Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tinjauan pustaka
II.1.1 Definisi Larutan
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari satu atau lebih zat
terlarut yang berupa padatan, cairan atau gas dalam pelarut yang sesuai
atau campuran pelarut yang membentuk system termodinamika yang stabil
secara fisika dan kimia dimana zat terlarut terdispersi dalam sejumlah
pelarut (Robert. T, 2014).
Kelarutan didefinisikan bahwa besaran kuantitatif sebagai konsentrasi
zat terlarut dalam larutan jenuh pda temperature tertentu dan secara
kualitatif didefinisikan sebgai interaksi spontan daridua atau lebih zat
membentuk disperse molekul homogen (Robert. T, 2014).
Pernyataan kelarutan zat dama bagian pelarut adalah kelarutan pada
suhu 20oc dan kecuali dinyatakan lain menunjukan bahwa 1 bagin bobot
zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian sebagai berikut
(Robert. T, 2014).
Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut diperlukan
untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10000
Praktis tidak larut Lebih dari 10000

3
4

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara


lain (Moechtar, 1990):
1. Pengaruh pH
Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan
umumnya adalah Zat organik yang bersifat asam lemah, dimana
kelarutannya sangat dipengaruhi oleh pH pelarutnya. Kelarutan asam-
asam organik lemah seperti barbiturat dan sulfonamide dalam air akan
bertambah dengan naiknya pH karena terbentuk garam yang mudah larut
dalam air. Sedangkan basa-basa organik lemah seperti alkoholida dan
anastetika lokal pada umumnya sukar larut dalam air. Bila pH larutan
diturunkan dengan penambahan asam kuat maka akan terbentuk garam
yang mudah larut dalam air.
2. Pengaruh temperatur (suhu)
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung kepada
temperatur, titik leleh zat padat dan panas peleburan molar zat tersebut.
Kelarutan suatu zat padat dalam air akan semakin tinggi bila suhunya
dinaikan. Adanya panas (kalor) mengakibatkan semakin renggangnya
jarak antar molekul zat padat tersebut. Merenggangnya jarak antar
molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antar molekul tersebut
menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-
molekul air. Berbeda dengan zat padat, adannya pengaruh kenaikan suhu
akan menyebabkan kelarutan gas dalam air berkurang. Hal ini
disebabkan karena gas yang terlarut di dalam air akan terlepas
meninggalkan air bila suhu meningkat.
3. Pengaruh jenis pelarut
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut.
Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu
pula sebaliknya. Kelarutan juga bergantung pada struktur zat, seperti
perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu molekul. Makin
panjang rantai gugus non polar suatu zat, makin sukar zat tersebut larut
dalam air.
5

Menurut Hilderbrane : kemampuan zat terlarut untuk membentuk


ikatan hydrogen lebih pentig dari pada kemolaran suatu zat. Senyawa
polar (mempunyai kutub muatan) akan mudah larut dalam senyawa
polar. Misalnya gula, NaCl, alkohol, dan semua asam merupakan
senyawa polar sehingga mudah larut dalam air yang juga merupakan
senyawa polar. Sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam
senyawa nonpolar, misalnya lemak mudah larut dalam minyak. Senyawa
nonpolar umumnya tidak larut dalam senyawa polar, misalnya NaCl
tidak larut dalam minyak tanah.
4. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel
suatu zat, sesuai dengan persamaan berikut :
Log S/So = 2 v/2,303 RTr
Keterangan :
S = kelarutan dari partikel halus
So = kelarutan zat padat yang ukuran partikelnya lebih besar
r = Tegangan permukaan partikel zat padat
v = volume partikel dalam cm2 per mol
R = jari-jari akhir partikel dalam cm2
T = temperatur absolut
Konfigurasi molekul dan bentuk susunan kristal juga berpengaruh
terhadap kelarutan zat. Partikel yang bentuknya tidak simetris lebih
mudah larut bila dibandingkan dengan partikel yang bentuknya simetris.
5. Pengaruh konstanta dielektrik
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut.
Pelarut polar mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat
melarutkan zat-zat non polar sukar larut di dalamnya, begitu pula
sebaliknya. Besarnya tetapan dielektrik ini menurut moore dapat diatur
dengan penambahan pelarut lain. Tetapan dielektrik suatu campuran
pelarut merupakan hasil penjumlahan dari tetapan dielektrik masing-
masing yang sudah dikalikan dengan % volume masing-masing
6

komponen pelarut. Adakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam


pelarut campuran dibandingkan pelarut tunggalnya. Fenomena ini
dikenal dengan istilah co-solvency dan pelarut yang mana dalam bentuk
campuran dapat menaikkan kelarutan suatu zat diseut co solvent. Etanol,
gliserin dan propilen glikol adalah co-solvent yang umum digunakan
dalam bidang farmasi untuk pembuatan eliksir.
6. Pengaruh penambahan zat-zat lain
Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikan
kelarutan suatu zat. Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu
bagian polar dan non polar apabila didispersikan dalam air pada
konsentrasi yang rendah, akan berkumpul pada permukaan dengan
mengorientasikan bagian polar ke arah air dan bagian non polar kearah
udara, surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk
agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat misel mulai
terbentuk disebut konsentrasi misel kritik (KMK).
II.1.2 Elixir
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dimaksudkan untuk
penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan.
Eliksi bukan obat yang digunakan sebgai pembawa tetapi eliksir obat
untuk efek terapi dari senyawa obat yang dikandungnya. Divandingkan
dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena
mengandung kadar gula yang lebih rendah akibatnya kurang efektif
dibanding sirup. Walaupun demikian karena sifat hidroalkohol eliksir lebih
mampu mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut dalam
air dan yang khuhus dan kemudahan dalam pembuatannya. Dari sudut
pembuatan eliksir lebih disukai dari pada sirup (Ansel, 2008).
Perbandingan alkohol yang ada pada eliksir sangat berbeda karena
masing-masing komponen eliksir mempunyai sifat kelarutan dalam
alkohol dan air yang berbeda. Tiap eliksir menggunakan campuran tertentu
dari air dan alkohol untuk mempertahankan semua komponen dalam
larutan (Ansel, 2008).
7

Eliksir diformulasikan sedemikian rupa sehingga pasien menerima


obat dengan dosis lazim untuk dewasa dalam ukuran eliksir yang tepat.
Untuk sebagian terbesar eliksir, satu atau dua sendok teh penuh pemberian
obat dengan dosis lazim dewasa (Ansel, 2008)
A. Keuntungan dan kerugian eliksir (Syarif, 2004)
Keuntungan:
1. Mudah ditelan dibandingkan tablet atau kapsil
2. Rasanya enak
3. Larutan jernih, tidak perlu dikocok lagi
Kerugian :
1. Alkohol kurang baik untuk kesehatan anak.
2. Karena mengandung bahan yang mudah menguap, maka harus
disimpan dalam botol bertutup kedap dan jauh dari sumber api
B. Pembagian eliksir
Eliksir terbagi atas 2 kelompok yaitu (Syafir, 2004)
a. Eliksir obat
- Dibandingkan dengan sirup, eliksir kurang manis dan kurang
kental. Hal tersebut berkaitan dengan kandungan gulanya
sehingga kemampuannya menutupi rasa tidak enak semakin
kecil.
- Kemampuan eliksir untuk menjaga kelarutan lebih baik jika
dibandingkan dengan sirup
- Eliksir merupakan sediaan yang stabil
- Proporsi jumlah alkohol yang dikandungnya bervariasi,
tergantung pada keperluan. Zat aktif yang sukar larut dalam air
dan larut dalam alkohol diperlukan jumlah alkohol yang lebih
besar.
- Selain alcohol, digunakan juga gliserin dan propilenglikol
sebagai pemanis, dapat pula digunakan sorbitol di samping
sukrosa, bahkan pemanis buatan
8

- Alkohol yang terdapat dalam eliksir berkisar antara 10-12%,


tetapi ada yang menggunakan hanya 3% saja dan yang tertinggi
44 %
b. Eliksir bukan obat
Biasanya ditambahkan pada sediaan dengan tujuan :
- Meningkatkan rasa atau menghilangkan rasa
- Sebagai bahan pengencer eliksir yang mengandung bahan aktif
obat
II.2 Studi preformulasi zat aktif
- Nama resmi : Dekstrometorfan
- Nama Iupac : (+)-3-methoxy-17-methyl-(9α,13α,14α)-morphinan
- Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam
koloroform
- Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih dan tidak berbau
- Rumus struktur :

- Rumus molekul : C18H25NO.HBr.H2/ 370,3 g/mol


- Berat molekul : 285 g/mol
- pKa : 9,85
- pH : 5,2-6.5
- Ukuran Partikel :-
- Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan zat pengoksidasi kuat
- Stabilitas : Stabil dibawah kondisi penggunaan biasa dan
penyimpanan
- Koefisien Partikel : 3,87
- Mekanisme kerja : Domperidon adalah derivate dari mofrin sintetik.
Zat ini bekerja dengan meningkatkan ambang
rangsang reflex batuk secara sentral dan
kekuatannya kira-kira sama dengan codein.
9

Berbeda dengan codein zat ini jarang menimbulkan


kantuk dan ganguan saluran cerna dan tidak
mendatangkan adiksi dan ketergantungan.
Deksometorfan efektif untuk mengontrol batuk
eksperimen maupun batuk patogenik akut maupun
kronis. Dalam dosis dektrometorfan tidak
menghambat aktifitas silia bronkus dan efek
antitusifnya bertahan 5-6 jam (syarif,2012)
II.3 Analisis permasalahan
- Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis yang
dimaksudkan untuk penggunaan oral, dan biasanya diberi rasa untuk
menambah kelezatan (Ansel,2008)
- Eliksir merupakan sediaan yang bersifat hidroalkohol, sehngga eliksir
lebih mampu mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut
dalam air dan yang larut dalam alkohol dibandingkan dengan sirup (Ansel,
2008).
- Eliksir memiliki keuntungan lain pula yaitu karena stabilitasnya yang
khusus dan kemudahan dalam pembuatannya dari sudut pembatan eliksir
lebih disukai dari pada sirup (Ansel,2008).
- Salah satu keuntungan eliksir dibandingkan dengan obat dalam bentuk
padatan adalah kemudahan pemberian dosis, terutama pada anak-anak
(Ansel,2008).
- Dalam formula ini dektrometorfan diformulasikan dalam sediaan eliksir
karena dilihat dari kelarutan dari DMP yaitu tidak praktis dalam air hal ini
dikarenakan sediaan eliksir mengunakan komponen-komponen yang
kelarutanya dalam air jelek dengan penambahan alkohol dan air.
- Selain penambahan alkohol dan air adanya penambahan gliserin, sorbitol,
dan propilen glikol dalam eliksir umumnya member andil pada efek
pelarut dari pembawa hidroalkohol, mebantu kelarutan zat aktif,
meningkatkan kestabilan sediaan ada adanya penambahan bahan-bahan ini
menambah kekentalan elixir (Ansel,200
10

- Adapun dalam formulasi ini, digunakan beberapa eksipien diantaranya :


a. Kosolven
Adapun kosolven yang digunakan yaitu kombinasi alkhol dan
propilen glikol hal ini dikarenakan alkohol merupakan pelarut utama
dan propilen glikol sering digunakan dalam eliksir sebagai pelarut
pembantu
b. Antioksidan
Penambahan antioksidan pada suatu bahan akan mengakibatkan
terjadinya pemisahan atau inaktivasi radikal bebas yang dapat
menghentikan atau menunda proses oksidasi . adapun antioksidan
yang digunakan adalah asam askorbat
c. Pemanis
Zat ini berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma serta
memperbaiki sifat-sifat fisik ediaan. Adapun oemasis yang digunakan
adalah aspartame dengan konsentrasi 0,8%.
d. Pengawet
Zat ini dibutuhkan untuk mencegah resiko kontaminasi dari
mikroba baik dari eksipien maupun faktor luar yang akan
mempengaruhi kestabilan dari sediaan. Pengawet yang digunakan
adalah, denga konsentrasi
e. Pendapar
Dapar ditambahkan dalam formula ini untuk mengoptimalkan zat
aktif pada pH stabilitasnya. Adapun eliksir DMP harusnya memiliki
pH diantar 5.2-6.5. Dalam formulasi ini digunakan dapar sitrat yang
memiliki kisaran pH 3-6.2 (chukka,2014)
f. Pemberi rasa
Hamper semua sediaan eliksir disedapkan dengan pemberi rasa
buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam seperti minyak jeruk,
vanili dan lain-lain. Adapun perasa yang digunakan yaitu essence
stowbery.
11

g. Pemberi warna
Pewarna digunakan untuk menambah daya tarik dari eliksir.
Umumnya zat pewarna yang berhubungan dengan perisa yang
digunakan. Adapun pewarna yang digunakan adalah essence
stowberry.

Anda mungkin juga menyukai