Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

KIMIA ANALISIS II

SPEKTROFLUOROMETRI

OLEH :

NAMA : ST. MUSRINAWATI BASRI

NIM : O1A1 17 061

KELAS :B

DOSEN :

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI
2020

1. Pengertian Spektrofluorometri

Jawab: Teknik analisis spektrofluorometri adalah termasuk salah satu tenik analisis instrumental
disamping teknik kromatografi dan elektroanalisis kimia. Teknik tersebut memanfaatkan fenomena
interaksi materi dengan gelombang elektromagnetik seperti sinar-x, ultraviolet, cahaya tampak dan
inframerah. Fenomena interaksi bersifat spesifik baik absorpsi maupun emisi. Interaksi tersebut
menghasilkan signal-signal yang disadap sebagai alat analisis kualitatif dan kuantitatif. Contoh teknik
spektroflourometri absorpsi adalah UV/VIS, inframerah (FT-IR) dan absorpsi atom (AAS). Sedang
contoh spektrofluorometri emisi adalah spektrofluorometri nyala dan inductively coupled plasma
(ICP), yang merupakan alat ampuh dalam analisis logam.

Merupakan metode analisis kimia berdasarkan sifat fotoluminesen (memendarkan cahaya yg


diserap) senyawa kimia. Sifat fotoluminesen senyawa kimia yakni mengemisikan sebagian energi
yang telah diserap (saat eksitasi)  sewaktu akan kembali ke tingkat dasar. Pengukuran dilakukan
pada cahaya yang diemisikan, bukan yang ditransmisikan. Sehingga sensitivitas metode fluoresensi
lebih baik dibandingkan dengan metode absorpsi, dimana batas noise-nya lebih rendah. Fluoresensi
suatu molekul dikarakterisasi oleh 2 aspek spektrum, yaitu spektrum eksitasi dan spektrum emisi.
Spektrum emisi à panjang gelombang emisi à panjang gelombang eksitasi maksimum.

2. Prinsip Terjadinya Fluoresensi dan Fosforesensi


Jawab:
Fluoresensi adalah proses pemancaran radiasi cahaya oleh suatu materi setelah
tereksitasi oleh berkas cahaya berenergi tinggi. Emisi cahaya terjadi karena proses absorbsi
cahaya oleh atom yang mengakibatkan keadaan atom tereksitasi (Retno, 2013).
Keadaan atom yang tereksitasi akan kembali keadaan semula dengan melepaskan energi
yang berupa cahaya (de-eksitasi). Fluoresensi merupakan proses perpindahan tingkat energi
dari keadaan atom tereksitasi (S1 atau S2) menuju ke keadaan stabil (ground states). Proses
fluoresensi berlangsung kurang lebih 1 nano detik sedangkan proses fosforesensi berlangung
lebih lama, sekitar 1 sampai dengan 1000 mili detik (Rhys-Williams, 2011).
Gambar Diagram Jablonski
Gambar di atas adalah gambar diagram Jablonski yang menunjukan terjadinya proses
fluoresensi dan fosforesensi. Ketika suatu atom atau molekul mengabsorbsi energi cahaya
sebesar hνA maka elektron-elektron pada kondisi dasar (ground sate) S0 akan berpindah ke
tingkat energi yang lebih tinggi ke tinggat S1 atau S2.
Atom akan mengalami konversi internal atau relaksasi pada kondisi S1 dalam waktu yang
sangat singkat sekitar 10-1 ns, kemudian atom tersebut akan melepaskan sejumlah energi
sebesar hνf yang berupa cahaya karenanya energi atom semakin lama semakin berkurang
dan akan kembali menuju ke tingkat energi dasar S0 untuk mencapai keadaan suhu yang
setimbang (thermally equilibrium).
Emisi fluoresensi dalam bentuk spektrum yang lebar terjadi akibat perpindahan tingkat
energi S1 menuju ke sub-tingkat energi S0 yang berbedabeda yang menunjukan tingkat
keadaan energi dasar vibrasi atom 0, 1, dan 2 berdasarkan prinsip Frank-Condon
(Hankiewiez, 2012).
Apabila intersystem crossing terjadi sebelum transisi dari S1 ke S0 yaitu saat di S1 terjadi
konversi spin ke triplet state yang pertama (T1), maka transisi dari T1 ke S0 akan
mengakibatkan fosforesensi dengan energi emisi cahaya sebesar hνP dalam selang waktu
kurang lebih 1μs sampai dengan 1s.
Proses ini menghasilkan energi emisi cahaya yang relatif lebih rendah dengan panjang
gelombangyang lebih panjang dibandingkan dengan fluoresensi (Skoog, Holler, Crouch,
2012).
Beberapa kondisi fisis yang mempengaruhi fluoresensi pada molekul antara lain
polaritas, ion-ion, potensial listrik, suhu, tekanan, derajat keasaman (pH), jenis ikatan
hidrogen, viskositas dan quencher (penghambat de-eksitasi). Kondisi-kondisi fisis tersebut
mempengaruhi proses absorbsi energi cahaya eksitasi.
Hal ini berpengaruh pada proses de-eksitasi molekul sehingga menghasilkan karakteristik
intensitas dan spektrum emisi fluoresensi yang berbeda-beda . flouresensi lazim seribu kali
lebih peka daripada spektrofotometri, meskipun nilai-nilai yang sebenarnya bergantungpada
senyawa-senyawa yang dilibatkan dan instrumen mana yang tersedia.
Fakta bahwa fluoresensi ditandai dengan dua parameter panjang gelombang yang signifikan
meningkatkan spesifikasi dari metode ini, dibandingkan dengan teknik spektroskopi hanya
didasarkan pada penyerapan. Suatu sifat yang menonjol dari analisis flouresensi adalah
tingginya kepekaan dibandingkan dengan tehnik lazim lainnya (Retno, 2013).
Prinsip dasar setup peralatan untuk pengamatan sinyal fluoresensi diperlihatkan
pada gambar di bawah ini.
Gambar Prinsip Dasar Pengamatan Fluoresensi

Pada gambar di atas sumber dalam daerah uv/vis menyinari sampel sehingga sampel
berfluoresensi.

3. Bagian Alat Spektrofluorometri


Jawab:
a. Source merupakan sumber spectrum yang kontinyu misalnya dari jenis lampu
merkuri atau xenon. Monokromator (M1) untuk menyinari sampel dengan panjang
gelombang tertentu. Monokromator kedua (M2) yang pada iradiasi konstan dapat
dipakai menentukan panjang gelombang spectrum fluoresensi sampel.
b. Detektor berupa fotosel yang sangat peka misalnya fotomultiplier merah untuk
panjang gelombang lebih besar dari pada 500 nm. Detektor merupakan suatu bagian
spektrofotometer yang penting karena kualitas detector akan menentukan kualitas
spektrofotometer. Fungsi detector didalam spektrofotometer adalah menangkap
cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubah signal radiasi menjadi signal
elektronik.
c. Pada detector diinginkan kepekaan radiasi yang tinggi terhadap radiasi yang
diterima, dengan tingkat kebisingan yang rendah, kemampuan respon kuantitatif
dan signal elektronik yang ditansfer oleh detector dapat diaplikasikan oleh penguat
(amplifier) ke recorder (rekaman / pembacaan ).
d. Amplifier atau penguat dan Visual display untuk menggandakan radiasi dan
meneruskan ke pembacaan. Amplifier dibutuhkan saat signal elektronik yang
dialirkan setelah melewati detector untuk menguatkan karena penguat dengan
resistensi masukan yang tinggi sehingga rangkaian detector tidak tersadap habis yang
menyebabkan keluaran yang cukup besar untuk dapat dideteksi oleh suatu alat
pengukur (meter).

4. Beberapa Senyawa yang Mampu Berfluoresensi


Jawab:
SENYAWA DAERAH FLUORESENSI (nm)
Benzena 270 – 310
Toluena 270 – 320
Fluorobenzena 270 – 320
Chlorobenzena 275 – 345
Bromobenzena 290 – 380
Phenol 285 – 365
Anisole 285 – 345
Aniline 310 – 405
Benzoic acid 310 – 390
Benzonitrile 280−360

Gambar Struktur:

1. Benzena (C6H6):

2. Toluena (C7H8):

3. Chlorobenzena (C6H5Cl):

4. Bromobenzena (C6H5Br):
5. Phenol (C6H6O):

6. Anisole (C7H8O):

7. Aniline (C6H5NH2):

8. Benzoic Acid (C7H6O2):

9. Benzonitrile (C7H5N):

5. Manfaat Spektrofluorometri dalam Bidang Farmasi


Jawab: Hanya sedikit ion anorganik yang berpendar, yang paling dikenal adalah ion
uranil, UO22+. Umumnya alanisis fluorometrik melibatkan molekul organik. Ada
beberapa senyawa kelat logam yang berpendar yang memberikan metode yang peka
untuk beberapa ion logam. Seringkali kelat logam diekstraksi dari dalam larutan
berair menjadi suatu pelarut organik sebelum pengukuran, suatu proses dan sekaligus
memisahkannya dari ion-ion pengganggu dan mengkonsentrasikan spesies yang
berpendar. Misalnya, banyak terdapat reagensia flourometrik untuk aluminium dan
berilium. Logam-logam yang lebih berat seperti Fe2+, Co2+, Ni2+ dan Cu2+ sebaliknya
cenderung mematikan flourosens yang diperagakan oleh banyak zat pengkelat itu
sendiri, hadinya logam itu dalam kompleks mendorong dibuangnya energi yang
diserap secara tak radiantif.
Kadang suatu analit yang tidak berpendar dapat diubah menjadi suatu molekul yang
berpendar kuat, dengan suatu reaksi yang cepat dan kuantitatif, yang dengan muadah
digabungkan ke dalam suatu prosedur analitik keseluruhan. Misalnya, hormon
epinefrin (adrenalin) mudah diubah menjadi adrenolutin. Dalam larutan basa, anion
folat dari adrenolutin berpendar dengan kuat (eksitasi 360 nm; pancaran 530 nm).
Pasien dengan tumor tertentu pada kelenjar adrenalin dan juga beberapa penderita
tekanan darah tinggi menunjukkan kadar efinefrina yang meningkat dalam air
seninya. Hormon yang terdapat pada kadar yang sangat rendah dapat dipekatkan dari
dalam volume besar air seni dengan suatu prosedur penukar ion pada suatu pH
dimana nitrogen amino diprotonkan untuk membentuk suatu kation R-NH 2-CH2,
dielusi dalam sedikit volume dengan ditukar-ganti dengan H+ dan diolah seperti di
atas untuk membentuk flourofor itu.
Beberapa vitamin dapat ditetapkan secara fluorometrik. Oksidasi lembut tiamina
(vitamin B1) oleh Fe(CN)63-, misalnya akan menghasilkan suatu produk yang disebut
tiokrom yang memperagakan fluoresens biru pada kondisi yang tepat. Jika pancaran
pendaran itu diukur terhadap dua porsi sampel, satu diolah dengan ferisianida dan
yang lain tidak, orang dapat mengurangi kontribusi pengganggu non-tiamina yang
berpendar untuk meningkatkan selektivitas. Riboflavin (vitamin B1) dan piridoksin
(B6) merupakan vitamin lain yang dapat ditetapkan oleh fluoresensi.
Meskipun kebanyakan asam amino tidak berpendar, tetapi mudah bereaksi dengan
reagen fluoresamina untuk membentuk senyawa yang sangat berpendar yang telah
digunakan dalam biokimia untuk mendeteksi kuantitas.
Metode fluoresensi sangat baik untuk menetapkan beberapa hidrokarbon aromatik
polisiklik yang telah dikelompokkan sebagai “polutan prioritas” oleh Jawatan
Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA), yang mengatakan bahwa
fluoresens memberi deteksi yang sangat peka terhadap komponen-komponen sampel
tertentu dalam kromatografi cairan.
Misalnya pada produk Susu :
Produk-produk susu mengandung beberapa fluorophores intrinsik. Misalnya asam
amino aromatik dan asam nukleat, triptofan, tirosin dan fenilalanin dalam protein,
vitamin A dan B2, Nikotinamida adenin dinukleotida (NADH) dan klorofil, dan
berbagai senyawa lainnya yang dapat ditemukan pada konsentrasi rendah atau sangat
rendah di produk makanan.

Anda mungkin juga menyukai