Anda di halaman 1dari 28

KEFARMASIAN SEBAGAI PROFESI

• PROFESIONALISME :
 memiliki dan menampilkan sikap, tingkah laku, pandangan serta
perbuatan / tindakan profesional ( professional behavior )

 perwujudan aktif dari tindakan suatu keahlian

. PROFESIONAL :
 orang yang memiliki pekerjaan berdasarkan keahlian yang
memenuhi persyaratan keilmuan dan kemampuan dibidang
profesinya

 a member of a profession who displays the following ten traits :


PROFESSIONAL : a member of a profession who displays the
following ten traits :

• 1. Knowledge and skills of a profession


• 2. Commitment to self-improvement of skills and knowledge
• 3. Service orientation
• 4. Pride of the profession
• 5. Covenantal relationship with the client
• 6. Creativity and motivation
• 7. Conscience and trustfulness
• 8. Accountability for his/her making
• 9. Ethically sound decision making
• 10. Leadership
• CIRI-CIRI PROFESI :

 1. Harus dilatar belakangi suatu latihan atau pendidikan


ketrampilan dan intelektual yang sistematis

 2. Ukuran keberhasilannya bukan hanya atau tidak selalu


bersifat materi

 3. Harus berpihak kepada masyarakat banyak

 4. Ketidakhadiran di bidangnya dirasakan kehilangan bagi


masyarakat untuk siapa ia mengabdi
 5. Menyadari akan keterbatasannya bahwa suatu profesi tidak
pernah dapat memecahkan masalah di bidangnya secara
sempurna, karena itu ia harus selalu meningkatkan dan
memperdalam ilmu dalam profesinya

 6. Menarik orang-orang dengan kecerdasan tinggi dan


kepribadian baik untuk memilih profesi ini sebagai pekerjaan /
pengabdian seumur hidup dan bukan sekedar batu loncatan
untuk pekerjaan yang lain
PROFESI : bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
tertentu

• PROFESSION :
 a profession is a learned (i.e. scholarly) activity and thus
involves format training, but within a broad intellectual context.
To be within the profession means to be certified, formally or
informally by one’s peers or by some established body within the
profession.
And a profession embodies a norm of social responsiveness,
expectations about their conduct derive from an ethic of service
which, as a norm, is prior to an ethic of self-interest

 the idea of a profession implies an idea of competence and


authority, technical and moral, and that the professional will
assume an hieratic place in society.
PROFESSION :
 an occupation whose members share ten common characteristics

• 1.
Prolonged specialized training in a body abstract knowledge
• 2.
A service orientation
• 3.
An ideology based on the original faith professed by members
• 4.
An ethic that is binding on the practioners
• 5.
A body of knowledge unique to the members
• 6.
A set of skills which from the technique of the profession
• 7.
A guild of those entitled to practice the profession
• 8.
Authority granted by the society in the form of licensure or
certification
• 9. A recognized setting where the profession is practiced
• 10. A theory of societal benefits derived from the ideology.
• PROFESSION : profess to know better than others the nature of
certain matters, and know better than
their clients what ails them of their
affairs ( Hughes, E.C. )

. THE PROFESSIONS are a set of occupations that have


developed a very special set of norms deriving
from their special role in society ( SCHEIN, E.H.)
 KARAKTERISTIK PROFESI :

 Tubuh pengetahuan yang berbatas jelas


 Pendidikan khusus berbasis “ keahlian “ pada jenjang
pendidikan tinggi
 Memberi pelayanan kepada masyarakat ;
praktek dalam bidang keprofesian –
autonomy
- Memiliki perhimpunan dalam bidang kode etik profesi
- Motivasi bersifat altruistik.
• KARAKTERISTIK PROFESI ( Abraham
Flexner ) :

- aktivitas intelektual
- berdasarkan ilmu dan belajar
- digunakan untuk tujuan praktek / pelayanan
- dapat diajarkan
- terorganisir secara internal
- altruistik
MARKET DEMANDS

 PROFESSIONAL OPPORTUNITIES :

 COMMUNITY PHARMACY : 50 – 70 %
 (Pharmacy License mandatory > 95 %

 HOSPITAL PHARMACY : 10 – 15 %
 (Pharmacy License mandatory > 95 %

 PHARMACEUTICAL INDUSTRY : 10 – 15 %
 (Pharmacy License mandatory + 40 %
 desirable + 20 %
 not required + 40 %
 ELSWHERE : 10 – 20 %
(Pharmacy License desirable + 40 %
not required + 60 %
MARKET DEMANDS PRIMARY TASKS

• HOSPITAL PHARMACY :

– Compounding / Formulation
– Dispensing
– Quality Control
– Counselling (patients, physicians, public)
– Medication Monitoring (patient)
– Medication Policy Development
– Management
– Bioanalysis and Toxicology
MARKET DEMANDS PRIMARY TASKS

 COMMUNITY PHARMACY :

– Compounding / Formulation
– Dispensing
– Quality Control
– Counselling (patients, physicians, public)
– Medication Monitoring (patient)
– Medication Policy Development
– Management
MARKET DEMANDS PRIMARY TASKS
prod. & quality – regulatory affair & development – pharma business

 PHARMACEUTICAL INDUSTRY :
 Production, Formulation
 Product Development
 Quality Control
 Storage and Keeping
 Quality Monitoring (QA, GMP, ISO)
 Regristration
 Marketing / Sales
 Basic Research
 Clinical Research (Phase I, II, III)
 Business Development
PERAN DAN FUNGSI FARMASIS (profisional)
- perkembangan perundang-undangan - ilmu pengetahuan & teknologi -
sosekbud masyarakat

  PERKEMBANGAN PERUNDANG-UNDANGAN :

– Sebelum th 1233 (abad pertengahan) :


. Farmasis : belum ada
. Alchemy / Tabib : sudah ada, ahli diagnosa, pengobatan dan
penyedia obat

- Th. 1233 dan selanjutnya dimaklumatkan oleh Raja Frederick II (Sicilia)


. Confectionarisous (profesi farmasi) : ahli penyedia obat saja
Tabib hanya sebagai ahli diagnosa dan pengobatan dan tidak boleh
menguasi Apotheca

- Zaman penjajah Belanda : peraturan-peraturan DVG (Hindia Belanda) :


apotek awalnya dipimpin Apoteker Belanda, baru 1953 oleh
Apoteker bangsa Indonesia (lulusan UGM)
 - masa kemerdekaan : Undang-undang Pokok Kesehatan (1960) –
Undang-undang Kefarmasian (1963) – Sistem Kesehatan nasional

 1992 : UU Kesehatan No. 23


Tenaga Kesehatan (7) :
- tenaga medis : Dokter, Dokter Gigi
- tenaga keperawatan : Perawat & Bidan
- tenaga kefarmasian : Apoteker, Analis Farmasi, AA
- tenaga gizi : Nutrisionis, Dietisien
- tenaga kesehatan masyarakat : epidemiologi kes.,
mikrobiologi kes., dsbnya
- tenaga keterapian fisik : fisioterapis, terapi wicara
- tenaga keteknisan fisik : radiografer, teknisi gigi
Bidang farmasi bertanggungjawab : penyediaan –
distribusi – pembimbingan-pengawasan : obat-
obatan, kosmetik, makmin, perbekalan kesehatan

  PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN


TEKNOLOGI:
• Sebelum ditemukan penyebab sakit : obat
simpomatik
• Setelah ditemukan penyebab sakit : obat kasuatif
• Sumber bahan obat : bahan alam (farmasi natural) 
sintesis kimia, atau sintesis semi kimia dan
rekayasa genetik
• Obat-obatan, makmin, kosmetik dan perbekalan
farmakes : individu  universal ; dan dari small scale
 large scale (industri).
Perlu standarisasi  Farmakope (bersifat dinamik),
diperbarui secara periodik.
PERKEMBANGAN SOSEKBUD MASYARAKAT :
- utamanya pada self medication :
tingkat pendidikan masyarakat &
massmedia

 Ethical drugs  - obat daftar W (obat keras tertentu)


- obat bebas terbatas ( logo warna biru
- obat bebas bebas ( logo warna hijau
OTC : Over The Counter

 Farmasis, semula sebagai : menanti pesanan pasien menjadi


aktiv (menawarkan produk yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.

 Farmasis : berubah menjadi “designer obat”


THE ROLE OF PHARMACIST :
- pharmacist as a professional
- the pharmacist has a role in all aspect of drug therapy

 NEED A SHIFTING PROCEES

 From : - philosophical state  scientific practical position


- theoritical thought  facts
- ideology  sustainability
- hearsy & emotion  measurement and reality
- statements &
expectations  action and confirmation
FORMAT LAYANAN KEFARMASIAN

PEKERJAAN KEFARMASIAN

LICENSED
PHARMACIST CPOB
UU
STANDAR
PELAYANAN
KOMPETENSI

KINERJA PROF.
YG TERUKUR
LICENSED PHARMACIST : -(1): tenaga kes bertugas
menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai
dengan bidang keahlian atau kewenangan tenaga kes ybs

-(2) : ketentuan mengenai kategori,jenis dan kualifikasi tenaga kes


ditetapkan dengan peraturan pemerintah
(UU No. 23 Th 1992 pasal 50)

APOTEKER : sarjana farmasi yg telah lulus pendidikan profesi dan


telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan
yg berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian
(SK Menkes No.1027 Th 2004 ttg Standar pelayanan kefarmasian
di Apotek)

 By the law & regulation of th country in which the profession are


applied
KEPUTUSAN MENKES RI N0. 1332 th 2002 : tentang
ketentuan tata cara pemberian izin apotek

 BAB 1 Pasal 4 ayat (1), (2), (3)

 Izin Apotek diberikan oleh Menteri

 Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin Apotek


kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota

 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan


pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin
dan pencabutan izin Apotek sekali setahun kepada Menteri
dan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
 PEKERJAAN KEFARMASIAN :(UU No.23 th 1992 – Bab 1 – 1/13)
 pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi
 Pengamanan pengadaan
 Penyimpanan dan distribusi obat
 Pengelolaan obat
 Pelayanan obat atas resep dokter
 Pelayanan informasi obat serta
 Pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional

SEDIAAN FARMASI : (UU No.23 th 1992 – Bab 1 – 1/9)


- obat dan bahan obat
- obat tradisional dan kosmetika
TENAGA KESEHATAN : setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan

Serta : memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan


dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan

PEKERJAAN KEFARMASIAN (UU No. 23 Th 1992 ttg Kes ps 63)


- pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi,
dan pelayanan sediaan farmasi harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu
- ketentuan mengenai pelaksanaan pekerjaan kefarmasian
sebagaimana dimaksud dlm ayat diatas ditetapkan dg PP
LINGKUP TANGGUNGJAWAB PELAYANAN KEFARMASIAN

 1. menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan


 masyarakat

 2. menjamin obat yang diberikan berkualitas, aman, efektif dengan


 memperhatikan hak azasi serta keunikan individu

 3. menjamin setiap orang atau masyarakat yang menggunakan obat


 atau alat kesehatan dapat menggunakan dengan cara yang
 paling baik dan benar

 4. bersama tenaga kesehatan lain bertanggungjawab dalam


 menghasilkan keluaran terapi
KINERJA PROFESIONAL YANG TERUKUR : ( ISFI )
 standar kompetensi farmasis indonesia : S O P

• STANDARD OPERATING PROCEDURES FARMASIS DI


:
• FARMASI RUMAH SAKIT
• DI APOTEK

• Asuhan kefarmasian
• Akuntabilitas Praktek Farmasi
• Manajemen Praktis Farmasi
• Komunikasi Farmasi
• Pendidikan dan Pelatihan Farmasi
• Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian
 ELEMEN KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN TINGGI :

 Landasan kemampuan pengembangan kepribadian


 Kemampuan penguasaan ilmu dan ketrampilan
 Kemampuan untuk berkarya ( know to do )
 Kemampuan mensikapi dan berperilaku dalam berkarya,
mandiri, menilai dan mengambil keputusan secara
bertanggungjawab ( to be )
 Dapat hidup bermasyarakat dan bekerjasama, saling
menghormati dan menghargai nilai-nilai pluralisme dan
kedamaian ( to live together )
PELAYANAN KESEHATAN : - asuhan medik
- asuhan kefarmasian

• Keputusan diagnosa &


piilhan farmakoterapetika
( asuahan medik )
DOKTER

PASIEN KESEMBUHAN

FARMASIS
Keputusan cara penggunaan,
resiko kesehatan, kebenaran informasi
farmakoterapetika
( asuhan kefarmasian )

Non Farmasis Keputusan non-profesional

Anda mungkin juga menyukai