PRAKTIKUM IV
DISUSUN OLEH:
2020
BAB I
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu membuat preparat dan pengamatan amilum maydis dan
amilum oryzae
2. LANDASAN TEORI
Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan tradisional yang secara turun
temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pengobatan tradisional
dengan tanaman obat diharapkan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan
masyarakat. Pengembangan obat tradisional diusahakan agar dapat sejalan dengan
pengobatan modern. Menteri kesehatan Republik Indonesia mendukung
pengembangan obat tradisional, yaitu fitofarmaka, yang berarti diperlukan adanya
pengendalian mutu simplisisa yang akan digunakan untuk bahan baku obat atau
sediaan galenik. Salah satu cara mengendalikan mutu simplisia adalah dengan
melakukan standarisasi simplisia. Standarisasi simplisia mempunyai pengertian
bahwa simplisia yang digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi
persyaratan tertentu. Parameter mutu simplisia meliputi susut pengeringan, kadar air,
kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut dan kadar sari larut etanol.
Untuk uji kebenaran bahan dilakukan uji makroskopik (Febriani, 2015).
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan (Farmakope,1979). Simplisia terbagi menjadi tiga bagian yakni :
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman
dan eksudat tanaman (eksudat tanaman adalah isi yang spontan keluar dari tanaman
atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan
dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum merupakan zat kimia murni).
2. Simplisia hewani yaitu simpisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat
yang dihasilkan hewan yang masih belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia mineral adalah simplisia yang berasal dari bumi, baik telah diolah
atau belum, tidak berupa zat kimia murni (Poedjiadi,2009)
Dalam rangka identifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
dengan melakukan determinasi, pemeriksaan makroskopi, dan mikroskopi. Disamping
itu juga dapat dilakukan pemeriksaan kandungan senyawanya baik golongan senyawa
seperti glikosida, alkaloid, saponin, protein, karbohidrat, maupun senyawa
identitasnya. Bahan yan telah diidentifikasi/ dideterminasi selanjutnya dibersihkan
dari kotoran dengan air mengalir, ditiriskan dan dibuat penampang melintang, diberi
kloralhidrat, dipanaskan dan diperiksa di bawah mikroskop. Bahan yang sudah bersih
selanjutnya diiris tipis dengan ketebalan 3-6 mm, dikeringkan dengan oven pada suhu
40-50 °C hingga kadar air sekitar 10% (Gunawan, 2004).
Proses pengolahan sampel dimulai dari proses pengambilan herba tanaman,
kemudian proses sortasi basah untuk menghilangkan pengotor- pengotor saat
tumbuhan masih segar. Proses selanjutnya yaitu pencucian terhadap bagian tumbuhan
yang digunakan untuk menghilangkan pengotor- pengotor dengan menggunakan air
mengalir. Tahap selanjutnya adalah perajangan untuk memperkecil ukuran partikel
dan mempermudah proses pengeringan. Pengeringan terhadap hasil. rajangan tersebut
dilakukan pengeringan yang terlindung dari sinar matahari secara langsung.
Tujuannya adalah untuk menghindari kerusakan kandungan kimia dari simplisia
akibat pemanasan sacara langsung. Simplisia kering kemudian diolah menjadi serbuk
dengan alat penghalus (Poedjiadi,2009).
Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat
pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia ayang dapat diuji berupata
sayatan melintang, radial, paradermal, membujur, ataupun serbuk. Dari pengujian ini
akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal spesifik masing-masing
simplisia (Gunawan, 2004).
Amylum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu sebagian
besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian. Amylum terdiri dari
dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu
amilosa (kira-kira 20 – 28 %) dan sisanya amilopektin.
Amilosa: Terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang berikatan dengan ikatan α 1,4
glikosidik. Jadi molekulnya menyerupai rantai terbuka.
Amilopektin: Terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan
1,4- glikosidik dan sebagian ikatan 1,6-glikosidik. adanya ikatan 1,6-glikosidik
menyebabkan terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai
terbuka dan bercabang. Molekul amilopektin lebih besar dari pada molekul amilosa
karena terdiri atas lebih 1000 unit glukosa.
Secara umum, amylum terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80%
bagian yag tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amylum oleh asam mineral
menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara hampir kuantitatif. Amylum dapat
dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa.
Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amilase, dalam air ludah dan
dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amilase yang bekerja terhadap
amylum yang terdapat pada makanan kita oleh enzim amilase, amylum diubah
menjadi maltosa dalam bentuk β – maltosa .
1. Object Glass
2. Cover Glass
3. Mikroskop Cahaya
4. Spatel
b. Bahan
No Bahan
1. Amilum
2. Aquadest
3. Iodine
B. PROSEDUR KERJA
a. Prosedur Identifikasi Pati
Tambahkan aquadest
HASIL PENGAMATAN
No Gambar Keterangan
1. - Lamella
- Hyllum
2. - Lamella
- Hyllum
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum bertujuan untuk mengidentifikasi amilum dengan
pengujian secara mikroskopis yang mana bertujuan untuk mengetahui berbagai
macam bentuk hilus dan lamella yang terdapat pada berbagai jenis amilum.
Amilum terdiri dari hilus dan lamella yang mana merupukan ciri inti amilum.
Hilus atau hilum merupakan identitas penting dalam terbentuknya amilum.
Lamella merupakan garis-garis yang mengelilingi hilus.Tumbuhan yang
digunakan sebagai sampel pada praktikum kali ini yaitu tumbuhan Amylum
maydis dan Amylum oryzae,
Identifikasi mikroskopis pada amilum dilakukan dengan menambahkan
aquadest pada serbuk Amylum maydis atau Amylum oryzae pada kaca objek
yang bertujuan untuk menjernihkan sampel yang ada di kaca objek. Sehingga
dapat melarutkan berbagai zat lain yang tidak diperlukan pada
pemeriksaan amilum pada mikroskop dan memudahkan agar terlihat lebih
jelas hilus dan lamella yang ada pada amilum yang sedang diamati. Lalu kaca
objek ditutup dengan penutup kaca objek. Kemudian diamati sampel yang telah
diletakkan pada kaca objek dengan menggunakan mikroskop.
Pada Amylum maydis diamati pada hasil mikroskopisnya Amylum
maydis memiliki bentuk butir atau granul bersegi banyak dan memiliki ukuran
yang berbeda-beda. Letak butiran bersegi banyak tersebar secara bergerombol.
Dan diamati bahwa ada hilus yang berada ditengah yang terlihat tidak terlalu jelas
sehingga dapat dinyatakan Amylum maydis merupakan amilum kosentris dan
tidak ada lamela yang telihat pada hasil mikroskopinya.
Pada Amylum oryzae diamati pada hasil mikroskopisnya, Amylum
oryzae memiliki bentuk butir atau granul bersegi banyak dan memiliki ukuran
yang berbeda-beda. Dan diamati bahwa ada hilus yang berada ditengah yang
terlihat tidak terlalu jelas sehingga dapat dinyatakan Amylum oryzae merupakan
amilum kosentris dan tidak ada lamela yang telihat pada hasil mikroskopinya.
KESIMPULAN
Fahn, A.1995. Anatomi Tumbuhan edisi ketiga.Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Post test
Jawaban
1. Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai
produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati
sebagai sumber energi yang penting.
2. Zea mays (jagung), Oryza sativa (beras), Solanum tuberosum (kentang), Triticum
aesticum (gandum), Maranta arundinacea (garut), Ipomoea batatas (ketela
rambat), Manihot utilissima (ketela pohon).