DISUSUN OLEH :
ARIFIN (O1B121058)
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS HALU OLEO
RAHA
2022
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karuniaNya, tim penyusun dapat menyelesaikan Makalah Penanganan
Sediaan Sitostatika. Pencampuran obat suntik dan penanganan sediaan sitostatika
seharusnya dilakukan oleh apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, tetapi
kenyataannya sebagian besar masih dilaksanakan oleh tenaga kesehatan lain
dengan sarana dan pengetahuan yang sangat terbatas, sedangkan pekerjaan
kefarmasian tersebut memerlukan teknik khusus dengan latarbelakang
pengetahuan antara lain sterilitas. Berdasarkan hal tersebut di atas maka
diharapkan denan adana makalah ini dapat menjadi pegangan dalam
meningkatkan pengetahuan terlebih mengenai Handling Sitostatika di
Rumah Sakit.
Kritik dan saran-saran sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dan
perbaikan dimasa mendatang. Akhir kata terimakasih disampaikan pada berbagai
pihak yang telah berkontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan makalah ini.
ARIFIN
O1B121058
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit yang menyebabkan kematian terbanyak setelah
penyakit kardiovaskular. Berdasarkan data WHO tahun 2020 Kanker Payudara
merupakan jenis kanker yang paling banyak diderita oleh wanita Indonesia yaitu
30,8 % dan juga tertinggi untuk semua jenis kanker (16,6 %). Angka kejadian dan
kematian pada penderita kanker payudara terus mengalami peningkatan di setiap
tahunnya, menurut data World Health Organization (WHO) di tahun 2018
menyebutkan angka kejadian kanker payudara di Indonesia sebesar 42,1 per
100.000 penduduk dengan rata-rata angka kematian 17 per 100.000 penduduk
(Nafis dan Fery, 2016; WHO, 2020; Fristiohady dan Lidya, 2020).
Potenisal paparan pada petugas pemberian sitostatika telah banyak diteliti.
Falck dkk pada tahun 1979 melaporkan bahwa perawat yang bekerja pada ward
kemoterapi tanpa perlindungan yang memadai menunjukkan aktifitas mutagenik
yang signifikan lebih besar daripada kontrol subject. Tahun 1983 Sotaniemi,dkk
melaporkan adanya kerusakan liver pada 3 orang perawat yang bekerja pada ward
oncology. Di dua rumah sakit di Italy telah dilakukan penelitian ditemukan
cyclophospamide dan ifosfamide dalam urine perawat dan staf farmasi yang tidak
mengikuti peraturan khusus dalam menangani obat-obat sitostatika (Gustias dan
Janinury, 2018).
Berdasarkan Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit PMK 72 tahun 2016,
bahwa pelayanan dispensing sediaan steril salah satunya rekonstitusi obat kanker
harus dilakukan di Instalasi Farmasi. Dan menurut standar akreditasi SNARS
PKPO 5 bahwa kegiatan tersebut harus dilakukan staf farmasi terlatih. Di mana
untuk memenuhi kompetensi tersebut seorang Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian yang ingin melakukan rekonstitusi obat kanker, harus memahami
terlebih dahulu dasar hukum (kebijakan) dan standar sentralisasi penanganan obat
kanker. Dasar-dasar perhitungan dosis obat kanker serta protokol-protokol
pengobatan kanker yang dipakai di Rumah Sakit tempat kerja tersebut. Selain
dibekali dengan ilmu dasar-dasar pengobatan kanker dan cara menghitung dosis
kemoterapi, tentunya juga diajari dengan teknik-teknik aseptis untuk menunjang
keterampilan merekonstitusi obat kanker dengan aman (Kementerian Kesehatan
RI RS Kanker “Dharmais” Tahun 2020).
Agar staf farmasi di rumah sakit dapat melakukan pencampuran obat dengan
aman, maka perlu mendapat pelatihan pencampuran obat kanker (handling
cytotoxic) yang sesuai dengan standar. Di sebagian besar rumah sakit di Indonesia,
tenaga pelatih untuk pencampuran obat kanker masih belum mencukupi,
diharapkan terdapat banyak tenaga pelatih penangan obat kanker di seluruh
Indonesia agar staf farmasi tidak perlu keluar dari wilayahnya untuk mandapatkan
pelatihan penangan obat kanker yang aman (Gustias dan Janinury, 2018).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Handling Sitostatitika?
2. Siapa saja yang boleh menangani Sitostatika?
3. Bagaimana ruanagn dan peralatan di ruangan Sitostatika?
4. Bagimana penanganan Sitostatika?
5. Bagimana penanganan kecelakan kerja sitostatika?
6. Bagimana pengolahan limbah sitostatika?
C. Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami yang dimaksud degan Handling
Sitostatitika
2. Mahasiswa mampu memahami Siapa saja yang boleh menangani
Sitostatika
3. Mahasiswa mampu memahami ruanagn dan peralatan di ruangan
Sitostatika
4. Mahasiswa mampu memahami penanganan sitostatika
5. Mahasiswa mampu memahami penanganan kecelakan kerja sitostatika
6. Mahasiswa mampu memahami pengolahan limbah sitostatika
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Label Sitostatik
3. Pencampuran
a. Proses pencampuran sediaan sitostatika
1. Memakai APD sesuai PROSEDUR TETAP
2. Mencuci tangan sesuai PROSEDUR TETAP
3. Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum
digunakan.
4. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai PROSEDUR
TETAP
5. Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika.
6. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan
sitostatika.
7. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol
70%.
8. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box.
9. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di
atas meja BSC.
10. Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis.
11. Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah
berisi sediaan sitostatika
12. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk
obat-obat yang harus terlindung cahaya.
13. Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah
pembuangan khusus.
14. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika
ke dalam wadah untuk pengiriman.
15. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan
jadi melalui pass box.
16. Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap
4. Cara Pemberian
1. Injeksi Intravena (i.v.)
Injeksi intravena dapat diberikan dengan berbagai cara, untuk
jangka waktu yang pendek atau untuk waktu yang lama.
a) Injeksi bolus Injeksi bolus volumenya kecil ≤ 10 ml, biasanya diberikan
dalam waktu 3-5 menit kecuali ditentukan lain untuk obat obatan
tertentu.
b) Infus, Infus dapat diberikan secara singkat (intermittent) atau terus -
menerus (continuous).
c) Infus singkat (intermittent infusion), Infus singkat diberikan selama 10
menit atau lebih lama. Waktu pemberiaan infus singkat sesungguhnya
jarang lebih dari 6 jam per dosis.Infus kontinu (continuous infusion)
Infus kontinu diberikan selama 24 jam. Volume infus dapat beragam
mulai dari volume infus kecil diberikan secara subkutan dengan pompa
suntik (syringe pump), misalnya 1 ml per jam, hingga 3 liter
atau lebih selama 24 jam, misalnya nutrisi parenteral.
2. Injeksi intratekal
Injeksi intratekal adalah pemberian injeksi melalui sumsum tulang
belakang. Volume cairan yang dimasukkan sama dengan volume cairan
yang dikeluarkan.
3. Injeksi subkutan
Injeksi subkutan adalah pemberian injeksi di bawah kulit.
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2009, Pedoman Pencampuran Obat Suntik
dan Penanganan Sidiaan Sitostatistika, Direktorat Bina Farmasi dan
Komunitas Klinik Departemen Kesehatan RI.
Fristiohady A.,dan Lidya A.H., 2020, Review Jurnal: Potensi Spons Laut Sebagai
Anti Kanker Payudara, Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, Vol. 6
(1).
Nafis F.D.R., Ferry F.S., 2016, Review Jurnal: Aktivitas Anti Kanker Payudara
Beberapa Tanaman Herbal, Farmaka Vol. 16 (2).