Disusun Oleh
Nama : Fitriyanawati
NIM : 201410410311091
Kelas : Farmasi A
Kelompok : V (Lima)
Tes buih positif mengandung saponin bila buih stabil selama lebih dari 30
menit dengan tinggi 3 cm diatas permukaan cairan
b. Reaksi Warna
1. Preparasi Sampel:
Timbang 0,5 gram ekstrak
2. Uji Liebermann-Burchard
Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIB sebanyak 5 ml + 3 tetes
asam asetat anhidrat dan 5 tetes H2SO4 pekat, amati perubahan
warna yang terjadi
Kocok perlahan dan amati perubahan warna
Adanya steroid tak jenuh ditandai dengan timbulnya cincin warna merah
Nilai RF2
Nilai RF3
Nilai RF4
Nilai RF5
Nilai RF2
Nilai RF3
G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini, kelompok kami melakukan identifikasi adanya senyawa golongan
glikosida saponin, triterpenoid dan steroid dari ekstrak Sapindus rarak DC. Sebanyak 0,2
gram, ekstrak Sapindus rarak DC ditambahkan 10 ml aquadest dan dikocok kuat-kuat
selama ±3G. 0 detik. Tes buih ini positif ketika buih atau busa yang dihasilkan tingginya 3 cm
diatas permukaan cairan dan bertahan selama lebih dari 30 menit. Uji buih ini bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya kandungan saponin pada ekstrak Sapindus rarak DC dan pada
percobaan ini didapatkan hasil buih yang tingginya ±7 cm dan hal ini menunjukkan bahwa
adanya kandungan saponin pada ekstrak Sapindus rarak DC.
Identifikasi yang kedua yaitu dengan menggunakan pereaksi warna, uji Liebermann-
Burchard dan uji Salkowski. Mula-mula ekstrak Sapindus rarak DC ditimbang sebanyak 0,5
gram lalu dilarutkan dengan etanol 15 ml. Penambahan etanol ini bertujuan untuk melarutkan
senyawa golongan glikosida saponin, triterpenoid dan steroid. Kemudian bagi larutan menjadi
tiga bagian secara visual masing-masing 5 ml (larutan IIA, IIB, dan IIC). Larutan IIA
digunakan sebagai blanko, larutan IIB dugunakan untuk uji Liebermann-Burchard, dan
larutan IIC digunakan untuk uji Salkowski. Pada uji Liebermann-Burchard (larutan IIB)
ditambahkan dengan 3 tetes asam asetat anhidrat dan 5 tetes H 2SO4 pekat. Penambahan asam
asetat dan H2SO4 pekat ini bertujuan untuk menarik air yang terdapat pada ekstrak karena
pada percobaan ini, tidak diperbolehkan adanya kandungan air pada reaksi ini sedangkan
asam sulfat pekat berfungsi untuk menghidrolisis air sehingga terbentuk warna merah ungu
yang berasal dari reaksi antara sterol tidak jenuh atau triterpen dalam asam, kemudian amati
perubahan warna yang terjadi pada larutan. Pada uji Liebermann-Burchard ini didapatkan
hasil larutan bewarna merah ungu, hal ini menunjukkan adanya kandungan saponin
triterpenoid pada ekstrak Sapindus rarak DC. Pada uji Salkowski (larutan IIC) ditambahkan
1-2 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi. Penambahan H2SO4 ini bertujuan untuk
menghidrolisis air yang akan bereaksi dengan turunan asetil membentuk cincin merah coklat
atau ungu, kemudian amati perubahan warna yang terjadi. Pada uji Salkowski ini didapatkan
pada larutan terdapat cincin warna merah coklat, hal ini menunjukkan adanya kandungan
steroid tak jenuh pada ekstrak Sapindus rarak DC.
Identifikasi yang ketiga yaitu mengidentifikasi sapogenin steroid/ triterpenoid dan
terpenoid/ steroid bebas dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Mula-mula
timbang ekstrak Sapindus rarak DC 0,5 gram kemudian tambahkan dengan 5 ml HCl 2N,
didihkan dan tutup dengan corong berisi kapas basah selama 50 menit. Penambahan HCl 2N
ini bertujuan untuk membebaskan aglikonnya (sapogenin) dari suatu ikatan glikosida,
sedangkan pemanasan ini bertujuan untuk membantu dan mempercepat putusnya (hidrolisis)
sapogenin dari ikatan glikosidanya. Setelah dingin, tambahkan dengan ammonia sampai basa,
kemudian ekstraksi dengan 4-5 ml n-heksana sebnyak 2X, penambahan ammonia ini
bertujuan untuk menentralkan larutan yang awalnya bersifat asam sedangkan tujuan dari
pengekstraksian dengan n-heksana unutuk memisahkan sapogenin dan senyawa lainnya.
Dalam pengekstrakan tersebut akan terbentuk 2 lapisan. Lapiasan yang diambil adalah lapisan
n-heksana, karena sapogenin cenderung larut dalam n-heksana. Kemudian dilakukan
penguapan untuk menghilangkan n-heksana tadi setalah itu ditotolkan pada plat KLT. Fase
diam yang digunakan adalah kiesel gel 254, fase geraknya dalah n-heksana-etil asetat (4:1),
dan penampak nodanya digunakan anisaldehida asam sulfat (dengan pemanasan). Adanya
sapogenin ditunjukkan dengan terjadinya warna merah ungu (ungu) untuk anisaldehida asam
sulfat. Pada percobaan ini didapatkan 5 titik noda berwarna ungu setelah ditambahkan
penampak noda anisaldehida (dipanaskan), hal ini menunjukkan adanya kandungan sapogenin
pada ekstrak Sapindus rarak DC. Sedangakn untuk identifikasi terpenoid/ steroid bebas yaitu
mula-mula ambil sedikit ekstrak Sapindus rarak DC, lalu tambahkan dengan beberapa tetes n-
heksana 0,5-1 ml aduk ad larut. Penambahan n-heksana ini bertujuan untuk melarutkan
ekstrak setelah itu diuapkan dilemari asam sampai 1/3, totolkan pada plat KLT. Fase diam
yang digunakan kiesel gel 254, fase geraknya n-heksana-etil asetat (4:1), dan penampak
nodanyanya anisakdehida asam sulfat (dengan pemanasan). Pada percobaan ini didapatkan 3
titik noda berwarna ungu setelah ditambahkan penampak noda anisaldehida (dipanaskan), hal
ini menunjukkan adanya kandungan terpenoid dan steroid pada ekstrak Sapindus rarak DC.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid III. Jakarta :
Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Jakarta :
Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan.
Sarker, S.D, Latif, Z. and Gray, A, I. 2006. Natural Products Isolation Second Edition. Humana
Press, New Jersey.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28697/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada tanggal
22 Februari 2017)
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53776/2/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdf (diakses pada tanggal 22 Februari 2017)
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/914 (diakses pada tanggal 28
Februari 2017)
https://www.researchgate.net/profile/Retno_Widyowati/publication/
277741546_Kandungan_Kimia_dan_Aktivitas_Antimikroba_Ekstrak_Garcinia_Celebica_l
_terhadap_Staphylococcus_Aureus_Shigella_Dysenteriae_dan_Candida_Albicans/links/
55bc2ea308ae9289a0957ba6.pdf (diakses pada tanggal 28 Februari 2017)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23253/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada tanggal
28 Februari 2017)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16111/4/Chapter%20II.pdf(diakses pada tanggal
28 Februari 2017)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20837/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada tanggal
28 Februari 2017)