Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

FARMAKOGNOSI
Saponin

DOSEN PEMBIMBING
Medi Andriani M.Parm., Sci

DISUSUN OLEH
NURUL ATIKA

STIKes HARAPAN IBU JAMBI


FARMASI
2019 / 2020
Kata pengantar
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya dan pengetahuan sehingga makalah
yang berjudul saponin ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang
lebih baik lagi.
Definisi Saponin

Saponin berasal dari kata Latin yaitu ‘sapo’ yang bearti mengandung busa stabil bila
dilarutkan dalam air.Kemampuan busa dari saponin disebabkan olehkombinasi dari
sapogenin yang bersifat hidrofobik (larut dalam lemak) dan bagian rantai gula yang bersifat
hidrofilik (larut dalam air). Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol, telah terdeteksi
dalam lebih dari 90 suku tumbuhan.Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya
berupa sapogenin.Saponin tersebar luas di antara tanaman tinggi, keberada saponin sangat
mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air
yang apabila dikocok. Saponin adalah deterjen alami yang mempunyai sifat
aktif permukaan,dimana struktur molekulnya terdiri dari aglikon steroid atau triterpen yang
disebut dengan sapogenin dan glikon yang mengandung satu atau lebih rantai gula .Saponin
dengan sifat deterjennya dapat mempengaruhi substans yang larut dalam lemak pada
pencernaan, meliputi pembentukan misel campuran yang mengandung garam empedu, asam
lemak, digliserida, vitamin yang larut dalam lemak dan dengan mineralSaponin berasal dari
kata Latin yaitu ‘sapo’ yang bearti mengandung busa stabil bila dilarutkan dalam
air.Kemampuan busa dari saponin disebabkan olehkombinasi dari sapogenin yang bersifat
hidrofobik (larut dalam lemak) dan  bagian rantai gula yang bersifat hidrofilik (larut dalam
air). Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol, telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku
tumbuhan.Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya  berupa sapogenin.Saponin
tersebar luas di antara tanaman tinggi, keberadan saponin sangat mudah ditandai dengan
pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok. Saponin adalah deterjen
alami yang mempunyai sifat aktif permukaan,dimana struktur molekulnya terdiri dari aglikon
steroid atau triterpen
yang disebut dengan sapogenin dan glikon yang mengandung satu atau lebih rantai gula.
Saponin dengan sifat deterjennya dapat mempengaruhi substans yang larut dalam lemak pada
pencernaan, meliputi pembentukan misel campuran yang mengandung garam empedu, asam
lemak, digliserida, vitamin yang larut dalam lemak dan dengan mineral.

Klasifikasi saponin
Secara umum saponin merupakan bentuk glikosida yang memiliki
aglikon berupa steroi dan triterpen.Triterpen merupakan jenis senyawa bahan alam
yang memiliki 6 monoterpen atau memiliki jumlah atom karbon sebanyak 30.Dari
aglikonnya saponin dapat bagi menjadi dua yaitu saponin dengan steroid dan
saponin dengan triterpen.
A. Saponin steroid
  Tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat.Steroid saponin
dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai sapogenin.Tipe saponin
ini memiliki efek antijamur.Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot
polos. Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan
digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin
jenis ini memiliki aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder
tumbuhan.Jembatan ini juga sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini
disebabkan karena memiliki efek kuat terhadap jantung.
Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida (Asparagu
sarmentosus), Senyawa ini terkandung di dalam tumbuhan Asparagus sarmentosus
yang hidup dikawasan hutan kering afrika.Tanaman ini juga biasa digunkan sebagai
obat anti nyeri dan rematik oleh orang afrika.

B. Saponin triterpenoid
 
Triterpen yang memiliki atom C sebanyak 30.Saponin jenis ini bersifat
asam.Tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat.Dihidrolisis
menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin ini merupakan suatu senyawa
yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini
adalah turunan –amyrine. Salah satu jenis contoh saponin ini adalah
asiatikosida.Senyawa ini
terdapat pada tumbuhan Gatu kola yang tumbuh didaerah India.Senyawa ini dapat
dipakai sebagai antibiotik

Identifikasi saponin
Secara kualitatif untuk menyatakan keberadaan saponin pada contoh bahan dapat
dilakukan dengan uji busa dan menghemolisis sel-sel darah merah, bila larutan saponin
diinjeksikan ke dalam aliran darah. Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi
tumbuhan atau waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti terpercaya akan
adanya saponin.Selanjutnya golongan sapogeninnya dapat ditentukan dengan reaksi warna
menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard.Berdasarkan warna yang terbentuk, apabila
terbentuk warna merah atau ungumenunjukkan saponin triterpen, sedangkan bila terbentuk
warna hijau atau birumenunjukkan saponin steroid (Harborne, 1996).
Secara kualitatif, saponin steroid yang termasuk golongan spirostanol dapat dibedakan
dengan furostanol. Glikosida furostanol menunjukkan warna merah pada lempeng
kromatografi lapis tipis (KLT) bila disemprot dengan pereaksi Ehrlich (p-dimetil amino
benzaldehida dan asam klorida) dan warna kuning dengan pereaksi anisaldehida, sebaliknya
tidak terjadi perubahan warna pada glikosida spirostanol. Secara konvensional, elusidasi struktur
saponin dilakukan melalui studi Derivatisasi dan degradasi . Derivatisasi saponin dilakukan
melalui reaksi
metilasi atau asetilasi. Degradasi saponin dilakukan melalui reaksi hidrolisis total dan atau
hidrolisis parsial. Hidrolisis saponin dapat dilakukan dengan cara enzim, basa, atau asam
yang menghasilkan sapogenin dan gula. Hidrolisis dalam suasana asam menghasilkan
hidrolisis total maupun hidrolisis parsial tergantung konsentrasi asam,waktu, dan suhu.
Secara khusus hasil hidrolisis total saponin adalah untuk mengidentifikasi sapogenin dan
glikon. Posisi ikatan glikosidik inter glikon maupun antar glikon dan sapogenin, di
identifikasi dengan melakukan reaksi permetilasi dan diikuti dengan reaksi hidrolisis secara
total satuan-satuan gula yang menyusun aglikonnya. Bagian yang tidak termetilasi pada
masing-masing satuan gula adalah sisi yang berikatan.

A. Produk-produk saponin dan penggunaanya dibidang farmasi

 Daun Singkong
            Kandungan kimia pada umbi dan daun Manihot utilissima adalah saponin, selain itu
daunnya juga mengandung flavonoid (Hutapea, 2000).
 
 Daun Gamal
            Gamal (Gliricidia sepium) merupakan jenis tanaman local yang digunakan sebagai
pakan ternak, memiliki produktivitas yang tinggi dan tersebat di wilayah tropis. Tanaman
Gamal mengandung zat flavonoida, tanin, poliphenol, saponin dan kumarin (Karti, 1998;
Wahid, 2008). Hasil penelitian Wina dan Tangendjaja (2000) bahwa suplementasi saponin
dan tannin dalam ransum mengurangi populasi protozoa dan dapat meningkatkan populasi
bakteri pancerna serat kasar. Dengan demikian penurunan populasi protozoa dalam rumen
akan diikuti dengan penurunan gas metan (CH4).
 
 Bunga Sepatu
Kembang sepatu ( Hibiscus rosa-sinensis L.) biasanya banyak tumbuh di daerah tropis
dan subtropis. Kembangnya berukuran besar dan umumnya berwarna merah dan kuning.
Pada umumnya, tinggi tanaman sekitar 2 sampai 5 meter. Batang tingginya ± 3m, bulat,
berkayu, keras,diameter ± 9cm, masih muda berwarna ungu setelah tua putih kotor. Daun
berbentuk bulat telur yanglebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung daun yang
meruncing (Anonim, 2009). Kembang sepatu dapat digunakan sebagi obat. Selain untuk
pengobatan, kembang sepatu juga dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak.
Kandungan nutrisi dari kembang sepatu yaitu abu 88%, lemak 2.7 %,serat kasar 12%, BETN
50%, dan protein kasar 11.9% (Hyene, 1987). Daun, bunga, dan akar kembang sepatu
mengandung flavonoida. Di samping itu daunnnya juga mengandung saponin dan polifenol,
bunga mengandung saponin dan polifenol, akarnya juga mengandung tanin, saponin,
skopoletin, cleomiscosin A, dan cleomiscosin C (Harborne,1996). Baik daun dan bunga dari
kembangsepatu memiliki senyawa bioaktif saponin. Oleh sebab itu, menurut Sutardi (1977)
kembang sepatudapat dijadikan agensia defaunasi dari populasi protoza.
 
 Daun Kaliandra
Komposisi kimiawi kaliandra mengandung protein berkisar 20%, terdapat tanin 8-
11%, saponin, flavonoid dan glikosida dalam jumlah kecil yang tidak membehayakan ternak.
Kaliandra dapat digunakan sebagai pengganti sebagian rumput yang diberikan. Pada sapi
dapat menggantikan rumput maksimal 50%, sedangkan untuk domba sampai dengan 30%.
Pemberian pada ternak sebaiknya dalam bentuk segar karena proses pengeringan akan
menurunkan konsumsi dan kecernaanya, selain itu kandungan tanin dalam kaliandra segar
kurang berbahaya untuk ternak. Kaliandra dapat diberikan saat sebelum atau sesudah
pemberian pakan tambahan (Harborne,1996).

 Daun Lamtoro
Lamtoro mempunyai kandungan protein kasar berkisar antara 14-19%, sedangakan
kandungan serat kasar umumnya berfliktuasi dari 33 hingga 66%, dengan kandungan Beta-N
berkisar antara 35-44%. Daun lamtoro umumnya defisiensi asam amino yang mengandung
sulfur. Kandungan vitamin A dan C biasanya tinggi. Biji dan daun lamtoro mengandung
glactomannan yang dapat membentuk ekstrasi protein dari kemungkinan penggunaannya oleh
ternak. Zat ini mungkin mempunyai potensi sebagai bahan biomedical.

B. cara memperoleh saponin Dan identifikasinya


 Skrining Fitokimia(Untuk mengidentifikasi senyawa saponin ini dapat dilakukan
dengan skrining fitokimia
Caranya: pada sejumlah kecil simplisia ditambahkan air panas, kemudian didihkan. Setelah
dingin disaring. Kurang lebih 10 mL filtrat diambil, dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu
dikocok dengan arah vertikal selama 10 detik. Adanya penambahan busa setinggi lebih
kurang 1 cm yang stabil pada penambahan 1 tetes HCl 0,1 N menunjukkan bahwa dalam
simplisia tersebut terkandung senyawa golongan saponin (Mukhlis, 2006:21).
 Kromatografi Lapis Tipis(Analisis dengan KLT dapat digunakan untuk
mengidentifikasi simplisia yang kelompok kandungan kimianya telah diketahui.
Identifikasi senyawa saponin dilakukan dengan menyediakan: (Sirait 1987:1977)
A ) Larutan zat yang diperiksa(Serbuk simplisia sebanyak 2 gram disari dengan 10 ml etanol
(70%) P dengan cara merefluks selama 10 menit. Setelah didinginkan dan disaring, filtrat
diuapkan sampai 5 ml. tiap kali pemeriksaan KLT diperlukan 25-40 L sari.
B) Larutan pembanding(Larutan zat pembanding 0,1% dalam metanol P. untuk tiap kali
pemeriksaan digunakan 10 L.
C)Cairan eluasi(Cairan eluasi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi senyawa saponin
adalah klroform-metanol-air (64:50:10), n-butanol-asam asetat glasial-air (50:10:40),
kloroform-metanol (95:5), dan kloroform-metanol-air (70:30:4)
 UV (Pereaksi Penampak)
Pereaksi penampak yang sering digunakan untuk mengidentifikasi senyawa saponin adalah:
a) Daerah LP(Saponin yang bersifat hemolitik dapat diamati sebagai bercak putih pada
latar belakang merah. Hemolisis dapat terjadi segera, atau setelah membiarkan
lempeng KLT beberapa saat, atau setelah mengeringkan lempeng KLT dalam udara
panas.
b) Vanilin-asam sulfat LP(Dengan pereaksi ini saponin membentuk bercak biru, violet
biru atau kadang-kadang kekuningan bila diamati pada sinar biasa.
c) Anisaldehid-asam sulfat LP(Warna bercak sama dengan warna yang ditunjukkan pada
pereaksi vanilin-asam sulfat LP
d) Antimon (III) klorida LP(Menunjukkan bercak berwarna violet kemerahan dalam
sianr biasa. Bila diamati pada sinar UV 365 nm umumnya menunjukkan bercak
berpendar violet merah, biru dan hijau
e) Vanilin-asam fosfat LP(Gensenosida memberika warna violet kemerahan dalam sinar
biasa bila diamati pada sinar UV 365 nm menunjukkan bercak berpendar kemerahan
atau biru. Eleuterosida memberikan warna violet dalam sinar biasa. Bila diamati pada
sinar UV 365 nm menunjukkan bercak kuning, biru pucat dan jingga.
f) Komarowsky LP(Lempeng KLT yang telah disemprot, dipanaskan pada suhu 100 0C
selama 5-10 menit pada lemari pengering, sambil terus menerus diamati. Saponin
akan menunjukkan bercak berwarna biru, kuning dan merah(Sirait, 1987:117).
C. Produk-Produk Saponin
1. Red ginseng, dgiunakan sebagai suplemen daya tahan tubuh
2. Duphaston, tablet untuk meguatkan kandungan pada ibu hamil
3. Daun saga, digunakan untuk sariawan, batuk, dan radang tenggorokan.
4. Ciplukan (Physalis angulata L), sebagai obat luka bakar

Daftar Pustaka
Phatogenesis. Mikrobiologi and molecular biologi. Reviw 63, 708-729
Kholifah.2018.Saponin.Fakultas Kesehatan:Universitas MH.Thamrin

Anda mungkin juga menyukai