka perubahan-perubahan energi netto adalah nol. Tetapi jika suhu
dinaikkan maka proses akan menyrap kalor. Dalam hal ini pembentukan
larutan lebihdisukai. Segera setelah suhu dinaikkan tidak berapa pada
kesetimbangan karenaada lagi zat yang melarut. Suatu zat yang menyerap

kalor ketika melarut cenderung lebih mudah larut pada suhu tinggi
(Klienfelter, 1996).
Pengaruh temperatur dalam kesetimbangan kimia ditentukan dengan
Ho. Pada reaksi endoterm konstanta kesetimabangan akan naik seiring
dengan

naiknya

temperatur.

Pada

reaksi

eksoterm

kontasta

kesetimabangan akan turun dengan naikknya temperatur (Silbey dkk,


1996).
Gas + larutan (1)

Larutan (2) + kalor

Untuk kesetimbangan ini, peningkatan suhu malah akan mengusir


gas dan larutan sebab pergeseran ini kekiri adlah endoterm. Karena itu gas
hampir sealu menjadi kurang larut dalam cairan jika suhunya dinaikkan
(Atkins, 1994).
Tipe Larutan
Larutan dapat digolongkan sesuai dengan keadaan terjadinya zat
terlarut dan pelarut, dan karena tiga wujud zat (gas, cair, padat kristal), ada
sembilan kemungkinan sifat campuran homogen antara zat terlarut dan
pelarut Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada
dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh
atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut
dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk
penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. Larutan lewat jenuh
adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih
banyak daripada yang seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat
juga zat terlarut yang tidak larut (Martin. A, 1990).
Uraian Bahan
A. Air suling (Ditjen POM, 1979 : 96)
Namaresmi

: AQUA DESTILLATA

B.

Sinonim

: Air suling

RM/BM

: H2O / 18,02

Pemerian

: Cairan tidak berwarna, tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai pelarut

Alkohol (Ditjen POM, 1979: 63)


Nama resmi

: AETHANOLUM

Sinonim

: Etanol, etil alkohol

RM/BM

: C2H6O / 46,07

Pemerian

: cairan mudah menguap, tidak berwarna, jernih.


Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada
lidah,mudah terbakar.
: bercampur dengan air dan praktik bercampur
dengan pelarut organik lain.

Kelarutan

C.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan

: Sebagai pelarut campuran

Asam salisilat (Ditjen POM, 1993 : 50)


Namaresmi

: ACIDUM SALICYLUM

Sinonim

: Asam salisilat

Pemerian

: hablur putih, biasanya berbentuk jarum putih atau


serbuk hablur halus putih, rasa agak manis, tajam,
dan stabil di udara.

Kelarutan

: sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah


laut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air
mendidih, agak sukar larut dalam kloroform

D.

E.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan

: Sebagai sampel

Propilen glikol (Ditjen POM, 1993 : 712)


Nama resmi

: PROPYLENGLYCOLUM

Sinonim

: Propilen glikol

RM/BM

: C3H8O2 /76,09

Pemerian
Kelarutan

: cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas,


praktis tidak berbau, menyerap air pada udara
lembab
: dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan
dengan kloroform, larut dalam eter dan beberapa
minyak esensial tetapi tidak dapat bercampur
dengan minyak lemak.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai pelarut campuran

Polisorbat-80 (Dirjen POM, 1979 : 567)


Namaresmi

: POLYSORBATUM 80

Nama lain

: Polisorbat 80

Pemerian

: Cairan kental, transparan, tidak berwarna,


hampir tidak mempunyai rasa.

Kelarutan

: Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P


dalam etil asetat P dan dalam methanol P,
sukar larut dalam parafin cair P dan dalam
biji kapas P

Kegunaan

: Sebagai surfaktan

F.

Natrium Hidroksida (Ditjen POM, 1979 : 420)


Namaresmi

: NATRII HYDROXYDUM

Sinonim

: Natriumhiroksida

RM/BM

: NaOH / 40,20

Pemerian

: Bentuk batang, butiran, massa hablur atau kering,


keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur,
putih.

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol


95% P.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai komponen dapar

Alat dan Bahan


Alat
Buret 50ml
Gelas ukur 100ml
Batang pengaduk
Pengaduk magnetik
Sentrifugasi
Klem dan statif
Erlenmeyer
Gelas kimia
Labu takar
Pipet gondok
Bahan
Asam salisilat 20gram
Alkohol 70%
Propilenglikol
Tween 80 20 gram
NaOh 0,1M 500ml
Indikator PP

Kertas saring

Langkah Percobaan
a. Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
1. Dibuat 30 ml campuran pelarut seperti tertera pada tabel di bawah ini.
Propilen glikol
Pelarut

Air % (v/v)

Alkohol % (v/v)
% (v/v)

60

40

60

10

30

60

20

20

60

30

10

60

40

2. Diambil 50 ml campuran pelarut, dilarutkan asam salisilat sebanyak 1


gram ke dalam masing-masing campuran pelarut.
3. Dikocok larutan dengan pengaduk magnetik selama 15 menit, jika ada
endapan yang larut selama pengocokan ditambahkan lagi asam salisilat
sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.
4. Disaring larutan dan ditentukan kadar asam salisilat yang larut.
5. Dibuatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta
dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan.

b. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat


Tween 801. Dibuat 30 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0,5;
1; 5; 15 mg/ml.
2. Ditambahkan asam salisilat sedikit demi sedikit sampai
diperoleh larutan jenuh.
3. Dikocok larutan dengan pengaduk magnetik selama 15
menit, jika ada endapan yang larut selama pengocokan
ditambahkan lagi asam salisilat sampai diperoleh
larutan yang jenuh kembali.
4. Disaring larutan dan ditentukan kadar asam salisilat
yang larut dengan cara pipet tetes 10 ml larutan
kemudian ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalen lalu
titrasi dengan NaOH 0,1 M sampai tibul warna merah
muda.
5. Dibuatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan
% pelarut yang ditambahkan

HASIL

Hasil Percobaan dan Perhitungan


Kurva
1. Kurva pelarut campur antara konstanta dielektrik dengan zat yang
terlarut

Asam Salisilat
200
150 150.42
131.1

100
50

63.48

0
A

45.54
33.12

Series 1

2. Kurva solubilisasi campur antar konsentrasi tween 80 dengan zat


yang terlarut

Chart Title
16000
14000
12000

14490

10000
8000
6000
4000
2000
0 172.5
1

386.4
2

2277
3
4

Perhitungan
a. Pengaruh pelarut camput terhadap kelarutan zat
Pelarut A
Konstanta dialektrik zat pelarut campur
Aquades : alkohol : propilen glikol
60

: 0

: 40

18 ml

: 0

: 12 ml

Air

60
30 ml=18 ml
: 100

Propilen glikol :
Volume titrasi

40
30 ml=12 ml
100

: 10,9 ml

V M BM Valensi
= 10,9 0,1 138 1
= 150,42 mg

Pelarut B
Aquadest : alkohol : propilen glikol
60
: 10
: 30
18 ml
: 3 ml
: 9 ml
Air

60
30 ml=18 ml
100

Alkohol

10
30 ml=3 ml
100

Propilen glikol :

30
30 ml=9 ml
100

Volume titrasi

: 9,5 ml

V M BM Valensi
= 9,5 0,1 138 1
= 131,1 mg

Pelarut C
Aquadest : alkohol : propilen glikol
60
: 20
: 20
18 ml
: 6 ml
: 6 ml
Air

60
30 ml=18 ml
100

Alkohol

20
30 ml=6 ml
100

Propilen glikol :

20
30 ml=6 ml
100

Volume titrasi

: 4,6 ml

V M BM Valensi
= 4,6 0,1 138 1
= 63,48 mg
Pelarut D
Aquadest : alkohol : propilen glikol
60
: 30
: 10
18 ml
: 9 ml
: 3 ml
Air

60
30 ml=18 ml
100

Alkohol

30
30 ml=9 ml
100

Propilen glikol :

10
30 ml=3 ml
100

Volume titrasi

: 3,3 ml

V M BM Valensi
= 3,3 0,1 138 1
= 45,54 mg
Pelarut E
Aquadest : alkohol : propilen glikol
60
: 40
: 0
18 ml
: 12 ml : 0

Air

60
30 ml=18 ml
: 100

Alkohol

Volume titrasi

: 2,4ml

40
30 ml=12 ml
100

V M BM Valensi
= 2,4 0,1 138 1
= 33,12mg

b. Pengaruh surfaktan terhadap kelarutan suatu zat


1. Tween 0,5
0,5 mg/ml 30 ml = 15 mg = 0,015 g
Volume titrasi :
V % Tween BM Valensi
= 2,5 0,5 138 1
= 172,5 mg
2. Tween 1
1 mg/ml 30 ml = 30 mg = 0,03 g
Volume titrasi :
V % Tween BM Valensi
= 2,8 1 138 1
= 386,4 mg
3. Tween 5
5 mg/ml 30 ml = 150 mg = 0,15 g
Volume titrasi :
V % Tween BM Valensi
= 3,3 5 138 1
= 2277 mg
4. Tween 15
15 mg/ml 30 ml = 450 mg = 0,45 g

Volume titrasi :
V % Tween BM Valensi
= 7 15 138 1
= 14490 mg

PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, kita akan melihat pengaruh pelarut campur
terhadap kelarutan zat. Kelarutan zat yang dimaksud dalam percobaan ini
adalah Asam salisilat pada pelarut campur yakni air, alkohol, dan propilen
glikol.Masing - masing pelarut campur telah ditentukan konsentrasinya.
Sebagaimana tertera pada hasil pengamatan di atas. Pencampuran pelarutpelarut tersebut dilakukan pada gelas kimia yang masing-masing telah
diberi label. Kemudian dilarutkan asam salisilat sedikit demi sedikit ke
dalam masing-masing gelas kimia tersebut. Lalu dikocok larutan dengan
menggunakan pengaduk magnetik selama beberapa menit, jika ada
endapan yang larut selama pengocokan maka asam salisilat tersebut di
tambahkan lagi sampai didapat larutan yang jenuh kembali. Larutan yang
telah jenuh tersebut disaring dengan corong dan kertas saring.
Pada kurva pelarut campur A sampai E antara konstanta dielektrik
dengan zat yang terlarut yaitu semakin menurun, pada pelarut campur A
konstanta dielektriknya yaitu 10,9 , pelarut B yaitu 9,5 , pelarut C yaitu 4,6 ,
pelarut D yaitu 3,3 , dan pelarut E yaitu 2,4. Surfaktan terdiri dari dua
bagian yaitu bagian polar dan non polar, bila didispersikan dalam air pada
konsentrasi rendah akan berkumpul pada permukaan. Percobaan ini
menggunakan pengaduk magnetik dalam pengerjaannya dimana asam
salisilat dikocok dengan pengaduk magnetik selama 15 menit. Hal ini
dimaksudkan agar didapatkan campuran yang homogen.
Surfaktan yang digunakan pada percobaan ini adalah tween-80
dengan berbagai konsentrasi yang akan meningkatkan kelarutan asam
salisilat. Hubungan suatu surfaktan mempengaruhi kelarutan asam salisilat
yaitu dimana surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk
menaikkan kelarutan suatu zat. Oleh karena surfaktan mempunyai

kecenderungan berasosiasi membentuk agregat yang dikenal dengan misel


dimana misel ini dapat menaikkan kelarutan asam salisilat yang sukar larut
dalam air. Dengan penambahan surfaktan terdiri dua bagian yaitu bagian
polar dan non polar, bila didispersikan dalam air pada konsentrasi rendah,
akan berkumpul pada permukaan dengan mengorientasikan bagian polar
ke arah bagian air.
Pada kurva solubilisasi antar konsentrasi tween 80 dengan zat yang
terlarut tidak terjadi KMK. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor-faktor
kesalahan. Baik dari pembuatan larutan ataupun dari kesalahan praktikan
dalam melakukan praktikum.

PENUTUP
Kesimpulan
Dari data pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa :
Pada kurva solubilisasi antar konsentrasi tween 80 dengan zat yang
terlarut tidak terjadi KMK. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor-faktor
kesalahan. Baik dari pembuatan larutan ataupun dari kesalahan praktikan
dalam melakukan praktikum. Pada kurva pelarut campur A sampai E
antara konstanta dielektrik dengan zat yang terlarut yaitu semakin
menurun, pada pelarut campur A konstanta dielektriknya yaitu 10,9 ,
pelarut B yaitu 9,5 , pelarut C yaitu 4,6 , pelarut D yaitu 3,3 , dan pelarut E
yaitu 2,4. Surfaktan terdiri dari dua bagian yaitu bagian polar dan non
polar, bila didispersikan dalam air pada konsentrasi rendah akan
berkumpul pada permukaan.
Surfaktan yang digunakan pada percobaan ini adalah tween-80
dengan berbagai konsentrasi yang akan meningkatkan kelarutan asam
salisilat. Hubungan suatu surfaktan mempengaruhi kelarutan asam salisilat
yaitu dimana surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk
menaikkan kelarutan suatu zat.

DAFTAR PUSTAKA
Atkins' Physical Chemistry, 7th Ed. by Julio De Paula, P.W. Atkins
Ditjen POM., 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, Jakarta
Gandjar, Ibnu Gholib, Abdul Rahman, 2007, Kimia Farmasi Analisis,
Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Jufri, Mahdi, dkk, 2004. Formulasi Gameksan dalam Bentuk Mikroemulsi,
Majalah ilmu kefarmasian.
Kleinfelter, Keenam.1996. kimia untuk universitas. Jakarta: Erlangga
Martin, A., 1990, Farmasi Fisika, Buku I, UI Press, Jakarta
Mirawati.2013. Penentun Praktikum Farmasi Fisika . Makassar, Jurusan
Farmasi. Universitas Muslim Indonesia.
Moechtar., 1990, Farmasi Fisika, UGM Press, Yogyakarta
Sinko, P. 1990. Farmasi Fisika . Buku II, UI Press, Jakarta
Tungadi, Robert.

2009.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Jurusan

Farmasi Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo

Anda mungkin juga menyukai